Anda di halaman 1dari 7

Jurnal “HARMONI”,Volume 3,Nomor 2, Desember 2019

Departemen Linguistik FIB UNDIP

PENGUATAN ORGANISASI POKDARWIS SEBAGAI UJUNG


TOMBAK PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG PELANGI KOTA
SEMARANG
Eko Punto Hendro1
Deli Nirmala2
Program Studi S1 Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Program Studi S1 Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Email: eko.ipung@gmail.com

Abstract
Kampung Pelangi is a result of the thematic village development program launched by the Semarang City
Government, with a focus on tourist villages. Kampung Pelangi is already well known by the public both at
home and abroad. Tourism Awareness Group (Pokdarwis) is an organization that should actively develop
integrated tourism village activities, but the current conditions have not been able to work well. Therefore,
organizational improvement and strengthening is needed so that this tourist village can develop sustainably

Keywords : kampung pelangi, wisata, pokdarwis, semarang

1. Pendahuluan pengamatan awal yang pernah dilakukan,


Pemerintah Kota Semarang bersama masyarakat kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di sana
Kampung Wonosari Kelurahan Randusari belum berjalan, pada hal Pokdarwis adalah
Kecamatan Semarang Selatan telah melakukan jantungnya kegiatan pariwisata. Pokdarwis
perbaikan dan penataan kampung, dalam rangka adalah suatu kelompok strategis dalam suatu desa
membentuk kampung wisata di kota Semarang, atau perkampungan yang akan belajar dan
yang kemudian diberi nama Kampung Pelangi menggerakkan sendi-sendi kepariwisataan
sebab beberapa rumah terutama gentinghnya desa/kampung dalam rangka meninggkatkan
dicat warna-warni. Penataan dilakukan antara kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan
lain dengan penataan sungai, penataan taman, pariwisata.
kuliner, pedagang bunga hingga pembangunan
gardu pandang. 2. Metode
Saat ini Kampung Pelangi sudah tampak Upaya pengumpulan data dilakukan
bersih, berwarna-warni yang dilengkapi dengan dengan observasi, serta wawancara mendalam
gardu pandang dan fasilitas taman serta kuliner, (indepth interview) terhadap informan-informan
dan ternyata Kampung Pelangi di Semarang ini kunci. Di samping itu data.data sekunder juga
sudah mendunia, sebab beberapa media asing diperlukan baik yang beruka peta, monografi
dari Inggris dan konten media social desa maupun sumber-sumber pustaka lainnya
internasional telah memberitakan tentang yang berisi data, konsep maupun teori.
perubahan kampung Wonosari yang kumuh Selanjutnya data-data yang telah terkumpul
menjadi Kampung Pelangi yang bersih dan indah kemudian akan diklasifikasikan dan dihubung-
berwarna-warni yang dijadikan sebagai salah satu hubungkan satu dengan yang lainnya, baik data
destinasi wisata Kota Semarang. primer maupun sekunder, dalam rangka analisis
Aktifitas pariwisata Kampung Pelangi untuk menetapkan kesimpulan sebagai konsep
memang sudah berjalan selama satu tahun, pengembangan.
namun tampaknya belum dapat mengangkat
perekonomian masyarakat. Hal ini disebabkan 3. Pembahasan
pembangunan masih terfokus pada infrastruktur Kelompok Sadar Wisata,
dan masih kurang menyentuh pada aspek sosial Selanjutnya disebut dengan Pokdarwis
ekonomi masyarakat. Oleh karena ini kegiatan ,adalah kelembagaan di tingkat masyarakat yang
penelitian mahasiswa kali ini akan anggotanya terdiri dari para pelaku
mengidentifikasi dan menginfentarisasi kepariwisataan yang memiliki kepedulian dan
permasalahan masyarakat dalam tanggungjawab serta berperan sebagai penggerak
mengembangkan kampung wisata tersebut. Pada dalam mendukung terciptanya iklim kondusifbagi
40
Jurnal “HARMONI”,Volume 3,Nomor 2, Desember 2019
Departemen Linguistik FIB UNDIP

tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan serta 2. Sebagai mitra pemerintah dan


terwujudnya Sapta Pesona dalam meningkatkan pemerintah daerah (kabupaten/kota)
pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan dalam upaya perwujudan dan
manfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat pengembangan Sadar Wisata di daerah.
sekitar.Termasuk dalam kategori Pokdarwis Kedudukan Kelompok Sadar Wisata
diatas adalah organisasi masyarakat yang disebut (Pokdarwis) berkedudukan di Desa/ Kelurahan di
Kompepar(Kelompok Penggerak Pariwisata). sekitar destinasi pariwisata. Keanggotaan syarat-
Pokdarwis ini merupakan kelompok swadaya dan syarat umum keanggotaan Pokdarwis :
swakarsa masyarakat yang dalam aktivitas 1) Bersifat sukarela
sosialnya berupaya untuk: Meningkatkan 2) Memiliki dedikasi dan komitmen dalam
pemahaman kepariwisataan. Meningkatkan peran pengembangan kepariwisataan
dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan 3) Masyarakat yang bertempat tinggal di
kepariwisataan. Meningkatkan nilai manfaat sekitar lokasidaya tarik wisata dan
kepariwisataan bagi masyarakat/anggota memiliki kepedulian terhadap pariwisata
Pokdarwis. Mensukseskan pembangunan 4) Mempunyai mata pencaharian atau
kepariwisataan pekerjaan yang berkaitan dengan
Mengembangkan kelompok masyarakat penyediaan barang atau jasa bagi
yang dapatberperan sebagaimotivator, penggerak kebutuhan wisatawan, baik langsung
serta komunikator dalam upaya meningkatkan maupun taklangsung.
kesiapan dan kepedulian masyarakat di sekitar 5) Jumlah anggota setiap Pokdarwis,
destinasi pariwisata atau lokasi daya tarik wisata minimal 15 orang.
agar dapat berperan sebagai tuan rumah yangbaik Kepengurusan Pokdarwis terdiri dari
bagi berkembangnya kepariwisataan, serta Pembina, Penasehat, Pimpinan, Sekretariat,
memiliki kesadaran akan peluang dan nilai Anggota, dan seksi-seksi (antara lain : Keamanan
manfaat yang dapat dikembangkan dari kegiatan dan Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan, Daya
pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan Tarik Wisata dan Kenangan, Hubungan
ekonomi masyarakat. Masyarakat dan Pengembangan Sumber Daya
Tujuan dari pembentukan Kelompok Manusia, Pengembangan Usaha). Besarnya
Sadar Wisata (Pokdarwis) ini adalah sebagai struktur organisasi Pokdarwis ditentukan oleh
berikut: jumlah anggota. Pokdarwis dengan jumlah
1. Meningkatkan posisi dan peran anggota yang cukup besar dapat dilengkapi
masyarakat sebagaisubjekatau pelaku dengan beberapa seksi yang menangani bidang-
penting dalam pembangunan bidang kegiatan yang berlainan. Acuan dan
kepariwisataan, serta dapat bersinergi peraturan kelompok dalam bentuk Anggaran
dan bermitra dengan pemangku Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
kepentingan terkait dalam meningkatkan Pokdarwis dengan jumlah anggota yang
kualitas perkembangan kepariwisataan di relatif kecil dapat dilengkapi dengan hanya dua
daerah. seksi atau tanpa seksi-seksi dan tanpa Anggaran
2. Membangun dan menumbuhkan sikap Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
dan dukungan positif masyarakat sebagai Jabaran unsur dari masing-masing pengurus
tuan rumah melalui perwujudan nilai- Pokdarwis tersebut diatas, dapat dilihat dibawah
nilai pariwisata bagi tumbuh dan ini :
berkembangnya kepariwisataan di daerah 1. Pembina Unsur Pembina, dapat dibagi dalam 2
dan manfaatnya bagi pembangunan (dua)tingkat yaitu Pembina Langsung dan
daerah maupun kesejahteraan Pembina tak langsung.
masyarakat. a. Unsur Pembina Langsung Pokdarwis adalah
3. Memperkenalkan,melestarikan dan Pembina di tingkat lokal/daerah yaitu:
memanfaatkan potensi daya tarik wisata Pemerintah Daerah cq.Dinas
yang ada di masing-masing daerah. Kabupaten/Kota yang membidangi
Fungsi Secara umum, fungsi Pokdarwis dalam kepariwisataan.
kegiatan kepariwisataan adalah: b. Unsur Pembina Tak Langsunga dalah
1. Sebagai penggerak Sadar Wisata di Pembina di tingkat Pusat (yaitu
lingkungan wilayah di destinasi wisata. Kementerian Pariwisatadan Ekonomi
Kreatifcq. Direktorat Jenderal

41
Jurnal “HARMONI”,Volume 3,Nomor 2, Desember 2019
Departemen Linguistik FIB UNDIP

Pengembangan Destinasi Pariwisata, kondisi yang bersih dan indah disekitar lokasi
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat) daya tarik wisata/destinasi pariwisata. Daya Tarik
dan/atau Provinsi (Dinas di tingkatProvinsi Wisata dan Kenangan Merupakan seksi yang
yang membidangi kepariwisataan). bertanggungjawab untuk mengembangkan
2. Penasehat dapat dipilih dan ditunjukdari tokoh berbagai potensi sumber daya wisata dan
masyarakat setempat yang kekhasan/keunikan lokal sebagai daya tarik dan
dipandangmampudandapat menjadi teladan. unsur kenangan setempat. Hubungan Masyarakat
Pimpinan Unsur pimpinan terdiri dari dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara. merupakan seksi yang bertanggungjawab untuk
Unsur pimpinan Pokdarwis diutamakan menyebar luaskan berbagai informasi terkait
seseorang yang memiliki kesadaran untuk dengan potensi kepariwisataan lokal,
memajukan dan mengembangkan pariwisata di sertakegiatan Pokdarwis dan mengembangkan
daerahnya, membina masyarakat sadar wisata kualitas anggota-anggota Pokdarwis.
dan turut melaksanakan Dalam kehidupan sehari- Pengembangan Usaha Merupakan seksi yang
hari, pemimpin dipilih berasal dari para anggota bertanggung jawab untuk menjalin kerjasama dan
itu sendiri atau yang ditunjuk oleh anggota. kemitraan dengan berbagai pihakterkait dalam
Sekretariat Setiap Pokdarwis memiliki ruang pengembangan usaha Pokdarwis.
sekretariat yang berfungsi sebagai tempat Struktur Organisasi hubungan dan
kesekretariatan dan tempat pertemuan para koordinasi kepengurusan Pokdarwis dilaksanakan
anggota. Sekretariat Pokdarwis mencatat/ secara intensif dan diterjemahkan dalam suatu
memdokumentasikan setiap kegiatan struktur organisasi yang sistematis, sehingga
organisasinya. Anggota Terdiri dari anggota setiap pihak dapat mengetahui jabaran tugas dan
masyarakat yang berada/tinggal di sekitar lokasi wewenang masing-masing dengan baik. Struktur
daya tarik wisata yang dengan sukarela Organisasi Pokdarwis tersebut dapat
menyatakan diri sebagai anggota. Seksi-seksi digambarkan sebagai berikut: Gambar Struktur
Masing-masing seksi Pokdarwis terdiri dari Organisasi Pokdarwis Pedoman Kelompok Sadar
seorang penanggungjawab/ koordinator dengan Wisata. Struktur Organisasi Hubungan dan
dibantu oleh beberapa anggota Pokdarwis koordinasi kepengurusan Pokdarwis dilaksanakan
lainnya. Seksi-seksi yang dapat dibentuk secara intensif dan diterjemahkan dalam suatu
meliputi: Keamanan dan Ketertiban Merupakan struktur organisasi yang sistematis, sehingga
seksi yang bertanggungjawab bagi terciptanya setiap pihakdapat mengetahui jabaran tugas dan
kondisi yang aman dan tertib disekitar lokasi wewenang masing-masing dengan baik. Struktur
daya tarik wisata/destinasi pariwisata. Organisasi Pokdarwis tersebut dapat
Kebersihan dan Keindahan merupakan digambarkan sebagai berikut :
seksi yang bertanggungjawab bagi terciptanya

42
Jurnal “HARMONI”,Volume 3,Nomor 2, Desember 2019
Departemen Linguistik FIB UNDIP

Aspek Hubungan Sosial cenderung merupakan orang-orang pertama yang


Kondisi hubungan sosial yang dilandasi mencoba teknik-teknik baru di dalam bisnis,
sistem nilai, makna serta kondisi lingkungan, politik atau interaksi sosial yang lain. Perilaku
materi dan kepentingan merupakan faktor penting entrepreneur atau individu dalam pilihan
yang mendasari bentuk keputusan pilihan keputusannya dapat menimbulkan perubahan
masyarakat di Kampung Pelangi. Susan H. Lees sistem sosial budaya seandainya alternatifnya
(1983: 183-199) menyarankan bahwa kajian dapat diterima atau disetujui oleh anggota-
melalui prespektif mikro dalam analisis anggota lainnya. Dalam hal ini Pokdarwis
keputusan pilihan merupakan sesuatu kerangka Kampung Pelangi merupakan agen-agen
yang berguna untuk menyatukan variabel- entrepreneur tersebut yang mengawali kegiatan
variabel ekonomi, sosial dan lingkungan. Lebih sadar wisata.
lanjut Lees mengatakan bahwa pandangan ini Menurut Soedjito (1987) bahwa
dapat membantu untuk mengamati mengapa manifestasi variabel (hubungan) sosial dalam
suatu masyarakat bertahan pada perilaku tertentu suatu kegiatan produktif di
yang berbeda dengan masyarakat lainnya. pedesaan/perkampungan, kegiatan itu tidak dapat
Dalam hal ini Bennet dan Kanel (dalam lepas dari kehidupan sosialnya. Hubungan
Ortiz 1983: 201-247) mempertegas bahwa keluarga dan kekuasaan dapat digunakan sebagai
strategi-strategi adaptif biasanya berada pada mekanisme untuk membentuk unit-unit produksi,
tingkat kesadaran dalam berperilaku, khususnya bahkan struktur kekerabatan sering membatasi
perilaku pariwisata, dari masyarakat yang aktivitas ekonomi. Pembagian kerja dalam
terlibat. Tingkat kesadaran ini akan mendorong produksi biasanya hanya berdasarkan pada umur,
proses-proses pengambilan keputusan dan akan jenis kelamin atau status, bukan pada keahlian-
tetap berkaitan dengan sistem nilai dan makna keahlian khusus. Hal ini disebabkan oleh kurang
yang berlaku. Walaupun di dalam keputusan- mampunya pengelolaan ekonomi atau unit-unit
keputusan ekonomi terkandung konsep produksi di pedesaan/perkampungan tersebut, di
maksimalisasi, minimalisasi dan efisiensi, samping dapat disebabkan oleh adanya modal
berhadapan dengan kondisi hubungan sosial pada yang kecil ataupun perputaran uang yang
masyarakat kampung kota, maka konsep tersebut sedikit dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja
sering masih harus berhadapan dengan sistem yang lebih banyak tersedia di kampung. Kondisi
nilai dan makna simbol sosial yang seperti ini dapat menyebabkan sistem pertukaran
membatasinya. jasa dan tenaga masih sering dilakukan di
Menurut Robert L. Bee (1974) pedesaan. Demikian halnya hubungan
pengambilan keputusan itu muncul dari individu- interpersonal masih sering mewarnai dalam
individu yang cenderung mengoptimalkan jenis- sistem perekonomiannya dan biasanya terwujud
jenis perilaku yang sama dalam suatu konteks melalui hubungan patron klien atau hubungan ke-
yang berlabel ekonomi, politik dan ritual. Secara kerabatan atas dasar kecintaan, persahabatan,
tidak langsung bahwa sistem sosial budaya (yang kepercayaan dan sebagainya, baik secara
menjadi persetujuan umum di antara anggota- individual ataupun kelompok yang menunjukkan
anggotanya) yang memiliki sifat mendorong sifat-sifat emosional/ tradisional (Eisenstadt &
maupun membatasi perilaku akan dapat berubah. Roniger 1984: 1-18; Soedjito 1987: 105-113).
Persetujuan umum akan membuat stabilitas Nanun demikian kondisi tersebut cukup
sistem dan variasi-variasi dari persepsi individu potensial untuk membangun suatu kegiatan
merupakan sumber potensial bagi perubahan. ekonomi kampung kota. Walaupun saat ini
Dapat dikatakan pula bahwa variasi-variasi atau anggota Pokdarwis masih sedikit dan kurang
keputusan-keputusan individu merupakan aktif, cukup untuk mengawali membangun
bentuk-bentuk inovasi yang dapat memicu kampung wisata. Dalam kondisi saat ini memang
perubahan, khususnya dalam hal ini berkaitan masih terjadi para pengusaha masih merangkap
dengan Pokdarwis. menjadi tenaga kerja, dan biasanya kondisinya
Lebih lanjut Bee mengidetifikasikan memang seperti itu pada sentra-sentra industri
bahwa individu-individu yang mengambil rakyat, artinya pengusaha merangkap sebagai
keputusan-keputusan di dalam masyarakat tenaga kerja, dan mereka saling membantu satu
(kebudayaan) tersebut dilukiskan seperti sama lain. Dalam kondisi seperti ini siapapun
'entrepreneur' di dalam ekonomi, atau Eric Wolf bisa menjadi pengusaha dan yang lainnya
menyebut 'cultural broker'. Entrepreneur menjadi tenaga kerja ketika menerima pesanan

43
Jurnal “HARMONI”,Volume 3,Nomor 2, Desember 2019
Departemen Linguistik FIB UNDIP

yang cukup banyak. Selama ini juga modal dari (moderen). Dalam mengembangkan kampung
kredit bank ataupun koperasi belum digunakan wisata, masyarakat Kampung Pelangi tentu masih
untuk usaha, dan mereka para pengrajin masih banyak berkaitan dengan kondisi hubungan sosial
menggunakan modal sendiri. Dalam hai ini tentu yang berlaku yang memiliki banyak maksud.
saja mereka memang masih perlu pembinaan dan Hubungan interpersonal yang berlandaskan pada
pendampingan dari pemerintah, LSM atau hubungan patron-klien, kekerabatan,
perguruan tinggi. persahabatan, kepercayaan dan sebagainya yang
Dalam kaitannya dengan adanya menunjukkan sifat-sifat emosional, diduga masih
hubungan sosial yang mempengaruhi kegiatan akan mewarnai pengelolaan unit-unit usaha.
ekonomi tersebut di atas, Manning Nash (1966) Figur pengusaha juga tidak jelas, karena banyak
menegaskan bahwa unit-unit produksi pada pengusaha masih merangkap menjadi tenaga
masyarakat perkampungan dan pedesaan kerja. Di dalam perekrutan tenaga dan pembagian
cenderung memiliki banyak maksud dan tujuan. kerja dalam proses produksi diperkirakan juga
Unit-unit produksi tidak berdiri sendiri sebagai tidak dideferiensasi secara tegas dan masih
bagian dari perekonomiannya, tetapi masih cenderung hanya mempertimbangkan umur dan
terkait dengan keseluruhan aktivitas dalam jenis kelamin. Modal usaha umumnya juga
kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi misalnya diusahakan dari miliknya sendiri, demikian
dalam perekrutan tenaga kerja, pemanfaatan halnya perekrutan tenaga kerja, pengadaan bahan
waktu, sumber-sumber dan pengukuran unit-unit baku produksi dan faktor-faktor produksi lainnya
produksi, biasanya ditentukan oleh mekanisme hanya dilakukan atas dasar hubungan sosial yang
sosial yang mengacu pada hubungan sosial yang berlaku di kampung. Walaupun demikian hal
berlaku pada masyarakat primitif dan pedesaan. yang justeru menarik, dan sampai kini
Biasanya pasar modal tidak ada pada masyarakat masyarakat Kelurahan Randusari ini akan mampu
ini, modal usaha biasanya diusahakan dari memproduksi barang atau jasa yang berkualitas
miliknya sendiri. Ketidak hadiran pasar untuk yang mampu bersaing di pasar bebas..
faktor-faktor produksi, misalnya pasar modal, Kemungkinan justeru masyarakat desa ini
kredit, tenaga kerja dan sebagainya, memiliki kemampuan memanfaatkan sedemikan
menunujukkan perekonomian masyarakat rupa sarana-sarana sosial yang ada untuk
primitif dan pedesaan memliki demensi yang mengatasi kelemahan-kelemahan dalam sistem
berbeda dengan struktur tindakan ekonomi perekonomiannya.
spesifik (profesional). Lebih lanjut Nash Lebih lanjut Soedjito (1987) berpendapat
mengatakan bahwa figur sosial pengusaha pada bahwa suatu hal yang menarik pada jenis
masyarakat primitif dan pedesaan biasanya tidak ekonomi perkampungan, biasanya ekonomi
teridentifikasi secara jelas dalam aktivitas perkampungan tersebut terkumpul di suatu dukuh
produksi. Demikian halnya teknologi yang atau suatu bagian dari kampung. Di samping itu
dikembangkan oleh masyarakat ini biasanya tampaknya hubungan keluarga atau persahabatan
masih bersifat sederhana yang masih berkaitan merupakan hal yang menentukan, kadang-kadang
dengan kondisi sosial budayanya. Pekerjaan yang juga diperkuat dengan larangan bereksogami.
berkaitan dengan teknologi ini biasanya juga Alasan yang paling mudah adalah adanya rasa
tidak dideferensiasi secara tegas, tidak gotong royong yang kuat. Meskipun demikian
membutuhkan skill yang tinggi serta cocok tampaknya hubungan sosial yang ada di
dengan kondisi lingkungannya. Karena itu dalam desa/kampung bukan hanya hubungan yang
perekrutan tenaga kerja biasanya hanya bersifat paguyuban tanpa pamrih, tetapi ada
cenderung mempertimbangkan umur dan jenis kalanya juga hubungan yang bersifat penuh
kelamin (Nash 1966: 20-26). perhitungan. Sebagai masyarakat sederhana di
Apa yang diutarakan oleh Lees, Bee, desa/kampung, hubungan kekerabatan atau
Soedjito dan Nash tersebut di atas nampaknnya persahabatan dianggap merupakan jaminan yang
juga dapat menjadi modal dasar kegiatan paling kuat, baik di bidang ekonomi maupun
Pokdarwis di Kampung Pelangi Semarang, tenaga kerja. Karena itu pula pemusatan kegiatan
karena pada umumnya masyarakat ekonomi pada suatu lokasi atau kalangan kerabat
pedesaan/perkampungan di Indonesia masih atau kelompok tertentu merupakan suatu usaha
berada pada kondisi transisi, disatu pihak belum untuk membatasi resiko. Kondisi seperti ini dapat
dapat meninggalkan kondisi lama (tradisional), di disebabkan oleh pemilikan modal yang kecil
pihak lain telah menerima pengaruh baru pada industri pedesaan yang dapat menghambat

44
Jurnal “HARMONI”,Volume 3,Nomor 2, Desember 2019
Departemen Linguistik FIB UNDIP

pengembangan usaha. Walaupun demikian sering membuat para pengusahapegiat Pokdarwis


umumnya usaha di bidang ekonomi pariwisata ini terlena dengan permainan dan meninggalkan
lebih berani mengambil resiko dalam kawan-kawannya, yang tentu saja sudah
mengadakan inovasi dibandingkan dengan usaha- mengingkari kegotong-royongan. Hilangnya
usaha bidang lainnya, karena itu lebih kegotong-royongan, tentu saja menghancurkan
memungkinkan untuk berkembang (Soedjito kegiatan ekonomi itu, sebab para penggerak
1987: 125-129). sudah bersifat individual dan bersaing ketat
Apa-apa yang dikatakan oleh Soedjito diantara anggota. Dalam kondisi seperti ini maka
tersebut memang belum terjadi di Kampung yang benar-benar dapat bertahan hanyalah
Pelangi Semarang, sebab di sini belum terlalu pengusaha-pengusaha yang bermodal kuat, dan
lama terbentuk kampung wisata, dapat pula yang kecil-kecil mati dengan sendirinya.
dikatakan masih berbentuk embrio kampung
wisata, Tingginya semangat masyarakat ini 4. Simpulan
ditandai dengan beberapa kali mengadakan Dari uraian di atas maka dapat
festifal Kampung Pelangi. Pemerintah Kota dikemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan.
Semarang juga menetapkan Kampung Pelangi 1. Dari aspek pengembangan kegiatan
sebagai kampung tematik di Kelurahan kampung tematik yang dicanangkan
Randusari.. pemerintah Kota Semarang, dapat dikatakan
Dari kondisi di atas kiranya masih perlu bahwa Kampung Pelangi Semarang sudah
pembinaan pada masyarakat Kampung Pelangi di cukup sukses sebagai kampung wisata, dan
sini untuk maju, sebab walaupun mereka sudah hal ini dibuktikan dengan prestasinya
cukup terampil dalam membuat produk layanan dapatmengadakan festifal tingkat kota
wisata, namun mereka belum memiliki Semarang.
ketrampilan dan semangat berwira usaha. 2. Dari aspek pengembangan para pegiat
Kebanyakan mereka adalah pendatang yang Pokdarwis Kampung Pelangi ini dapat
menetap di sini, yang tentu saja belum memiliki dikategorikan sebagai pemula. Hal ini
jiwa wirausaha, tetapi memang bermodal tampak dari mereka masih belum memiliki
semangat. Hambatan lainnya adalah kondisi pembagian kerja dan manajemen yang baik,
hubungan sosial yang biasanya selalu menyertai aspek-aspek manajemen, ketenaga-kerjaan,
suatu kegiatan ekonomi perkampungan, yaitu produksi dan pemasaran masih campur
aspek-aspek seperti kegotong-royongan, patron aduk, serta organisasi Pokdarwis masih
klien, kekerabatan, perkawinan belum berjalan normal.
endogami/eksogami dan sebagainya. Kondisi 3. Kiranya pendampingan dan pengarahan
hubungan sosial seperti ini biasanya cukup kuat memang masih diperlukan baik dari
untuk melandasi kegiatan Pokdarwis di Kampung pemerintah maupun yang lainnya untuk
Pelangi Semarang. menuju suatu bentuk kampung wisata yang
Walaupun demikian sebuah kegiatan berkelanjutan. Dalam hal ini semangat
ekonomi perkampungan rakyat juga memiliki mereka sudah cukup untuk dapat mendorong
banyak kelemahan, mereka cukup kuat di bidang kea rah kegiatan usaha yang lebih
produksi dan manajemen, sebab dilakukan secara professional.
bersama-sama dengan sistem gotong-royong, 4. Beberapa hambatan yang dijumpai para
saling bahu-membahu mengatasi segala pegiat saat ini maupun ke depan adalah,
kekurangan/kelemahan, tetapi mereka sering pengalaman berwirausaha dan beror-ganisasi
lemah di bidang pemasaran, sebab mereka para yang masih kurang dalam mengelola
pengrajin harus langsung berhadapan dengan Pokdarwis, walaupun lokasi kampung juga
berbagai tipe konsumen yang tidak ramah dan cukup strategis di tengah-tengah Kota
sering mempermainkannya. Kondisi seperti ini Semarang.

45
Jurnal “HARMONI”,Volume 3,Nomor 2, Desember 2019
Departemen Linguistik FIB UNDIP

Daftar Pustaka

Bee, Robert L, 1974, Patterns and Processes:


An Introduction to Anthropological
Strategies for The of Sociocultural
Change, New York, London : The Free
Press.

Bennet, John W, 1976 "Anticipation,


Adaptation and the Concept of
Culture", Science 192: 847-853.

Bennet, John W. dan Kanel, Don, 1983


"Agricultural Economiss and Economic
Anthropology: Confrontation and
Accomodation", dalam Ortiz, Sutti,
Economic Anthropology: Topics and
Theories, Monographs in Economic
Anthropology No. 1, Lanham, New
York London: Society for Economic
Anhropology, University Press of
America Inc, hal. 201-247.

Eisesnstadt, SN and Roninger, L, 1984,


Patrons, Clients and Friends, New
York, London: Canbridge.

Kessing, Roger M., 1989, Antropologi Budaya:


Suatu Prespektif Kontemporer, Edisi
kedua, Jakarta: Erlangga. Seri
terjemahan oleh: Samuel Gunawan.

Nash, Manning, 1966, Primitive and Peasant


Economy Systems, Scranton,
Pennsylvania: Candler Publishing
Company

Ortiz, Sutti, 1983, Economic Anthropology:


Topics and Theories, Monographs in
Economic Anthropology No. 1,
Lanham, New York London: Society
for Economic Anhropology,
University Press of America Inc.

Rahim, Firmansyah, 2012, Buku Pedoman


Kelompok Sadar Wisata, Jakarta :
Ditjen Pengembangan Destinasi Wisata
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Jakarta.

Soedjito S, 1987, Aspek Sosial Budaya Dalam


Pembangunan Pedesaan, Yogyakarta:
Tiara Wacana.

46

Anda mungkin juga menyukai