Anda di halaman 1dari 33

KEMISKINAN

Kelompok 3
1. Afriansyah (1406620053)
2. Angelica Elizabeth Eleanor (1406620024)
3. Fransciska Sabok Doni (1406620010)
4. Isna Nurasyifah Fajrin (1406620030)
5. Johan Sahata Tampubolon (1406620055)
6. Muhammad Fadly (1406620080)
7. Novran Tiopan (1406620041)
8. Revania Firdaus (1406620048)
DATA PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
(P0) MENURUT PROVINSI DAN DAERAH
SEMESTER 1 (MARET) 2021

Berdasarkan data tersebut, provinsi dengan


persentase penduduk miskin terendah di
Indonesia pada Semester 1 (Maret) 2021
adalah :
1) Bali (4.53%)
2) DKI Jakarta (4.72%)

Adapun provinsi dengan persentase penduduk


miskin tertinggi di Indonesia pada Semester 1
(Maret) 2021 adalah :
1) Papua (26.86%)
2) Papua Barat (21.84%)
ANALISIS PROVINSI DENGAN
PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN (P0) TERENDAH
MENURUT PROVINSI DAN
DAERAH (MARET) 2021
01.
PROVINSI BALI
Provinsi dengan Persentase Penduduk Miskin
(P0) Terendah Pertama di Indonesia
Saat ini, Provinsi Bali menjadi provinsi dengan tingkat
kemiskinan terendah urutan pertama di Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, persentase
tingkat penduduk miskin di Provinsi Bali sebesar 4.53%
pada Semester 1 tahun 2021. Angka tersebut bisa
dicapai Provinsi Bali berkat baiknya pengelolaan dan
kerjasama antara pemerintah Bali dengan masyarakat
Bali dalam memaksimalkan potensi yang ada. Hal ini
dibuktikan meskipun sektor pariwisata yang selama ini
menjadi penopang ekonomi di bali mengalami
kelumpuhan. Pemerintah Bali melakukan pergantian
fokus perekonomian yang semula pada sektor lariwisata
menjadi pemanfaatan SDA yang dioptimalkan melalui
sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA TINGKAT KEMISKINAN DI BALI
BESERTA ANALISISNYA BERDASARKAN TEORI MODERNISASI BARU
Budaya yang unik, keragaman budaya asli
01. Indonesia yang dapat menjadi daya tarik
wisata para wisatawan
02. Memaksimalkan produksi dalam
dengan memanfaatkan modernisasi
negeri

❑Variabel Pokok ❑Implikasi Kebijakan


Variabel pokok pada teori modernisasi baru adalah Implikasi kebijaksanaan di Provinsi Bali sesuai dengan
faktor internal, begitu pula dengan variabel pokok di teori modernisasi baru, yakni menganggap bahwa
Provinsi Bali yang mana faktor internalnya adalah nilai- modernisasi memberikan dampak yang positif. Dengan
nilai budaya tradisional. Provinsi Bali memiliki potensi adanya modernisasi, produktivitas industri menjadi
wilayah yang berbasis budaya seperti agama, bahasa, meningkat; serta kemajuan teknologi menyebabkan
tari-tarian, sistem pemerintahan, dan sebagainya. kehidupan sosial ekonomi lebih produktif, efektif, dan
Sehingga Bali menerapkan sektor pariwisata yang efisien sehingga membuat produksi dalam negeri
berbasis kearifan lokal dengan mempertahankan mampu bersaing di pasar internasional.
kebudayaannya menjadikan salah satu daya tarik bagi
wisatawan mancanegara.
❑Tradisi
Seperti teori modernisasi baru, Bali tidak melihat tradisi
sebagai faktor penghalang pembangunan, melainkan
faktor positif pembangunan. Budaya dan tradisi yang
unik, keragaman budaya asli Bali yang memberikan
dampak positif sebagai daya tarik wisata para
wisatawan.
FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA TINGKAT KEMISKINAN DI BALI
BESERTA ANALISISNYA BERDASARKAN TEORI MODERNISASI BARU
Pemerintah Bali dimana mereka menempuh Memanfaatkan globalisasi secara baik, juga terbuka

03. arah dan menentukan pembangunannya


sendiri, seperti mengambil kebijakan untuk 04. akan datangnya turis asing, kegiatan promosi
pariwisata berbasis kearifan lokal menjadi lebih
memfokuskan bukan hanya dalam sektor mudah sehingga menciptakan sektor pariwisata yang
Pariwisata, tetapi juga pengoptimalan unggul
pemanfaatan SDA pada masa pandemi, serta ❑Faktor Eksternal
peningkatan mutu Jaminan Sosial dan Sama halnya dengan teori modernisasi baru, Bali juga
Ketenagakerjaan memperhatikan faktor eksternal (lingkungan internasional).
❑Arah Pembangunan Sekalipun perhatian utamanya masih pada faktor internal,
Arah pembangunan dalam teori modernisasi baru seperti kearifan budaya lokal yang dimanfaatkan untuk
ialah berarah dan bermodel banyak. Modernisasi peningkatan sektor pariwisata, tetapi peranan faktor
baru menganggap bahwa negara dunia ketiga dapat internasional dalam mempengaruhi proses
memiliki kesempatan untuk menempuh arah dan perekonomiannya yang tidak diabaikan begitu saja. Dengan
menentukan pembangunannya sendiri. Hal ini turut memperhatikan faktor internasional dengan
diimplementasikan oleh Pemerintah Bali dimana memanfaatkan globalisasi secara baik, juga terbuka akan
mereka menempuh arah dan menentukan datangnya turis asing, kegiatan promosi pariwisata berbasis
pembangunannya sendiri, seperti mengambil kearifan lokal menjadi lebih mudah sehingga menciptakan
kebijakan untuk memfokuskan bukan hanya dalam sektor pariwisata yang unggul yang dapat meningkatkan
sektor Pariwisata, tetapi juga pengoptimalan pendapatan devisa, menciptakan lapangan kerja,
pemanfaatan SDA pada masa pandemi, serta merangsang pertumbuhan industri pariwisata. Dengan
peningkatan mutu Jaminan Sosial dan begitu, pariwisata berbasis kearifan lokal Provinsi Bali dapat
Ketenagakerjaan. memicu pertumbuhan ekonominya.
PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI BALI YANG
DAPAT DIJADIKAN MODEL PERCONTOHAN BESERTA BIDANG
IMPLEMENTASINYA

Program Simantri Program Jaminan Program Jaminan Kredit


(Sistem Pertanian Kesehatan Bali Mandara Bali Mandara
Terintegrasi) (JKBM) (Jamkrida)
Implementasinya potensial Implementasinya potensial Implementasinya potensial
pada bidang pertanian dan pada bidang kesehatan dan pada bidang ekonomi
ekonomi ekonomi
02.
PROVINSI DKI JAKARTA
Provinsi dengan Persentase Penduduk Miskin (P0)
Terendah Kedua di Indonesia
Badan Pusat Statistik (BPS) Mencatat, persentase
tingkat penduduk miskin di Provinsi DKI Jakarta
merupakan kedua terendah setelah Provinsi Bali di
Indonesia. Yaitu sebesar 4.72% pada Semester 1 (Maret)
Tahun 2021.
FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA TINGKAT KEMISKINAN DI DKI
JAKARTA BESERTA ANALISISNYA BERDASARKAN TEORI MODERNISASI
BARU

1. Infrastruktur di DKI Jakarta yang memadai

○ Arah pembangunan
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya angka persentase kemiskinan di provinsi Jakarta adalah adanya
infrastruktur yang memadai. Baik yang sudah ada dan dirasakan manfaatnya maupun yang sedang dibangun oleh
pemerintah. Infrastruktur yang ada dan yang sedang dibangun tidak hanya berfokus pada satu bidang saja, tetapi ke
berbagai sektor. Hal ini berkaitan dengan salah satu aspek Teori Modernisasi Baru yaitu Arah Pembangunan.

2. Modernisasi di berbagai bidang

○ Implikasi kebijakan
Pada teori modernisasi baru, modernisasi dipandang menjadi sebuah hal yang dapat memberikan dampak
positif. Sama halnya dengan modernisasi di Provinsi DKI Jakarta yang berdampak pada berbagai bidang.
PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI DKI JAKARTA
YANG DAPAT DIJADIKAN MODEL PERCONTOHAN BESERTA BIDANG
IMPLEMENTASINYA

1. Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuang Pangan Non Tunai (BNPT)
Program yang sangat dirasakan berdampak pada pengurangan angka kemiskinan adalah Program Keluarga
Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian
bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Sebagai
sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses keluarga miskin terutama ibu hamil dan anak untuk
memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang tersedia di
sekitar mereka.
Adapun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk non tunai dari pemerintah
yang diberikan kepada KPM setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli
bahan pangan di pedagang bahan pangan/e-warong yang bekerjasama dengan bank. Dengan begitu, program BPNT ini
potensial di bidang sosial dan ekonomi.
PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI DKI JAKARTA
YANG DAPAT DIJADIKAN MODEL PERCONTOHAN BESERTA BIDANG
IMPLEMENTASINYA

2. Program Kartu Lansia Jakarta (KLJ)


Selain itu, ada juga program penanganan kemiskinan yang diberikan kepada setiap orang dengan program-
program tertentu misalnya program KLJ (Kartu Lansia Jakarta) yang diberikan kepada lansia dan kartu disabilitas yang
diberikan kepada penyandang disabilitas. Kartu tersebut diberikan kepada setiap individu yang memenuhi syarat tertentu
sehingga layak mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa bantuan uang tunai maupun non tunai (program pangan
murah). Dilihat dari tingkat kemiskinannya, tingkat kemiskinan lansia lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat
kemiskinan kelompok usia lainnya. Dengan begitu, program KLJ ini implementasinya potensial di bidang sosial dan
ekonomi.
PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI DKI JAKARTA
YANG DAPAT DIJADIKAN MODEL PERCONTOHAN BESERTA BIDANG
IMPLEMENTASINYA

3. Program Beras Sejahtera (RASTRA)


Program Subsidi Beras Sejahtera yang selanjutnya disebut Program Rastra adalah program subsidi pangan beras
bagi masyarakat berpendapatan rendah. Beras Sejahtera yang selanjutnya disebut Rastra adalah beras subsidi yang
diberikan kepada Keluarga Penerima Manfaat sebagai salah satu Program Perlindungan Sosial yang bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Keluarga Penerima Manfaat yang selanjutnya disingkat KPM adalah
keluarga yang ditetapkan sebagai penerima manfaat Program Rastra. Karena banyaknya manfaat, program beras
sejahtera ini sangat berpotensial untuk diimplementasikan di bidang sosial dan ekonomi.
ANALISIS PROVINSI DENGAN
PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN (P0) TERTINGGI
MENURUT PROVINSI DAN
DAERAH
SEMESTER 1 (MARET) 2021
01.
PROVINSI
PAPUA
Provinsi dengan Persentase Penduduk Miskin
(P0) Tertinggi Pertama di Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), provinsi Papua menjadi
provinsi dengan persentase penduduk miskin (P0) tertinggi pertama
di Indonesia dengan persentase sebesar 26,86% pada bulan Maret
semester 1 di tahun 2021. Hal ini menunjukan bahwa kemiskinan di
Papua memiliki variasi spasial yakni jumlah persentase penduduk
miskin pedesaan di Papua adalah 8 kali persentase penduduk miskin
di perkotaan.
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA

Rendahnya tingkat pendidikan Adanya masalah tingkat isolasi.


01. masyarakat Papua. 04.

Minimnya infrastruktur terkait Kualitas Sumber Daya Manusia


02. pendidikan, kesehatan, dan 05. (SDM) yang masih rendah.
kesejahteraan masyarakat.

Adanya faktor konektivitas Banyaknya pendatang miskin


03. yang membuat papua masih 06. dari luar daerah yang masuk ke
tergolong susah dijangkau. Papua.
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA

Faktor eksploitasi yang terjadi


Faktor kelembagaan dan struktural
antarkelas, antarkelompok,
07. antarwilayah, dan antarnegara, 08. seperti adanya berbagai kebijakan
pemerintah yang tidak tepat,
termasuk adanya hubungan
sehingga timbul korupsi.
ekonomi internasional yang
tidak seimbang.

Faktor kondisi alam dan Faktor topografi yaitu


lingkungan seperti aksesibilitas di wilayah Papua
09. meningkatnya kerusakan 10. cenderung sulit akibat wilayah
lingkungan dan bencana alam yang dipisahkan oleh
yang sering terjadi. pegunungan, lembah, dan
pulau-pulau kecil lainnya.
ANALISIS PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA DENGAN
MENGGUNAKAN TEORI DEPENDENSI KLASIK BERDASARKAN FAKTOR
PENYEBABNYA

Berdasarkan pada faktor penyebab yang mengakibatkan tingginya kemiskinan penduduk


di Papua, maka kondisi tersebut dapat dianalisis menggunakan Teori Dependensi Klasik.
Dimana dalam perspektif teori dependensi klasik baik dari konsep pokok, implikasi
kebijaksanaan, metode yang digunakan, faktor pokok, ciri ketergantungan serta hubungan
ketergantungan dengan pembangunan berada dalam bahasan aspek ekonomi dan sifat
kergantungan yang bertolakbelakang dengan pembangunan, sehingga mengakibatkan
keterbelakangan. Kondisi tersebut sesuai dengan Papua yang kaya akan sumber daya
alam tetapi tidak mampu membuat masyarakatnya sejahtera dan ketergantungan Papua
kepada pemerintah pusat nampaknya hanya membawa Papua kepada kondisi
keterbelakangan dan jauh dari kata pembangunan.
ANALISIS PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA DENGAN
MENGGUNAKAN TEORI DEPENDENSI KLASIK BERDASARKAN FAKTOR
PENYEBABNYA

Dengan letak Papua yang jauh dan sulit dijangkau atau yang berdasarkan faktor
konektivitas, faktor topografi, dan faktor isolasi inilah yang membuat Papua hanya bisa
bergantung terhadap pemerintah pusat untuk membangun wilayahnya. Selain itu, dana
yang diberikan oleh pemerintah pusat sebagai dana otonomi daerah maupun pendapatan
asli daerah ini terkadang disalahgunakan oleh beberapa pihak pemerintah daerah. Hal ini
disebabkan oleh faktor kelembagaan dan struktural di provinsi Papua yang belum memiliki
struktur kelembagaan yang baik. Tetapi, tanpa disadari dengan bergantung kepada
pemerintah pusat membuat Papua mengalami eksploitasi terhadap sumber daya alam baik
dalam sektor tambang, migas, perkebunan, dan hutan. Contoh eksploitasi ini dapat kita
lihat dari PT Freeport.
ANALISIS PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA DENGAN
MENGGUNAKAN TEORI DEPENDENSI KLASIK BERDASARKAN FAKTOR
PENYEBABNYA

Semua kegiatan ekonomi seperti investasi asing, penanaman modal, dan sebagainya yang
datang ke Papua semuanya atas izin dan kesepakatan dari pemerintah pusat. Sehingga, hal
ini bertolakbelakang dengan pembangunan di Papua, karena dengan banyaknya investasi
asing yang masuk seharusnya bisa membantu proses pembangunan suatu negara ataupun
daerah seperti Papua. Selain itu, dari sini terlihat juga Papua memiliki daya tarik yang besar
karena memiliki sumber daya alam yang banyak yang tidak hanya menarik perhatian
perusahaan asing dan swasta tetapi penduduk dari luar Papua pun terlebih penduduk
miskin tertarik untuk datang ke Papua.

Kegiatan ekspolitasi yang tinggi berdampak buruk bagi lingkungan alam di Papua seperti
rentannya terjadi bencana alam. Terlebih lagi, kualitas sumber daya manusia di Papua yang
masih tergolong rendah. Sehingga, kondisi ini semakin membuat pihak-pihak tertentu
mudah untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia di
wilayah Papua.
SOLUSI UNTUK MENGATASI TINGGINYA
PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA

 Pemerintah menyiapkan program MP3KI (Masterplan Percepatan


dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia) yang berupaya
menanggulangi masalah kemiskinan di tingkat nasional .
 Meningkatkan daerah yang mandiri melalui dana otonomi khusus
(Otsus), maupun dana desa untuk percepatan pembangunan di
Provinsi Papua.
 Mengembangkan dan melaksanakan pembangunan infrastuktur
oleh pemerintah seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, jalan,
dan jembatan.
 Melakukan pemgembangan infrastuktur pendidikan yang dapat
menunjang proses pendidikan dari masyarakat Papua.
 Membuat regulasi yang tegas terkait pengelolaan sumber daya
alam yang baik dan benar.
SOLUSI UNTUK MENGATASI TINGGINYA
PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA

 Membuka sekolah kursus keterampilan yang bersifat informal untuk


meningkatkan skill kewirausahaan khususnya masyarakat pribumi
yang menganggur.
 Pemerintah dapat membuat peraturan daerah yang membatasi
surat izin usaha tidak terlalu banyak.
 Memberikan kemudahan dalam mendapatkan bantuan dana kredit
dari Bank yang telah ditunjuk oleh pemerintah daerah.
 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Papua dengan
mendirikan PAUD ataupun memperbanyak sekolah-sekolah di
berbagai daerah dengan berbagai tingkatan.
02.

PROVINSI
PAPUA BARAT
Provinsi dengan Persentase Penduduk Miskin
(P0) Tertinggi Kedua di Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), provinsi
Papua Barat menjadi provinsi dengan persentase penduduk
miskin (P0) tertinggi kedua di Indonesia dengan menduduki
angka persentase sebesar 21,84% pada bulan Maret
semester 1 di tahun 2021.
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA BARAT

Naiknya beberapa harga komoditas Aksesibilitas di wilayah ini


01. seperti cabai rawit (52,46%), daun 04. cenderung sulit akibat dari kondisi
singkong (34,72%), ikan teri (32,76%) topografi wilayah.

Masih rendahnya Upah Minimum Terjadinya bencana alam seperti


02. Regional (UMR) jika dibandingkan
dengan angka kebutuhan hidup
05. tanah longsor, kekeringan, dan
banjir.
layak (KHL).
Terbatasnya jumlah lapangan Jumlah penduduk yang
tersebar tidak merata dan
03.
kerja yang tersedia serta 06. berkelompok menurut sukunya
rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat. masing-masing.
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA BARAT

Akses desa terhadap fasilitas Merupakan provinsi yang


pendidikan menengah dan memiliki ekspor neto negatif
07. tinggi (SMP, SMA atau SMK) 10. dan persentase terhadap
yang sangat terbatas. PDRB tinggi.

Rendahnya kualitas lingkungan Mengandalkan lapangan


08. dan minimnya telekomunikasi.
11. pekerjaan pertanian.

Rendahnya kualitas sumber


Pembangunan fasilitas daya manusia disebabkan oleh
09. kesehatan tidak diikuti oleh 12. pola pikir masyarakat yang
penyediaan tenaga kesehatan . masih mementingkan upacara
dan pesta adat.
ANALISIS PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN
MENGGUNAKAN TEORI DEPENDENSI KLASIK BERDASARKAN FAKTOR
PENYEBABNYA

Berdasarkan salah satu faktor penyebab tingginya kemiskinan di Papua Barat yaitu karena
Papua Barat merupakan provinsi yang memiliki ekspor neto negatif dan persentase
terhadap PDRB tinggi, hal ini kami kaitkan dengan Teori Dependensi Klasik yang
menyatakan adanya ketergantungan terhadap (dalam kasus ini) daerah lain, terutama
dalam aspek ekonomi. Jika dianalisis lebih lanjut berdasarkan struktur PDRB menurut
penggunaan, provinsi-provinsi di KTI memiliki struktur ekonomi yang unik karena peranan
ekspor neto antar daerah cenderung negatif dan semakin besar dari tahun ke tahun.
Provinsi yang memiliki ekspor neto negatif dan persentase terhadap PDRB tinggi,
cenderung memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi.
ANALISIS PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA BARAT
DENGAN MENGGUNAKAN TEORI DEPENDENSI KLASIK BERDASARKAN
FAKTOR PENYEBABNYA

Selain itu, berdasarkan pada teori dependensi klasik yang memiliki konsep pokok implikasi
pada adalah sentral-pinggiran ketergantungan, di Provinsi Papua Barat, dengan kondisi
topografi wilayah yang dipisahkan oleh pegunungan, lembah, ataupun tersebar di pulau-
pulau kecil, membuat provinsi ini merupakan daerah Pinggiran dan sangat bergantung
kepada pemerintah pusat. Hal itu disebabkan karena aksesbilitas di Papua Barat yang
sangat sulit, mobilitas penduduk yang terhambat, distribusi barang dan jasa yg terhambat,
hingga minimnya penyelenggaraan layanan dasar kepada masyarakat. Kemudian, di dalam
teori dependensi klasik juga terdapat ciri ketergantungan yang berdasarkan pada
phenomena ekonomis, sama hal nya dengan provinsi Papua, provinsi Papua Barat dinilai
belum memiliki kemandirian keuangan daerah. Provinsi itu masih memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi kepada pemerintah pusat melalui dana transfer daerah.
SOLUSI UNTUK MENGATASI TINGGINYA
PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA

 Untuk mengatasi kemiskinan ekstrem di Papua Barat, pemerintah


sudah melakukan Otonomi Khusus (Otsus) yang di tetapkan
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2020 diklaim berhasil
menurunkan kemiskinan di Papua dan Papua Barat.
 Menurut Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar juga
menyampaikan lima strategi yaitu pengurangan pengeluaran,
peningkatan pendapatan, pembangunan kewilayahan,
pendampingan desa, dan kelembagaan.
 Melakukan tahapan penanganan keluarga miskin ekstrem dengan
penuntasan data tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) desa
dan fokus implementasi kegiatan untuk warga miskin ekstrem.
SOLUSI UNTUK MENGATASI TINGGINYA
PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA

 Pembangunan Industri Kelapa Sawit. Dengan program


peningkatan infrastruktur dan multimoda di Papua Barat,
Moratorium Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit dan Rencana Aksi
Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan dan Sistem
Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia
(ISPO). Kemudian, pemberian fasilitas perizinan/insentif
penanaman modal, sosialisasi kepada perusahaan terkait
kebijakan berinvestasi, pemantauan, pengendalian dan evaluasi
serta penyediaan infrastruktur pendukung baik jalan, saluran,
jembatan dan jaringan telekomunikasi.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai