Anda di halaman 1dari 7

JAKARTA, KOMPAS — Perubahan arah industri yang memanfaatkan sumber daya nabati tidak hanya

menguntungkan bagi lingkungan, tetapi juga secara ekonomi. Dengan kekayaan alam yang tersedia,
Indonesia dinilai belum optimal mendayagunakan potensi tersebut.

Pandangan ini disampaikan akademisi Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Tatang Hernas
Soerawidjaja. Tatang yang juga anggota Komisi Ilmu Rekayasa (KIR) menyampaikan pandangannya
sebagai pembicara tunggal dalam Widjojo Nitisastro Memorial Lecture 2020 yang diadakan secara
virtual, Selasa (13/10/2020).

Gagasan beralih ke perekonomian berbasis nabati (bioekonomi) telah muncul sejak awal abad ke-21.
Menekan pemanasan global, akibat emisi karbon yang dipicu penggunaan bahan bakar fosil menjadi
salah satu alasannya.

”Namun, selain mengurangi emisi gas rumah kaca, alasan dari gagasan bioekonomi ini adalah untuk
menjamin pasokan energi, pengembangan industri sambil menyehatkan neraca pembayaran negara.
Lalu, membuka kesempatan pekerjaan, terutama di perdesaan, memberikan nilai tambah sumber daya
alam, dan mengurangi ancaman kesehatan,” paparnya.

Gagasan itu pada 2015 dituangkan juga ke dalam 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu
industrialisasi yang inklusif dan berkelanjutan. Sebagai salah satu negara yang berkomitmen
menjalankan agenda tersebut, Indonesia disebut Tatang belum optimal menggarap bioekonomi.

”Indonesia negara kepulauan terbesar di wilayah tropika dan memiliki tanah subur dengan
keanekaragaman hayati. Potensi nilai ekonomi untuk pangan dan pakan, kesehatan, manufaktur,
bioenergi, dan lainnya amat sangat tinggi,” katanya.

Keberagaman

Tatang mencontohkan pemanfaatan tanaman penghasil gula, seperti aren dan lontar, yang kurang
maksimal karena ketergantungan pada perkebunan tebu. Sejumlah pohon yang menjadi sumber asam
lemak tertentu untuk bahan bakar, seperti pala, tengkawang dan taban merah, kelor, rambutan, hingga
saga utan, juga kurang dimaksimalkan.

”Pemanfaatan minyak dari pohon-pohon itu memungkinkan setiap pulau atau daerah di Indonesia dapat
memproduksi bahan bakar nabati biohidrokarbon,” katanya.

Pemerintah Indonesia kini tengah mengembangkan bahan nabati dari kelapa sawit untuk bahan bakar
minyak (BBM) solar nabati. Saat ini, Indonesia mengarah pada pemanfaatan 100 persen bahan bakar
nabati pengganti solar (B100) untuk semakim menekan impor BBM.

Sebelumnya, pemanfaatan bahan bakar 20 persen nabati pada solar atau B20 pada 2019 diklaim
membantu Indonesia menurunkan impor solar hingga 45 persen dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Konversi sumber energi itu juga membantu mengatasi menurunnya produksi minyak bumi
di dalam negeri. Pada 2018, Indonesia hanya mampu memproduksi 283 juta barel dengan kebutuhan

Inovasi

Agar keanekaragaman hayati bisa dimanfaatkan sebagai sumber bioekonomi, Tatang berpendapat,
Indonesia harus meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam pemberdayagunaan sumber daya alam
berproduktivitas rendah menjadi berproduktivitas tinggi.

Mengutip analisis Dietz pada 2018, Indonesia termasuk negara tanpa kebijakan dan strategi
pembangunan bioekonomi. Hal itu, menurut Tatang, sejalan dengan daya saing inovasi Indonesia yang
terbenam di antara negara-negara lain di dunia.

Berdasarkan Indeks Inovasi Global (GII), pada 2019, Indonesia berada di peringkat ke-85 dari 129 negara.
Tahun ini, prestasi Indonesia turun menjadi peringkat ke-85 dari 131 negara.
”Padahal, Indonesia bisa memimpin bioekonomi dunia jika ada program-program yang bisa menyulut
inovasi dan kreativitas generasi muda. Inovasi dan kreativitas harus mendapat perhatian pemerintah
dan pihak terkait,” katanya.

Ia pun menyampaikan beberapa saran. Perguruan tinggi, misalnya, sebaiknya tidak hanya
membelajarkan ilmu formal, tetapi juga mengenalkan kekayaan alam yang relevan dan menghidupkan
adu pikir tentang bagaimana kekayaan alam dapat didayagunakan.

Lembaga riset dan badan usaha juga sebaiknya kerap mengadakan diskusi tentang pendayagunaan
kekayaan alam dan riwayat keberhasilan inovasi yang banyak beredar di dunia maya.
JAKARTA (6/4) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memperbarui data estimasi potensi sumber
daya ikan (SDI) yang ada di 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI)
menyusul terbitnya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) Nomor 19 Tahun 2022.
Penetapan estimasi potensi ikan saat ini diakui lebih baik karena menggunakan metodologi
penghitungan yang semakin baik pula untuk mendukung implementasi program pengelolaan perikanan
berkelanjutan, salah satunya kebijakan penangkapan terukur.

Kepmen KP Nomor 19/2022 isinya tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan, Jumlah Tangkapan Ikan
yang Diperbolehkan (JTB), dan Tingkat Pemanfaatan Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik. Sesuai Kepmen KP tersebut, total estimasi potensi sumber daya ikan di 11
WPPNRI sebanyak 12,01 juta ton per tahun dengan JTB 8,6 juta ton per tahun. Estimasi potensi tersebut
dibagi dalam sembilan kelompok sumber daya ikan yaitu ikan demersal, ikan karang, pelagis kecil, cumi,
udang penaeid, lobster, rajungan , kepiting dan pelagis besar.

“Bagaimana proses ini dilakukan? Ada pengumpulan data yang dilakukan oleh teman-teman peneliti dari
berbagai sumber. Ada yang dari survei menggunakan kapal riset, observer, juga memanfaatkan statistik
perikanan. Kemudian data itu diproses dan dianalisis menggunakan model-model pengkajian stok
sumber daya ikan yang ada. Nah dari hasil analisis ini dikeluarkan lah hasil estimasi yang dilakukan di
semua WPP dan juga per kelompok jenis ikan,” ungkap Ketua Komisi Nasional Pengkajian Ikan (Komnas
Kajiskan) Prof. Indra Jaya dalam dialog Bincang Bahari KKP bertemakan Sosialisasi Kepmen KP Nomor 19
Tahun 2022 di Media Center KKP, Jakarta Pusat, Rabu (6/4/2022).

Komnas Kajiskan merupakan komisi yang dibentuk melalui Kepmen KP Nomor: 105/KEPMEN-KP/2020
dengan 35 anggota terdiri dari tujuh pakar, 11 akademisi, dan 17 pejabat instansi pemerintah terkait.
Anggota Komnas Kajiskan memiliki latar belakang keilmuan dan pengalaman yang sesuai dan relevan
dengan tugas pengkajian stok sumber daya ikan.

Direktur Pengelolaan Sumber Daya Ikan Ditjen Perikanan Tangkap KKP, Ridwan Mulyana
mengungkapkan, metodologi penghitungan yang dipakai untuk menentukan potensi estimasi sumber
daya ikan saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Di antaranya menggunakan data fisheries
hidroakustik yang sudah berstandar internasional.

“Metodologi yang sekarang lebih baik dibanding tahun 2016 dan 2017 lalu. Beberapa hal, seperti data
catch-nya itu sudah berbasis WPP sebelumnya berbasis perikanan pantai, kemudian juga ada Onedata
yang lengkap terintegrasi. Terkait data biomassa dan sebaran juga sudah menggunakan data
hidroakustik yang sudah berstandar FAO. Kalau sekarang kan juga ada akustik dengan split sistem. Kalau
dulu namanya dual beam sekarang split beam yang sudah bisa mengetahui jenis ikan,” ungkap Ridwan.

Melalui Kepmen KP Nomor 19/2022, penentuan Jumlah Tangkapan Ikan yang Diperbolehkan (JTB) untuk
masing-masing SDI memiliki perbedaan dari tahun sebelumnya. Bila kebijakan sebelumnya
menggunakan angka 20 persen dari estimasi potensi yang ada di setiap WPPNRI, maka saat ini
tergantung pada kondisi sumber daya ikan yang dimaksud. Bila kondisinya mengkhawatirkan untuk
ditangkap maka JTB-nya lebih dari 20 persen dari potensi yang ada.

“Ini kita lebih cermat ke arah kesehatan laut, bagaimana status ikan tersebut apakah cukup
mengkhawatirkan bila dieksploitasi secara berlebihan, sehingga tidak dipukul rata 20 persen.
Sederhananya begini, kalau ikan itu memang rentang terhadap eksploitasi, biasanya nilai kehati-
hatiannya juga lebih besar di atas 20 persen,” ungkapnya.

Ridwan menyadari, perlunya data estimasi potensi sumber daya yang lebih spesifik berdasarkan jenis
ikan, sebab yang disajikan saat ini masih ada data ikan berdasarkan pengelompokan, seperti ikan pelagis
besar, pelagis kecil, demersal, serta ikan karang. Di samping itu, jenis ikan yang masuk penghitungan
juga harus diperbanyak.
“Ke depan akan diperkuat bagaimana supaya jenis komoditas ini bertambah jumlahnya. Saat ini masih
ada yang memang per kelompok belum detail seperti kepiting, lobster. Ke depan kita akan kembangkan
supaya lebih banyak berdasarkan komoditas,” tambahnya.

Terbitnya Kepmen KP Nomor 19/2022 sekaligus untuk mendukung implementasi program terobosan
KKP yakni kebijakan penangkapan terukur. Angka estimasi potensi dan JTB menjadi dasar bagi KKP untuk
menentukan jumlah kuota penangkapan yang akan diberikan kepada nelayan lokal, industri dan juga
nonkomersial. Mengenai kuota penangkapan ini, Ridwan pun memastikan utamanya untuk nelayan
lokal.

Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Doni Ismanto mengatakan data saat ini menjadi salah
satu komoditas yang lebih berharga dari pada minyak.

“Kami berterima kasih atas kerja keras Komnas Kajiskan dengan data yang dihasilkan memenuhi
integrity, transparansi, dan akuntabel. KKP akan selalu mengambil kebijakan berbasis data agar nantinya
regulasi yang dihasilkan bisa memberikan dampak positif bagi keberlanjutan sumber daya ikan dan
pelaku usaha,” katanya.

Dekan Fakultas Perikanan Universitas Padjajaran, Yudi Nurul Ikhsan mengapresiasi pembaruan data
estimasi potensi ikan di seluruh WPPNRI, terlebih metodologi penghitungan dan instrumen yang dipakai
oleh Komnas Kajiskan sudah cukup baik. Yudi mengamini bahwa data estimasi potensi sumber daya ikan
sangat penting untuk tata kelola perikanan berkelanjutan, apalagi KKP akan menerapkan kebijakan
penangkapan terukur.

Untuk mendukung penerapan kebijakan penangkapan terukur ini, menurutnya, perlu juga data terbaru
jumlah kapal nelayan lokal di seluruh Indonesia sesuai gross ton-nya. Sebab Yudi berharap, pihak yang
menjadi prioritas mendapat kuota penangkapan adalah nelayan lokal.

“Kalau bicara tentang perikanan terukur, ini adalah yang terbaik. Dengan konsep penangkapan terukur,
maka hasil tangkapan akan lebih bisa dipertanggungjawabkan. Produksi ikan juga akan lebih bisa
menjaga kelestarian sumber daya laut. Nah yang jadi pertanyaan siapa nanti yang menggunakan
aktivitas perikanan terukur tersebut? Tentu harapannya adalah nelayan lokal,” ujarnya.

“Setelah kita punya data sumber daya ikan, maka yang penting lagi adalah data berapa sih jumlah vessel
kita yang lokal, dari mulai di bawah 30 GT sampai di atas 30 GT. Dari situ nanti kita bisa mengukur juga,
kalau perikanan terukur ini diterapkan kemudian kontraknya diberikan kepada nelayan lokal, apakah SDI
itu terpenuhi? Apakah akan habis dimanfaatkan atau tidak? Kalau misalnya ada sisanya baru kemudian
diberikan untuk di luar nelayan lokal,” tambahnya.

Sementara itu, Asosiasi Demersal Indonesia Muhammad Mukhlis Kamal juga menyambut baik terbitnya
data terbaru dari potensi sumber daya ikan di Indonesia. Namun dia berharap, data yang disajikan ke
depannya lebih detail berdasarkan spesies ikan bukan lagi kelompok. “Tantangannya ada keterbatasan
data. Tapi ini adalah data terbaik yang kita punya, ini yang menjadi data resmi, dan mari bersama-sama
menjaga stok ikan tetap lestari dan juga manfaat ekonomi serta kesejahteraan yang seoptimal
mungkin,” terang Mukhlis.

Sebagai informasi, Kepmen KP Nomor 19/2022 ini juga mengamanahkan dilakukannya pengkajian dan
telaah secara periodik atas estimasi potensi ikan, jumlah tangkapan yang diperbolehkan, dan tingkat
pemanfaatan sumber daya ikan di WPPNRI yang telah ditetapkan. Pengkajian dan telaah dilakukan
paling sedikit 1 kali dalam tiga tahun.
JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ( SKK Migas )
meluncurkan program One Two Trees dalam rangka merealisasikan pilar ketiga Indonesia Oil & Gas 4.0
yaitu, Ensuring Environmental Sustainability.

Melalui program penanaman pohon ini, seluruh pemangku kepentingan di industri hulu migas
diharapkan mampu berkontribusi dalam menurunkan emisi karbon demi memastikan keberlanjutan
lingkungan bagi generasi mendatang.

Peluncuran program One Two Trees ditandai dengan penanaman 10.000 pohon di Taman Mangrove
Jakarta, Pantai Indah Kapuk, Sabtu (29/7/2023), sekaligus memperingati Hari Mangrove Sedunia pada 26
Juli lalu.

Kegiatan ini turut dihadiri Plt Sekretaris Jenderal Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Dadan
Kusdiana, Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dyah Murtiningsih, beserta 15 pimpinan KKKS.

Hadir juga Chief Technology Officer Lindungi Hutan Chasif Syadzali, Asisten Perekonomian dan
Pembangunan Sekretaris Kota Administrasi Jakarta Utara Wawan Budi Rohman, serta Puteri Indonesia
Lingkungan 2022 Cindy May McGuire.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan SKK Migas memiliki komitmen yang kuat dalam
mengurangi emisi karbon secara berkelanjutan. Peluncuran program One Two Trees merupakan aksi
nyata SKK Migas bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk menyusutkan emisi karbon guna
menjaga keberlanjutan lingkungan.

Melalui program yang akan dilaksanakan hingga Oktober 2023 ini, seluruh perusahaan hulu migas
diwajibkan untuk menanam pohon sebagai bentuk pertanggungjawaban dari kegiatan eksplorasi dan
produksi migas di Indonesia.

“Program One Two Trees merupakan bagian dari industri hulu migas untuk dapat menanam 2 juta
pohon pada tahun 2023. Hari ini merupakan momen yang luar biasa karena industri hulu migas memiliki
komitmen yang nyata dalam upaya memulihkan lingkungan sekaligus menangkap emisi karbon melalui
penanaman pohon,” kata Dwi dalam keterangan resminya usai penanaman 10.000 pohon.
GORONTALO, iNews.id - Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, AKBP
Juprisan Pratama Ramadhan Nasution, mengampanyekan penyelamatan terumbu karang di wilayah
perairan tersebut. Pasalnya kerusakan terumbu karang cukup memprihatinkan.

"Daerah ini memiliki garis pantai terpanjang mencapai 317 kilometer. Juga merupakan satu-satunya
kabupaten yang berada di wilayah utara Provinsi Gorontalo dengan kekayaan destinasi wisata bahari
yang dimiliki," katanya di Gorontalo, Selasa (10/1/2023).

Penyelamatan terumbu karang pun menjadi perhatian khusus pihak Polres Gorontalo Utara. Mengingat
ada dua penyebab terumbu karang di perairan tersebut mengalami kerusakan parah. Yaitu akibat
ancaman bintang laut berduri (crown of thorn) yang banyak menempel di terumbu karang. Juga aktivitas
pemboman ikan yang dilakukan oknum-oknum tak bertanggung jawab, sehingga berdampak pada
kerusakan terumbu karang.

Pihaknya katanya, bersama pelaku usaha pariwisata dan pemerhati lingkungan, akan melakukan
kampanye penyelamatan terumbu karang dengan cara melakukan pembersihan massal. Rencananya,
pada Jumat (13/1/2023) pagi mulai pukul 06.00 WITA, tim Polres Gorontalo Utara dengan pihak terkait,
akan melakukan penyelaman di seputar pantai Pulau Saronde.

"Kami akan mengangkat bintang laut berduri yang banyak menempel di karang, kemudian membawa ke
darat untuk dibakar. Mengingat biota berbahaya yang merusak terumbu karang itu, hanya akan musnah
dengan cara dibakar," katanya.

Pihaknya berharap, kampanye itu dapat efektif dalam upaya menyelamatkan terumbu karang yang
dimiliki. Serta dapat diikuti oleh organisasi lainnya, dalam upaya melakukan penyelamatan ekosistem
bawah laut yang menjadi sumber kekayaan daerah, khususnya di sektor pariwisata.

Untuk pelaku pemboman, saat ini kata Juprisan, pihaknya telah mengajukan permohonan ke Kepolisian
Daerah (Polda) Gorontalo, agar dibentuk Satuan Polisi Air (Polair) di bawah naungan langsung Polres
Gorontalo Utara. Hal itu diharapkan akan memudahkan operasi tangkap tangan para oknum pelaku
pemboman ikan yang marak di perairan tersebut. Ia berharap, upaya itu dapat segera terwujud.
Sehingga operasi pengamanan wilayah perairan tersebut dapat berlangsung efektif dan intensif.
KATA DATA.CO.ID - Keseimbangan di antara operasional tambang dan keberlangsungan alam menjadi
fokus PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN) dalam mengoperasikan tambang Batu Hijau di
Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Nusa Tenggara Barat (NTB). Wujud komitmen keseimbangan tersebut
salah satunya adalah kegiatan reklamasi dengan memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan,
serta ekosistem di wilayah lingkar tambang AMMAN. Hal ini bertujuan agar wilayah lingkar tambang bisa
berfungsi kembali secara optimal.

Di lokasi tambang Batu Hijau, pembukaan lahan untuk kegiatan operasional pertambangan mencapai
3.364,76 hektare. Dan proses reklamasi lahan yang dilakukan AMMAN sudah sebesar 768 hektar.
Perusahaan melakukan program reklamasi secara paralel. Yakni, melalui pemulihan kualitas ekosistem
hutan bersamaan dengan operasional penambangan. Dengan begitu, tidak perlu menunggu operasional
tambang usai.

VP Corporate Communication & Investor Relation AMMAN Kartika Octaviana menjelaskan, dari 12.500
hektare lahan yang masuk wilayah operasi kami, terdapat 3.364,76 hektar lahan yang dimanfaatkan
untuk operasional tambang. Kemudian, AMMAN secara bertahap melakukan proses reklamasi yang
sampai sekarang sudah selesai dilakukan untuk lahan seluas 768 hektare. Totalnya ada 2.800 hektare
yang akan direklamasi.

“Kami berkomitmen untuk terus melakukan kegiatan reklamasi berkelanjutan yang telah kami
laksanakan sejak pertama kali beroperasi,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (7/7).

Secara teknis, jenis vegetasi yang ditanam di lahan reklamasi adalah spesies site specific, sesuai dengan
tipe hutan di Batu Hijau. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan keadaan ekosistem hutan kembali
sesuai dengan rona awal melalui kegiatan reklamasi. Program penghijauan yang dijalankan AMMAN
tidak hanya fokus dalam memulihkan bekas area operasional tambang saja tetapi juga menghasilkan
nilai ekonomis bagi masyarakat. Melalui pendekatan Etnobotani, AMMAN turut menanam sekitar 1.000
pohon nira, sehingga dapat menghasilkan aren di kawasan hutan.

Tanaman yang merupakan sumber Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) itu merupakan salah satu sumber
penghasilan bagi masyarakat Sumbawa Barat, khususnya di wilayah Tongo. AMMAN turut berfokus pada
produk hilir dari aren, dengan mendirikan Rumah Produksi Aren yang diharapkan mampu meningkatkan
keterampilan para petani dalam mengolah produk turunan dari tanaman ini.

Kartika menuturkan bahwa seluruh program reklamasi bisa berjalan dengan baik dan lancar atas
dukungan sejumlah pihak, khususnya KPH Sejorong Mataiyang, Nusa Tenggara Barat dan Pusat
Reklamasi Tambang Institut Pertanian Bogor (IPB).

“Demi menjaga keberhasilan proses reklamasi dan menjaga kelestarian lingkungan ini, Pusat Reklamasi
Tambang IPB kami gandeng sebagai pihak ketiga yang independen dalam melakukan pengawasan,”
imbuh Kartika.

Kepala Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Sejorong Mataiyang NTB Syahril mengatakan, besar
harapannya selaku pengelola hutan agar apa yang dilakukan bersama AMMAN bisa turut dipelihara
semua pihak.

“Semoga tanaman-tanaman ini bisa dijaga bersama sehingga mampu memberikan manfaat kepada
generasi kita selanjutnya,” ucap Syahril.

Adapun, sejak 2020, AMMAN berhasil menanam 1.000 bibit aren di sepanjang Sungai Sejorong di
Sumbawa Barat. Berlanjut ke penanaman 3.000 bibit lagi di 2021 dan 2022 di sekitar Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) Sumbawa. Secara keseluruhan AMMAN melakukan penanaman sebanyak 1,5 juta
pohon di area reklamasi, 1,1 juta pohon di Area Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS), dan 7.150
pohon untuk program etnobotani, mangrove, dan hutan pantai.

Anda mungkin juga menyukai