Kelompok 3
1. Afriansyah (1406620053)
2. Angelica Elizabeth Eleanor (1406620024)
3. Fransciska Sabok Doni (1406620010)
4. Isna Nurasyifah Fajrin (1406620030)
5. Johan Sahata Tampubolon (1406620055)
6. Muhammad Fadly (1406620080)
7. Novran Tiopan (1406620041)
8. Revania Firdaus (1406620048)
DATA PERSENTASE PENDUDUK MISKIN
(P0) MENURUT PROVINSI DAN DAERAH
SEMESTER 1 (MARET) 2021
○ Arah pembangunan
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya angka persentase kemiskinan di provinsi Jakarta adalah adanya
infrastruktur yang memadai. Baik yang sudah ada dan dirasakan manfaatnya maupun yang sedang dibangun oleh
pemerintah. Infrastruktur yang ada dan yang sedang dibangun tidak hanya berfokus pada satu bidang saja, tetapi ke
berbagai sektor. Hal ini berkaitan dengan salah satu aspek Teori Modernisasi Baru yaitu Arah Pembangunan.
○ Implikasi kebijakan
Pada teori modernisasi baru, modernisasi dipandang menjadi sebuah hal yang dapat memberikan dampak
positif. Sama halnya dengan modernisasi di Provinsi DKI Jakarta yang berdampak pada berbagai bidang.
PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI DKI JAKARTA
YANG DAPAT DIJADIKAN MODEL PERCONTOHAN BESERTA BIDANG
IMPLEMENTASINYA
1. Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuang Pangan Non Tunai (BNPT)
Program yang sangat dirasakan berdampak pada pengurangan angka kemiskinan adalah Program Keluarga
Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program pemberian
bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Miskin (KM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Sebagai
sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses keluarga miskin terutama ibu hamil dan anak untuk
memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang tersedia di
sekitar mereka.
Adapun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) adalah bantuan sosial pangan dalam bentuk non tunai dari pemerintah
yang diberikan kepada KPM setiap bulannya melalui mekanisme akun elektronik yang digunakan hanya untuk membeli
bahan pangan di pedagang bahan pangan/e-warong yang bekerjasama dengan bank. Dengan begitu, program BPNT ini
potensial di bidang sosial dan ekonomi.
PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN DI PROVINSI DKI JAKARTA
YANG DAPAT DIJADIKAN MODEL PERCONTOHAN BESERTA BIDANG
IMPLEMENTASINYA
Dengan letak Papua yang jauh dan sulit dijangkau atau yang berdasarkan faktor
konektivitas, faktor topografi, dan faktor isolasi inilah yang membuat Papua hanya bisa
bergantung terhadap pemerintah pusat untuk membangun wilayahnya. Selain itu, dana
yang diberikan oleh pemerintah pusat sebagai dana otonomi daerah maupun pendapatan
asli daerah ini terkadang disalahgunakan oleh beberapa pihak pemerintah daerah. Hal ini
disebabkan oleh faktor kelembagaan dan struktural di provinsi Papua yang belum memiliki
struktur kelembagaan yang baik. Tetapi, tanpa disadari dengan bergantung kepada
pemerintah pusat membuat Papua mengalami eksploitasi terhadap sumber daya alam baik
dalam sektor tambang, migas, perkebunan, dan hutan. Contoh eksploitasi ini dapat kita
lihat dari PT Freeport.
ANALISIS PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA DENGAN
MENGGUNAKAN TEORI DEPENDENSI KLASIK BERDASARKAN FAKTOR
PENYEBABNYA
Semua kegiatan ekonomi seperti investasi asing, penanaman modal, dan sebagainya yang
datang ke Papua semuanya atas izin dan kesepakatan dari pemerintah pusat. Sehingga, hal
ini bertolakbelakang dengan pembangunan di Papua, karena dengan banyaknya investasi
asing yang masuk seharusnya bisa membantu proses pembangunan suatu negara ataupun
daerah seperti Papua. Selain itu, dari sini terlihat juga Papua memiliki daya tarik yang besar
karena memiliki sumber daya alam yang banyak yang tidak hanya menarik perhatian
perusahaan asing dan swasta tetapi penduduk dari luar Papua pun terlebih penduduk
miskin tertarik untuk datang ke Papua.
Kegiatan ekspolitasi yang tinggi berdampak buruk bagi lingkungan alam di Papua seperti
rentannya terjadi bencana alam. Terlebih lagi, kualitas sumber daya manusia di Papua yang
masih tergolong rendah. Sehingga, kondisi ini semakin membuat pihak-pihak tertentu
mudah untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam maupun sumber daya manusia di
wilayah Papua.
SOLUSI UNTUK MENGATASI TINGGINYA
PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA
PROVINSI
PAPUA BARAT
Provinsi dengan Persentase Penduduk Miskin
(P0) Tertinggi Kedua di Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), provinsi
Papua Barat menjadi provinsi dengan persentase penduduk
miskin (P0) tertinggi kedua di Indonesia dengan menduduki
angka persentase sebesar 21,84% pada bulan Maret
semester 1 di tahun 2021.
FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA PERSENTASE PENDUDUK
MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA BARAT
Berdasarkan salah satu faktor penyebab tingginya kemiskinan di Papua Barat yaitu karena
Papua Barat merupakan provinsi yang memiliki ekspor neto negatif dan persentase
terhadap PDRB tinggi, hal ini kami kaitkan dengan Teori Dependensi Klasik yang
menyatakan adanya ketergantungan terhadap (dalam kasus ini) daerah lain, terutama
dalam aspek ekonomi. Jika dianalisis lebih lanjut berdasarkan struktur PDRB menurut
penggunaan, provinsi-provinsi di KTI memiliki struktur ekonomi yang unik karena peranan
ekspor neto antar daerah cenderung negatif dan semakin besar dari tahun ke tahun.
Provinsi yang memiliki ekspor neto negatif dan persentase terhadap PDRB tinggi,
cenderung memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi.
ANALISIS PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA BARAT
DENGAN MENGGUNAKAN TEORI DEPENDENSI KLASIK BERDASARKAN
FAKTOR PENYEBABNYA
Selain itu, berdasarkan pada teori dependensi klasik yang memiliki konsep pokok implikasi
pada adalah sentral-pinggiran ketergantungan, di Provinsi Papua Barat, dengan kondisi
topografi wilayah yang dipisahkan oleh pegunungan, lembah, ataupun tersebar di pulau-
pulau kecil, membuat provinsi ini merupakan daerah Pinggiran dan sangat bergantung
kepada pemerintah pusat. Hal itu disebabkan karena aksesbilitas di Papua Barat yang
sangat sulit, mobilitas penduduk yang terhambat, distribusi barang dan jasa yg terhambat,
hingga minimnya penyelenggaraan layanan dasar kepada masyarakat. Kemudian, di dalam
teori dependensi klasik juga terdapat ciri ketergantungan yang berdasarkan pada
phenomena ekonomis, sama hal nya dengan provinsi Papua, provinsi Papua Barat dinilai
belum memiliki kemandirian keuangan daerah. Provinsi itu masih memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi kepada pemerintah pusat melalui dana transfer daerah.
SOLUSI UNTUK MENGATASI TINGGINYA
PENDUDUK MISKIN (P0) DI PROVINSI PAPUA