PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang miliki potensi sektor pariwisata tak ada habisnya. Oleh itulah alasan
berkurang dan tiada lagi yang akan menjadi daerah tertinggal. Pemberdayaan
sinergitas dengan potensi wisata yang dimilikinya sehingga hal ini dapat
sebagai salah satu provinsi di Indonesia juga miliki latar wisata menarik yang
1
Banggai Kepulauan dengan jejeran pantai yang membentang panjang sehingga
dan 187 desa. Salah satu wisata yang belum banyak diketahui oleh masyarakat
program peduli wisata dari pemerintah desanya. Salah satu obyek wisata yang
Lasa dengan panorama air terjun yang indah sehingga cocok digunakan
sebagai tempat camping. Sayangnya obyek wisata Lasa sendiri saat ini
pengunjung yang datang ke tempat tersebut belum begitu ramai. Padahal objek
wisata Lasa yang terdapat di Desa Patukuki baru-baru ini telah dimasukkan
sebagai salah satu dari dua puluh zona kawasan kreatif pariwisata oleh
obyek wisata Lasa, tak pelak akan mendapat winfall efek determinan lanjutan
yang lebih besar dampaknya dari aspek pengelolaan dan pengembangan obyek
2
wisata tersebut secara berkelanjutan sehingga dapat menstimuli sisi
penambahan Pendapatan Asli Desa (PADes) bagi desa setempat lantaran pada
hakekatnya:
sebuah destinasi,
5) Penghasil devisa,
8) Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka ragam produk dapat terus
3
memajukan sektor pariwisata desa secara berkelanjutan tak ada lain kecuali
dalam mengelola obyek wisata Lasa di desanya melalui supervisi dari aparat
alam sekaligus mengelola obyek wisata Lasa sebaik mungkin sebagai upaya
lokasi wisata tersebut. Masyarakat sekitar dibantu oleh aparat Pemerintah Desa
serta membuat pertunjukan seni kedaerahan dalam lingkup desa untuk target
utama edukasi bagi siswa sekolah agar lebih mengenal dengan alam
lingkungan sekitar.
bukan hanya agenda sementara saja, namun bersifat kontinyu demi menjaga
4
sustainabilitas dalam jangka panjang sehingga obyek wisata Lasa tersebut
dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas dan dengan sendirinya akan mampu
tersebut. Langkah strategis inipun takkan pernah bisa terlaksana baik bilamana
Jenis media aktual yang dipakai oleh pemerintah desa setempat dalam hal
seperti baliho, leaflet, promosi radio, dan iklan di media massa. Langkah
gunakan media komunikasi digital terkini dalam wujud kanal Youtube, ranah
media sosial seperti Facebook, TikTok dan Instagram, serta Web Blog untuk
website pariwisata dan forum blogger. Perpaduan kedua jenis media daring dan
saling melengkapi satu sama lain, serta untuk mempercepat edukasi promosi ke
masyarakat secara luas dan cepat. Dengan begitu, objek wisata Lasa dapat
lebih dikenal oleh wisatawan domestik maupun luar daerah sehingga dapat
C. Tujuan
Kepulauan.
D. Manfaat Peneltian
1. Manfaat Teoritis
Banggai.
2. Manfaat Praktis
BAB II
6
A. Tinjauan Pustaka
1. Strategi Komunikasi
diambil untuk mencapai tujuan tersebut dan alokasi sumber daya yang
7
sumber daya dan perencanaan langkah-langkah yang taktis dalam
belum miliki kesamaan makna secara dua arah, maka komunikasi yang
8
bertujuan mengirimkan informasi, ide, gagasan ataupun emosi secara
dari suatu individu atau kelompok melalui bauran kanal dan media
sikap atau perilaku suatu individu atau kelompok orang sesuai dengan
9
tata cara bagaimana komunikasi dalam paduan seluruh unsur dan faktor
b. Elemen Komunikasi
(Effendy, 2015:72)
1) Komunikator (Pengirim),
2) Message (Pesan),
4) Komunikan (Penerima).
10
komunikasi tidak hanya dalam pemasaran pariwisata, tetapi juga pada
dkk, 2022).
strategi komunikasi:
1) To secure understanding
11
kepada komunikan melalui pesan-pesan yang disampaikan untuk
2) To establish acceptance
3) To motive action.
lingkungan sekitar.
12
Komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang bertujuan agar
13
5) Menentukan total anggaran promosi melalui empat metode
(2009:8):
14
2. Masyarakat
a. Pengertian Masyarakat
banyak individu kecil ataupun besar yang tersebar namun terikat oleh
satuan kebiasaan adat, tradisi ritus ataupun sikap hukum khas dalam
hidup bersama.
15
individu yang mendiami suatu wilayah tertentu dan terikat oleh satuan
kebiasaan adat, tradisi ritus ataupun sikap hukum khas yang melingkupi
b. Ciri-Ciri Masyarakat
sebagai berikut:
c. Fungsi Masyarakat
1) Fungsi Integrasi
16
Fungsi interaksi ini meliputi koordinasi yang dibutuhkan oleh unit-unit
yang sudah menjadi bagian dari sebuah sistem sosial di mana sistem
2) Fungsi Adaptif
hidupnya.
3) Fungsi Pemeliharaan
dicapai.
d. Klasifikasi Masyarakat
17
Klasifikasi golongan masyarakat terdiri atas dua hal berikut: (Jacob
1) Masyarakat Modern
2) Masyarakat Tradisional
lingkungan alam.
3. Pengelolaan
a. Pengertian Pengeloaan
18
1) Proses, cara dan perbuatan;
orang lain;
sumber lainnya.
19
mengelola pariwisata didasarkan pada kenyataan bahwa sektor
pariwisata adalah industri jasa terbesar di dunia saat ini menjadi isu
berbagai negara.
ditentukan.
b. Fungsi Pengelolaan
mencapai tujuan.
20
3) Pelaksanaan (actuating), adalah usaha agar setiap anggota
dengan rencana.
21
Sumber: Janusz dan Bajdor (2013:51)
2) Kelestarian alam,
pengentasan kemiskinan,
4. Wisata
a. Pengertian Pariwisata
Sansekerta “pari” yang berarti ‘seluruh atau semua’ dan “wisata” yang
perjalanan yang penuh atau lengkap, yaitu bepergian dari suatu tempat
22
tertentu ke satu atau beberapa tempat lain, singgah lalu tinggal beberapa
antara travel, tour, dan tourism. Kata travel artinya “perjalanan” yang
rekreasi, dan sama sekali tidak dimaksudkan untuk bekerja atau tinggal
tempat tujuan tertentu di luar rumah atau tempat kerja, tinggal sementara
23
Sulit dibayangkan apabila pariwisata diselenggarakan dan dikelola
dari satu tahun berurutan untuk berwisata, bisnis, atau tujuan lain dengan
24
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
penyelenggaraan pariwisata.
25
Pariwisata bagaimanapun nyatanya telah menjadi indutri terbesar
tahun. Pariwisata modern saat ini juga dipercepat oleh adanya proses
b. Tujuan Wisata
26
Berangkat dari pendapat tersebut, dapatlah disimpulkan
mencari kepuasan.
c. Jenis-Jenis Wisata
Toraja, dsb.
27
banyak dikunjungi oleh wisatawan seperti wisata sakura di Jepang
saat musim semi, wisata ski saat musim salju tiba di belahan Eropa,
negara tertentu.
28
kejuaraan individu, Asian/Sea Games, Olimpiade atau sekedar
pertandingan persahabatan.
10) Wisata Petualang, yakni suatu jenis wisata yang memang dijalankan
tubuh.
11) Wisata Ziarah, yaitu jenis wisata yang dilakukan berkaitan dengan
29
2) Pemicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi,
benilai ekonomi,
5) Penghasil devisa,
8) Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka ragam produk dapat
terus berkembang.
30
Tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan sebagai regulasi
2014 Tentang Desa seperti disebutkan pada Pasal 4 poin c dan d juga
31
objek wisata desa setempat agar lebih dikenal oleh masyarakat secara
yang mesti dipenuhinya yakni: 1). Memiliki potensi wisata lokal, 2).
wisata lokal setempat, serta 3). Memiliki keunikan konsep desa wisata
Dengan begitu, aset wisata milik desa dapat bertumbuh dan berkembang
32
masyarakat lokal. Adapun tujuan dari pemerintah menggalakkan program
desa sebagai destinasi wisata yang dapat memadukan daya tarik wisata
umum pariwisata, serta aksesibilitas yang memadai dengan tata cara dan
indogeneus desa.
33
maka pemerintah mengupayakan lima langkah jitu antara lain: 1).
serta 5). Membuat kanal saluran promosi khusus (Antara dan Arida,
2015).
B. Kerangka Berfikir
penting dan jadi faktor kunci pada tingkat keberhasilan aspek pengelolaan objek
wisata suatu daerah. Guna mencapai tujuan itu, maka perlu menyusun
cara pelaksanaan maupun bentuk isinya; 4). Seleksi penggunaan media; 5).
Dilakukan pengukuran atas hasil capaian; serta 6). Perlunya mengelola dan
handal dalam praktiknya juga mesti mendukung pada tujuan akhir organisasi
dalam fungsi pegelolaan objek wisata agar lebih tepat guna, berhasil guna dan
34
membawa manfaat guna bagi pengembangan dan pembangunan objek wisata
pada peningkatan pendapatan asli desa yang mana hasilnya nanti dapat
tentu tak bisa dilepaskan dari teori manajemen seperti dikemukakan oleh Terry
di dalam Fikhasari dan Aji (2019) yang mana untuk fungsi manajemen
kegiatan tersebut nantinya dapat berkembang dan berhasil dengan baik pula.
solusinya secara tepat dan cepat agar dapat mendukung kelancaran aspek
35
Variabel X:
Strategi Komunikasi Masyarakat Desa Patukuki:
1. Analysis of Needs (Analisa Tingkat Kebutuhan)
2.
3. (Metode Pencarian Solusi)
4. Selection (Seleksi Media)
5. Measurement (Mengukur Hasil Performansi)
6. Communication Mix (Bauran Komunikasi)
(Hermawan 2012:63)
Variabel Y:
Pengelolaan Obyek Wisata Lasa Desa Patukuki:
1. Planning (Perencanaan Formulasi Strategi)
2. Organizing (Pengorganisasian Sumber Daya)
3. Actuating (Pelaksanaan Program)
4. Controlling (Pengawasan dan Reevaluasi)
(Terry 2019)
36
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
2023.
1. Observasi
37
juga dilaksanakan untuk mengetahui keadaan di lapangan yang sebenar-
2. Kuesioner
telah disusun peneliti sebelumnya guna dijawab lalu dianalisa lebih lanjut
3. Dokumentasi
yang ada.
1. Data primer
38
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung di lapangan dari sumber orang pertama atau bukan melalui media
ini didapat dari hasil pengamatan langsung di tempat penelitian dan melalui
penyebaran angket.
2. Data sekunder
peneliti secara tidak langsung baik yang didapat melalui media perantara
ataupun diperoleh dari catatan pihak lain (Indiantoro dan Supomo, 2012:147).
Penelitian ini mengambil data sekunder yang berasal dari buku, jurnal dan
1. Populasi
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lalu ditarik
juga termasuk benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan hanya
mengenai sekelompok objek yang lengkap juga jelas yang ingin dipelajari
39
sifat-sifatnya. Arikunto (2013:108) juga mengatakan populasi merupakan
jiwa.
2. Sampel
Ukuran sampel merupakan banyaknya sampel yang akan diambil dari suatu
populasi.
populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil keterwakilan
40
300.0 ,01
N=
300
300
N=
4
N = 75
E. Metode Pembobotan
data yang telah terkumpul secara lebih rinci, sistematis, dan menggunakan
likert melalui pembobotan skor nilai pada tiap kategorinya. Setiap jawaban dari
responden ditetapkan nilai dan skornya berdasarkan hasil kuisioner yang masuk
b. Jawaban Setuju = 4
41
Teknik analisis data gunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
P = f/N x 100%
Keterangan:
P : Presentase Skor
pengelola obyek wisata Lasa dan yang melakukan strategi komunikasi dalam
sehingga diperoleh jumlah kumulatif terbesar sejumlah 75×5 = 375, dan jumlah
kumulatif terkecil sebesar 75×1 = 75. Adapun nilai persentase terkecil adalah
(75:375)×100% = 20% dengan rentang nilai 100% - 20% = 80% yang mana jika
dibagi 5 kategori skor maka didapat nilai interval pesentase sebesar 16%.
42
G. Definisi Operasional
variatif di mana dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yang
meliputi variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas (X) adalah
sebuah proses komunikasi yang meliputi metode, teknik, dan tata hubungan
43
Ukur hasil capaian akhir 2 7, 5
Total 12 12
sumber daya alam yang dimiliki guna mencapai tujuan organisasi yang
Jumlah
Variabel Indikator Nomor Item
Butir
Perencanaan 3 3, 7, 12
Pengelolaan Pengorganisasian 3 1, 4, 6
Obyek Wisata
Lasa Pelaksanaan 3 2, 8, 10
Pengawasan 3 5, 9, 11
Total 12 12
44
Dalam setiap penelitian, dibutuhkan jadwal kegiatan penelitian sebagai
BAB IV
salah satu dari sebelas desa sekaligus ibukota dari kecamatan Peling Tengah,
Tengah, demikian halnya dengan Desa Patukuki. Tak hanya cengkeh yang menjadi
komoditas andalan desa, sejumlah potensi objek wisata pun banyak di jumpai di
desa patukuki mulai dari objek Wisata Lasa, Leng Bola Patukuki,Teluk Pantai Kerikil
45
Objek Wisata Lasa merupakan salah satu objek wisata air terjun yang
akan sejumlah potensi objek wisata yang ada. Masyarakat desa pada akhirnya
wisata Lasa kepada khalayak umum sehingga akan lebih di kenal luas oleh para
wisatawan.
Penamaan “Desa Patukuki” berasal dari nama dua orang suami istri,
yang bernama patuku dan tuki yang memberi makan dua ekor ayam (manuk)
jantan dan betina dari Raja banggai yang berarti Batukuki. Pada zaman
46
Ngokio.
47
10 Basalo Hasairin Amir Suluon 1995 - 2003
Sosial Budaya.
Batas Wilayah :
48
a. Sebelah Utara : KoyoBunga
BAB V
49
A. Deskripsi Subjek Penelitian
mana nantinya oleh peneliti akan dijadikan sebagai subjek penelitian yang
meliputi semua kepala keluarga baik itu ayah ataupun ibu yang berdomisili di
Sulawesi Tengah.
50
dominan di antara sampel yang ada.
Jenis
Kelamin Jumlah %
Laki-Laki 32 42.7
Perempuan 43 57.3
Total 75 100
diketahui terdapat 36 responden atau 48% yang berusia antara 25-30 tahun,
atau 14,7% yang berusia antara 36-40 tahun, 7 responden atau 9,3% yang
berusia antara 41-50 tahun serta hanya 4 responden saja atau 5,3% yang
Usia Jumlah %
25 tahun - 30
tahun 36 48.0
31 tahun - 35
tahun 17 22.7
36 tahun - 40
tahun 11 14.7
41 tahun - 50
tahun 7 9.3
51 tahun ke atas 4 5.3
Total 75 100
51
Berdasarkan infotabel 4.2 di atas, dapat diketahui secara pasti
ini paling dominan diisi oleh kepala keluarga yang masih tergolong berusia
muda dengan kisaran umur antara 25-30 tahun. Data tersebut juga
sebagian besar didominasi oleh orang tua yang lahir di era milenial dengan
milenial berarti menandakan bahwa secara rerata usia penduduk yang ada di
produktif. Ini tentu menjadi sinyalemen bagus untuk dijadikan sebagai faktor
sebesar 25,3%.
52
Tabel 4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Golongan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah %
Petani 10 13.3
Nelayan 11 14.7
Industri Pengolahan
(Pabrik) 35 46.7
Pedagang 19 25.3
Total 75 100
53
menengah pertama, 28 responden di antaranya merupakan lulusan
pendidikan menengah atas atau yang sederajat dengan rasio 37,3% dan
(S2).
Pendidikan Menengah
Pertama 8 10.7
Total 75 100
dari seluruh sampel yang ada. Data tersebut sekaligus membuktikan bahwa
54
Desa Patukuki didominasi masyarakat dengan tingkat pendidikan sedang
B. Hasil Penelitian
Desa’ dan ‘Pengelolaan Objek Wisata Lasa’ melalui teknik pengumpulan data
masing variabel yang dihasilkan oleh peneliti lalu data kuantitatif tersebut
gunakan skala likert, hasil analisis data deskriptif statistik untuk jumlah
adalah 46,56, nilai tengah (median) sebesar 49 dengan nilai paling banyak
muncul (modus) yaitu 50, standard deviasi sebesar 6,13638 serta jumlah
diketahui range (jarak) atau selisih antara nilai tertinggi dan terendahnya
55
Statistics
Strategi_Komunikasi_Masya
rakat
N Valid 75
Missing 0
Mean 46.5600
Median 49.0000
Mode 50.00a
Std. Deviation 6.13638
Range 29.00
Minimum 28.00
Maximum 57.00
Sum 3492.00
Sumber: Olahan Data2023
Tabel 4.6 Sebaran Data Rentang Nilai Strategi Komunikasi Masyarakat Desa
01 – 12 0 0
13 – 24 0 0
25 – 36 6 8
37 – 48 29 38,67
49 – 60 40 53,33
Total 75 100
56
Berdasarkan hasil tabulasi data sebagaimana ditunjukkan pada tabel
atau 8% dari jumlah total sampel yang dilibatkan. Jumlah responden yang
yang berada pada rentang rerata nilai antara 37-48. Ini berarti strategi
wisata desa yang dimilikinya. Pola aktif komunikasi masyarakat desa yang
57
potensi wisata desa yang ada menjadi lebih cepat dikenal oleh khalayak
umum.
Rerata
Kategori Keterangan
Nilai
banyak muncul (modus) yaitu 50, standard deviasi sebesar 6,07025 serta
jumlah total nilai keseluruhan sebesar 3637. Adapun untuk nilai terendah
diketahui range (jarak) atau selisih antara nilai tertinggi dan terendahnya
58
Tabel 4.8 Data Deskriptif Tingkat Pengelolaan Objek Wisata Lasa
Statistics
Pengelolaan_Objek_Wisata
N Valid 75
Missing 0
Mean 48.4933
Median 50.0000
Mode 50.00
Std. Deviation 6.07025
Range 42.00
Minimum 18.00
Maximum 60.00
Sum 3637.00
Sumber: Olahan Data 2023
Tabel 4.9 Sebaran Data Rentang Nilai Pengelolaan Objek Wisata Lasa
01 – 12 0 0
13 – 24 1 1,33
25 – 36 1 1,33
37 – 48 27 36
49 – 60 46 61,33
Total 75 100
59
rentang nilai antara 01-12. Adapun responden yang mendapatkan rentang
responden atau 1,33% dari jumlah total sampel yang dilibatkan. Jumlah
atau 36% dari seluruh responden yang diteliti. Sementara responden yang
sebagai berikut:
objek wisata Lasa yang telah diupayakan oleh aparat Pemerintah Desa
49 yang berada pada rentang rerata nilai antara 49-60. Ini berarti tingkat
selama ini sudah terhitung teramat baik sehingga bilamana hal ini dapat
wisata yang disajikan kepada masyarakat luas dapat lebih variatif dan
60
beraneka ragam. Pengembangan juga dapat diupayakan lebih pada
satu aset penting milik desa. Bentuk pendekatan komunikasi yang tepat
daring maupun luring secara pasti akan mampu membangun kohesi serta
61
2. Hasil Analisis Dimensi Variabel
1) Tingkat Kebutuhan
target pemasaran beserta tujuan yang hendak dicapai sesuai visi misi
3. Ragu-Ragu 3 18 54 24.0
62
4. Tidak Setuju 2 2 4 2.7
5. Sangat Tidak 1
0.00
Setuju 0 0
4.11 di atas, dapat diketahui bahwa hasil pengukuran melalui dua item
menyatakan Tidak Setuju, dan tak ada jawaban (0%) yang menyatakan
keseluruhan untuk dimensi Tingka Kebutuhan yang terdiri dari dua item
63
strategi merancang pesan komunikasi yang efektif agar dapat menarik
Formulasi pesan ini meliputi empat hal berupa: isi, strukur, format, dan
3. Ragu-Ragu 3 10 30 13.3
5. Sangat Tidak 1
1 1.3
Setuju 1
64
Prosentase Jawaban 269 : 375 x 100 =
71,73
Berangkat dari hasil analisis data yang ditunjukkan pada tabel 4.12
Tidak Setuju.
untuk dimensi Unique Selling Proposition yang terdiri dari dua item
(Baik)’.
65
canalizing. Sedang menurut bentuk isinya melalui metode informatif,
3. Ragu-Ragu 3 9 27 12.0
5. Sangat Tidak 1
0 0.00
Setuju 0
Merujuk pada hasil analisis data yang ditunjukkan pada tabel 4.13
66
menyatakan Tidak Setuju, dan tidak ada jawaban (0,00%) yang
untuk dimensi Metode Pencarian Solusi yang terdiri dari dua item
4) Seleksi Media
3. Ragu-Ragu 3 16 48 21.3
5. Sangat Tidak 1
0 0.00
Setuju 0
67
Prosentase Jawaban 288 : 375 x 100 = 76,8
untuk dimensi Seleksi Media yang terdiri dari dua item penilaian didapat
Memadai (Baik)’.
68
Tabel 4.15. Distribusi Data Dimensi Pengukuran Hasil Capaian
3. Ragu-Ragu 3 14 42 18.7
5. Sangat Tidak 1
0 0.00
Setuju 0
Merujuk pada hasil analisis data yang ditunjukkan pada tabel 4.15
69
atau (18,7%) yang menyatakan Ragu-Ragu, 4 jawaban (5,3%) yang
untuk dimensi Pengukuran Hasil Capaian yang terdiri dari dua item
6) Bauran Komunikasi
langsung satu sama lain dan saluran komunikasi non personal melalui
3. Ragu-Ragu 3 11 33 14.7
5. Sangat Tidak 1
0 0.00
Setuju 0
70
Jumlah 75 297 100
Merujuk pada hasil analisis data yang ditunjukkan pada tabel 4.16
untuk dimensi Bauran Komunikasi yang terdiri dari dua item penilaian
71
Proposition yang peroleh nilai prosentase agregat sebesar 71,73%.
Prosentase Per
Dimensi Kriteria/Kategori
Dimensi
Unique Selling
71,73% Sudah Memadai
Proposition (USP)
Pengukuran Hasil
74,93% Sudah Memadai
Capaian
1) Planning (Perencanaan)
72
Planning (Perencanaan) dapat dinyatakan sebagai tahapan proses
sebagai berikut:
3. Ragu-Ragu 3 9 27 12.0
5. Sangat Tidak 1
0 0.00
Setuju 0
Berpijak pada hasil analisis data tabel 4.18 di atas, dapat diketahui
73
(57,3%) yang menyatakan Setuju, 9 jawaban atau (12,0%) yang
Setuju, dan selebihnya tidak ada yang menjawab Sangat Tidak Setuju.
2) Organizing (Pengorganisasian)
sebagai berikut:
74
Tabel 4.19 Distribusi data Dimensi Organizing (Pengorganisasian)
3. Ragu-Ragu 3 15 45 20.0
5. Sangat Tidak 1
0 0.00
Setuju 0
Tertuju pada hasil analisis data yang ditunjukkan pada tabel 4.19
jawaban (2,7%) yang menyatakan Tidak Setuju, dan tidak ada jawaban
75
yang nyatakan Sangat Tidak Setuju.
3) Actuating (Pelaksanaan)
pengelolaan obyek wisata Lasa milik Desa Patukuki sesuai tugas dan
3. Ragu-Ragu 3 11 33 14.7
5. Sangat Tidak 1
0 0.00
Setuju 0
76
Sumber: Data Primer Hasil Penelitian 2023
yang menjawab Tidak Setuju, dan selebihnya tidak ada yang menjawab
4) Controlling (Pengawasan)
77
Tabel 4.21 Distribusi Data Dimensi Controlling (Pengawasan)
3. Ragu-Ragu 3 10 30 13.3
5. Sangat Tidak 1
0 0.00
Setuju 0
menyatakan Tidak Setuju, dan tidak ada yang menjawab Sangat Tidak
78
Setuju.
Baik)’.
% Per
Dimensi Kriteria/Kategori
Dimensi
79
(Pengorganisasian) (Sangat Baik)
C. Pembahasan
keseluruhan nilai responden adalah 46,56 yang berada pada rentang rerata
nilai antara 37-48. Ini berarti strategi komunikasi yang telah berjalan di
masyarakat desa Patukuki selama ini sudah tergolong dalam kategori baik
kelestarian dan pengembangan objek wisata desa yang dimilikinya. Pola aktif
setempat secara langsung maupun tidak langsung juga akan dapat semakin
cepat memajukan potensi wisata desa yang ada menjadi lebih cepat dikenal
80
Adapun untuk dimensi instrumen yang dipergunakan dalam
Ditinjau dari resume hasil nilai prosentase agregat dari keenam dimensi
nilai tertinggi didapat oleh dimensi Metode Pencarian Solusi dengan nilai
Berangkat dari hal itu, maka secara umum untuk pola strategi komunikasi
wisata Lasa selama ini tergolong miliki pola strategi komunikasi yang ‘Sudah
Memadai (Baik)’.
pariwisata desa secara berkelanjutan tak ada lain kecuali harus fokus pada
pariwisata desa antara aparat pemerintah desa, unsur masyarakat desa serta
81
dapat membawa kemajuan dan keberhasilan program pengembangan dan
pembangunan objek wisata desa secara aksleratif dan lebih cepat. Terutama
pada kaitan tingkat minat dan partisipasi aktif warga masyarakat desa dalam
meningkatkan angka kunjungan wisata Lasa berikut kearifan budaya lokal desa
yang dimilikinya. Kepedulian warga masyarakat pada peran serta aktif mereka
wisata Lasa lebih cepat dikenal oleh masyarakat luas. Naiknya angka
kunjungan wisata Lasa tentu saja dengan sendirinya akan juga meningkatkan
dalam mengelola obyek wisata Lasa di desanya melalui supervisi dari aparat
82
pemerintah desa setempat yakni pertama, dengan membangun kesadaran
alam sekaligus mengelola obyek wisata Lasa sebaik mungkin sebagai upaya
lokasi wisata tersebut. Masyarakat sekitar dibantu oleh aparat Pemerintah Desa
serta membuat pertunjukan seni kedaerahan dalam lingkup desa untuk target
utama edukasi bagi siswa sekolah agar lebih mengenal dengan alam
lingkungan sekitar.
bukan hanya agenda sementara saja, namun lebih bersifat kontinyu demi
lokasi wisata tersebut. Langkah strategis inipun takkan pernah bisa terlaksana
baik bilamana tak dibarengi dengan kesadaran akan minat, sikap serta perilaku
83
Pengembangan strategi komunikasi masyarakat desa yang handal,
kompeten, dan efektif tersebut, secara langsung maupun tak langsung, tentu
Lasa pada akhirnya. Hal ini secara nyata telah dibuktikan melalui keberhasilan
aparat pemerintah Desa Patukuki dalam aspek pengelolaan objek wisata Lasa
kepada masyarakat luas di mana jika dilihat dari aspek pengelolaan objek
wisata Lasa (Y) berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan peneliti
menunjukkan bahwa secara rerata tingkat pengelolaan objek wisata Lasa yang
telah diupayakan oleh aparat Pemerintah Desa Patukuki bersama seluruh unsur
Sangat Baik’ lantaran perolehan nilai rerata (mean) yang dihasilkan dari
keseluruhan nilai responden adalah 48,4933 atau sebesar 49 yang berada pada
rentang nilai antara 49-60. Ini menunjukkan bahwa tingkat pengelolaan objek
wisata Lasa di Desa Patukuki yang berlangsung selama ini sudah terhitung
teramat baik sehingga bila hal ini dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan
Aparat pemerintah Desa Patukuki dalam hal ini perlu terus melakukan
wisata Lasa agar variasi pesona wisata yang disajikan kepada masyarakat luas
84
lingkungan pembelajaran yang bermakna sepanjang hayat bagi pelajar ataupun
satu aset penting milik desa. Bentuk pendekatan komunikasi yang tepat yang
maupun luring secara pasti akan mampu membangun kohesi serta koherensi
akan persepsi masyarakat luas untuk lebih peduli dalam menjaga kelestarian
pola pengelolaan objek wisata Lasa (Y) yang berlangsung di Desa Patukuki
(Pengawasan).
Ditinjau dari resume hasil nilai prosentase agregat dari keempat dimensi
dinyatakan bahwa secara umum tingkat tingkat pengelolaan objek wisata Lasa
85
masyarakat desa Patukuki nyatanya telah berjalan dengan ‘Sangat Memadai
(Sangat Baik)’.
yang kuat terhadap keberhasilan aspek pengelolaan objek wisata lokal desa
setempat.
dibangun oleh masyarakat desa nyatanya memang miliki hubungan erat dan
Lasa di Desa Patukuki baik untuk pengaruh langsung maupun tak langsung.
mendatang adalah bagaimana menjadikan objek wisata Lasa tak hanya sebagai
aset andalan bagi pendapatan APDes semata, melainkan juga perlu untuk terus
Dengan begitu, aset wisata milik desa dapat bertumbuh dan berkembang ke
86
arah sustainabilitas (berkelanjutan) sebagaimana yang diharapkan (Bambang
Sunaryo, 2013). Output yang dihasilkan nantinya maka desa wisata dengan
indogeneus desa.
non-fisik guna meningkatkan sisi akomodasi dan aksesibiitas desa wisata, 2).
dan pihak swasta, serta 5). Pengaturan promosi dan mendorong investasi ke
semua itu, maka pemerintah mengupayakan lima langkah jitu antara lain: 1).
Pemilihan duta wisata, 4). Memanfaatkan promosi melalui internet, serta 5).
BAB VI
PENUTUP
87
A. Kesimpulan
78,4%.
B. Saran
para pihak baik itu pelaksana, masyarakat desa beserta pihak rekanan
c. Para aparat desa diharapkan dapat terus mengupgrade diri mereka untuk
88
lebih kompeten serta mampu menerapkan pola marketing yang handal
terkini.
desa terkait.
yang telah didapat dengan bahasan tema lain yang relevan sehingga
tersebut nantinya dapat diintegrasikan lebih lanjut pada suatu bentuk temuan
DAFTAR PUSTAKA
Antara, M., and I.N.S. Arida. Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi
Lokal. Bali: Universitas Udayana, 2015.
Arifin, Selfi dan Ismawati Doembana. 2022. Efektivitas Komunikasi pada Etnis Suku
Bajo di Desa Limbo Kecamatan Taliabu Barat Kabupaten Pulau Taliabu. p. 49-
59.
89
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
------------------------------------. 2015. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung:
PT. Citra Aditia Bakti.
Cooper, Chris. 1993. Tourism: Principles & Practise. England: Longman Group
Limited.
Falimu, dkk. 2022. Komunikasi Bisnis (Ed. Muhammad Asir). Bandung: Widina
Bhakti Persada.
Fikhasari, A., & Aji, G. G. (2019) Peran Media Sosial Dalam Manajemen Media
Online (Studi Kasus Tirto. Id). Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951-952.
Gamal, Suwantoro, 2001. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Gazali, E. (2011). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
90
Indiantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
91
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
University Press
Soerjono, Soekanto. 2010. Sosologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Alfabeta.
92
Suprapto, Tommy. 2009. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta:
Media Presindo.
Jakarta-Menteng.
Tegar, Nanang, 2019. Manajemen SDM dan Karyawan (Strategi Pengelolaan SDM
Utama, I Gusti Bagus Rai. 2016. Pengantar Industri Pariwisata (Tantangan dan
93
Wahyudi, Kisman Karinda, Falimu. 2022. Strategi Komunikasi Pariwisata Dalam
World Economic Forum, “The Travel and Tourism Competitiveness Report 2013:
Economic Forum.
94
95