No Reg: 191220000026681
PROPOSAL
PENELITIAN TERAPAN PENGEMBANGAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
TAHUN 2022
Disusun Oleh :
No Reg: 191220000026681
PROPOSAL
PENELITIAN TERAPAN PENGEMBANGAN NASIONAL
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
TAHUN 2022
Dalam rangka mendukung program pemerintah melalui Nawa Cita, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) melalui program AKSI Pangan, melakukan upaya melakukan
sinergitas kepada beberapa instansi terkait, seperti perbankan, sektor pembiayaan,
asuransi, penjaminan dan kementrian perdagangan, serta kementrian pertanian dalam
rangka mengakselerasi inklusi keuangan, literasi dan sinergitas dalam membangun
pertanian dan produk pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia.
(https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/OJK-Luncurkan-Program-
AKSI-Pangan-Ak). Indonesia yang memiliki potensi lahan tanah yang subur, seharusnya
mampu mengelola lahan produktif tersebut utk kepentingan kesejahteraan penyediaan
pangan dan produk usaha pertanian lainnya. Ancaman terhadap pengaruh impor pangan
menjadi suatu keniscayaan jika pemerintah tidak mengantipasi laju impor bahan pangan
dan pertanian dari luar negri, yang akan mempengaruhi ketahanan pangan yang ada di
dalam negri. Pengalihan fungsi lahan pertanian yang mencapai 100 rb hektar
pertahunnya tidak sebanding dengan pemanfaatan lahan produktif yang terjadi hampir
setiap tahunnya. Saat ini yang paling terpenting adalah mengatasi kesenjangan antara
sektor permintaan dan sektor ketersediaan sumber daya alam, seperti produk pangan,
air dan lahan yang semakin langka. Pemerintah dengan program kedaulatan pangannya,
membutuhkan dukungan dari berbagai stakeholder terkait, program AKSI Pangan yang
dilauncing oleh OJK menjadi dukungan terhadap program pemerintah dengan
mengajak industri jasa keuangan untuk membuka dan memperluas akses pembiayaan
khususnya kepada petani karena pembiayaan di sektor pertanian masih terbuka lebar.
Oleh karena itu, pengembangan akselerasi pembiayaan syariah menemukan potensi
untuk memperluas market share industri dan jasa keuangan syariah, dengan
mengakselerasi produk melalui berbagai program literasi dan sosialisasi pembiayaan
berbasis syariah, sinergitas dan inklusi keuangan diharapkan mampu mendukung
program pemerintah. Lembaga keuangan syariah baik perbankan atau non perbankan
seperti sektor lembaga pembiayaan, asuransi dan penjaminan seharusnya dapat diakses
oleh berbagai sektor produksi. Penelitian ini penting untuk dilakukan dalam rangka
meningkatkan akses pembiayaan dan peningkatan kualitas produk pertanian serta
pemanfaatan inovasi teknologi, sehingga program kedaulatan pangan dapat tercapai.
Dengan demikian, pemilihan dan rekam jejak sasaran penelitian khususnya petani di
pedesaan menjadi calon penerima manfaat karena dapat mengakses pembiayaan dalam
proses produksi, konsumsi dan distibusinya. Akselerasi akses pembiayaan yang masif
disektor pertanian, program pendampingan perbaikan kualitas produksi pertanian dan
pangan bertujuan agar para investor, atau perusahaan pembiayaan dan asuransi lebih
berani memberikan dana kepada sektor pertanian.
B. RUMUSAN MASALAH
(Nisa, Vahrun, 2017). Ia meneliti kajian kebijakan rezim era orde baru terkait dengan
manajemen logistik, saat itu bulog (badan usaha logistik) merupakan lembaga
yang strategis dalam rangka mengamankan penyediaan pangan (beras) nasional.
Sehingga, stabilitas harga pasokan beras dan pemerataan menjadi alat politik untuk
melegitimasi pengaruhnya terhadap rakyat. Saat itu peran dan fungsi bulog menjadi
pilar ketahanan pangan, yang memiliki banyak gudang beras di indonesia. Manajemen
harga pasar terutama dalam sector logistic dan pangan untuk rakyat Indonesia bagian
dari tanggung jawab bulog. Namun, sistem kerja bulog saat itu tidak bertahan lama
karena pengaruh politik rezim kapitalis kroni. Maka, berdasarkan keppres no 9 tahun
5
1998 fungsi dan tugas bulog dibatasi hanya untuk menangani komoditas pasar
saja.Penelitian ini menganalisis tentang kebijakan manajemen logistik era orde baru
dan mekanisme pengaturan harga pangan. Namun, belum terdapat analisis pembiyaaan
rantai nilai produk pangan untuk meningkatkan daya saing produk pertanian.
(Syuhada, Siti 2014). Menurut hasil penelitiannya bahwa sektor pertanian dapat
dijadikan sebagai leading sektor, melalui globalisasi dan perdagangan pangan
internasional, dengan melaksanakan agenda pengembangan ketahanan pangan sebagai
berikut:1)mencegah dan mengurangi laju konversi lahan produktif; 2)memanfaatkan
dengan lebih optimal berbagai bentuk sumber daya lahan (lahan kering, lahan rawa,
lahan pasang surut) untuk kepentingan pemantapan produksi pangan dan peningkatan
pendapatan petani; 3)mendukung usaha peningkatan produktifitas pertanian terutama
melalui peningkatan penggunaan bibit unggul dan mengurangi kehilangan hasil pasca
panen; 4)melakukan rehabilitasi, pemeliharaan dan optimasi pemanfaataan
infrastruktur irigasi dan jalan desa; 5)melakukan langkah kongkrit dalam konservasi
sumber daya tanah dan air terutama dalam wilayah aliran sungai; 6)mempromosikan
produksi dan konsumsi aneka ragam pangan berbasis sumber daya lokal, baik yang
berbasis tanah, maupun berbasis air (laut, danau, sungai) dengan menyertakan
masyarakat dan dunia usaha; 7) mengembangkan sistem informasi pangan yang dapat
diakses secara terbuka termasuk pengembangan peta potensi pangan di kelembagaan
pendukung produksi dan distribusi pangan terutama kelembagaan pembiayaan,
penelitian, penyuluhan dan pendidikan; 8)mengembangkan berbagai sistem insentif
yang diperlukan bagi peningkatan produksi pangan dan peningkatan pola konsumsi
pangan sehingga sektor pertanian bisa meningkat.1 Selain agenda upaya
pengembangan ketahanan pangan, maka sektor pertanian perlu juga ditingkatkan
perannya dalam perekonomian dengan melakukan revitalisasi pertanian yang meliputi
kegiatan: (1) mensinergikan pembangunan sektor pertanian, penyegaran kembali
vitalitas pertanian; (2) memberdayakan kemampuan dan meningkatkan kinerja sektor
pertanian dalam pembangunan; (3) menggalang komitmen dan kerja sama seluruh
stakeholders untuk meningkatkan peran sektor pertanian dalam perekonomian; (4)
mengubah paradigma pola pikir masyarakat dalam melakukan kegiatan pertanian; (5)
peningkatan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi; (6) produktifitas dan
daya saing komoditas pertanian. Namun, pada penelitian ini belum terdapat analisis
sinergitas dengan lembaga keuangan syariah dalam program pembangunan sektor
pertanian.
(Swasono, Sri Edi, 2018). Ia menulis tentang “Ekspose Ekonomic” demi terciptanya
kemaslahatan masyarakat dan kedaulatan ekonomi rakyat maka internationalisasi
modal, produksi dan perdagangan secara bebas harus dikesampingkan. Hal ini sejalan
dengan teori pembangunan ekonomi dan social kerakyatan yang digagas oleh salah
satu pendiri bangsa yang itu bung Hatta. Diantara caranya adalah dengan kita
menegaskan kembali ekonomi pancasila dan kembali ke ekonomi konstitusi, menolak
neoliberalisme dan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat bukan kedaulatan pasar dan
mewaspadai Globalisasi dan pasar bebas. Namun, penelitian ini belum membahas
program inklusi keuangan perbankan syariah dalam rangka memperkuat sektor
pertanian dan pangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
Pengembangan keuangan syariah di Indonesia yang lebih bersifat market driven dan dorongan
bottom up dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga lebih bertumpu pada sektor riil juga
menjadi keunggulan tersendiri (Alamsyah, Halim, 2012). Program Keuangan inklusif saat ini juga
telah menjadi agenda dunia, dimana lebih dari 50 negara telah menetapkan kebijakan strategis
untuk meningkatkan keuangan infklusif (Demirguc‐Kunt, and others, 2015). Beberapa liteatur
menyebutkan adanya hubungan yang kuat antara keuangan inklusif, pertumbuhan yang inklusif
dan pengentasan kemiskinan (Beck, T., R. Livine, and N. Loayza (2000). Keuangan inklusif
merupakan suatu proses untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Selain itu,
keuangan inklusif juga ditujukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi masyarakat lebih luas
7
(Islam, Md. Ezazul, 2016). Keuangan inklusif dapat memfasilitasi masyarakat yang tidak dapat
tersentuh perbankan (unbankable people) untuk dapat akses kepada Lembaga keuangan sehingga
dapat meningkatkan kondisi ekonomi mereka. Masyarakat juga dapat berpartisipasi aktif dalam
kegiatan ekonomi dan mengambil manfaat dari fasilitas layanan jasa keuangan. Hal ini
dikarenakan, jika masyarakat memiliki akses terhadap kepemilikan rekening di bank,
kredit/pembiayaan, dan mekanisme pembayaran, maka masyarakat akan dapat memanfaatkan
itu semua untuk memulai atau bahkan mengembangkan bisnis mereka, melakukan manajemen
risiko, investasi pada sektor‐sektor produktif serta mengantisipasi terjadinya guncangan keuangan
Islam, (Md. Ezazul, 2016). Berbagai literatur juga menguraikan bahwa Lembaga keuangan Syariah
dapat menjadi sektor potensial untuk berkontribusi dalam pemecahan masalah keuangan inklusif
terutama sektor pertanian dan pangan yang masih terbuka luas. (Alamsyah,Halim.2012).
Sebagaimana data Bank Dunia tahun 2017 mengemukakan data bahwa, 6 persent dari orang
dewasa yang tidak tersentuh perbankan, mereka tidak memiliki akun rekening di bank dengan
alasan agama. Umumnya, mereka tidak ingin terjerat pada aktifitas riba. Oleh karena itulah,
kehadiran Lembaga keuangan Syariah dapat menjadi alternatif Lembaga keuangan yang dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat terlebih lagi masyarakat yang agamis dan tidak mau
bersentuhan dengan bunga. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki bagi
penduduk suatu Negara. Karena itu, sejak berdirinya NKRI, UUD 1945 telah mengamanatkkan
bahwa Negara wajib menjalankan kedaulatan pangan (hak rakyat atas pangan).(Tufiqul Mujib,
2011). Terkait dengan fungsi sosial pangan cultural mempunyai makna bahwa faktor budaya yang
menyangkut aspek sosial, ekonomi, politik, dan proses budaya mempengaruhi seseorang dalam
memilih jenis pangan, pengolahan pangan, dan cara konsumsi pangan (termasuk dengan siapa,
kapan, dan di mana. (Khomsan, Ali dkk, 2006). Beberapa ahli ekonomi memandang diversifikasi
pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya
manusia, pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat, yang
mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi. (Hubeis, Aida Vitayala et. al.
2011). Hasil penelitian Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSEKP) Kementerian
Pertanian pada tahun 2008 menunjukkan bahwa rataan kepemilikan lahan petani di pedesaan
sebesar 0.41 hektar di Pulau Jawa dan sebesar 0.96 hektar di luar Pulau Jawa. (Tambunan, 2006).
Pada akhir tahun 2013, DPR telah mengesahkan pula RUU Desa sebagai landasan Yuridis bagi
petani yang tinggal di pedesaan yang menjadi kantong‐kantong kemiskinan. Kemudian UU
Perlindungan dan Pemberdayaan petani nomor 19 Tahun 2013 pun disahkan. Undang‐undang ini
menjelaskan tentang konsolodasi tanah, yang berhubungan dengan tanah pertanian terlantar dan
tanah negara bebas yang dapat didistribusikan kepada petani, meskipun pada akhirnya hanya
menjadi hak sewa, izin pengusahaan, izin pengelolaan atau izin pemanfaatan. (Arifin,
Bustanul.2007).
F. METODE DAN TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam rangka menjawab tujuan penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan
adalah Analytic Network Process atau ANP. ANP merupakan pendekatan baru metode
kualitatif untuk proses pengambilan keputusan tanpa membuat asumsi-asumsi tentang
independensi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi dari elemen-elemen pada
level yang lebih rendah dan tentang independensi elemen-elemen dalam suatu level.
ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level. ANP memiliki kelebihan
dibandingkan metodologi yang lain, yakni memiliki kemampuan dalam pengukuran
dan sintesis sejumlah faktor-faktor dalam jaringan. Selain itu, metode ANP lebih
sederhana sehingga lebih umum dan lebih mudah diaplikasikan untuk studi kualitatif
yang beragam (Ascarya, 2005).Menurut Ascarya (2005) bahwa dalam jaringan ANP,
semua kriteria harus diatur dan dibuat skala prioritas untuk mengetahui pengaruh dari
8
semua elemen. Setelah itu, akan dilakukan perbandingan dan sintesis untuk
memperoleh urutan prioritas dari kriteria yang ada. Dengan memperhatikan masing-
masing kriteria, pengaruh dari elemen dalam jaringan feedback akan diturunkan. Hasil
dari pengaruh ini diberikan bobot sesuai tingkat kepentingan kriteria dan ditambahkan
untuk memperoleh pengaruh dari masing-masing elemen secara keseluruhan. Data dari
hasil kuesioner akan dianalisis dengan metode ANP menggunakan software Super
Decision yang diperoleh secara gratis dari www. superdecision.com (Tanjung & Devi,
2013).Penelitian ini dilakukan dengan melalui tiga tahapan utama, yaitu tahap pertama
adalah melakukan dekomposisi (konstruksi model). Konstruksi model ANP dalam
penelitian ini disusun berdasarkan literature review dan indepth interview yang
dilakukan kepada para pakar yang paham tentang keuangan Syariah untuk swasembada
kedaulatan pangan. Pakar dipilih berdasarkan 3 (tiga) golongan, yaitu golongan
akademisi, golongan praktisi, dan golongan regulator. Dengan demikian, informasi
akan diperoleh secara mendalam serta model keuangan Syariah untuk swasembada
kedaulatan pangan dapat dibangun. Model yang dibangun berdasarkan hasil literature
review dan indepth interview juga akan divalidasi oleh salah satu pakar yang dianggap
paling pakar. Dalam tahap ini, tim peneliti akan dibagi tugas untuk melakukan
wawancara kepada sejumlah pakar. 1 peneliti dapat mewawancarai 2 dan atau 3 orang
pakar.Tahap kedua adalah tahap kuantifikasi model. Kuantifikasi model dilakukan
dengan menggunakan pertanyaan dalam kuisioner ANP berupa pairwise comparison
(pembandingan pasangan) antar elemen dalam cluster untuk mengetahui pengaruh dan
perbedaan diantara keduanya. Yang dinilai adalah mana yang lebih besar pengaruhnya
(lebih dominan) dan seberapa besar perbedaannya melalui skala numerik 1-9. Dari hasil
penilaian kemudian dikumpulkan dan diinput melalui software Super Desicion untuk
diproses sehingga menghasilkan output berbentuk prioritas dan supermatriks. Hasil dari
setiap responden akan di-input pada jaringan ANP tersendiri. Sama dengan tahap
sebelummnya, pada tahap ini tim peneliti juga akan dibagi tugas, dimana setiap peneliti
mendatangi 2 dan atau 3 orang pakar untuk menyebar kuesioner.Pada tahap terakhir,
hasil jaringan ANP yang telah diolah berdasarkan pendapat responden akan disatukan
(mengingat responden pakar lebih dari 1). Geometric mean dan rater agreement akan
dihitung setelah data diproses. Cara menjumlahkan nilai kesesuaian antar responden
dilakukan dengan menghitung nilai Kendall’s Coefficient Of Concordance kemudian
menginterpretasikan hasil geometric mean keseluruhan responden.
G. RENCANA PEMBAHASAN
Rencana pembahasan diawali dengan mengidentifikasi apa saja program akselerasi lembaga
keuangan syariah dalam merespon dorongan dari lembaga otoritas jasa keuangan guna
mendukung program pemerintah terkait kedaulatan pangan yang terangkum dalam Nawa
Cita. Dampak dari program akselerasi tersebut tentunya akan memperkuat dan
mengembangkan market share perbankan syariah melalui inklusi keuangan, sekaligus juga
meningkatkan produktifitas, stabilitas dan pemerataan produk pangan dan pertanian.
Selanjutnya, peneliti menganalisis model pengembangan pembiayaan nilai rantai produk
pangan dan pertanian sesuai dengan model bisnis yang berkembang, untuk meningkatkan
kualitas produk dan peningkatan akses modal produsen. Peningkatan koordinasi kebijakan
dan pembiayaan pada sektor pertanian, peningkatan layanan teknologi dan informasi data,
penelitian dan pengembangan, literasi dan sosialisasi serta edukasi, serta peningkatan
kapasitas sumber daya manusia, sebagai upaya peningkatan kualitas produk pertanian dan
9
sumber daya pelaku bisnis usaha tani. Sehingga akses permodalan terbuka lebih luas, dan
pecapaian terhadap kedaulatan pangan dapat terwujud. Dalam proses perumusan model
pengembangan pembiayaan nilai rantai produk pertanian tentunya harus bersinergi dan
bekerjasama dengan berbagai stakeholder pemangku kepentingan, model bisnis juga perlu
diperhatikan karena pengaruh restrukturisasi pasar, orientasi pasar, pembiayaan, inovasi
teknologi, wiratani baru dan konsentrasi geografis. Peningkatan akses pembiayaan
permodalan produk pertanian dinilai OJK perlu ditingkatkan lagi, melihat potensi
sektor pertanian yang memiliki potensi besar dan memiliki daya guna yang sangat tinggi.
Disamping peningkatan akses pembiayaan, diperlukan juga peningkatan produk yang lebih
bernilai sehingga memiliki daya saing yang tinggi di tengah kancah persaingan pasar produk
hasil pangan dan pertanian, kemandirian pangan akan terwujud. Lembaga Keuangan Syariah,
baik melalui Lembaga keuangan bank maupun non bank, seperti Lembaga keuangan mikro
Syariah modal ventura Syariah dapat menjadi model alternatif Lembaga keuangan
pembiayaaan untuk sektor pertanian. Penelitian ini juga mencoba mengusung bank pertanian
Syariah yang diharapkan dapat menjadi katalisator dalam mewujudkan Indonesia menjadi
Daulat pangan. Tidak hanya memiliki ketahanan pangan dalam negeri, namun juga dapat
menyuplai kebutuhan pangan luar negeri. Peranan Lembaga keuangan Syariah dinilai dapat
menjadi alternatif Lembaga keuangan konvensional dalam memberikan pembiayaan untuk
sektor pertanian. Saat ini, sektor pertanian dianggap sektor yang memiliki risiko yang tinggi
dan kebutuhan permodalan yang rumit. Sehingga, menyebababkan tidak sedikit Lembaga
keuangan apatis untuk membiayai sektor ini. Di akhir pembahasan, temuan dari penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi solusi dan strategis untuk para stakeholder pangan
nasional, baik itu praktisi maupun regulator, sehingga keuangan Syariah dapat berkontribusi
secara nyata untuk mengembangkan sektor riil, sektor pertanian, sehingga Indonesia dapat
berdaulat secara pangan.
1. Ketua Peneliti
Nama : Dr. Syarifah Gustiawati Mukri.,M.E.I
NIDN : 0411088305
NIK : 410100367
Pangkat/jabatan : Lektor/III-d
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & tgl lahir : Bogor 11 Agustus 1983
Alamat : Kp. Jati Parung Rt 01/05 no 8 blok A Kec. Parung Kab. Bogor
16330
Email : syarifah@fai.uika-bogor.ac.id
Riwayat pendidikan : SI ISID Gontor Ponorogo
: S2 UIKA Bogor
: S3 UIKA Bogor
Pengalaman Penelitian:
Anggota I
Nama : Abrista Devi.,M.E.I
NIDN : 0405108806
NIK : 410100556
Pangkat/jabatan : Asisten Ahli
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat & tgl lahir :Pangkalpinang, 05 Oktober 1988
Alamat : Perumahan Haji Blok.B6 No 4, Jl. Tumenggung Wiradiredja
Cimahpar Bogor Utara Jawa Barat
Email : abrista@fai.uika-bogor.ac.id
Riwayat pendidikan : SI STEI Tazkia
: S2 UIKA Bogor
Pengalaman Penelitian:
Anggota II
Nama : Yono S.H.I.,M.H.I
NIDN : 0412068604
NIK : 410100510
Pangkat/jabatan : Lektor
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat & tgl lahir :Tasikmalaya, 12 Juni 1986
Alamat : Kp. Sidamulya Rt 001/005 Desa Cisarua Kec. Nanggung
Kab.Bogor
Email : Yono@fai.uika-bogor.ac.id
Pembantu Peneliti
J. PUSTAKA ACUAN
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/OJK-Luncurkan-Program-
AKSI-Pangan-Akselerasi-Sinergi-Inklusi-Keuangan-untuk-Dukung-Kedaulatan-
Pangan.asp
https://www.wartaekonomi.co.id/read102336/ojk-gagas-pembiayaan-value-chain-sektor-
pertanian
Solikin, Nur, Linawati (2014). Konsepsi masyarakat kediri tentang pertanian berkelanjutan
menuju ketahanan pangan nasional. Nusantara of Research ISSN 2355-7249 127 volume
01 I Nomor 02 Oktober 2014
Safitri, Vahrun Nisa (2017). Skripsi Peran negara terhadap ketahanan pangan masa
orde baru dan reformasi dalam perspektif ekonomi islam.
Endang Tyasmaning, An-Nisbah Jurnal Perbankan Syariah, Institut Agama Islam Sunan
Kalijogo Malang P-ISSN 2721-9615 / E-ISSN 2721-9623 Volume 1 Nomor 2 Juli 2020
Beck, T., R. Livine, and N. Loayza (2000). Finance and the sources of growth. Journal of
Financial Economics, vol. 58, pp. 261-300
https://keuangan.kontan.co.id/news/bni-syariah-mendorong-kedaulatan-pangan-melalui-
ekonomi-syariah
Islam, Md. Ezazul. (2016). Financial Inclusion in Asia and the Pacific. Thailand:
Macroeconomic Policy and Financing for Development Division (MPFD).
14
(Mujib, Tufiqul, 2011). Lihat artikelnya berjudul Hak Atas Pangan Sebagai Hak
Konstitusional, 2011. Artikel ini merupakan bagian dari buku Ekonomi Politik Pangan,
yang disunting oleh Francis dkk. Penerbit Bina Desa-Cindebooks, Jakarta. Taufiqul Mujib
adalah Direktur Program pada Indonesian Human Right Committee for Social Justice
(IHCS), dan juga National Rappourter on the Right to Food.
(Khomsan, Ali dkk, 2006) Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta : Penebar Swadaya, h. 69
Hubeis, Aida Vitayala, et. al.,2011. Menuju Desa 2030, Yogyakarta : Percetakan Pohon
Cahaya. h. 116 Tambunan, Apakah Pertumbuhan di Sektor Pertanian Sangat Krusial Bagi
Pengentasan Kemiskinan di Indonesia?, Jakarta : Kadin Indonesia – JETRO, 2006,h. 8
Arifin, Bustanul. 2007. Diagnosis Ekonomi Politik Pangan dan Pertanian. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada