Anda di halaman 1dari 24

9 Program Unggulan Perkuat Daya Saing

Kelautan dan Perikanan - Strategi


Memenangi Persaingan MEA
by Munib Ansori Kamis, 25/02/2016

NERACA

Jakarta – Indonesia dan sembilan negara Asia Tenggara lainnya kini sudah resmi bergabung
dalam ajang pasar bebas yang akrab disebut sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Untuk memenangi persaingan pada kongsi dagang tingkat regional tersebut, maka setiap
negara anggota, termasuk Indonesia, dituntut memiliki produk berkualitas unggul dengan
harga yang kompetitif. Khusus untuk sektor kelautan dan perikanan, faktor kualitas produk
dan daya saing menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia.

Karena itu, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
(PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), memiliki 9 (sembilan) program
prioritas guna menjawab ketatnya persaingan baik di tingkat regional maupun global.
Kesembilan program prioritas itu adalah: Pembangunan 32 Unit Single Cold Storage, 29 Unit
Integrated Cold Storage Skala Besar/Kecil, 354 Unit Ice Flake Machine, 1 Unit Pasar Ikan
Terintegrasi, 2 Unit Kapal Angkutan Ikan, 4 Unit Sentra Kuliner, 3 Unit Pabrik Tepung Ikan,
7 Unit Warehouse Rumput Laut, dan 10 Unit Pabrik Rumput Laut.

“Dengan sembilan program yang sudah kami ramu dan diskusikan secara matang, diharapkan
mampu menjawab tantangan dan persaingan untuk terus meningkatkan kualitas dan mutu
produk kelautan dan perikanan nasional,” kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Nilanto Perbowo, saat berbincang khusus dengan
Neraca, di Jakarta, Selasa (23/2).

Dirjen Nilanto menegaskan, sektor perikanan nasional sangat siap untuk menghadapi
persaingan pasar bebas ASEAN. Bahkan, dia meyakini sektor perikanan Indonesia paling
siap di antara negara-negara Asia Tenggara lain. Karena itu, Indonesia bisa menjadi
pemenang untuk produk kelautan dan perikanan di ajang MEA. “Kalau bicara kesiapan
sektor perikanan di MEA, Indonesia sangat siap,” tegas Nilanto.

Lebih jauh Nilanto mengungkapkan, setelah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
menerapkan kebijakan moratorium izin penangkapan ikan, larangan alih muatan di tengah
laut (transshipment) serta kebijakan-kebijakan lain, maka stok ikan menjadi semakin
berlimpah, sehingga bahan baku untuk industri pengolahan ikan lebih terjamin.

“Setelah adanya kebijakan seperti moratorium dan larangan perpindahan ikan di tengah laut
antara kapal atau transhipment, produksi perikanan menjadi berlimpah. Tinggal bagaimana
terus kita dorong untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas produk sehingga mampu
mengisi pasar domestik, regional, dan global,” imbuhnya.

Ke depan, lanjut Nilanto, Indonesia berpotensi menjadi produsen perikanan terbesar se-Asia.
Apalagi, setelah adanya kebijakan moratorium izin kapal dan larangan transhipment, sektor
perikanan negara tetangga seperti Thailand dan Tiongkok turun drastis. PDB perikanan
Thailand, misalnya, tercatat anjlok hingga 31 persen, demikian pula Tiongkok. Padahal
sebelumnya, kedua negara ini merupakan pemain besar di sektor perikanan.

“Ini momentum dan sekaligus peluang. Karena beberapa negara tetangga kita banyak menuai
masalah. Maka ada market yang kosong untuk kita isi, dan potensi itu bisa kita rebut mulai
dari tahun 2016 ini. Kita akan mampu menguasai pasar regional maupun global,” paparnya.

Yang tak kalah penting, Ditjen PDSPKP KKP selalu mengedepankan produk perikanan
nasional yang berkualitas bagus dan aman dikonsumsi. Sementara untuk mencapai produk
perikanan yang kompetitif diperlukan program jitu dan tepat sasaran. “Harapannya program-
program yang bakal digulirkan mampu menjawab tantangan yang ada, yaitu mampu merebut
pasar domestik, regional, maupun global dengan terus menjaga ritme dan kualitas produk
yang kompetitif,” tuturnya.

Selain itu, sambung Nilanto, pemerintah juga memperkuat permodalan bagi para pelaku
usaha, termasuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Itu sebabnya, KKP bekerjasama dengan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggulirkan program (Jaring) Jangkau, Sinergi, dan
Guideline yang dimulai sejak Mei 2015 kemarin yang sudah diikuti beberapa industri
perbankan, 8 Bank Partner yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (BNI), PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BRI), PT Bank Mandiri (Persero), Tbk, PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional, Tbk (BTPN), PT Bank Danamon Indonesia, Tbk, PT Bank Permata,
Tbk, PT Bank Bukopin, Tbk dan PT BPD Sulselbar,dan 5 bank yang turut bergabung yaitu
Bank PT BCA, Tbk, PT Bank Maybank Indonesia, Tbk, PT Bank CIMB Niaga, PT Bank
Sinarmas, Tbk dan PT BPD Jawa Timur, Tbk. Dengan realisasi pembiayaan hingga akhir
tahun 2015 sebesar Rp 6,69trilliun, dari target Rp 5,37 trilliun. Sedangkan untuk target tahun
2016 sebesar Rp 10 trilliun.

“UKM perikanan kita sangat banyak dan mereka punya potensi besar untuk bisa lebih
berkembang selama akses permodalannya lebih dipermudah. Makanya kami minta perbankan
mempermudahkan pinjaman kredit pada mereka,” tandasnya.

Sementara KKP mempunyai program prioritas yaitu pembangunan sentra bisnis kelautan dan
perikanan terintegrasi di 15 lokasi pulau pulau kecil dan kawasan perbatasan untuk
membangun sarana dan prasarana pendukung industri perikanan di antaranya adalah di
Natuna, Nunukan, Tahuna, Sangihe, Talaud, Morotai, Biak, Sarmi, simeuleu, Mentawai,
Kaisar, Tual, Timika, Rote Ndao, Saumlaki dan Merauke.

“Daerah-daerah itu merupakan sentra produksi perikanan. Jika dibangun pabrik pengolahan
yang besar dan modern, maka kita akan menjadi pemain besar di sektor kelautan dan
perikanan di dunia,” tukasnya.
PERIKANAN BUDIDAYA: Produksi 2019
Ditargetkan 31,32 Juta Ton

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan produksi perikanan budidaya mencapai


31,32 juta ton pada 2019 untuk mewujudkan visi ketahanan pangan.

Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan target tersebut terdiri dari
rumput laut, ikan budidaya laut, dan ikan budidaya tawar.

"Target 31,32 juta ton terdiri dari sekitar 22 juta ton produksi rumput laut dan 9 juta ton
untuk perikanan budidaya lainnya, yang terdiri dari laut dan tawar," ujarnya saat ditemui
Bisnis.com, Kamis (29/1//2015).

Ikan budidaya, lanjutnya, dibagi dalam dua kelompok. Untuk perikanan budidaya laut,
komoditas yang akan menjadi andalan adalah udang, kerapu, kakap merah, dan ikan hias.
Sedangkan perikanan budidaya air tawar adalah ikan nila, patin, dan lele.

Nantinya, Indroyono mengatakan perlu menggarap masalah pakan, benih, dan virus, untuk
dapat mencapai target tersebut. Sementara itu, rumput laut akan diupayakan dengan hulu dan
hilir agar menghasilkan produk bernilai tambah, katanya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan akan melaksanakan tujuh program unggulan untuk
mencapai target tersebut. Tujuh program itu adalah pengembangan pakan ikan mandiri untuk
menekan cost kurang dari 60%, pengembangan 100 sentra perikanan budidaya terpadu
dengan pengolahan produk perikanan, peningkatan daya saing produk, peningkata produksi
perikanan, penyediaan induk dan benih unggu, pelestarian dan keberlanjutan sumber daya
perikanan budidaya, dan pengembangan kewirausahaan pembudidaya ikan.

Target produksi perikanan budidaya ini akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahun ini,
produksi perikanan budidaya ditargetkan sebesar 17,9 juta ton.

Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan mengingat pada 2014 produksi
perikanan budidaya hanya di kisaran angka 13 juta ton.

PROGRAM MINAPOLITAN KEMENTRIAN KELAUTAN PERIKANAN INDONESIA

PROGRAM Minapolitan yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak
2009 semakin menggeliat. Diharapkan pada tahun 2011 akan terjadi percepatan peningkatan
produksi dan pengembangan kawasan yang saling terpadu.Menteri Kelautan dan Perikanan
Fadel Muhammad mengatakan, pengembangan kawasan berkonsep Minapolitan fokus pada
aspek wilayah. Sebuah wilayah bisa dikembangkan sebuah industri kelautan dan perikanan
dari hulu hingga hilir.Manurut Fadel, ada tiga sektor yang akan menjadi program ini, yim
perikanan tangkap, perikanan budi daya dan garam. Tanda-tanda terjadinya percepatan itu
terlihat dari jumlah daerah yang ditetapkan oleh pemerintah dan dukungan anggaran yang
semakin besar.Berdasarkan data dari Sekretariat Jenderal KKP, pada tahun 2011 alokasi
untuk program Minapolitan sebesar Rp546, 8 miliar yang terdiri dari Rp364,78 miliar untuk
percontohan berbasis perikanan tangkap. Lalu untuk perikanan budi daya Rp 141,12 miliar
dan Rp58,96 miliar untuk pengembangan sentra garam.Ada banyak daerah Minapolitan.
Sebanyak sembilan daerah sebagai basis percontohan perikanan tangkap, 24 lokasi berbasis
perikanan budidaya dan 8 lokasi sebagai sentra garam rakyat.

Di dalam kawasan percontohan tersebut akan dikembangkan berbagai komoditas unggulan


daerah masing-masing. Komoditas yang dikembangkan di kawasan ini mulaidari patin, nila,
ikan bias, udang vanamme, kerang, udang windu dan rumput laut.
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah untuk
dimanfaatkan secara tepat, arif dan berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Salah satu potensi
sumber daya alam tersebut adalah berbagai jenis sumber daya kelautan dan perikanan.
Pemerintah telah berupaya untuk mengembangkan potensi sumber daya kelautan dan
perikanan melalui berbagai kebijakan, antara lain dengan Konsepsi Minapolitan. Kebijakan
Pemerintah untuk mengembangkan Minapolitan tersebut tertuang di dalam Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor PER.12/MEN/2010
tentang Minapolitan. Menurut Peraturan Menteri tersebut Minapolitan adalah sebuah
konsepsi pembangunan ekonomi
kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi,efisiensi,
berkualitas dan percepatan. Di dalam pengembangan Minapolitan,Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI
telah menetapkan kawasan-kawasan yang potensial dan prospektif yang menjadi Kawasan
Minapolitan. Di dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor
PER.12/MEN/2010 tentang Minapolitan, disebutkan bahwa yang dimaksud Kawasan
Minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama
ekonomi yang terdiri dari sentra produksi,pengolahan, pemasaran komoditas
perikanan,pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Dengan demikian pada
dasarnya Kawasan Minapolitan
merupakan kawasan dengan pusat kegiatan utama ekonomi yang memanfaatkan,mengelola
dan membudidayakan sumber daya kelautan dan perikanan serta mempunyai keterkaitan
fungsional dengan sistem permukimannya yang dikembangkan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi lokal dan menumbuhkan daya
saing regional.Kawasan Minapolitan tersebar di seluruh wilayah nusantara mengingat
Indonesia adalah negara maritim yang
mempunyai kekayaan sumber daya wilayah pesisir dan lautan yang sangat besar. Oleh karena
itu pengembangan Kawasan Minapolitan menjadi salah satu program unggulan Kementerian
Kelautan
dan Perikanan. Sampai dengan 14 Mei 2010 pada saat ditetapkannya Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan terdapat 197
Kabupaten/Kota yang ditetapkan
sebagai daerah pengembangan Kawasan Minapolitan.
Program ‘Satu Data’ Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan
arahan Presiden Jokowi untuk menjadikan KKP sebagai percontohan dan
wujud keterbukaan informasi publik.
Pentingnya data yang akurat, berkualitas dan mutakhir dalam mendukung program
pemerintah adalah satu hal yang mutlak. Tanpa data yang akurat sebuah kebijakan atau
program bisa salah sasaran dan akhirnya tak memberi manfaat. Presiden Joko Widodo telah
mendaulat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadi salah satu
kementerian/lembaga sebagai percontohan program ‘Satu Data’. Program ini digagas agar
KKP terus dapat menghimpun hasil kinerja dalam wadah yang nantinya dapat dipublikasikan
pada satu pintu, yakni situs resmi KKP.

Program ‘Satu Data’ dari KKP yang diluncurkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi
Pudjiastuti (30 Mei 2016), merupakan arahan Presiden Jokowi untuk menjadikan KKP
sebagai percontohan. Tujuannya agar seluruh jajaran KKP baik di pusat maupun di daerah
dapat mendukung pelaksanaan integritas data tinggi, menjadi Satu Data KKP. Menurut
Menteri Susi Pujiastuti, kebijakan ‘Satu Data’ harus dipahami sebagai upaya mewujudkan
data baku yang didukung oleh metadata sesuai standar dan dikelola dalam satu portal. Untuk
mewujudkan program ‘Satu Data’, tantangan besar yang dihadapi adalah sumber data yang
beragam, kualitas dan validitas, struktur birokrasi, dan pemutakhiran data.

Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan selalu mengingatkan tentang kemajuan


tehnologi informasi yang harus dimanfaatkan untuk mempercepat berbagai proses
pembangunan. Beberapa Kementerian selain KKP juga sudah menuju platform tehnologi
informasi. Kementerian Dalam Negeri misalnya sudah meluncurkan program Perda
Elektronik beberapa waktu lalu. Setiap Kementerian dan Lembaga sudah seharusnya
mewujudkan data baku yang dikelola dalam satu portal. Pemanfaatan data bisa untuk
mempercepat akselarasi pelaksanaan program pembangunan.

KKP sebagai percontohan melalui Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin), Sekretariat
Jenderal KKP, mulai melakukan konsolidasi master data, standarisasi pengumpulan data,
pengolahan data, analisis dan penyajian data. Selain itu dukungan teknologi yang mendukung
konsolidasi aplikasi dan infrastruktur serta sumber daya manusia harus kompeten. Berbagai
aplikasi untuk mendukung keterbukaan informasi akan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan. Lembaga seperti Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) misalnya,
memerlukan portal belajar online untuk semua sektor ekonomi ekonomi kreatif sehingga
tidak terkendala oleh sarana dan prasarana fisik untuk menjalankan program memajukan
ekonomi kreatif.

‘Satu Data’ merupakan program unggulan KKP untuk mendukung kebijakan nasional sebagai
wujud peningkatan kualitas data, penyatuan data, dan pembukaan akses data bagi masyarakat
luas. Selain itu, ‘Satu Data’ KKP sebagai wujud keterbukaan informasi publik, agar
masyarakat dapat mengakses langsung sekaligus sebagai pengawasan publik terhadap
kebijakan KKP. Keterbukaan informasi publik juga merupakan tuntutan zaman yang harus
disikapi dan diantispasi dengan baik.
Menteri Susi berharap, program ‘Satu Data’ dapat memberi kontribusi lebih kepada kinerja
KKP di masa mendatang. Agar kebijakan dan program pembangunan kelautan dan perikanan
yang telah dilaksanakan selama ini dapat terus memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional. Begitulah seharusnya cara berpikir untuk memajukan bangsa.

KE DEPAN SAYA TIDAK MAU LAGI ANGGARAN KKP UNTUK PEMBANGUNAN


PELABUHAN DAN JALAN KARENA ITU BUKAN PEKERJAAN KAMI."
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menginginkan
60 persen anggaran sektor kelautan dan perikanan benar-benar untuk pemangku kepentingan
sektor tersebut dan bukan untuk sekadar membangun infrastruktur.

"Tahun depan saya ingin 60 persen anggaran harus jatuh ke stakeholder yaitu nelayan dan
pembudidaya," kata Susi Pudjiastuti di Jakarta, Senin.

Menteri Susi mencontohkan, seharusnya seluruh anggaran Direktorat Jenderal Perikanan


Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk pemberian atau perbaikan alat
tangkap para nelayan.

Namun saat ini, ujar dia, alokasi untuk alat tangkap masih 18 persen sedangkan untuk
pembangunan infrastruktur jauh lebih besar yaitu mencapai 41 persen. "Ke depan saya tidak
mau lagi anggaran KKP untuk pembangunan pelabuhan dan jalan karena itu bukan pekerjaan
kami," katanya.

Menurut dia, tugas untuk membangun infrastruktur seharusnya diberikan kepada


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Ia juga menyatakan, pada tahun 2016 ingin membuat program kapal tangkap yang terbuat
dari fiber dan alumunium, bukan lagi kapal kayu.

Hal itu, lanjutnya, karena kapal kayu pada saat ini dinilai tidak terlalu "bankable" oleh pihak
perbankan.

Sebelumnya, Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin mengatakan anggaran yang
disebarkan dalam berbagai program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) harusnya
seimbang antara program kesejahteraan, kedaulatan dan keberlanjutan.

"Rencana KKP dengan program unggulannya untuk fokus kesejahteraan rakyat masih terlalu
minim hanya 20 persen," kata Andi Akmal Pasluddin.

Sebagaimana diketahui, KKP di bawah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
mengalokasikan program unggulan adalah kesejahteran 20 persen, kedaulatan 30 persen, dan
keberlanjutan 50 persen.

Seharusnya, ujar Andi Akmal Pasluddin, komposisinya seimbang yaitu dengan formasi yang
hampir sama, contohnya 30 persen-40 persen-30 persen.

Apalagi, DPR RI juga sedang menyusun RUU Perlindungan Nelayan dan Pembudidaya Ikan
yang mengedepankan peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan kelautan.

Sebelumnya, Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan di Jakarta, Selasa (16/6),


mengingatkan bahwa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menutup nilai
tukar nelayan (tolok ukur kesejahteraan nelayan) pada angka 106 di bulan Oktober 2014.

Sedangkan pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, ujar Daniel Johan, angka NTN
turun menjadi 104,26 pada November 2014 dan kembali turun menjadi 102,97 pada
Desember 2014.

"Angka 102,97 telah menjadi NTN paling buruk sepanjang 2014," katanya dan mengingatkan
bahwa pengangguran juga terjadi di sepanjang pesisir pantai di sejumlah daerah karena
nelayan kerap tidak memiliki mata pencaharian lagi.

Editor: B Kunto Wibisono

Kelautan dan Perikanan: Menentukan Program Prioritas dalam RPJMD

OLEH: ARIF SUJOKO

Tahun 2013 adalah tahun terakhir berlakunya Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Tulungagung Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Tulungagung Tahun 2009-2013. Hal ini juga berarti bahwa
Kabupaten Tulungagung harus segera menyusun RPJMD baru, yaitu RPJMD Tahun 2014-
2018.

Kalau kita cermati draft RPJMD yang tengah disiapkan oleh Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bapeda), maka kita akan mengetahui tujuan pembangunan yang akan
dilaksanakan pada periode 5 tahun ke depan beserta indikator untuk mengukur keberhasilan
pencapaiannya, sekaligus kita akan mengenali program-program prioritas agar indikator
tersebut dapat diwujudkan. Karena itu, harus ada hubungan logis antara indikator kinerja
yang akan diukur dengan program prioritas untuk mewujudkan indikator tersebut.

Terdapat 8 indikator makro pembangunan yang berusaha diwujudkan melalui program-


program prioritas di berbagai urusan. Urusan kelautan dan perikanan yang biasanya
dikelompokkan dalam bidang ekonomi tentu saja juga menggunakan pendekatan indikator
pembangunan berupa ukuran ekonomi yang dalam hal ini adalah Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Karena itu, akan lebih tepat apabila program prioritas dalam urusan kelautan
dan perikanan adalah program yang paling signifikan dalam pembentukan PDRB.

PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah tertentu
dalam waktu tertentu. PDRB biasanya memberikan gambaran taraf aktivitas perekonomian
suatu wilayah sehingga bisa diketahui apakah perekonomian dalam daerah tersebut sedang
lesu atau bergairah.
Dalam perhitungan PDRB, perikanan menjadi salah satu subsektor dalam sektor pertanian.
PDRB subsektor perikanan dihitung dengan menggunakan nilai tambah bruto (NTB).
Perhitungan PDRB subsektor perikanan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di
tingkat kabupaten. Dalam perhitungan tersebut, NTB hanya dihitung dari 3 jenis kegiatan,
yaitu budidaya ikan, penangkapan ikan, dan pengolahan ikan secara sederhana (pengeringan
dan penggaraman).

Dari uraian di atas, kita akan mencoba mendiskusikan apakah program prioritas yang
tercantum dalam draft RPJMD 2014-2018 sudah sesuai dengan indikator PDRB atau belum
sesuai. Dalam draft RPJMD, urusan kelautan dan perikanan memiliki 2 program prioritas.
Pertama, Program Pengembangan Budidaya Perikanan, dan yang kedua adalah Program
Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan.

Saya tidak tahu persis mengapa untuk urusan kelautan dan perikanan hanya ada 2 program
dalam RPJMD, padahal urusan lain, misalnya lingkungan hidup mencantumkan hingga 5
program. Seharusnya banyak sedikitnya jumlah program tersebut didasarkan pada
perbandingan relatif antar program ditinjau dari posisi strategisnya dalam pembangunan.
Kalau prinsip ini digunakan, maka pemilihan program prioritas dalam satu urusan juga perlu
pertimbangan rasional, khususnya hubungan “langsung” antara program yang dipilih dengan
indikator pembangunan yang hendak diukur.

Dalam draft RPJMD 2014-2018 tidak terdapat penjelasan lebih rinci dari program prioritas.
Karena itu, kita hanya bisa mengembangkan tafsiran logis dari nomenklatur program untuk
kemudian memberikan analisis kesesuaiannya dengan indikator terkait.

Program Pengembangan Perikanan Budidaya ,misalnya, secara langsung memiliki


kontribusi dalam pembentukan PDRB subsektor perikanan. Program ini bisa berisi upaya-
upaya untuk meningkatkan produksi, produktivitas dan efisiensi dalam kegiatan budidaya
ikan yang semuanya merupakan sumber untuk meningkatkan NTB dalam perhitungan PDRB.

Dengan demikian, Program Pengembangan Perikanan Budidaya sangat layak menjadi


program prioritas dalam RPJMD 2014-2018. Lantas, bagaimana dengan Program
Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan? Secara nomenklatur,
program kedua ini memang menarik. Selama ini, program yang serupa seringkali dititik
beratkan pada penciptaan berbagai jenis pengolahan hasil perikanan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa penganekaragaman produk olahan hasil perikanan adalah
kegiatan yang baik, tetapi apakah kegiatan dalam Program Peningkatan Mutu dan
Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan ini secara otomatis juga mendukung pencapaian
indikator PDRB subsektor perikanan? Jawabannya belum tentu, bahkan bisa jadi tidak
mendukung secara langsung pembentukan PDRB subsektor perikanan.

Bahkan misalnya ada 1001 macam olahan modern produk hasil perikanan, sangat mungkin
pengaruhnya pada PDRB subsektor perikanan tidak signifikan. Hal ini disebabkan, dalam
perhitungan PDRB subsektor perikanan kegiatan ekonomi pengolahan hasil perikanan yang
dihitung adalah pengolahan sederhana, sekedar penggaraman dan pengeringan ikan.

Karena itu pula, pembentukan PDRB subsektor perikanan selalu didominasi oleh kegiatan
ekonomi di sektor hulu, baik budidaya maupun penangkapan ikan. Oleh sebab itu, perikanan
tangkap juga memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan PDRB suksektor perikanan.
Hal tersebut juga mengindikasikan program prioritas, kalau memang perikanan hanya
memiliki 2 program saja dalam RPJMD 2014-2018, maka program prioritas kedua
seharusnya adalah program prioritas terkait kegiatan penangkapan ikan. Dalam hal ini,
nomenklatur programnya bisa dituliskan sebagai Program Pengelolaan Perikanan Tangkap.

Pemilihan Program Pengelolaan Perikanan Tangkap dibanding dengan Program


Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan tidak hanya didukung
kenyataan bahwa kegiatan ekonomi dalam penangkapan ikan lebih memiliki pengaruh dalam
pembentukan PDRB subsektor perikanan, program ini juga memiliki kontribusi untuk
mewujudkan indikator makro lainnya, yaitu pengurangan tingkat kemiskinan.

Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa masyarakat nelayan merupakan salah satu
kantung kemiskinan di Indonesia, bahkan seringkali mereka adalah kelompok termiskin dari
masyarakat miskin. Dari dua pertimbangan ini, tidak ada alasan untuk tidak mencantumkan
Program Pengelolaan Perikanan Tangkap dalam RPJMD 2024-2018.

Sebagai penutup, sekali lagi saya tegaskan bahwa Program Peningkatan Mutu dan
Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan adalah program yang penting, tetapi dalam
konteks pencapaian indikator PDRB Program Pengelolaan Perikanan Tangkap masih jauh
lebih penting. Penegasan ini perlu agar tidak ada salah persepsi terhadap pendapat saya,
karena sebagaimana perkataan bijak, “Banyak orang menyalahkan suatu pendapat bukan
karena pendapat itu salah, tetapi karena kesalahan orang tersebut dalam memahaminya”.

Bagaimana pendapat Anda?

STRATEGI UTAMA PENCAPAIAN


SASARAN PRODUKSI 353%
PERIKANAN BUDIDAYA
Posted by Andhi Fish Jogja
0

Dalam mewujudkan Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan: “Indonesia Penghasil Produk
Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015″ dengan Misi Mensejahterakan Masyarakat
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan perikanan
budidaya sebagai ujung tombak penghasil produk perikanan. Untuk mewujudkan visi dan
misi tersebut, peningkatan produksi budidaya perikanan sebesar 353% telah dicanangkan
sebagai program andalan. Peningkatan produksi budidaya perikanan tersebut terus
diupayakan sampai memenuhi target dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan total
produksi hasil perikanan Indonesia mencapai 353% pada tahun 2014 dengan menargetkan
sasaran produksi ikan sampai dengan tahun 2014 sebesar 16,89 juta ton dengan 11 komoditas
unggulan utama yaitu udang, bandeng, patin, lele, nila, rumput laut, kerapu, kakap, gurame,
mas dan lainnya. Adapun yang melatar belakangi perikanan budidaya sebagai ujung tombak
penghasil perikanan terbesar tahun 2015 yaitu
 Semakin berkembangnya usaha budidaya ikan/udang;
 Potensi pasar lokal dan luar negeri;
 Tuntutan konsumen terhadap mutu;
 Meningkatkan jaminan mutu;
 Persaingan usaha yang sehat.

Pencapaian angka 353% produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 bukanlah sesuatu
yang mustahil. Melihat potensi pengembangan perikanan budidaya yang masih sangat luas
maka hal tersebut dapat dicapai dan cita-cita untuk menjadi yang terbesar terwujud tentu
dengan ketekunan dan kerja keras. Untuk mewujudkan target tersebut maka arah kebijakan
perikanan budidaya yaitu

 Program percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya untuk ekspor


(Propekan) dengan fokus peningkatan daya saing melalui pengembangan dan
penguatan penerapan teknologi yang super efisien dan ramah lingkungan;
 Program percepatan peningkatan produksi perikanan budidaya untuk konsumsi ikan
masyarakat (Proksimas) dengan fokus peningkatan komoditas yang mudah
dikembangkan, penguatan komoditas spesifik daerah dan pengembangan kolam
pekarangan masyarakat;
 Program perlindungan dan rehabilitasi sumberdaya perikanan budidaya (Prolinda)
dengan fokus peningkatan kepedulian masyarakat pembudidaya ikan dalam
pelestarian ekosistem sumberdaya perikanan budidaya.

Capaian peningkatan produksi perikanan budidaya 353% dapat ditunjukkan dengan outcomes
indicator:

 Volume dan nilai produksi perikanan budidaya;


 Volume produksi perikanan budidaya untuk konsumsi ikan masyarakat;
 Volume produksi budidaya untuk ekspor;
 Jumlah tenaga kerja yang terserap.

Dengan target peningkatan produksi 353% seperti yang telah diuraikan di atas, maka strategi
difokuskan pada tiga hal mendasar dalam strategi dasar pencapaian produksi yakni:

 Ekstensifikasi, memperluas dan atau menambah unit usaha budidaya.


 Intensifikasi, meningkatkan produktivitas dari setiap unit usaha budidaya.
 Diversivikasi, menambah jenis/komoditas yang diusahakan.

Ketiga hal tersebut dapat bersamaan, tetapi khusus untuk komoditas udang windu dan
bandeng, hanya dilakukan melalui intensifikasi. Tentunya, ketiga strategi dasar tersebut tidak
hanya digunakan sebagai kerangka konseptual untuk mencapai visi dan misi Kementerian
Kelautan dan Perikanan tetapi lebih dari itu ketiga strategi dasar tersebut tersirat dalam
kebijakan KKP secara faktual. Beberapa langkah strategi dasar tersebut perlu diikuti dengan
strategi utama pencapaian sasaran produksi perikanan budidaya yang dapat mendukung
keberhasilan visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni:

1. Pemilihan spesies kultivan


Makin banyak alternatif spesies kultivan makin kecil ketergantungan untuk satu species
tertetu dan makin banyak tersedia alternatif usaha. Pemilihan spesies kultivan harus
mempertimbangkan:

 Permintaan pasar domestik dan ekspor yang cukup besar


 Dapat dikembangkan di perairan umum (danau, waduk, rawa dan sungai), laut dan
lahan- lahan Marjinal (gambut dan rawa dangkal)
 Teknologinya sederhana, sehingga mudah diterapkan Pokdakan baik pembenihan dan
pembesaran ikan
 Merupakan kegiatan usaha terutama skala kecil yang menguntungkan.

2. Penggunaan induk/benih unggul

Salah satu unsur yang berperan penting dalam penyediaan induk unggul dan benih bermutu
adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perbenihan, tidak hanya memberikan kontribusi
bagi penyediaan benih bermutu, tetapi juga berperan dalam mendorong berkembangnya
kawasan usaha budidaya baru, memberi kontribusi pendapatan asli daerah (PAD), serta
sebagai pembina dan pendamping teknologi kepada masyarakat pembenih (UPR dan HSRT)
termasuk dalam hal penerapan CPIB.

Benih merupakan input sarana produksi yang sangat penting dan menjadi salah satu faktor
penentu keberhasilan usaha perikanan budidaya. Selain harus tersedia dalam jumlah yang
cukup dan berkelanjutan, mutu benih juga haruslah terjamin. Benih yang bermutu dicirikan
antara lain; pertumbuhan cepat, seragam, sintasan tinggi, adaptif terhadap lingkungan, bebas
parasit dan tahan penyakit serta efisien dalam penggunaan pakan. Penyediaan benih bermutu
dapat dicapai bila unit pembenihan menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB)
dalam proses produksi benihnya. Strategi utama pencapaian produksi melalui penggunaan
induk/benih unggul yaitu:

1. Pembangunan brood stock centre untuk ikan bersirip (fin fish) dan udang
2. Induk unggul yang sudah di release:

 Nila (JICA, Gesit, Nirwana, Umbulan, Larasati, BEST, Wanayasa)


 Patin (Jambal, Pasupati)
 Udang Cherax (C albertisii, C quadricarinatus)
 Mas (Sinyonya, Majalaya)
 Lele (Sangkuriang)
 Udang Galah (G-Macro)
 Udang Vaname (Nusantara I)

3. Disetiap provinsi didirikan Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) dimana produksi induk
penjenis dan mendistribusikan ke BBI dan UPR

3. Penyediaan sarana dan prasarana budidaya yang memadai

Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung baik fisik kewilayahan maupun sarana dan
prasarana usaha perikanan mutlak dikemukakan sebagai prasyarat keharusan sekaligus acuan
pertimbangan bagi kemudahan pengembangan budidaya ikan kedepan. Berkenaan dengan
jenis usaha/komoditas yang akan dikembangkan dan dikaitkan dengan sebaran wilayah usaha
budidaya/produksi perikanan, maka sarana dan prasarana fisik yang perlu mendapatkan
perhatian meliputi prasarana dan sarana tranportasi, kelistrikan, dan telekomunikasi.
Penyediaan sarana dan prasarana budidaya yang memadai melalui:

 Penguatan kelembagaan UPT Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;


 Penguatan kelembagaan Balai Benih Sentral & Lokal;
 Pembangunan prasarana budidaya melalui Kementerian Pekerjaan Umum;
 Pembangunan sarana budidaya di masyarakat (kolam, KJA, karamba)

4. Peningkatan daya saing

Ikan merupakan salah satu pembatas dalam budidaya. Keberadaannya baik secara kualitas,
kuantitas dan kontinyuitas tidak saja menentukan dapat tidaknya usaha perikanan berjalan
tetapi juga produktivitas, kualitas dan daya saing global dalam pasar global. Daya saing dapat
ditingkatkan dengan menerapkan pola tujuh tepat yakni jenis, jumlah, mutu, ukuran, waktu,
tempat dan harga. Strategi utama pencapaian produksi melalui peningkatan daya saing:

 Pemilihan Lokasi yang tepat


 Penerapan Teknologi Tepat Guna
 Penerapan food safety dan food security
 Mengurangi biaya produksi (pakan, sarana dan prasarana)

5. Pengendalian hama dan penyakit ikan

Pengendalian hama dan penyakit ikan adalah upaya pencegahan masuk dan tersebarnya,
pengobatan, dan pemberantasan hama dan penyakit ikan, yang meliputi kegiatan-kegiatan
persiapan dan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit ikan, analisis dan evaluasi hasil
pengendalian hama dan penyakit ikan, bimbingan pengendalian hama dan penyakit ikan, dan
pengembangan metode pengendalian hama dan penyakit ikan, serta pembuatan koleksi,
visualisasi, dan informasi. Strategi utama pencapaian produksi melalui pengendalian hama
dan penyakit ikan:

 Benih tahan penyakit SPR (Specific Pathogen Resistant);


 Penerapan Good Aquaculture Practice (CPIB dan CBIB) yang tepat;
 Penguatan laboratorium kesling di UPT-Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya;
 Pembangunan pusat laboratorium kesling di Serang-Banten;
 Penyelenggaraan lab-keliling (mobile-lab).

6. Bantuan permodalan (DPM, BS-PUKPB, subsidi benih, wirausaha, PUMP dll).

Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) memberikan paket bantuan langsung bagi


masyarakat melalui Program Nasional Pengembangan Usaha Mina Perdesaan (PUMP).
Kegiatan PUMP merupakan pemberdayaan masyarakat kelautan dan perikanan di perdesaan.
Paket bantuan langsung tersebut pada tahun 2010 telah digulirkan kepada pelaku wirausaha
perikanan pemula dimana paket budidaya ditujukan bagi 273 kabupaten/kota pada 33
provinsi. Pelaku wirausaha pemula ini diutamakan kepada para sarjana, baik sarjana
perikanan maupun sarjana bidang lain. Komoditas perikanan yang dikembangkan antara lain
rumput laut, ikan lele, patin, bandeng, mas, nila, dan polikultur udang. KKP juga
mengalokasikan PUMP tahun 2011 pada 300 kabupaten/kota .

Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya


0

Read more: http://benihikan.net/perikanan-budidaya/strategi-utama-pencapaian-sasaran-


produksi-353-perikanan-budidaya/#ixzz4erucADwL

Pencapaian & Program Perikanan Budidaya


Komoditas Lain Jakarta (TROBOS).
Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya (DJPB),
Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) menggelar
jumpa pers di Gedung Mina
Bahari IV KKP (1/10).
Slamet Soebjakto selaku
Direktur Jenderal Perikanan
Budidaya memaparkan
capaian program kerja DJPB
selama tahun 2016.

Ada 10 program utama


tahun ini yang disampaikan
Slamet. Sepuluh program
tersebut antara lain 100 juta
ekor benih, 410 unit kincir
air, 100 hektar minapadi,
185 kawasan kebun bibit
rumput laut, 202 paket
keramba jaring apung
(KJA), 60 paket kekerangan,
39 unit excavator, 84 paket
pakan ikan mandiri, 715
bantuan sarana prasarana
budidaya, dan 888 paket
budidaya rumput laut.

“Pencapaian program sudah


ada yang 100 % dan lebih
dari 100 %, yang belum 100
% targetnya akan
diselesaikan November ini, ”
Ujar Slamet menjelaskan
persentase capian 10
program prioritas tersebut.
Program yang melebihi
target adalah program 100
juta ekor benih, Slamet
mengklaim bahwa benih
ikan yang disebar mencapai
153 juta ekor. “Kelebihan 53
juta dari target kita,”
pungkas Slamet.

Selain menjabarkan capaian


program DJPB tahun 2016,
Slamet juga menyampaikan
rencana program DJPB
untuk tahun 2017. Selain
melanjutkan 10 program
utama tahun ini, DJPB juga
menambah 8 program
proiritas baru untuk tahun
2017. Delapan program baru
tersebut antara lain 3 unit
budidaya laut lepas pantai, 1
unit pabrik pakan ikan,
revitalisasi 7 Balai Benih
Ikan (BBI), 250 paket
revitalisasi KJA,
pembangunan Sentra
Kelautan dan Perikanan
Terpadu (SKPT) di 3 lokasi,
asuransi untuk 1.000 hektar
budidaya, 50 alat
laboratorium dan 7.000
sampel residu, serta
revitalisasi 300 hektar
tambak. asep
Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Membentuk Tim
Atasi Ikan Berformalin
Kategori : Umum Rabu, 04 Maret 2015 - Oleh

Banda Aceh – Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)


Provinsi Aceh, segera membentuk tim terpadu untuk
memantau dan memeriksa beredarnya ikan berformalin di
Banda Aceh dan pasar ikan lainnya yang ada di
kabupaten/kota di Aceh. Tim itu dibentuk atas perintah
Gubernur Aceh dan masukan-masukan yang diterima dari
masyarakat.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh, Ir T


Diauddin kepada Serambi Senin (2/3) menegaskan,
pihaknya segera membentuk tim terpadu yang terdiri dari
berbagai unsur, Satpol PP, TNI/Polri dan unsur terkait
lainnya. Katanya, pembentukan tim untuk mengambil
sampel ikan yang dijual itu atas perintah Gubernur Aceh
dan masukan dari masyarakat, termasuk keluhan dan uneg-
uneg yang disampaikan warga melalui surat pembaca
(kolom droe kei droe) harian ini yang dimuat pada 13
Februari 2015 lalu, berjudul Pasar Ikan Peunayong dan TPI
Lampulo Kok Bau Obat.?

Menurutnya, tim yang dibentuk itu akan mengambil


sampel ikan yang dijual di semua pasar ikan yang ada di
Bana Aceh, Aceh Besar serta di sejumlah Tempat
Pendaratan Ikan (TPI) yang ada di kabupaten/kota. “Jika
nanti kedapatan ada pedagang yang menjual ikan
berformalin, maka akan diusut sesuai hukum yang
berlaku,” tegas T Diauddin.

Sebab, jauh-jauh hari DKP Aceh telah mensosialisasikan


kepada para pedagang ikan dan nelayan serta ketua pasar
ikan agar tidak menjual atau memberi bahan pengawet ikan
dari bahan berbahaya, seperti halnya formalin, borak dan
bahan kimiawi lainnya yang dapat membahayakan
kesehatan masyarakat yang mengkonsumsinya. “Saya
tegaskan, ketua pasar ikan juga harus bertanggungjawab
jika kedapatan ada ikan yang berformalin dijual kepada
masyarakat,” tambah Kepala DKP Aceh tersebut.

Pada bagian lain Kepala DKP Aceh itu juga mengatakan,


sebelumnya pada Oktober 2014 lalu tim DKP Aceh juga
telah mengambil sampel ikan bakar di beberapa warung
kuliner yang ada di Simpang Mesra, Banda Aceh. Dari
hasil pemeriksaan laboratorium diketahui ikan yang dijual
itu tidak terdapat bahan pengawet berbahaya.

Namun, katanya pemeriksaan ikan yang dijual di warung


kuliner itu tidak terputus sampai disitu. Tapi akan terus
dipantau dan diperika secara rutin sehingga benar-benar
ikan dijual layak konsumsi oleh masyarakat. “Bukan hanya
di Simpang Mesra, semua lokasi kuliner yang
mengandalkan ikan bakar yang ada di Banda Aceh dan
Aceh Besar akan diperiksa secara rutin,” ujar T Diauddin.

Begitupun, Diauddin tidak menyepelekan masukan dari


masyarakat tentang indikasi beredarnya ikan berformalin di
Banda Aceh dan Aceh Besar. Sebab, menurutnya juga
banyak ikan yang dipasok dari Sumatera Utara. Karena itu,
Diauddin berjanji akan mengfungsikan Pos Pengawasan di
Perbatasan Aceh-Sumut di Aceh Tamiang. “Dengan
difungsikan pos pengawasan di perbatasan, ikan yang
keluar ataupun yang masuk ke Aceh bisa diperiksa terlebih
dahulu di pos itu,” papar Kepala DKP Aceh tersebut.

Sumber : dkp.acehprov.go.id

SINGKIL - Dinas Perikanan Kabupaten Aceh Singkil kembali mengembangkan keramba


jaring apung jenis ikan tawar, melalui program kemasyarakatan pada 2017 ini.
"Program tersebut merupakan lanjutan usulan sesuai kebutuhan masyarakat pada 2016, yang
belum terealisasi," kata Kabid Budidaya Perikanan, pada dinas tersebut, Zulkifli kepada
GoAceh, di Singkil Utara, Kamis (23/3/2017).

Kata Zulkifli, keramba jaring apung air tawar, jenis ikan mas ini akan dibangun di lokasi
keramba embung Sianjo-Anjo, Gampong Tunas Harapan, Kecamatan Gunung Meriah
berukuran 4 x 3,5 meter, melalui pembiayaan Otsus Aceh senilai Rp 492.597, pelaksana CV
Khaziq Cipta Consultan.
Dinas Perikanan akan memberikan bantuan alat untuk pengembangan budidaya ikan lele
pada program lainnya. Meliputi 2 titik di Gampong Pulo Sarok dan 2 titik Gampong Selok
Aceh, Kecamatan Singkil yang dibiayai DAK 2017 senilai Rp 400 juta.

"Bantuan hanya berupa alat, lanjutannya masyarakat harus bisa menghasilkan bibit sendiri
untuk budidaya lele," ucapnya, yang menyebutkan keramba ikan tawar bantuan perikanan
tahun-tahun sebelumnya, di beberapa daerah sampai ini juga masih berjalan.

Kemudian kegiatan melalui aspirasi dewan tahun 2017, untuk pembuatan kolam ikan tawar,
di 3 lokasi. masing-masing di Kecamatan Singkil dengan nilai anggaran Rp 177 juta dan 2
titik di Kecamatan Danau Paris nilai Rp 187 juta dan Rp 93 juta.

"Bantuan kolam ini sekaligus dibantu bibit dan pakan untuk budidaya ikan nila," jelasnya.

Selain budidaya ikan tawar, usulan masyarakat lainnya dari Kecamatan Pulau Banyak (PB),
belum bisa terealisasi. Masyarakat di PB ini mengusulkan bantuan untuk pengembangan
budidaya kepiting asoka atau kepiting lunak.

Usulan ini belum bisa direalisasikan, lantaran dinas maupun masyarakat masih belum
menguasai teknis untuk itu.

Namun, program ini sudah dimasukkan untuk kegiatan tahun 2018. Akan tetapi harus terlebih
dahulu membuat kawasan konservasi dengan melestarikan hutan bakau untuk berkembang
biak kepiting.

"Konservasi ini direncanakan per kecamatan seperti Singkil dan Singkil Utara, namun proses
sangat panjang selain sosialisasi ke masyarakat harus menyiapkan SDM yang ada," ucap
Zulkifli.

Sementara bantuan keramba tancap di kawasan pesisir jenis ikan laut juga pernah dibuat di
Gosong Telaga, Singkil Utara. Namun kendalanya, saat hujan air tawar melimpah dan kadar
garam berkurang. Sehingga ikan yang terkurung di tambak itu bisa mati.

"Selain itu juga terkendala bibit yang harus didatangkan dari luar daerah," pungkasnya.

Ads
- See more at: https://www.goaceh.co/berita/baca/2017/03/24/dinas-perikanan-lanjutkan-
pengembangan-jaring-apung-ikan-tawar#sthash.Wrqus36y.dpuf

ACEH TIMUR/SUA : Pemerintah aceh berkomitmen membangun perikanan diaceh ,untuk


mensejahterakan para pengiat usaha di bidang perikanan dan para nelayan di seluruh aceh.

Banyak hal yang telah di lakukan oleh pemerintah aceh lewat dinas perikanan dan kelautan
dalam beberapa tahun ini,banyak Fasilitas yang mendukung pelabuhan di aceh,sarana dan
prasarana yang telah di bangun di bidang perikanan.beberapa titik telah terlihat secara nyata
,seperti pelabuhan samudera lampulo yang sudah tertata dengan rapi juga jalan memasuki ke
kawasan tersebut telah di aspal begitu bagus.
Juga terlihat di wilayah bireun tepatnya tempat pendaratan ikan di kawasan peudada, juga
pelabuhannya telah tertata dengan rapi ini salah satu kinerja dari pada kepala dinas kelautan
dan perikanan aceh bapak ir.Ziuddin yang selama ini komit memperhatikan kesejahteraan
para pengiat usaha di bidang perikanan dan para nelayan.

selama menjabat kepala dinas perikanan dan kelautan aceh ir.Ziuddin sudah mampu
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar wilayah aceh timur,tepatnya kawasan
idi.dalam kunjungan kerja bapak gubernur aceh ke wilayah aceh timur pada tanggal
4/04/2016 bersama kepala dinas perikanan dan kelautan aceh sempat melihat tempat
menyimpanan ikan/kamar pendigin ikan[cold stored].

Menurut kepala dinas kelautan dan perikanan, aceh saat berbincang-bincang dengan bapak
gubernur,bahwa selama Ini di aceh timur apabila penangkapan ikan terlalu banyak ,maka ikan
tak akan terbuang lagi/atau busuk karena sudah ada tempat pendingin ikan di wilayah
tersebu,ikan-ikan itu akan awet dengan harga sesuai harga di pasaran baik dalam negeri
maupun di luar negeri

ini hal yang sangat membanggakan bagi kita semua selama ini,bahwa dinas perikanan aceh
peduli terhadap para pengiat usaha di bidang perikanan.

Di hadapan gubernur yang di dapingi kadis perikanan aceh,salah satu pengelola tempat
penampungan ikan yang bernama Irfan mengatakan kepada doto zaini Abdullah ,bahwa saya
,saya dulu di medan,bapak Ziuddin meminta saya pulang untuk membangun aceh lewat
perikanan dan saya di minta oleh kadis perikan aceh untuk pengelola tempat penyimpan ikan
ini.

berkat bapak kadis saya sudah bisa memperkerjakan masyarakat disini sebangai penyortil
ikan untuk di kirim k ke luar daerah maupun luar negeri setiap hari.

Selama ini saya bisa meng gaji para karyawan lepas dengan gaji sekita antara 50.000/100.000
rupiah setiap hari,ini berkat dari pada bapak kadis ir.ziuddin bapak gubernu,ucap irfan
pengelola tempat penyimpanan ikan,dengan tersenyum doto Zaini memberikan apreasi
kinerja daripada bapak ir.Zhiuddin. komitmen DKP Aceh dalam menciptakan lapangan kerja
bagi pengiat di bidang perikanan patut kita banggakan.

Banyak program-program yang di lakukan oleh DKP Aceh, kerja nyata dinas DKP Aaceh
Langsung menyentuh perekonomian pada masyarakat ,salah satu pekerja di tempat
penyimpanan ikan,yang bernama Abdullah mengucapkan terima kasih kepada bapak
gubernur aceh yang sudah menyempatkan diri untuk berkunjung ke pabrik penyimpanan ikan
,dengan adanya tempat ini kami sudah bisa bekerja.

Pabrik penyimpannan ikan ini sudah mampu menampung tenaga kerja kurang lebih 2.00
karyawan dan kami sudah bisa menyekolahkan anak-anak dengan ada pabrik penyimpanan
ikan ini,dan kami juga berterima kasih kepada bapak kepala dinas kelautan dan perikanan
aceh,bapak ir.zhiuddin yang telah menciptakan lapangan kerja di wilayah kami ini,semoga
bapak kadis masa-masa mendatang akan lebih banyak lagi menciptakan lapangan kerja di
aceh ,dengan membuka lapangan kerja, kami masyarakat ini tidak lagi susah dalam mencari
pekerjaan,ucap Abdullah.

Cold Storage untuk pendingin Ikan di Indonesia.

Photo/Ilustarasi/Cold Storage.

Ikan merupakan makanan yang mudah mengalami pembusukan. Apalagi di daerah tropis seperti
Indonesia yang bersuhu relatif tinggi.Akan tetapi, umur penyimpanan ikan dapat diperpanjang
dengan penurunan suhu. Bahkan ikan yang dibekukan dapat disimpan sampai beberapa bulan,
sampai saat dibutuhkan ikan dapat dilelehkan dan diolah lebih lanjut oleh konsumen. Rantai aliran
makanan beku atau rantai dingin (cold
chain) umumnya terdiri dari : pembekuan, penyimpanan dalam gudang dingin, diangkut dengan
mobil berpendingin (refrigerated truck), dipamerkan dalam lemari dingin di toko makanan, akhirnya
disimpan di dalam freezer lemari es di rumah.Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk
disimpan di dalam suhu rendah cold storage. Seperti pendinginan, pembekuan dimaksudkan untuk
mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh di
bawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es,
tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali
seperti sebelum dibekukan. Ikan-ikan yang dibekukan untuk dikonsumsi mentah (sashimi) mutlak
memerlukan terpeliharanya sifat-sifat ikan segar yang dibekukan, agar ketika dilelehkan tidak dapat
dibedakan dari ikan segar.PROSES PEMBEKUAN
Tubuh ikan sebagian besar (60-80%) terdiri atas cairan yang terdapat di dalam sel, jaringan, dan
ruangan-ruangan antar sel Sebagian besar dari cairan itu (+67%) berupa free water dan selebihnya
(+5%) berupa bound water. Bound water adalah air yang terikat kuat secara kimia dengan substansi
lain dari tubuh ikan.

Pembekuan berarti mengubah kandungan cairan tersebut menjadi es. Ikan mulai membeku pada
suhu antara -0,60C sampai -20C, atau rata-rata pada -10C. Free water membeku terlebih dahulu
kemudian disusul oleh bound water.Proses tersebut terbagi atas 3 tahapan yaitu:
1. Tahap pertama suhu menurun dengan cepat sampai 00C yaitu titik beku air.
2. Tahap kedua suhu turun perlahan-lahan untuk merubah air menjad kristal-kristal es. Tahap ini
sering disebut periode ”thermal arrest”.
3. Tahap ketiga suhu kembali turun dengan cepat ketika kira-kira 55% air telah menjadi es. Pada
tahap ini sebagian besar atau hampir seluruh air membeku.Berdasarkan panjang pendeknya waktu
thermal arrest ini pembekuan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pembekuan lambat (slow freezing), yaitu bila thermal arrest time lebih dari 2 jam.
2. Pembekuan cepat (quick freezing), yaitu pembekuan dengan thermal arrest time tidak lebih dari 2
jam.
Kristal-kristal es yang terbentuk selama pembekuan dapat berbeda-beda ukurannya tergantung
pada kecepatan pembekuan. Pembekuan cepat menghasilkan kristal-kristal yang kecil-kecil di dalam
jaringan daging ikan. Jika dicairkan kembali, kristal-kristal yang mencair diserap kembali oleh daging
dan hanya sejumlah kecil yang lolos keluar sebagai drip.
Sebaliknya pembekuan lambat menghasilkan kristal-kristal yang besar-besar. Kristal es ini mendesak
dan merusak susunan jaringan daging. Tekstur daging ketika ikan dicairkan menjadi kurang baik,
berongga, keropos dan banyak sekali drip yang terbentuk. Ikan yang dibekukan dengan lambat tidak
dapat digunakan sebagai bahan bagi pengolahan-pengolahan tertentu misalnya pengalengan,
pengasapan, dan sebagainya. Atas pertimbangan-pertimbangan diatas, maka disamping untuk
menyingkat waktu dan menghasilkan output yang tinggi maka ikan mutlak dibekukan dengan cepat.
Kecepatan Pembekuan

Belum ada definisi tentang pembekuan cepat yang dapat diterima semua pihak. Beberapa pendapat
dikemukakan dengan alasan sendiri-sendiri. Sangat langka orang yang dapat membedakan ikan
segar dengan ikan yang dibekukan antara 1 jam dan 8 jam. Tetapi jika lebih dari 12 jam,
perbedaannya jadi nyata. Pembekuan yang memakan waktu 24 jam atau lebih yang dilakukan
dengan freezer yang dirancang atau dioperasikan dengan buruk pasti akan menghasilkan ikan beku
dengan kualitas rendah. Pembekuan yang berkepanjangan, misalnya pembekuan yang dilakukan
dengan menimbun ikan di cold storage, dapat menyebabkan ikan membusuk oleh kegiatan bakteri
sebelum bagian tengah tumpukan ikan mencapai suhu yang rendah.

Inggris menentukan batas waktu tidak lebih daripada dua jam untuk melewati daerah kritis sebagai
pembekuan cepat, sedangkan Jepang memberikan kriteria kurang dari 30 menit untuk melewati
daerah kritis sebagai pembekuan cepat, sementara Amerika Serikat menggunakan waktu 70-100
menit untuk membedakan pembekuan cepat dan lambat. Inggris menentukan batas waktu tidak
lebih daripada dua jam untuk melewati daerah kritis sebagai pembekuan cepat, sedangkan Jepang
memberikan kriteria kurang dari 30 menit untuk melewati daerah kritis sebagai pembekuan cepat,
sementara Amerika Serikat menggunakan waktu 70-100 menit untuk membedakan pembekuan
cepat dan lambat.
Definisi yang lebih banyak diterima tidak menyebutkan lama pembekuan atau kecepatan
pembekuan, tetapi semata-mata menyebutkan bahwa ikan harus dibekukan secepatnya dan
diturunkan suhunya didalam freezer hingga mencapai suhu penyimpanan.ALAT PEMBEKU IKAN
COLD STORAGE
Ikan yang telah dibekukan perlu disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk mempertahankan
kualitasnya. Biasanya ikan beku disimpan dalam cold storage, yaitu sebuah ruangan penyimpanan
yang dingin.Penyimpanan ini merupakan tahap yang pokok dari cara pengawetan dan pembekuan.
Suhu yang biasanya direkomendasikan untuk cold storage umumnya -300C hingga -600 C,
tergantung pada kebutuhan. Pada suhu ini perubahan dan denaturasi protein dapat
diminimalisasikan, selain itu aktivitas bakteri juga berkurang. walaupun penurunan mutu tetap
terjadi tetapi bisa diminimalisasikan.
Selain perubahan mikrobiologi dan kimia, selama penyimpanan beku terjadi perubahan secara fisik
yaitu pada kristal-kristal es baik bentuk maupun ukuran. Perubahan ini sering disebut Rekristalisasi
(Recristallisation). Terdapat 3 jenis rekristalisasi yang terjadi pada produk pembekuan selama
penyimpanan beku yaitu:
1. Isomass Recristallisation
Terjadi perubahan bentuk permukaan atau struktur internal dari kristal es.
2. Accretive Recristallisation
Dua kristal es yang berdekatan bergabung membentuk kristal es yang lebih besar.
3. Migratory Recristallisation
Terjadinya kenaikan ukuran rata-rata kristal es dan berkurangnya jumlah rata-rata kristal es
karena terbentuknya kristal-kristal es yang lebih besar dari kristal-kristal es yang lebih kecil.
Cold storage dapat mempertahankan mutu ikan selama 1-9 bulan, tergantung pada keadaan
danjenis ikan, cara pembekuan dan cara/kondisi penyimpanannya. Dengan teknik
penanganan yang ideal , ikan dapat disimpan lebih dari 4 tahun dalam cold storage.

Desain yang benar dan penggunaan yang benar dari cold storage dapat meminimalisasikan
kerusakan selama penyimpanan dan memperpanjang masa simpan produk. Faktor design
yang paling penting adalah:
• Suhu rendah
• Keseragaman suhu dalam seluruh ruangan cold storage
• Kestabilan suhu dengan fluktuasi yang minimal
• Distribusi udara yang baik untuk mempertahankan keseragaman suhu
• Sirkulasi udara minimum untuk mencegah dehidrasi
• Minimum ingress udara untuk meminimalkan fluktuasi

Suhu cold storage dikendalikan dengan termostat, alat ini menghentikan pendinginan jika
suhu cold storage telah mencapai derajat tertentu, dan menjalankannya kemali jika suhu naik
kempali sampai derajat tertentu pula. Selisih antara kedua suhu tersebut biasanya tidak lebih
dari 20C.

Tipe –tipe cold storage:


1. Jacketed cold storage ( cold storage berjaket)
tipe ini merupakan ruang penyimpanan yang ideal, tetapi konstruksinya sangat mahal. Ruang dalam
terisolasi total dari jaket udara. Karena itu lapisan dalam harus dibuat dari bahan yang tidak dapat
ditembus udara. Sambungan-sambungannya harus dibuat kedap udara.
Sistem cold storage ini menjamin bahwa perbedaan suhu didalam ruang penyimpan cukup kecil. Hal
ini dicapai karena aliran dari udara dingin mengelilingi bagian luar dari ruangan dalam storage. Selain
itu, karena pemasukan panas sangat kecil, RH yang tinggi dapat dipertahankan. Dengan demikian ,
dehidrasi produk sangat terbatas.

Tipe ini tidak memerlukan kipas didalam ruang penyimpan. Hal ini merupakan faktor lain yang
mendukung dihasilkannya produk yang baik. Tipe ini tidak banyak dipakai karena kemahalannya dan
karena tidak cocok jika beban panas dari produk cukup tinggi.

2. Gridded cold storage(cold storage dengan pipa pendingin polos)


Pada tipe ini, pipa pendingin polos dirangkai menutupi seluruh langit-langit dan di dinding ruangan
cold storage.Tipe ini juga menghasilkan kondisi penyimpanan yang baik karena suhu dalam ruangan
cukup merata tanpa disirkulasikan dengan kipas. Panas yang masuk melalui dinding segera
dikeluarkan tanpa mengganggu produk yang disimpan.

Kecepatan pemindahan panas kepipa hanya sedikit berkurang jika pipa tertutup es sihingga defrost
tidak perlu sering dilakukan. Cold storage jenis ini dapat bekerja berbulan-bulan tanpa defrosting.
Kelemahan atau kerugian utama dari tipe ini adalah:
1. Ada banyak saluran-saluran pipa yang komplex
2. Memerlukan bahan refrigeran dalam jumlah yang banyak
3. Struktur cold storage harus kuat untuk menahan pipa-pipa dan refrigeran.
4. Memerlukan bejana penampung regfrigeran jika cooler perlu dikosongkan untuk diperbaiki
3. Finned grid stores (cold storage dengan pipa bersirip)

Tipe ini mirip dengan gridded cold storage tapi pipa yang digunakan adalah pipa bersirip. Dengan
pipa bersirip ini jika dirangkai dilangit-langit saja sudah mencukupi, tanpa memerlukan rangkaian
pipa didinding. Dengan demikian biaya dapat dikurangi, akan tetapi kelemahannya adalah pipa tidak
menutupi dinding sehingga kondisi penyimpanannya tidak sebaik cold storage dengan pipa polos.
Pipa bersirip lebih sulit di-dfrost dan defrost perlu dilakukan sesering mungkin.
4. Cold storage dengan Unit cooler

Tipe ini paling banyak digunakan karena paling murah pemasangannya; hanya sedikit
memerlukan bahan pendingin; mudah di-defrost dan tidak memerlukan struktur penyangga
yang berat. Kelemahannya adalah beberapa rancangan tidak memungkinkan distribusi udara
yang merata di dalam cold storage sehingga menyebabkan kondisi penyimpanan yang
buruk[ADV].

DKP Aceh sinkronisasi program bidang


pengawasan SD perikanan dan kelautan di
Aceh Tenga

Takengon-LintasGayo.co : Pemerintah Aceh melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)


Aceh mengadakan acara sinkronisasi rencana kerja di bidang pengawasan sumber daya
kelautan dan perikanan di Hotel Lingge Land Takengon Kabupaten Aceh Tengah, Rabu
tanggal 16 April 2014.

Ketua pelaksana acara Ismet Nasty selaku Kasi Pengawasan Sarana, Prasarana dan
Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bidang Pengawasan, Pengendalian Mutu
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh mengatakan,
seharusnya pelaksaanaan sinkronisasi ini dilaksanakan awal tahun, sebelum musrenbang
Kabupaten.

“Untuk tahun ini dilaksanankan terlambat, untuk itu atas nama Dinas Kelautan dan Perikanan
Aceh beliau memohon maaf dan berjanji untuk tahun depan pihak DKP Aceh akan
menyelenggarakannya lebih awal,” ungkapnya.

Sinkronisasi yang bertemakan “sinkronisasi rencana kerja pengawasan untuk wilayah


pengelolaan perikanan (WPP) 571, terwujudnya kegiatan pengawasan sumberdaya kelautan
dan perikanan secara terpadu, tepat sasaran dan berkelanjutan,” bertujuan untuk
menyelaraskan program kerja seluruh kabupaten dan provinsi Aceh untuk tahun 2015
mendatang.

Acara sinkronisasi ini dilaksanakan di dua tempat di Aceh, yaitu Aceh tengah mewakili
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 571 dan Aceh Selatan untuk daerah yang masuk
dalam WPP 572.

Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Repubublik Indonesia sebagaimana diatur dalam


Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.01/MEN/2009 tentang Wilayah
Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan
RI, dalam rangka pengelolaan, perairan laut Indonesia dibagi ke dalam 11 WPP. Provinsi
Aceh termasuk kedalam dua WPP-RI. WPP 571 ditetapkan meliputi wilayah pantai timur
Aceh atau Selat Malaka hingga perairan Laut Jawa, sementara WPP 572 meliputi Samudera
Hindia termasuk pantai barat Aceh hingga wilayah selatan pulau Jawa.

Peserta yang mengikuti acara ini adalah para pejabat atau pegawai yang membidangi
pengawasan perikanan dari 12 Kabupaten di Aceh yang termasuk dalam WPP 571. Adapun
jumlah peserta yang hadir sekitar 30 orang termasuk peserta dari Provinsi Aceh.

Acara ini dibuka oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah, drh.
Rahmandi, M.Si yang menyampaikan sambutannya mewakili Bupati Aceh Tengah.

Kepada seluruh peserta yang hadir, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh
Tengah menyampaikan salam dan permohonan maaf Bupati Aceh Tengah tidak dapat hadir
dalam acara tersebut.

Rahmandi juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak Pemerintah Provinsi
melalui panitia pelaksana kegiatan, atas kepercayaannya mengadakan acara sinkronisasi
rencana kerja bidang pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan ini di Kabupaten Aceh
Tengah.

Dia juga menyampaikan arah kebijakan pembangunan pemerintah Kabupaten Aceh Tengah
di bidang perikanan, dengan target utamanya adalah menyelamatkan sumberdaya ikan asli di
Danau Lut Tawar, agar terjaga dari kerusakan dan kepunahan.

“Keberadaan dan meningkatnya jenis udang lobster air tawar di Danau Lut Tawar belakangan
ini dan belum diketahui pasti pihak yang melakukan introduksi tanpa izin jenis lobster
tersebut. Menurut studi sementara udang lobster tidak bersifat invasif terhadap jenis ikan asli
Danau Lut Tawar. Sementara itu pihak Pemda Aceh Tengah melalui Dinas Peternakan dan
Perikanan berkomitmen tidak akan melakukan introduksi atau penebaran ikan asing ke Danau
Lut Tawar, karena hal itu akan berpengaruh buruk terhadap keberadaan sumberdaya ikan
endemik di Danau Lut Tawar,” terangnya.

Sebagaimana rekomendasi pihak peneliti dari Balai Penelitian Perairan Umum (BP3U)
Kemeterian Kelautan dan Perikanan RI, yang telah melakukan penelitian di Danau Lut Tawar
selama dua tahun belakangan ini, menganjurkan untuk tidak melakukan penebaran ikan asing
(introduksi) ke Danau, dan jika ingin melakukan penebaran ikan, maka harus melakukan
penebaran ikan asli (restocking), seperti menebar jenis ikan Pedih atau ikan Peres yang
merupakan ikan asli di Danau Lut Tawar.
Pihak peneliti yang diketuai oleh Dr. Husnah, M.Phil, juga merekomendasikan agar ikan
depik (Rasbora tawarensis) dapat dijadikan ikon daerah terutama Kabupaten Aceh Tengah,
sebut Kadis. Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah mengutip pernyataan ketua
tim peneliti BP3U Palembang.

“Salah satu wujud nyata komitmen Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah
terhadap upaya pengelolaan dan pelestarian sumber daya ikan Danau Lut Tawar adalah
penerbitan buku hasil penelitian terakhir terhadap ekosistem Danau Lut Tawar oleh BP3U
Palembang dan LIPI pada tahun 2014 ini,” terang Rahmandi.

Beliau kembali menginformasikan bahwa sejumlah 80 danau di Indonesia menjadi prioritas


nasional untuk dikelola, Danau Lut Tawar termasuk dalam daftar prioritas tersebut, terang
Kadis Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah.

(PR/MA)

Anda mungkin juga menyukai