Anda di halaman 1dari 7

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumberdaya perikanan di Kabupaten Gorontalo Utara meliputi perikanan

tangkap dan perikanan budidaya. Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang

belum banyak dimanfaatkan adalah sumberdaya perikanan tangkap. Kabupaten

Gorontalo Utara yang termasuk pada wilayah pengelolaan perikanan (WPP) Laut

Sulawesi sampai Samudera Pasifik diperkirakan mempunyai potensi perikanan

tangkap sebesar 590.970 ton yang terdiri dari ikan pelagis besar 175.260 ton, ikan

pelagis kecil 384.750 ton, dan jenis ikan lainnya sebesar 30.960 ton. Diukur dari

tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan, diperkirakan baru mencapai 46 % (Dinas

Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gorontalo Utara, 2010).

Potensi perikanan tangkap di perairan Kabupaten Gorontalo Utara saat ini,

belum diketahui berapa besar potensi per jenis ikan, terutama untuk jenis ikan

yang dominan tertangkap di perairan tersebut. Pentingnya mengetahui potensi

sumberdaya ikan adalah untuk mengoptimalkan pengelolaan terhadap sumberdaya

ikan oleh nelayan, swasta dan pemerintah.

Pengelolaan sumberdaya ikan di Kabupaten Gorontalo Utara masih terus

dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan pengembangan perikanan.

Namun, kebijakan perikanan yang dilakukan oleh pemerintah belum sesuai

dengan yang diharapkan. Kebijakan tersebut diantaranya adalah pengembangan

teknologi alat tangkap purse seine yang dikelola secara kelompok dan bantuan

perahu bermesin yang mengalami kegagalan.

Kebijakan pengembangan perikanan memang didesain untuk lebih

mendongkrak pertumbuhan sektor kelautan dan perikanan untuk mengelola dan

mengoptimalkan sumberdaya ikan di wilayah tersebut. Kebijakan pengelolaan

sumberdaya kelautan dan perikanan oleh pemerintah diantaranya melalui

kebijakan minapolitan yang merupakan pengembangan perikanan.

Kebijakan minapolitan merupakan suatu kebijakan Pemerintah Pusat yang

bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dalam bidang perikanan. Kebijakan

minapolitan atau kota perikanan, merupakan kawasan terpilih yang dijadikan

kawasan bisnis perikanan. Untuk itu, pemerintah bersama para pemangku 2


kepentingan dituntut untuk dapat menciptakan iklim usaha yang lebih baik dalam

menunjang suatu program pengembangan perikanan.

Sasaran kebijakan pengembangan perikanan tersebut adalah untuk

meningkatkan produksi ikan dan menjamin mutu hasil tangkapan ikan serta

menciptakan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Upaya yang dilakukan

meliputi penataan kawasan yang berfungsi melayani dan mendorong

pengembangan kawasan perikanan, termasuk daerah sekitarnya atau disebut

program berbasis kawasan.

Kawasan minapolitan menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu

(1) perikanan merupakan sumber pendapatan utama masyarakat, (2) kegiatan

kawasan didominasi oleh kegiatan perikanan, (3) hubungan interdependensi atau

timbal balik antar pusat dan hinterland-hinterland, dan (4) kehidupan masyarakat

di kawasan minapolitan mirip dengan suasana kota, karena keadaan sarana yang

ada di kawasan minapolitan tidak jauh dengan yang di kota.

Kota perikanan atau minapolitan yang dijadikan sebagai konsep yang

dikembangkan adalah dengan mewujudkan kemandirian pembangunan di daerah

pesisir yang didasarkan pada potensi perikanan di wilayah tersebut. Daerah

pesisir atau daerah nelayan akan diubah menjadi kawasan industri, yaitu kawasan

industri berbasis perikanan. Penyediaan infrastruktur diperlukan untuk

menunjang keperluan aktivitas perikanan dan masyarakat di wilayah tersebut.

Dengan demikian, desa nelayan atau wilayah pesisir tidak lagi dipandang hanya

sebagai wilayah pendukung perkotaan.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan untuk mengkaji kebijakan

perngembangan berbasis kawasan melalui kebijakan minapolitan, diantaranya

yang dilakukan oleh Maringi (2009) mengatakan bahwa faktor yang berpengaruh

terhadap pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten Boyolali Provinsi

Jawa Tengah yaitu faktor teknologi, permintaan pasar, sumberdaya manusia dan

standardisasi mutu produk atau jaminan mutu hasil perikanan. Selanjutnya

dikatakan, bahwa dalam pengembangan perikanan perlu menetapkan standar mutu

hasil perikanan, meningkatkan pemahaman, kepedulian, dan tanggungjawab dari


stakeholder serta segera membuat peraturan-peraturan yang berkaitan dengan 3

minapolitan dan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas di kawasan

minapolitan, serta hendaknya terdapat kegiatan yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Menurut Setiawan (2010) bahwa status keberlanjutan kawasan minapolitan

di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan termasuk dalam kategori kawasan

yang kurang berkelanjutan. Hanya ada satu dimensi yang sudah berkelanjutan

yaitu dimensi hukum dan kelembagaan. Status yang kurang berkelanjutan yaitu :

dimensi ekologi, infrastruktur, teknologi, sosial budaya, dan dimensi ekonomi

yang belum begitu optimal dalam menunjang keberlanjutan kawasan minapolitan.

Adanya kebijakan pengembangan kawasan minapolitan di Kabupaten

Mandeh Provinsi Sumatra Barat dengan menetapkan komoditas perikanan sebagai

komoditas unggulan perlu ditinjau kembali, dan bila dikembangkan menjadi

kawasan minapolitan, perlu dukungan kesesuaian lahan yang didukung oleh

RTRW. Untuk masa yang akan datang, kebijakan minapolitan perlu diarahkan

pada produk yang terbukti memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan

kompetitif (Tar, 2010).

Cara pandang pengelolaan perikanan tangkap seperti di atas merupakan

pengelolaan berbasis pemerintah pusat (government based management), dimana

dalam pengelolaan, pemerintah bertindak sebagai pelaksana mulai dari

perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan. Menyikapi kegagalan kebijakan

pengelolaan perikanan, pemerintah perlu melakukan perbaikan-perbaikan untuk

mencapai keberhasilan suatu kebijakan perikanan.

Menurut Suseno (2004), bahwa kebijakan pengelolaan perikanan tangkap

dengan paradigma rasional selama ini dirasakan tidak efektif. Tidak efektifnya

sebuah kebijakan di daerah biasanya karena tidak didukung sepenuhnya oleh

pemerintah daerah setempat dan sarana dan prasarana yang masih minim dalam

menunjang kebijakan pemerintah pusat. Selain itu, kurangnya koordinasi lintas

sektoral baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, kurangnya sosialisasi

program baik oleh pemerintah pusat maupun daerah, dan timpang-tindihnya

kebijakan antara satu kebijakanan dengan kebijakan lain yang tidak mendukung.
Kebijakan pengembangan perikanan tangkap melalui kebijakan

minapolitan di Kabupaten Gorontalo Utara dilaksanakan sejak tahun 2010 dan

masih terus dilaksanakan untuk tahun berikutnya yang merupakan program 4

Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama Pemerintah Daerah. Dengan

berbagai kendala dalam pengembangan perikanan, mengharuskan pemerintah dan

stakeholder untuk cermat dalam merumuskan dan menetapkan setiap kebijakan

sesuai dengan tujuan yang diharapkan serta faktor-faktor yang mendukung

tercapainya suatu kebijakan pengembangan perikanan tangkap. Untuk itu,

perlunya suatu kajian pengembangan perikanan tangkap yang menjadi salah satu

acuan kebijakan pengembangan perikanan, khususnya perikanan tangkap di

Kabupaten Gorontalo Utara.

1.2 Perumusan Masalah

Pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara saat ini,

sedang dilakukan oleh Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah dengan

menetapkan Kabupaten Gorontalo Utara sebagai salah satu pilot project kebijakan

minapolitan perikanan tangkap di Indonesia. Harapan pemerintah melalui

kebijakan minapolitan adalah dapat meningkatkan produksi hasil tangkapan,

menjamin mutu hasil tangkapan dan menciptakan pertumbuhan ekonomi di daerah

tersebut.

Belum diketahuinya berapa besar potensi sumberdaya ikan dan unit

penangkapan ikan yang layak serta kegagalan kebijakan pengembangan perikanan

melalui kebijakan minapolitan menjadi kendala dalam pengembangan perikanan

tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara.

Menyikapi berbagai tantangan kebijakan pengembangan perikanan

tangkap, maka diperlukan komitmen yang kuat dan kerjasama antara pemerintah

dan pihak swasta serta nelayan dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk

itu, diperlukan terobosan konsep yang dapat mendorong tercapainya kebijakan

pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka diperlukan penelitian

pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara, yang akan


menjawab sejumlah pertanyaan, sebagai berikut :

1) Bagaimana implementasi kebijakan program minapolitan di Kabupaten

Gorontalo Utara,

2) Berapa besar potensi sumberdaya ikan dan peluang pemanfatanya dalam

pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara, 5

3) Unit penangkapan ikan apa yang dominan dan layak dikembangkan dalam

pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara,,

4) Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap pengembangan perikanan

tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara,

5) Bagaimana rancangan model pengembangan perikanan tangkap di

Kabupaten Gorontalo Utara.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Mengevaluasi implementasi program minapolitan perikanan tangkap

Kabupaten Gorontalo Utara,

2) Menentukan potensi sumberdaya ikan dan peluang pemanfaatan untuk

pengembangan perikanan di perairan Kabupaten Gorontalo Utara,

3) Menentukan tingkat kelayakan unit penangkapan ikan yang dominan di

perairan Kabupaten Gorontalo Utara,

4) Menentukan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan

perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara,

5) Menyusun rancangan model pengembangan perikanan tangkap di

Kabupaten Gorontalo Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1) Manfaat bagi pemerintah, dapat dijadikan rekomendasi bagi perbaikan

kebijakan perikanan tangkap khususnya yang berkaitan dengan kebijakan

minapolitan,

2) Manfaat bagi masyarakat, memberikan kontribusi pemikiran secara ilmiah

bagi masyarakat yang akan menginvestasikan modalnya dalam perikanan


tangkap,

3) Manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, sebagai bahan referensi

dan pengkajian lebih lanjut tentang kebijakan perikanan khsusnya program

minapolitan. 6

1.5 Kerangka Pemikiran

Berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap

saat ini, pemerintah berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, operasional serta

pembinaan dan pengawasan sumberdaya perikanan tangkap. Peran tersebut berupa

kebijakan pengembangan perikanan tangkap melalui kebijakan minapolitan yang

menjadikan Kabupaten Gorontalo Utara sebagai pilot project oleh Kementerian

Kelautan dan Perikanan.

Belum diketahuinya potensi sumberdaya ikan di perairan Kabupaten

Gorontalo Utara dan kegagalan kebijakan pengembangan perikanan tangkap

dibeberapa daerah menjadi pertimbangan dalam pengembangan perikanan

tangkap. Selain itu, diduga ada faktor-faktor yang berpengaruh, sehingga

pengembangan perikanan tangkap belum optimal.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan adanya penelitian

yang akan memberikan informasi tentang potensi sumberdaya ikan, kelayakan

unit penangkapan ikan dan faktor-faktor penyebab belum optimalnya

pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara. Setelah itu, di

desain rancangan model pengembangan perikanan tangkap yang akan menjadi

bahan acuan dalam penentuan kebijakan pengembangan perikanan tangkap. 7

SUMBERDAYA IKAN ASPEK EKONOMI UNIT PENANGKAPAN IKAN ASPEK PENGEMBANGAN


PERIKANAN TANGKAP

MSY SCHAEFER NVP NET B/C IRR SEM

KELAYAKAN SUMBERDAYA IKAN KELAYAKAN INVESTASI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN


TANGKAP

PENGEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP

OUTPUT

PROSES
INPUT

KEGAGALAN MINAPOLITAN RENDAHNYA MUTU HASIL TANGKAPAN RENDAHNYA PRODUKSI

Keterangan:

OUTPUT

PROSES

INPUT

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Anda mungkin juga menyukai