NERACA
Jakarta – Indonesia dan sembilan negara Asia Tenggara lainnya kini sudah resmi bergabung
dalam ajang pasar bebas yang akrab disebut sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Untuk memenangi persaingan pada kongsi dagang tingkat regional tersebut, maka setiap
negara anggota, termasuk Indonesia, dituntut memiliki produk berkualitas unggul dengan
harga yang kompetitif. Khusus untuk sektor kelautan dan perikanan, faktor kualitas produk
dan daya saing menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia.
Karena itu, Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan
(PDSPKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), memiliki 9 (sembilan) program
prioritas guna menjawab ketatnya persaingan baik di tingkat regional maupun global.
Kesembilan program prioritas itu adalah: Pembangunan 32 Unit Single Cold Storage, 29 Unit
Integrated Cold Storage Skala Besar/Kecil, 354 Unit Ice Flake Machine, 1 Unit Pasar Ikan
Terintegrasi, 2 Unit Kapal Angkutan Ikan, 4 Unit Sentra Kuliner, 3 Unit Pabrik Tepung Ikan,
7 Unit Warehouse Rumput Laut, dan 10 Unit Pabrik Rumput Laut.
“Dengan sembilan program yang sudah kami ramu dan diskusikan secara matang, diharapkan
mampu menjawab tantangan dan persaingan untuk terus meningkatkan kualitas dan mutu
produk kelautan dan perikanan nasional,” kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk
Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Nilanto Perbowo, saat berbincang khusus dengan
Neraca, di Jakarta, Selasa (23/2).
Dirjen Nilanto menegaskan, sektor perikanan nasional sangat siap untuk menghadapi
persaingan pasar bebas ASEAN. Bahkan, dia meyakini sektor perikanan Indonesia paling
siap di antara negara-negara Asia Tenggara lain. Karena itu, Indonesia bisa menjadi
pemenang untuk produk kelautan dan perikanan di ajang MEA. “Kalau bicara kesiapan
sektor perikanan di MEA, Indonesia sangat siap,” tegas Nilanto.
Lebih jauh Nilanto mengungkapkan, setelah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
menerapkan kebijakan moratorium izin penangkapan ikan, larangan alih muatan di tengah
laut (transshipment) serta kebijakan-kebijakan lain, maka stok ikan menjadi semakin
berlimpah, sehingga bahan baku untuk industri pengolahan ikan lebih terjamin.
“Setelah adanya kebijakan seperti moratorium dan larangan perpindahan ikan di tengah laut
antara kapal atau transhipment, produksi perikanan menjadi berlimpah. Tinggal bagaimana
terus kita dorong untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas produk sehingga mampu
mengisi pasar domestik, regional, dan global,” imbuhnya.
Ke depan, lanjut Nilanto, Indonesia berpotensi menjadi produsen perikanan terbesar se-Asia.
Apalagi, setelah adanya kebijakan moratorium izin kapal dan larangan transhipment, sektor
perikanan negara tetangga seperti Thailand dan Tiongkok turun drastis. PDB perikanan
Thailand, misalnya, tercatat anjlok hingga 31 persen, demikian pula Tiongkok. Padahal
sebelumnya, kedua negara ini merupakan pemain besar di sektor perikanan.
“Ini momentum dan sekaligus peluang. Karena beberapa negara tetangga kita banyak menuai
masalah. Maka ada market yang kosong untuk kita isi, dan potensi itu bisa kita rebut mulai
dari tahun 2016 ini. Kita akan mampu menguasai pasar regional maupun global,” paparnya.
Yang tak kalah penting, Ditjen PDSPKP KKP selalu mengedepankan produk perikanan
nasional yang berkualitas bagus dan aman dikonsumsi. Sementara untuk mencapai produk
perikanan yang kompetitif diperlukan program jitu dan tepat sasaran. “Harapannya program-
program yang bakal digulirkan mampu menjawab tantangan yang ada, yaitu mampu merebut
pasar domestik, regional, maupun global dengan terus menjaga ritme dan kualitas produk
yang kompetitif,” tuturnya.
Selain itu, sambung Nilanto, pemerintah juga memperkuat permodalan bagi para pelaku
usaha, termasuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Itu sebabnya, KKP bekerjasama dengan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggulirkan program (Jaring) Jangkau, Sinergi, dan
Guideline yang dimulai sejak Mei 2015 kemarin yang sudah diikuti beberapa industri
perbankan, 8 Bank Partner yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk (BNI), PT Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BRI), PT Bank Mandiri (Persero), Tbk, PT Bank Tabungan
Pensiunan Nasional, Tbk (BTPN), PT Bank Danamon Indonesia, Tbk, PT Bank Permata,
Tbk, PT Bank Bukopin, Tbk dan PT BPD Sulselbar,dan 5 bank yang turut bergabung yaitu
Bank PT BCA, Tbk, PT Bank Maybank Indonesia, Tbk, PT Bank CIMB Niaga, PT Bank
Sinarmas, Tbk dan PT BPD Jawa Timur, Tbk. Dengan realisasi pembiayaan hingga akhir
tahun 2015 sebesar Rp 6,69trilliun, dari target Rp 5,37 trilliun. Sedangkan untuk target tahun
2016 sebesar Rp 10 trilliun.
“UKM perikanan kita sangat banyak dan mereka punya potensi besar untuk bisa lebih
berkembang selama akses permodalannya lebih dipermudah. Makanya kami minta perbankan
mempermudahkan pinjaman kredit pada mereka,” tandasnya.
Sementara KKP mempunyai program prioritas yaitu pembangunan sentra bisnis kelautan dan
perikanan terintegrasi di 15 lokasi pulau pulau kecil dan kawasan perbatasan untuk
membangun sarana dan prasarana pendukung industri perikanan di antaranya adalah di
Natuna, Nunukan, Tahuna, Sangihe, Talaud, Morotai, Biak, Sarmi, simeuleu, Mentawai,
Kaisar, Tual, Timika, Rote Ndao, Saumlaki dan Merauke.
“Daerah-daerah itu merupakan sentra produksi perikanan. Jika dibangun pabrik pengolahan
yang besar dan modern, maka kita akan menjadi pemain besar di sektor kelautan dan
perikanan di dunia,” tukasnya.
PERIKANAN BUDIDAYA: Produksi 2019
Ditargetkan 31,32 Juta Ton
Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan target tersebut terdiri dari
rumput laut, ikan budidaya laut, dan ikan budidaya tawar.
"Target 31,32 juta ton terdiri dari sekitar 22 juta ton produksi rumput laut dan 9 juta ton
untuk perikanan budidaya lainnya, yang terdiri dari laut dan tawar," ujarnya saat ditemui
Bisnis.com, Kamis (29/1//2015).
Ikan budidaya, lanjutnya, dibagi dalam dua kelompok. Untuk perikanan budidaya laut,
komoditas yang akan menjadi andalan adalah udang, kerapu, kakap merah, dan ikan hias.
Sedangkan perikanan budidaya air tawar adalah ikan nila, patin, dan lele.
Nantinya, Indroyono mengatakan perlu menggarap masalah pakan, benih, dan virus, untuk
dapat mencapai target tersebut. Sementara itu, rumput laut akan diupayakan dengan hulu dan
hilir agar menghasilkan produk bernilai tambah, katanya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan akan melaksanakan tujuh program unggulan untuk
mencapai target tersebut. Tujuh program itu adalah pengembangan pakan ikan mandiri untuk
menekan cost kurang dari 60%, pengembangan 100 sentra perikanan budidaya terpadu
dengan pengolahan produk perikanan, peningkatan daya saing produk, peningkata produksi
perikanan, penyediaan induk dan benih unggu, pelestarian dan keberlanjutan sumber daya
perikanan budidaya, dan pengembangan kewirausahaan pembudidaya ikan.
Target produksi perikanan budidaya ini akan dilakukan secara bertahap. Untuk tahun ini,
produksi perikanan budidaya ditargetkan sebesar 17,9 juta ton.
Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan mengingat pada 2014 produksi
perikanan budidaya hanya di kisaran angka 13 juta ton.
PROGRAM Minapolitan yang digulirkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sejak
2009 semakin menggeliat. Diharapkan pada tahun 2011 akan terjadi percepatan peningkatan
produksi dan pengembangan kawasan yang saling terpadu.Menteri Kelautan dan Perikanan
Fadel Muhammad mengatakan, pengembangan kawasan berkonsep Minapolitan fokus pada
aspek wilayah. Sebuah wilayah bisa dikembangkan sebuah industri kelautan dan perikanan
dari hulu hingga hilir.Manurut Fadel, ada tiga sektor yang akan menjadi program ini, yim
perikanan tangkap, perikanan budi daya dan garam. Tanda-tanda terjadinya percepatan itu
terlihat dari jumlah daerah yang ditetapkan oleh pemerintah dan dukungan anggaran yang
semakin besar.Berdasarkan data dari Sekretariat Jenderal KKP, pada tahun 2011 alokasi
untuk program Minapolitan sebesar Rp546, 8 miliar yang terdiri dari Rp364,78 miliar untuk
percontohan berbasis perikanan tangkap. Lalu untuk perikanan budi daya Rp 141,12 miliar
dan Rp58,96 miliar untuk pengembangan sentra garam.Ada banyak daerah Minapolitan.
Sebanyak sembilan daerah sebagai basis percontohan perikanan tangkap, 24 lokasi berbasis
perikanan budidaya dan 8 lokasi sebagai sentra garam rakyat.
Program ‘Satu Data’ dari KKP yang diluncurkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi
Pudjiastuti (30 Mei 2016), merupakan arahan Presiden Jokowi untuk menjadikan KKP
sebagai percontohan. Tujuannya agar seluruh jajaran KKP baik di pusat maupun di daerah
dapat mendukung pelaksanaan integritas data tinggi, menjadi Satu Data KKP. Menurut
Menteri Susi Pujiastuti, kebijakan ‘Satu Data’ harus dipahami sebagai upaya mewujudkan
data baku yang didukung oleh metadata sesuai standar dan dikelola dalam satu portal. Untuk
mewujudkan program ‘Satu Data’, tantangan besar yang dihadapi adalah sumber data yang
beragam, kualitas dan validitas, struktur birokrasi, dan pemutakhiran data.
KKP sebagai percontohan melalui Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin), Sekretariat
Jenderal KKP, mulai melakukan konsolidasi master data, standarisasi pengumpulan data,
pengolahan data, analisis dan penyajian data. Selain itu dukungan teknologi yang mendukung
konsolidasi aplikasi dan infrastruktur serta sumber daya manusia harus kompeten. Berbagai
aplikasi untuk mendukung keterbukaan informasi akan meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan. Lembaga seperti Badan Ekonomi Kreatif (BeKraf) misalnya,
memerlukan portal belajar online untuk semua sektor ekonomi ekonomi kreatif sehingga
tidak terkendala oleh sarana dan prasarana fisik untuk menjalankan program memajukan
ekonomi kreatif.
‘Satu Data’ merupakan program unggulan KKP untuk mendukung kebijakan nasional sebagai
wujud peningkatan kualitas data, penyatuan data, dan pembukaan akses data bagi masyarakat
luas. Selain itu, ‘Satu Data’ KKP sebagai wujud keterbukaan informasi publik, agar
masyarakat dapat mengakses langsung sekaligus sebagai pengawasan publik terhadap
kebijakan KKP. Keterbukaan informasi publik juga merupakan tuntutan zaman yang harus
disikapi dan diantispasi dengan baik.
Menteri Susi berharap, program ‘Satu Data’ dapat memberi kontribusi lebih kepada kinerja
KKP di masa mendatang. Agar kebijakan dan program pembangunan kelautan dan perikanan
yang telah dilaksanakan selama ini dapat terus memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi nasional. Begitulah seharusnya cara berpikir untuk memajukan bangsa.
"Tahun depan saya ingin 60 persen anggaran harus jatuh ke stakeholder yaitu nelayan dan
pembudidaya," kata Susi Pudjiastuti di Jakarta, Senin.
Namun saat ini, ujar dia, alokasi untuk alat tangkap masih 18 persen sedangkan untuk
pembangunan infrastruktur jauh lebih besar yaitu mencapai 41 persen. "Ke depan saya tidak
mau lagi anggaran KKP untuk pembangunan pelabuhan dan jalan karena itu bukan pekerjaan
kami," katanya.
Ia juga menyatakan, pada tahun 2016 ingin membuat program kapal tangkap yang terbuat
dari fiber dan alumunium, bukan lagi kapal kayu.
Hal itu, lanjutnya, karena kapal kayu pada saat ini dinilai tidak terlalu "bankable" oleh pihak
perbankan.
Sebelumnya, Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin mengatakan anggaran yang
disebarkan dalam berbagai program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) harusnya
seimbang antara program kesejahteraan, kedaulatan dan keberlanjutan.
"Rencana KKP dengan program unggulannya untuk fokus kesejahteraan rakyat masih terlalu
minim hanya 20 persen," kata Andi Akmal Pasluddin.
Sebagaimana diketahui, KKP di bawah Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti
mengalokasikan program unggulan adalah kesejahteran 20 persen, kedaulatan 30 persen, dan
keberlanjutan 50 persen.
Seharusnya, ujar Andi Akmal Pasluddin, komposisinya seimbang yaitu dengan formasi yang
hampir sama, contohnya 30 persen-40 persen-30 persen.
Apalagi, DPR RI juga sedang menyusun RUU Perlindungan Nelayan dan Pembudidaya Ikan
yang mengedepankan peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan kelautan.
Sedangkan pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, ujar Daniel Johan, angka NTN
turun menjadi 104,26 pada November 2014 dan kembali turun menjadi 102,97 pada
Desember 2014.
"Angka 102,97 telah menjadi NTN paling buruk sepanjang 2014," katanya dan mengingatkan
bahwa pengangguran juga terjadi di sepanjang pesisir pantai di sejumlah daerah karena
nelayan kerap tidak memiliki mata pencaharian lagi.
Tahun 2013 adalah tahun terakhir berlakunya Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Tulungagung Nomor 11 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Kabupaten Tulungagung Tahun 2009-2013. Hal ini juga berarti bahwa
Kabupaten Tulungagung harus segera menyusun RPJMD baru, yaitu RPJMD Tahun 2014-
2018.
Kalau kita cermati draft RPJMD yang tengah disiapkan oleh Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah (Bapeda), maka kita akan mengetahui tujuan pembangunan yang akan
dilaksanakan pada periode 5 tahun ke depan beserta indikator untuk mengukur keberhasilan
pencapaiannya, sekaligus kita akan mengenali program-program prioritas agar indikator
tersebut dapat diwujudkan. Karena itu, harus ada hubungan logis antara indikator kinerja
yang akan diukur dengan program prioritas untuk mewujudkan indikator tersebut.
PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah tertentu
dalam waktu tertentu. PDRB biasanya memberikan gambaran taraf aktivitas perekonomian
suatu wilayah sehingga bisa diketahui apakah perekonomian dalam daerah tersebut sedang
lesu atau bergairah.
Dalam perhitungan PDRB, perikanan menjadi salah satu subsektor dalam sektor pertanian.
PDRB subsektor perikanan dihitung dengan menggunakan nilai tambah bruto (NTB).
Perhitungan PDRB subsektor perikanan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di
tingkat kabupaten. Dalam perhitungan tersebut, NTB hanya dihitung dari 3 jenis kegiatan,
yaitu budidaya ikan, penangkapan ikan, dan pengolahan ikan secara sederhana (pengeringan
dan penggaraman).
Dari uraian di atas, kita akan mencoba mendiskusikan apakah program prioritas yang
tercantum dalam draft RPJMD 2014-2018 sudah sesuai dengan indikator PDRB atau belum
sesuai. Dalam draft RPJMD, urusan kelautan dan perikanan memiliki 2 program prioritas.
Pertama, Program Pengembangan Budidaya Perikanan, dan yang kedua adalah Program
Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan.
Saya tidak tahu persis mengapa untuk urusan kelautan dan perikanan hanya ada 2 program
dalam RPJMD, padahal urusan lain, misalnya lingkungan hidup mencantumkan hingga 5
program. Seharusnya banyak sedikitnya jumlah program tersebut didasarkan pada
perbandingan relatif antar program ditinjau dari posisi strategisnya dalam pembangunan.
Kalau prinsip ini digunakan, maka pemilihan program prioritas dalam satu urusan juga perlu
pertimbangan rasional, khususnya hubungan “langsung” antara program yang dipilih dengan
indikator pembangunan yang hendak diukur.
Dalam draft RPJMD 2014-2018 tidak terdapat penjelasan lebih rinci dari program prioritas.
Karena itu, kita hanya bisa mengembangkan tafsiran logis dari nomenklatur program untuk
kemudian memberikan analisis kesesuaiannya dengan indikator terkait.
Tidak bisa dipungkiri bahwa penganekaragaman produk olahan hasil perikanan adalah
kegiatan yang baik, tetapi apakah kegiatan dalam Program Peningkatan Mutu dan
Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan ini secara otomatis juga mendukung pencapaian
indikator PDRB subsektor perikanan? Jawabannya belum tentu, bahkan bisa jadi tidak
mendukung secara langsung pembentukan PDRB subsektor perikanan.
Bahkan misalnya ada 1001 macam olahan modern produk hasil perikanan, sangat mungkin
pengaruhnya pada PDRB subsektor perikanan tidak signifikan. Hal ini disebabkan, dalam
perhitungan PDRB subsektor perikanan kegiatan ekonomi pengolahan hasil perikanan yang
dihitung adalah pengolahan sederhana, sekedar penggaraman dan pengeringan ikan.
Karena itu pula, pembentukan PDRB subsektor perikanan selalu didominasi oleh kegiatan
ekonomi di sektor hulu, baik budidaya maupun penangkapan ikan. Oleh sebab itu, perikanan
tangkap juga memiliki pengaruh yang kuat dalam pembentukan PDRB suksektor perikanan.
Hal tersebut juga mengindikasikan program prioritas, kalau memang perikanan hanya
memiliki 2 program saja dalam RPJMD 2014-2018, maka program prioritas kedua
seharusnya adalah program prioritas terkait kegiatan penangkapan ikan. Dalam hal ini,
nomenklatur programnya bisa dituliskan sebagai Program Pengelolaan Perikanan Tangkap.
Sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa masyarakat nelayan merupakan salah satu
kantung kemiskinan di Indonesia, bahkan seringkali mereka adalah kelompok termiskin dari
masyarakat miskin. Dari dua pertimbangan ini, tidak ada alasan untuk tidak mencantumkan
Program Pengelolaan Perikanan Tangkap dalam RPJMD 2024-2018.
Sebagai penutup, sekali lagi saya tegaskan bahwa Program Peningkatan Mutu dan
Pengembangan Pengolahan Hasil Perikanan adalah program yang penting, tetapi dalam
konteks pencapaian indikator PDRB Program Pengelolaan Perikanan Tangkap masih jauh
lebih penting. Penegasan ini perlu agar tidak ada salah persepsi terhadap pendapat saya,
karena sebagaimana perkataan bijak, “Banyak orang menyalahkan suatu pendapat bukan
karena pendapat itu salah, tetapi karena kesalahan orang tersebut dalam memahaminya”.
Dalam mewujudkan Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan: “Indonesia Penghasil Produk
Kelautan dan Perikanan Terbesar Tahun 2015″ dengan Misi Mensejahterakan Masyarakat
Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan perikanan
budidaya sebagai ujung tombak penghasil produk perikanan. Untuk mewujudkan visi dan
misi tersebut, peningkatan produksi budidaya perikanan sebesar 353% telah dicanangkan
sebagai program andalan. Peningkatan produksi budidaya perikanan tersebut terus
diupayakan sampai memenuhi target dari Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan total
produksi hasil perikanan Indonesia mencapai 353% pada tahun 2014 dengan menargetkan
sasaran produksi ikan sampai dengan tahun 2014 sebesar 16,89 juta ton dengan 11 komoditas
unggulan utama yaitu udang, bandeng, patin, lele, nila, rumput laut, kerapu, kakap, gurame,
mas dan lainnya. Adapun yang melatar belakangi perikanan budidaya sebagai ujung tombak
penghasil perikanan terbesar tahun 2015 yaitu
Semakin berkembangnya usaha budidaya ikan/udang;
Potensi pasar lokal dan luar negeri;
Tuntutan konsumen terhadap mutu;
Meningkatkan jaminan mutu;
Persaingan usaha yang sehat.
Pencapaian angka 353% produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 bukanlah sesuatu
yang mustahil. Melihat potensi pengembangan perikanan budidaya yang masih sangat luas
maka hal tersebut dapat dicapai dan cita-cita untuk menjadi yang terbesar terwujud tentu
dengan ketekunan dan kerja keras. Untuk mewujudkan target tersebut maka arah kebijakan
perikanan budidaya yaitu
Capaian peningkatan produksi perikanan budidaya 353% dapat ditunjukkan dengan outcomes
indicator:
Dengan target peningkatan produksi 353% seperti yang telah diuraikan di atas, maka strategi
difokuskan pada tiga hal mendasar dalam strategi dasar pencapaian produksi yakni:
Ketiga hal tersebut dapat bersamaan, tetapi khusus untuk komoditas udang windu dan
bandeng, hanya dilakukan melalui intensifikasi. Tentunya, ketiga strategi dasar tersebut tidak
hanya digunakan sebagai kerangka konseptual untuk mencapai visi dan misi Kementerian
Kelautan dan Perikanan tetapi lebih dari itu ketiga strategi dasar tersebut tersirat dalam
kebijakan KKP secara faktual. Beberapa langkah strategi dasar tersebut perlu diikuti dengan
strategi utama pencapaian sasaran produksi perikanan budidaya yang dapat mendukung
keberhasilan visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni:
Salah satu unsur yang berperan penting dalam penyediaan induk unggul dan benih bermutu
adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Perbenihan, tidak hanya memberikan kontribusi
bagi penyediaan benih bermutu, tetapi juga berperan dalam mendorong berkembangnya
kawasan usaha budidaya baru, memberi kontribusi pendapatan asli daerah (PAD), serta
sebagai pembina dan pendamping teknologi kepada masyarakat pembenih (UPR dan HSRT)
termasuk dalam hal penerapan CPIB.
Benih merupakan input sarana produksi yang sangat penting dan menjadi salah satu faktor
penentu keberhasilan usaha perikanan budidaya. Selain harus tersedia dalam jumlah yang
cukup dan berkelanjutan, mutu benih juga haruslah terjamin. Benih yang bermutu dicirikan
antara lain; pertumbuhan cepat, seragam, sintasan tinggi, adaptif terhadap lingkungan, bebas
parasit dan tahan penyakit serta efisien dalam penggunaan pakan. Penyediaan benih bermutu
dapat dicapai bila unit pembenihan menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB)
dalam proses produksi benihnya. Strategi utama pencapaian produksi melalui penggunaan
induk/benih unggul yaitu:
1. Pembangunan brood stock centre untuk ikan bersirip (fin fish) dan udang
2. Induk unggul yang sudah di release:
3. Disetiap provinsi didirikan Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) dimana produksi induk
penjenis dan mendistribusikan ke BBI dan UPR
Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung baik fisik kewilayahan maupun sarana dan
prasarana usaha perikanan mutlak dikemukakan sebagai prasyarat keharusan sekaligus acuan
pertimbangan bagi kemudahan pengembangan budidaya ikan kedepan. Berkenaan dengan
jenis usaha/komoditas yang akan dikembangkan dan dikaitkan dengan sebaran wilayah usaha
budidaya/produksi perikanan, maka sarana dan prasarana fisik yang perlu mendapatkan
perhatian meliputi prasarana dan sarana tranportasi, kelistrikan, dan telekomunikasi.
Penyediaan sarana dan prasarana budidaya yang memadai melalui:
Ikan merupakan salah satu pembatas dalam budidaya. Keberadaannya baik secara kualitas,
kuantitas dan kontinyuitas tidak saja menentukan dapat tidaknya usaha perikanan berjalan
tetapi juga produktivitas, kualitas dan daya saing global dalam pasar global. Daya saing dapat
ditingkatkan dengan menerapkan pola tujuh tepat yakni jenis, jumlah, mutu, ukuran, waktu,
tempat dan harga. Strategi utama pencapaian produksi melalui peningkatan daya saing:
Pengendalian hama dan penyakit ikan adalah upaya pencegahan masuk dan tersebarnya,
pengobatan, dan pemberantasan hama dan penyakit ikan, yang meliputi kegiatan-kegiatan
persiapan dan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit ikan, analisis dan evaluasi hasil
pengendalian hama dan penyakit ikan, bimbingan pengendalian hama dan penyakit ikan, dan
pengembangan metode pengendalian hama dan penyakit ikan, serta pembuatan koleksi,
visualisasi, dan informasi. Strategi utama pencapaian produksi melalui pengendalian hama
dan penyakit ikan:
Sumber : dkp.acehprov.go.id
Kata Zulkifli, keramba jaring apung air tawar, jenis ikan mas ini akan dibangun di lokasi
keramba embung Sianjo-Anjo, Gampong Tunas Harapan, Kecamatan Gunung Meriah
berukuran 4 x 3,5 meter, melalui pembiayaan Otsus Aceh senilai Rp 492.597, pelaksana CV
Khaziq Cipta Consultan.
Dinas Perikanan akan memberikan bantuan alat untuk pengembangan budidaya ikan lele
pada program lainnya. Meliputi 2 titik di Gampong Pulo Sarok dan 2 titik Gampong Selok
Aceh, Kecamatan Singkil yang dibiayai DAK 2017 senilai Rp 400 juta.
"Bantuan hanya berupa alat, lanjutannya masyarakat harus bisa menghasilkan bibit sendiri
untuk budidaya lele," ucapnya, yang menyebutkan keramba ikan tawar bantuan perikanan
tahun-tahun sebelumnya, di beberapa daerah sampai ini juga masih berjalan.
Kemudian kegiatan melalui aspirasi dewan tahun 2017, untuk pembuatan kolam ikan tawar,
di 3 lokasi. masing-masing di Kecamatan Singkil dengan nilai anggaran Rp 177 juta dan 2
titik di Kecamatan Danau Paris nilai Rp 187 juta dan Rp 93 juta.
"Bantuan kolam ini sekaligus dibantu bibit dan pakan untuk budidaya ikan nila," jelasnya.
Selain budidaya ikan tawar, usulan masyarakat lainnya dari Kecamatan Pulau Banyak (PB),
belum bisa terealisasi. Masyarakat di PB ini mengusulkan bantuan untuk pengembangan
budidaya kepiting asoka atau kepiting lunak.
Usulan ini belum bisa direalisasikan, lantaran dinas maupun masyarakat masih belum
menguasai teknis untuk itu.
Namun, program ini sudah dimasukkan untuk kegiatan tahun 2018. Akan tetapi harus terlebih
dahulu membuat kawasan konservasi dengan melestarikan hutan bakau untuk berkembang
biak kepiting.
"Konservasi ini direncanakan per kecamatan seperti Singkil dan Singkil Utara, namun proses
sangat panjang selain sosialisasi ke masyarakat harus menyiapkan SDM yang ada," ucap
Zulkifli.
Sementara bantuan keramba tancap di kawasan pesisir jenis ikan laut juga pernah dibuat di
Gosong Telaga, Singkil Utara. Namun kendalanya, saat hujan air tawar melimpah dan kadar
garam berkurang. Sehingga ikan yang terkurung di tambak itu bisa mati.
"Selain itu juga terkendala bibit yang harus didatangkan dari luar daerah," pungkasnya.
Ads
- See more at: https://www.goaceh.co/berita/baca/2017/03/24/dinas-perikanan-lanjutkan-
pengembangan-jaring-apung-ikan-tawar#sthash.Wrqus36y.dpuf
Banyak hal yang telah di lakukan oleh pemerintah aceh lewat dinas perikanan dan kelautan
dalam beberapa tahun ini,banyak Fasilitas yang mendukung pelabuhan di aceh,sarana dan
prasarana yang telah di bangun di bidang perikanan.beberapa titik telah terlihat secara nyata
,seperti pelabuhan samudera lampulo yang sudah tertata dengan rapi juga jalan memasuki ke
kawasan tersebut telah di aspal begitu bagus.
Juga terlihat di wilayah bireun tepatnya tempat pendaratan ikan di kawasan peudada, juga
pelabuhannya telah tertata dengan rapi ini salah satu kinerja dari pada kepala dinas kelautan
dan perikanan aceh bapak ir.Ziuddin yang selama ini komit memperhatikan kesejahteraan
para pengiat usaha di bidang perikanan dan para nelayan.
selama menjabat kepala dinas perikanan dan kelautan aceh ir.Ziuddin sudah mampu
menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar wilayah aceh timur,tepatnya kawasan
idi.dalam kunjungan kerja bapak gubernur aceh ke wilayah aceh timur pada tanggal
4/04/2016 bersama kepala dinas perikanan dan kelautan aceh sempat melihat tempat
menyimpanan ikan/kamar pendigin ikan[cold stored].
Menurut kepala dinas kelautan dan perikanan, aceh saat berbincang-bincang dengan bapak
gubernur,bahwa selama Ini di aceh timur apabila penangkapan ikan terlalu banyak ,maka ikan
tak akan terbuang lagi/atau busuk karena sudah ada tempat pendingin ikan di wilayah
tersebu,ikan-ikan itu akan awet dengan harga sesuai harga di pasaran baik dalam negeri
maupun di luar negeri
ini hal yang sangat membanggakan bagi kita semua selama ini,bahwa dinas perikanan aceh
peduli terhadap para pengiat usaha di bidang perikanan.
Di hadapan gubernur yang di dapingi kadis perikanan aceh,salah satu pengelola tempat
penampungan ikan yang bernama Irfan mengatakan kepada doto zaini Abdullah ,bahwa saya
,saya dulu di medan,bapak Ziuddin meminta saya pulang untuk membangun aceh lewat
perikanan dan saya di minta oleh kadis perikan aceh untuk pengelola tempat penyimpan ikan
ini.
berkat bapak kadis saya sudah bisa memperkerjakan masyarakat disini sebangai penyortil
ikan untuk di kirim k ke luar daerah maupun luar negeri setiap hari.
Selama ini saya bisa meng gaji para karyawan lepas dengan gaji sekita antara 50.000/100.000
rupiah setiap hari,ini berkat dari pada bapak kadis ir.ziuddin bapak gubernu,ucap irfan
pengelola tempat penyimpanan ikan,dengan tersenyum doto Zaini memberikan apreasi
kinerja daripada bapak ir.Zhiuddin. komitmen DKP Aceh dalam menciptakan lapangan kerja
bagi pengiat di bidang perikanan patut kita banggakan.
Banyak program-program yang di lakukan oleh DKP Aceh, kerja nyata dinas DKP Aaceh
Langsung menyentuh perekonomian pada masyarakat ,salah satu pekerja di tempat
penyimpanan ikan,yang bernama Abdullah mengucapkan terima kasih kepada bapak
gubernur aceh yang sudah menyempatkan diri untuk berkunjung ke pabrik penyimpanan ikan
,dengan adanya tempat ini kami sudah bisa bekerja.
Pabrik penyimpannan ikan ini sudah mampu menampung tenaga kerja kurang lebih 2.00
karyawan dan kami sudah bisa menyekolahkan anak-anak dengan ada pabrik penyimpanan
ikan ini,dan kami juga berterima kasih kepada bapak kepala dinas kelautan dan perikanan
aceh,bapak ir.zhiuddin yang telah menciptakan lapangan kerja di wilayah kami ini,semoga
bapak kadis masa-masa mendatang akan lebih banyak lagi menciptakan lapangan kerja di
aceh ,dengan membuka lapangan kerja, kami masyarakat ini tidak lagi susah dalam mencari
pekerjaan,ucap Abdullah.
Photo/Ilustarasi/Cold Storage.
Ikan merupakan makanan yang mudah mengalami pembusukan. Apalagi di daerah tropis seperti
Indonesia yang bersuhu relatif tinggi.Akan tetapi, umur penyimpanan ikan dapat diperpanjang
dengan penurunan suhu. Bahkan ikan yang dibekukan dapat disimpan sampai beberapa bulan,
sampai saat dibutuhkan ikan dapat dilelehkan dan diolah lebih lanjut oleh konsumen. Rantai aliran
makanan beku atau rantai dingin (cold
chain) umumnya terdiri dari : pembekuan, penyimpanan dalam gudang dingin, diangkut dengan
mobil berpendingin (refrigerated truck), dipamerkan dalam lemari dingin di toko makanan, akhirnya
disimpan di dalam freezer lemari es di rumah.Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk
disimpan di dalam suhu rendah cold storage. Seperti pendinginan, pembekuan dimaksudkan untuk
mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh di
bawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es,
tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali
seperti sebelum dibekukan. Ikan-ikan yang dibekukan untuk dikonsumsi mentah (sashimi) mutlak
memerlukan terpeliharanya sifat-sifat ikan segar yang dibekukan, agar ketika dilelehkan tidak dapat
dibedakan dari ikan segar.PROSES PEMBEKUAN
Tubuh ikan sebagian besar (60-80%) terdiri atas cairan yang terdapat di dalam sel, jaringan, dan
ruangan-ruangan antar sel Sebagian besar dari cairan itu (+67%) berupa free water dan selebihnya
(+5%) berupa bound water. Bound water adalah air yang terikat kuat secara kimia dengan substansi
lain dari tubuh ikan.
Pembekuan berarti mengubah kandungan cairan tersebut menjadi es. Ikan mulai membeku pada
suhu antara -0,60C sampai -20C, atau rata-rata pada -10C. Free water membeku terlebih dahulu
kemudian disusul oleh bound water.Proses tersebut terbagi atas 3 tahapan yaitu:
1. Tahap pertama suhu menurun dengan cepat sampai 00C yaitu titik beku air.
2. Tahap kedua suhu turun perlahan-lahan untuk merubah air menjad kristal-kristal es. Tahap ini
sering disebut periode ”thermal arrest”.
3. Tahap ketiga suhu kembali turun dengan cepat ketika kira-kira 55% air telah menjadi es. Pada
tahap ini sebagian besar atau hampir seluruh air membeku.Berdasarkan panjang pendeknya waktu
thermal arrest ini pembekuan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Pembekuan lambat (slow freezing), yaitu bila thermal arrest time lebih dari 2 jam.
2. Pembekuan cepat (quick freezing), yaitu pembekuan dengan thermal arrest time tidak lebih dari 2
jam.
Kristal-kristal es yang terbentuk selama pembekuan dapat berbeda-beda ukurannya tergantung
pada kecepatan pembekuan. Pembekuan cepat menghasilkan kristal-kristal yang kecil-kecil di dalam
jaringan daging ikan. Jika dicairkan kembali, kristal-kristal yang mencair diserap kembali oleh daging
dan hanya sejumlah kecil yang lolos keluar sebagai drip.
Sebaliknya pembekuan lambat menghasilkan kristal-kristal yang besar-besar. Kristal es ini mendesak
dan merusak susunan jaringan daging. Tekstur daging ketika ikan dicairkan menjadi kurang baik,
berongga, keropos dan banyak sekali drip yang terbentuk. Ikan yang dibekukan dengan lambat tidak
dapat digunakan sebagai bahan bagi pengolahan-pengolahan tertentu misalnya pengalengan,
pengasapan, dan sebagainya. Atas pertimbangan-pertimbangan diatas, maka disamping untuk
menyingkat waktu dan menghasilkan output yang tinggi maka ikan mutlak dibekukan dengan cepat.
Kecepatan Pembekuan
Belum ada definisi tentang pembekuan cepat yang dapat diterima semua pihak. Beberapa pendapat
dikemukakan dengan alasan sendiri-sendiri. Sangat langka orang yang dapat membedakan ikan
segar dengan ikan yang dibekukan antara 1 jam dan 8 jam. Tetapi jika lebih dari 12 jam,
perbedaannya jadi nyata. Pembekuan yang memakan waktu 24 jam atau lebih yang dilakukan
dengan freezer yang dirancang atau dioperasikan dengan buruk pasti akan menghasilkan ikan beku
dengan kualitas rendah. Pembekuan yang berkepanjangan, misalnya pembekuan yang dilakukan
dengan menimbun ikan di cold storage, dapat menyebabkan ikan membusuk oleh kegiatan bakteri
sebelum bagian tengah tumpukan ikan mencapai suhu yang rendah.
Inggris menentukan batas waktu tidak lebih daripada dua jam untuk melewati daerah kritis sebagai
pembekuan cepat, sedangkan Jepang memberikan kriteria kurang dari 30 menit untuk melewati
daerah kritis sebagai pembekuan cepat, sementara Amerika Serikat menggunakan waktu 70-100
menit untuk membedakan pembekuan cepat dan lambat. Inggris menentukan batas waktu tidak
lebih daripada dua jam untuk melewati daerah kritis sebagai pembekuan cepat, sedangkan Jepang
memberikan kriteria kurang dari 30 menit untuk melewati daerah kritis sebagai pembekuan cepat,
sementara Amerika Serikat menggunakan waktu 70-100 menit untuk membedakan pembekuan
cepat dan lambat.
Definisi yang lebih banyak diterima tidak menyebutkan lama pembekuan atau kecepatan
pembekuan, tetapi semata-mata menyebutkan bahwa ikan harus dibekukan secepatnya dan
diturunkan suhunya didalam freezer hingga mencapai suhu penyimpanan.ALAT PEMBEKU IKAN
COLD STORAGE
Ikan yang telah dibekukan perlu disimpan dalam kondisi yang sesuai untuk mempertahankan
kualitasnya. Biasanya ikan beku disimpan dalam cold storage, yaitu sebuah ruangan penyimpanan
yang dingin.Penyimpanan ini merupakan tahap yang pokok dari cara pengawetan dan pembekuan.
Suhu yang biasanya direkomendasikan untuk cold storage umumnya -300C hingga -600 C,
tergantung pada kebutuhan. Pada suhu ini perubahan dan denaturasi protein dapat
diminimalisasikan, selain itu aktivitas bakteri juga berkurang. walaupun penurunan mutu tetap
terjadi tetapi bisa diminimalisasikan.
Selain perubahan mikrobiologi dan kimia, selama penyimpanan beku terjadi perubahan secara fisik
yaitu pada kristal-kristal es baik bentuk maupun ukuran. Perubahan ini sering disebut Rekristalisasi
(Recristallisation). Terdapat 3 jenis rekristalisasi yang terjadi pada produk pembekuan selama
penyimpanan beku yaitu:
1. Isomass Recristallisation
Terjadi perubahan bentuk permukaan atau struktur internal dari kristal es.
2. Accretive Recristallisation
Dua kristal es yang berdekatan bergabung membentuk kristal es yang lebih besar.
3. Migratory Recristallisation
Terjadinya kenaikan ukuran rata-rata kristal es dan berkurangnya jumlah rata-rata kristal es
karena terbentuknya kristal-kristal es yang lebih besar dari kristal-kristal es yang lebih kecil.
Cold storage dapat mempertahankan mutu ikan selama 1-9 bulan, tergantung pada keadaan
danjenis ikan, cara pembekuan dan cara/kondisi penyimpanannya. Dengan teknik
penanganan yang ideal , ikan dapat disimpan lebih dari 4 tahun dalam cold storage.
Desain yang benar dan penggunaan yang benar dari cold storage dapat meminimalisasikan
kerusakan selama penyimpanan dan memperpanjang masa simpan produk. Faktor design
yang paling penting adalah:
• Suhu rendah
• Keseragaman suhu dalam seluruh ruangan cold storage
• Kestabilan suhu dengan fluktuasi yang minimal
• Distribusi udara yang baik untuk mempertahankan keseragaman suhu
• Sirkulasi udara minimum untuk mencegah dehidrasi
• Minimum ingress udara untuk meminimalkan fluktuasi
Suhu cold storage dikendalikan dengan termostat, alat ini menghentikan pendinginan jika
suhu cold storage telah mencapai derajat tertentu, dan menjalankannya kemali jika suhu naik
kempali sampai derajat tertentu pula. Selisih antara kedua suhu tersebut biasanya tidak lebih
dari 20C.
Tipe ini tidak memerlukan kipas didalam ruang penyimpan. Hal ini merupakan faktor lain yang
mendukung dihasilkannya produk yang baik. Tipe ini tidak banyak dipakai karena kemahalannya dan
karena tidak cocok jika beban panas dari produk cukup tinggi.
Kecepatan pemindahan panas kepipa hanya sedikit berkurang jika pipa tertutup es sihingga defrost
tidak perlu sering dilakukan. Cold storage jenis ini dapat bekerja berbulan-bulan tanpa defrosting.
Kelemahan atau kerugian utama dari tipe ini adalah:
1. Ada banyak saluran-saluran pipa yang komplex
2. Memerlukan bahan refrigeran dalam jumlah yang banyak
3. Struktur cold storage harus kuat untuk menahan pipa-pipa dan refrigeran.
4. Memerlukan bejana penampung regfrigeran jika cooler perlu dikosongkan untuk diperbaiki
3. Finned grid stores (cold storage dengan pipa bersirip)
Tipe ini mirip dengan gridded cold storage tapi pipa yang digunakan adalah pipa bersirip. Dengan
pipa bersirip ini jika dirangkai dilangit-langit saja sudah mencukupi, tanpa memerlukan rangkaian
pipa didinding. Dengan demikian biaya dapat dikurangi, akan tetapi kelemahannya adalah pipa tidak
menutupi dinding sehingga kondisi penyimpanannya tidak sebaik cold storage dengan pipa polos.
Pipa bersirip lebih sulit di-dfrost dan defrost perlu dilakukan sesering mungkin.
4. Cold storage dengan Unit cooler
Tipe ini paling banyak digunakan karena paling murah pemasangannya; hanya sedikit
memerlukan bahan pendingin; mudah di-defrost dan tidak memerlukan struktur penyangga
yang berat. Kelemahannya adalah beberapa rancangan tidak memungkinkan distribusi udara
yang merata di dalam cold storage sehingga menyebabkan kondisi penyimpanan yang
buruk[ADV].
Ketua pelaksana acara Ismet Nasty selaku Kasi Pengawasan Sarana, Prasarana dan
Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bidang Pengawasan, Pengendalian Mutu
Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh mengatakan,
seharusnya pelaksaanaan sinkronisasi ini dilaksanakan awal tahun, sebelum musrenbang
Kabupaten.
“Untuk tahun ini dilaksanankan terlambat, untuk itu atas nama Dinas Kelautan dan Perikanan
Aceh beliau memohon maaf dan berjanji untuk tahun depan pihak DKP Aceh akan
menyelenggarakannya lebih awal,” ungkapnya.
Acara sinkronisasi ini dilaksanakan di dua tempat di Aceh, yaitu Aceh tengah mewakili
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 571 dan Aceh Selatan untuk daerah yang masuk
dalam WPP 572.
Peserta yang mengikuti acara ini adalah para pejabat atau pegawai yang membidangi
pengawasan perikanan dari 12 Kabupaten di Aceh yang termasuk dalam WPP 571. Adapun
jumlah peserta yang hadir sekitar 30 orang termasuk peserta dari Provinsi Aceh.
Acara ini dibuka oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah, drh.
Rahmandi, M.Si yang menyampaikan sambutannya mewakili Bupati Aceh Tengah.
Kepada seluruh peserta yang hadir, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh
Tengah menyampaikan salam dan permohonan maaf Bupati Aceh Tengah tidak dapat hadir
dalam acara tersebut.
Rahmandi juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak Pemerintah Provinsi
melalui panitia pelaksana kegiatan, atas kepercayaannya mengadakan acara sinkronisasi
rencana kerja bidang pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan ini di Kabupaten Aceh
Tengah.
Dia juga menyampaikan arah kebijakan pembangunan pemerintah Kabupaten Aceh Tengah
di bidang perikanan, dengan target utamanya adalah menyelamatkan sumberdaya ikan asli di
Danau Lut Tawar, agar terjaga dari kerusakan dan kepunahan.
“Keberadaan dan meningkatnya jenis udang lobster air tawar di Danau Lut Tawar belakangan
ini dan belum diketahui pasti pihak yang melakukan introduksi tanpa izin jenis lobster
tersebut. Menurut studi sementara udang lobster tidak bersifat invasif terhadap jenis ikan asli
Danau Lut Tawar. Sementara itu pihak Pemda Aceh Tengah melalui Dinas Peternakan dan
Perikanan berkomitmen tidak akan melakukan introduksi atau penebaran ikan asing ke Danau
Lut Tawar, karena hal itu akan berpengaruh buruk terhadap keberadaan sumberdaya ikan
endemik di Danau Lut Tawar,” terangnya.
Sebagaimana rekomendasi pihak peneliti dari Balai Penelitian Perairan Umum (BP3U)
Kemeterian Kelautan dan Perikanan RI, yang telah melakukan penelitian di Danau Lut Tawar
selama dua tahun belakangan ini, menganjurkan untuk tidak melakukan penebaran ikan asing
(introduksi) ke Danau, dan jika ingin melakukan penebaran ikan, maka harus melakukan
penebaran ikan asli (restocking), seperti menebar jenis ikan Pedih atau ikan Peres yang
merupakan ikan asli di Danau Lut Tawar.
Pihak peneliti yang diketuai oleh Dr. Husnah, M.Phil, juga merekomendasikan agar ikan
depik (Rasbora tawarensis) dapat dijadikan ikon daerah terutama Kabupaten Aceh Tengah,
sebut Kadis. Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah mengutip pernyataan ketua
tim peneliti BP3U Palembang.
“Salah satu wujud nyata komitmen Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Aceh Tengah
terhadap upaya pengelolaan dan pelestarian sumber daya ikan Danau Lut Tawar adalah
penerbitan buku hasil penelitian terakhir terhadap ekosistem Danau Lut Tawar oleh BP3U
Palembang dan LIPI pada tahun 2014 ini,” terang Rahmandi.
(PR/MA)