Anda di halaman 1dari 15

PENGEMBANGAN WISATA PEDESAAN BERBASIS BUDAYA YANG

BERKELANJUTAN DI DESA WISATA SROWOLAN, SLEMAN


Aditha Agung Prakoso

Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) Yogyakarta


Jl. Laksda Adisucipto Km. 5 Yogyakarta 55281 Indonesia
E-mail : aaprakoso@gmail.com

ABSTRACT

Lately, tourism development initiates trends of tourism of specific interest/alternative


tourism focusing on back to nature and interacting with local people. This concept can be
accommodated by village tourism as alternate attraction on tourism. Developing village
tourism, potency of urbanization can be reduced as village tourism can create economy
activity at village level. The case of Srowolan Village Tourism of District of Sleman relies its
economy activity on tourism. Productivity of local potency including potencies of villages will
be accelerated by utilizing village’s resources. Therefore, it can be an effective instrument in
accelerating the development of socio cultural and economy aspects of villagers by applying
sustainability concept. Therefore, it is required to have development strategy and integrated
strategy in order to develop cultural based sustainable village tourism implemented in
Srowolan Village Tourism.

Keywords : Village Tourism, Culture Tourism, Communuty Based, Sustainable

1. PENDAHULUAN Adanya trend atau kecenderungan yang


1.1 Latar Belakang signifikan pada dua dekade terakhir ini,
Pariwisata sebagai salah satu sektor yaitu segmen pasar wisata minat khusus
dalam pembangunan Indonesia, merupakan memberikan pengaruh kepada
sektor yang sangat dinamis didalam perkembangan desa wisata. Wisatawan
menangkap berbagai kecenderungan dengan berbagai motivasi melakukan
perkembangan global. Hal ini terlihat dari perjalanan wisata ke desa wisata untuk bisa
terjadinya pergeseran orientasi motivasi menikmati kehidupan masyarakat,
kunjungan wisatawan dari mass tourism berinteraksi secara aktif dalam berbagai
kepada suatu bentuk kunjungan aktivitas di lokasi desa wisata dan juga
individual/kelompok kecil yang berminat belajar kebudayaan lokal setempat. Atraksi
pada kehidupan keseharian. Disamping itu, yang ada pada desa wisata akan menjadi
pariwisata adalah suatu sektor yang dinamis salah satu faktor yang mempengaruhi pola
dan sangat tanggap terhadap berbagai kunjungan wisatawan di desa wisata.
kecenderungan dan perkembangan nilai Menurut Daldjoeni (1998), setiap desa akan
kehidupan. Desa wisata merupakan salah memiliki geographical setting dan human
satu jawaban dari perkembangan effort yang berbeda-beda satu dengan
kecenderungan pasar, dimana orientasi lainnya. Hal ini akan mempengaruhi
pilihan wisatawan pada hotel besar dan strategi masyarakat sebagai host
modern telah bergeser pada pilihan-pilihan community dalam memanfaatkan potensi
tipe akomodasi atau juga produk yang yang ada untuk dikemas sebagai atraksi
berskala kecil, tetapi unik. Melalui desa yang menarik bagi wisatawan. Wisatawan
wisata, diharapkan terjadi permerataan yang memiliki preferensi tertentu dengan atraksi
sesuai dengan konsep pembangunan yang disajikan sehingga atraksi harus
pariwisata yang berkesinambungan. dikembangkan dan dikelola sesuai dengan
potensi desa sehingga mampu memenuhi 2.1 Aspek Pembangunan Kepariwisataan
apa yang diharapkan oleh wisatawan. Dalam pasal 7 UU no 10 tahun 2009
Salah satu potensi yang dapat tentang kepariwisataan menyebutkan
dikembangkan adalah potensi budaya yang bahwa:
melekat pada desa tersebut secara turun Pembangunan kepariwisataan meliputi:
temurun, baik aktifitas sehari-hari, a. Industri Pariwisata
kesenian, kuliner, mata pencaharian, b. Destinasi Pariwisata
kerajinan dan lain-lain. Hal ini dapat c. Pemasaran, dan
menjadi dasar pijak dalam membentuk d. Kelembagaan Kepariwisataan
suatu konsep wisata pedesaan yang berbasis Di jabarkan lebih detil lagi dalam PP no
budaya dari kawasan tersebut, yang 50 tahun 2011 tentang rencana induk
tentunya dapat menjadi daya tarik bagi pembangunan kepariwisataan nasional,
wisatawan baik wisatawan nusantara seperti gambar di bawah ini:
maupun wisatawan mancanegara.
Namun konsep pengembangan wisata 1. INDUSTRI
PARIWISATA
2. DESTINASI
3. PEMASARAN 4. KELEMBAGAAN
PARIWISATA KEPARIWISATAAN
pedesaan berbasis budaya tersebut masih
banyak menghadapi berbagai tantangan, “Pembangunan daya “Pemasaran pariwisata “Pengembangan
“ Pembangunan
baik dari segi internal maupun eksternal, struktur (fungsi,
hirarkhi, hubungan)
tarik wisata,
pembangunan
bersama terpadu dan
berkesinambungan
organisasi
pemerintah,
industri pariwisata, prasarana, dengan melibatkan pemerintah daerah,
hal inilah yang menarik untuk dibahas daya saing produk pembangunan fasilitas seluruh pemangku swasta dan
pariwisata, kemitraan umum, pembangunan kepentingan serta masyarakat,
bersama bagaimana pengembangan ke usaha pariwisata,
kredibilitas bisnis. Dan
fasilitas pariwisata serta
Pemberdayaan
pemasaran yang
bertanggung jawab dalam
pengembangan
sumber daya
masyarakat, secara membangun citra manusia, regulasi
depan wisata pedesaan berbasis budaya tanggung jawab thd
lingkungan alam dan terpadu dan Indonesia sebagai dan mekanisme
sosial budaya” berkesinambungan destinasi pariwisata yang operasional di bidang
yang berkelanjutan yang tidak hanya berdaya siang kepariwisataan

menarik bagi wisatawan, namun juga


sekaligus dapat meningkatkan Komponen Pembangunan Kepariwisataan
kesejahteraan masyarakat lokal yang di
suatu kawasan. Dalam penelitian ini akan Pengembangan Destinasi Pariwisata
difokuskan pada desa wisata Srowolan (Perwilayahan, Daya Tarik, Aksesibilitas,
sebagai salah satu desa yang berbasis Fasilitas, Pemberdayaan Masyarakat,
budaya dalam pengembangan Investasi), Pemasaran Pariwisata, Industri
kepariwisataannya Pariwisata, dan Kelembagaan
Kepariwisataan (Organisasi, SDM).
1.2 Perumusan Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang 2.2 Konsep Wisata Budaya
tersebut di atas, maka perumusan Dalam beberapa literatur, disebutkan
masalah dalam penelitian ini adalah bebrapa definisi dari wisata budaya. Dari
sebagai berikut: the 1976 ICOMOS Charter on Cultural
Bagaimana strategi pengembangan Tourism menyebutkan bahwa:
wisata pedesaan berbasis budaya yang “CULTURAL TOURISM” is that form of
berkelanjutan di desa wisata Srowolan tourism whose object is, among other aims,
yang tidak hanya menarik bagi the discovery of monuments and sites. It
wisatawan, namun juga sekaligus dapat exerts on these last a very positive effect
meningkatkan kesejahteraan masyarakat insofar as it contributes - to satisfy its own
lokal? ends - to their maintenance and protection.
This form of tourism justifies in fact the
2. TINJAUAN PUSTAKA efforts which said maintenance and
Buku referensi yang mendukung dalam protection demand of the human community
menyelesaikan penelitian ini cukup banyak, because of the socio-cultural and economic
namun beberapa hal yang dapat menjadi benefits which they bestow on all the
referensi teori adalah sebagai berikut: populations concerned.
Wisata berbasis budaya adalah salah Daya Tarik Wisata budaya selanjutnya
satu jenis kegiatan pariwisata yang dapat dijabarkan, meliputi:
menggunakan kebudayaan sebagai A. Daya Tarik Wisata budaya yang bersifat
objeknya. Pariwisata jenis ini dibedakan berwujud (tangible), yang berupa antara
dari minat-minat khusus lain, seperti wisata lain:
alam, dan wisata petualangan. 1) Cagar budaya, yang meliputi:
Ada 12 unsur kebudayaan yang dapat a. benda cagar budaya adalah
menarik kedatangan wisatawan, yaitu: benda alam dan/atau benda
1. Bahasa (language) buatan manusia, baik bergerak
2. Masyarakat (traditions) maupun tidak bergerak, berupa
3. Kerajinan tangan (handicraft) kesatuan atau kelompok, atau
4. Makanan dan kebiasaan makan (foods bagian-bagiannya, atau sisa-
and eating habits) sisanya yang memiliki hubungan
5. Musik dan kesenian (art and music) erat dengan kebudayaan dan
6. Sejarah suatu tempat (history of the sejarah perkembangan manusia,
region) contoh: keris, gamelan, dan
7. Cara Kerja dan Teknolgi (work and sebagainya
technology) b. bangunan cagar budaya adalah
8. Agama (religion) yang dinyatakan susunan binaan yang terbuat dari
dalam cerita atau sesuatu yang dapat benda alam atau benda buatan
disaksikan. manusia untuk memenuhi
9. Bentuk dan karakteristik arsitektur di kebutuhan ruang berdinding
masing-masing daerah tujuan wisata dan/atau tidak berdinding, dan
(architectural characteristic in the beratap.
area) c. struktur cagar budaya adalah
10. Tata cara berpakaian penduduk susunan binaan yang terbuat dari
setempat (dress and clothes) benda alam dan/atau benda
11. Sistem pendidikan (educational system) buatan manusia untuk
12. Aktivitas pada waktu senggang (leisure memenuhi kebutuhan ruang
activities) kegiatan yang menyatu dengan
Objek-objek tersebut tidak jarang alam, sarana, dan prasarana
dikemas khusus bagi penyajian untuk untuk menampung kebutuhan
wisatawan, dengan maksud agar menjadi manusia.
lebih menarik. Dalam hal inilah seringkali d. situs cagar budaya adalah lokasi
terdapat kesenjangan selera antara kalangan yang berada di darat dan/atau di
seni dan kalangan industri pariwisata. air yang mengandung benda
Kompromi-kompromi sering harus diambil. cagar budaya, bangunan cagar
Kalangan seni mengatakan bahwa budaya, dan/atau struktur cagar
pengemasan khusus objek-objek tersebut budaya sebagai hasil kegiatan
untuk turis akan menghilangkan keaslian manusia atau bukti kejadian
dari suatu budaya, sedangkan kalangan pada masa lalu.
pariwisata mengatakan bahwa hal tersebut e. kawasan cagar budaya adalah
tidaklah salah asalkan tidak menghilangkan satuan ruang geografis yang
substansi atau inti dari suatu karya seni memiliki 2 (dua) situs cagar
Daya Tarik Wisata Budaya adalah daya budaya atau lebih yang letaknya
tarik wisata berupa hasil olah cipta, karsa, berdekatan dan/atau
dan rasa manusia sebagai makhluk budaya. memperlihatkan ciri tata ruang
(PP Nomor 50 tahun 2011 Tentang yang khas.
Rencana Induk Pembangunan 2) perkampungan tradisional dengan
Kepariwisataan Nasional) adat dan tradisi budaya masyarakat
yang khas, contoh: Kampung maintaining cultural integrity, essential
kotagede dan sebagainya. ecological processes, and biological
3) Museum, contoh: Museum diversity, and life support system.”
Perjuangan, Museum Ulen Sentalu, Definisi tersebut diadopsi oleh banyak
dan sebagainya. negara di seluruh belahan dunia dalam
B. Daya Tarik Wisata bersifat tidak berbagai macam variasi, misalnya definisi
berwujud (intangible), yang berupa dari Organization of East Carribean States
antara lain: (OECS) adalah sebagai berikut:
1) kehidupan adat dan tradisi “The optimal use of natural and
masyarakat dan aktifitas budaya cultural resources for national development
masyarakat yang khas di suatu on an equitabel and self-sustaining basis to
area/tempat, contoh: sekaten, provide a unique visitor experience and an
bekakak, dan sebagainya. improved quality of life through partnership
2) Kesenian, meliputi seni rupa dan among government, the private sector and
seni pertunjukan communities.”
Definisi-definisi tersebut belum dapat
2.3 Pembangunan Pariwisata membuat konsep keberlanjutan mudah
Berkelanjutan diimplementasikan pada industri pariwisata.
Pembangunan berkelanjutan Pada tahun 1989, British Columbia, Canada
(sustainable development) telah menjadi (Rees, 1989 dalam Gunn, 1994) mencoba
agenda global dalam setiap proses memformulasikan definisi Sustainable
pembangunan. Oleh karenanya, seluruh Development yang cukup relevan dengan
pemangku kepentingan termasuk perencanaan pariwisata yaitu,
pemerintah dalam berbagai sektor “Sustainable development is positive
pembangunan harus menerapkan prinsip- socioeconomic change that does not
prinsip pembangunan berkelanjutan baik undermine the ecological and social
dalam setiap kebijakan maupun rencana systems upon which communities and
pembangunan yang akan dilaksanakan, society are dependent. Its successful
tentu saja termasuk di dalamnya implementation requires integrated policy,
pembangunan sektor kepariwisataan. planning, and social learning processes; its
Konsep pembangunan berkelanjutan political viability depends on the full
dimunculkan pertama kali oleh World support of the people it affects through their
Commission on Environment and governments, their social institutions, and
Development Report pada tahun 1987 their private activities.”
dengan mendefinisikan Sustainble Definisi tersebut mengungkapkan
Development sebagai ‘meeting the needs of kunci-kunci implementasi pembangunan
the present without compromising the pariwisata harus memenuhi paling tidak
ability of future generations to meet their tiga kisi – kisi sebagai berikut :
own needs’. Berdasarkan definisi tersebut, 1. “positive socioeconomic change” yang
World Tourism Organization (WTO), telah artinya perubahan harus membawa
menerapkannya pada sektor-sektor keadaan sosial dan ekonomi menjadi
kepariwisataan dengan mendefinisikan lebih baik.
Sustainable Tourism Development menjadi: 2. “does not undermine the ecological and
“Sustainable tourism development social systems” yang artinya
meets the needs of present tourists and host menghindari penggunaan sumber daya
regions while protecting and enhancing alam dan buatan secara gegabah dan
opportunity for the future. It is envisaged as tanpa perhitungan.
leading to management of all resources in 3. “integrated policy, planning, and social
such a way that economic, social, and learning processes” yang artinya
aesthethic needs can be fulfilled while implementasi pembangunan
berkelanjutan bergantung pada integrasi didukung secara ekologis dalam jangka
antara pemerintah dan masyarakat. Hal panjang sekaligus layak secara ekonomi,
ini juga merupakan jantung dari adil secara etika dan sosial terhadap
perencanaan, prinsip, dan praktek masyarakat.” (Piagam Pariwisata
kepariwisataan. Berkelanjutan, 1995).
Kunci-kunci tersebut juga telah Dengan demikian secara ringkas,
diadopsi di Indonesia seperti yang konsep pengembangan pariwisata secara
disebutkan dalam Piagam Pariwisata berkelanjutan tersebut pada intinya
Berkelanjutan (1995) bahwa pembangunan menekankan pada 4 (empat) prinsip,
pariwisata berkelanjutan adalah sebagai berikut :
pembangunan yang dapat didukung secara a. Berwawasan lingkungan (enviromentaly
ekologis sekaligus layak secara ekonomi, sustainable)
juga adil secara etika, dan berkeadilan b. Diterima secara sosial &
sosial terhadap masyarakat. Artinya, budaya(socially and culturally
pembangunan berkelanjutan adalah upaya acceptable)
terpadu dan terorganisasi untuk c. Layak secara ekonomi (economically
mengembangkan kualitas hidup dengan viable)
cara mengatur penyediaan, pengembangan, d. Memanfaatkan teknologi yang pantas
pemanfaatan, dan pemeliharaan sumber diterapkan (technologically
daya secara berkelanjutan. Hal tersebut appropriate)
hanya dapat terlaksana dengan sistem
penyelenggaraan kepemerintahan yang baik
(good governance) yang melibatkan
partisipasi aktif dan seimbang antara
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Dengan demikian, pembangunan
berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-
isu lingkungan, tetapi juga isu
demokratisasi, hak asasi manusia, dan isu
lain yang lebih luas cakupannya.
Sementara itu, menurut United Nations
Environment Programme on Tourism,
Pendekatan Sustainable Development
sustainable tourism merupakan
pengembangan pariwisata yang
Prinsip environmentally sustainable
mempertemukan kebutuhan wisatawan
yang menekankan bahwa proses
pada saat ini dengan tetap
pembangunan kepariwisataan harus tanggap
mempertimbangkan, melindungi, dan
dan memperhatikan upaya-upaya untuk
mempertinggi potensi asset untuk masa
menjaga kelestarian lingkungan (baik alam
yang akan datang. Hal ini juga berarti
maupun budaya), dan mampu mencegah
pengembangan yang mempertimbangkan
dampak negatif yang dapat menurunkan
potensi masa yang akan datang dalam
kualitas lingkungan dan mengganggu
segala sektor, termasuk di dalamnya adalah
keseimbangan ekologi.
faktor ekonomi, sosial, dan budaya yang
Prinsip socially and culturally
akan dipenuhi, yang didukung oleh sistem
acceptable yang menekankan bahwa proses
integrasi kebudayaan, proses ekologi yang
pembangunan dapat diterima secara sosial
esensial, keragaman biologi, dan life
dan budaya oleh masyarakat setempat. Oleh
support.
karenanya, upaya-upaya pembangunan
“Pembangunan pariwisata harus
yang dilaksanakan harus memperhatikan
didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang
nilai-nilai sosial-budaya dan nilai-nilai
artinya bahwa pembangunan dapat
kearifan lokal yang dijunjung tinggi oleh
masyarakat, dan bahwa dampak lingkungan, pengelolaan kapasitas dan
pembangunan tidak boleh merusak tatanan pemeliharaan sumber daya wisata itu
dan nilai-nilai sosial-budaya sebagai jati sendiri
diri masyarakat. c. Kualitas Masyarakat Lokal (Quality of
Prinsip economically viable yang Local People), melingkupi keterlibatan
menekankan bahwa proses pembangunan masyarakat lokal, dampak sosial
harus layak secara ekonomi dan masyarakat dan kelangsungan
menguntungkan. Oleh karenanya, kehidupan perekonomian masyarakat
pembangunan harus dilaksanakan secara disekitar kawasan.
efisien agar dapat memberikan manfaat
ekonomi yang signifikan baik bagi
pembangunan wilayah maupun peningkatan
kesejahteraan masyarakat lokal.
Prinsip technologically appropriate
yang menekankan bahwa proses
pembangunan secara teknis dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien,
dengan memanfaatkan sebesar-besar
sumber daya lokal, dan dapat diadopsi
masyarakat setempat secara mudah untuk
proses pengelolaan yang berorientasi jangka
panjang.
Tujuan pembangunan pariwisata Prinsip-prinsip dalam Pembangunan Pariwisata
berkelanjutan yang didasarkan atas prinsip- yang Berkelanjutan
prinsip tersebut, akan bermuara pada 5 Sumber : World Tourism Organization, 2004
(lima) sasaran sebagai berikut (Fennel,
1999): 3. CARA PENELITIAN
a. Terbangunnya pemahaman dan 3.1 Penentuan Sampel
kesadaran yang semakin tinggi bahwa Cara penentuan sampel nonramdom
pariwisata dapat berkontribusi secara sampling purpovise sample, yaitu
signifikan bagi pelestarian lingkungan penentuan sampel tanpa diacak, dengan
dan pembangunan ekonomi cara langsung mengarah pada sampel kunci,
b. Meningkatnya keseimbangan dalam yaitu pemerintah daerah (dinas pariwisata
pembangunan Sleman), tour operator dan pengelola desa
c. Meningkatnya kualitas hidup bagi wisata Srowolan. Karena mereka berperan
masyarakat setempat langsung dalam pengembangan desa
d. Meningkatnya kualitas pengalaman bagi wisata/ wisata pedesaan. (Got, 2010)
pengunjung dan wisatawan
e. Meningkatnya dan menjaga kelestarian 3.2Pengumpulan Data
dan kualitas lingkungan bagi generasi Cara pengumpulan data adalah:
yang akan datang a. Observasi, yaitu peneliti melakukan
Pembangunan pariwisata yang pengamatan secara langsung di kawasan
berkelanjutan dapat dikenali melalui desa wisata Srowolan, Sleman dengan
Prinsip – prinsip sebagai berikut : meneliti secara langsung daya tarik
a. Kualitas Pengalaman Berwisata budaya yang mendukung keberadaan
(Quality of Experience), melingkupi potensinya sebagai desa wisata berbasis
rasa keingintahuan, keunikan dan budaya.
imajinasi wisatawan (konsumen). b. Interview, yaitu peneliti melakukan
b. Kualitas Sumber Daya (Quality of wawancara terhadap pemerintah daerah
Resources), melingkupi keutuhan alam dalam hal ini adalah dinas pariwisata
Sleman, tour operator dan pengelola 4. PEMBAHASAN
desa wisata. 4.1 Wisata Pedesaan sebagai Salah Satu
c. Studi Kepustakaan, yaitu membaca Bentuk Kegiatan Wisata Alternatif
buku-buku yang berhubungan dengan Bentuk-bentuk kegiatan wisata
pengembangan wisata pedesaan alternatif perlu menjadi perhatian penting
berbasis budaya yang berkelanjutan. dalam pengembangan daya tarik wisata di
Sekaligus mencari data sekunder di Indonesia, khususnya terkait dengan
internet mengenai pengembangan keragaman budaya dan keunikan alam.
wisata pedesaan berbasis budaya yang Sejalan dengan pemikiran tersebut, maka
berkelanjutan (Got, 2010). pengembangan wisata pedesaan (village
tourism) atau desa wisata (tourism village)
3.3 Analisis Data sebagai aset pariwisata menjadi alternatif
Analisis data dalam penelitian ini yang dipandang sangat strategis untuk
mengunakan data primer dan sekunder. menjawab sejumlah agenda dalam
Data primer diperoleh dari survei lapangan, pembangunan kepariwisataan.
sedangkan data sekunder diperoleh melalui Melalui pengembangan wisata pedesaan
internet. atau desa wisata, maka suatu destinasi
Metode analisis data yang akan pariwisata akan memiliki keragaman atau
digunakan adalah metode deskriptif diversifikasi produk yang akan membuka
kualitatif. Metode ini mengambil data peluang kunjungan ulang bagi wisatawan
penelitian dari hasil survei dan wawancara yang pernah berkunjung ke daerah atau
langsung pada pemangku kepentingan di destinasi tersebut. Pengembangan wisata
desa wisata Srowolan. pedesaan atau desa wisata juga dianggap
Penelitian deskriptif bermaksud mampu meminimalkan potensi urbanisasi
memberikan gambaran suatu gejala sosial masyarakat dari pedesaan ke perkotaan
tertentu, sudah ada informasi mengenai dikarenakan mampu menciptakan aktifitas
gejala sosial seperti yang dimaksudkan ekonomi di wilayah pedesaan yang berbasis
dalam suatu permasalahan penelitian namun pada kegiatan pariwisata (ekonomi
belum memadai. Penelitian deskriptif pariwisata). Daya produktif potensi lokal
menjawab pertanyaan apa dengan termasuk didalamnya adalah potensi-
penjelasan yang lebih terperinci mengenai potensi wilayah pedesaan akan dapat
gejala sosial seperti yang dimaksudkan didorong untuk tumbuh dan berkembang
dalam suatu permasalahan penelitian yang dengan memanfaatkan sumber daya yang
bersangkutan (Malo dan Trisnoningtias, dimiliki oleh desa, sehingga akan dapat
1986). menjadi instrumen yang efektif dalam
Melalui penelitian kualitatif peneliti mendorong pengembangan bidang sosial
dapat mengenali subjek dan merasakan apa budaya dan ekonomi masyarakat pedesaan.
yang dialami dalam kehidupan sehari-hari Lebih lanjut, akan dapat didorong berbagai
dalam pengembangan wisata pedesaan upaya untuk melestarikan dan
berbasis budaya yang berkelanjutan di desa memberdayakan potensi keunikan berupa
wisata Srowolan, yang implikasinya adalah budaya lokal dan nilai-nilai kearifan lokal
peningkatan kesejahteraan masyarakat (local wisdom) yang ada di masyarakat
lokalnya. Penelitian kualitatif akan yang cenderung mengalami ancaman
menghasilkan data deskriptif sehingga kepunahan akibat arus globalisasi yang
merupakan rinci dari suatu fenomena sangat gencar dan telah memasuki wilayah
pengembangan kepariwisataan yang diteliti. pedesaan.
Sejalan dengan mengemukanya agenda
pembangunan pariwisata berkelanjutan
(sustainable tourism development) sebagai
respon atas kepedulian yang semakin tinggi
akan lingkungan, serta nilai manfaat
pariwisata bagi masyarakat, maka dalam Kunjungan Wisatawan 2005-2013 di DIY
konteks pengembangan kepariwisataan
muncul konsep wisata alternatif (alternative
tourism) sebagai bentuk penyeimbang atas
dominannya perkembangan wisata massal
(mass tourism) dalam ranah pengembangan
produk kepariwisataan.
Salah satu bentuk wisata alternatif yang
menyentuh langsung kepada masyarakat
dan secara signifikan dapat mengurangi
kecenderungan fenomena urbanisasi Sumber : BPS DIY, 2014
masyarakat dari desa ke kota adalah
pengembangan wisata pedesaan (village Hal ini ditanggapi positif oleh desa-desa
tourism) yangberbasis pada pemanfaatan di Sleman yang mulai mengembangkan
potensi desa dengan segala entitas desa mereka sebagai desa wisata. Menurut
masyarakat, alam, dan budaya yang ada di Pemda Sleman, sejauh ini perkembangan
dalamnya sebagai kekuatan daya tarik perkembangan desa wisata di Sleman cukup
wisata. baik. Total terdapat 38 desa wisata yang
Lebih dari satu dekade terakhir, tersebar di wilayah Kabupaten Sleman.
pengembangan wisata pedesaan dan desa Desa wisata tersebut dibagi dalam tiga
wisata berjalan begitu pesat dan menyebar kategori, yakni tumbuh 16 desa wisata,
di hampir seluruh wilayah provinsi di berkembang 12 desa wisata, dan mandiri 10
Indonesia, terlebih dengan adanya dorongan desa wisata (tribunnews.com)
program PNPM Mandiri Pariwisata, banyak
desa wisata baru bermunculan dipelbagai
daerah yang mencoba untuk menangkap
peluang perkembangan kepariwisataan serta
minat pasar untuk mencari destinasi wisata
alternatif diluar destinasi-destinasi populer
yang sudah banyak dikenal dalam konteks
wisata massal (mass tourism) dan wisata
konvensional.

4.2 Perkembangan Wisata Pedesaan di Peta Sebaran Desa Wisata di Sleman


Sleman Sumber : Dinas Pariwisata Daerah Istimewa
Perkembangan kepariwisataan di Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta akhir-akhir ini
menunjukkan grafik yang meningkat. Hal 4.3 Desa Wisata Budaya Srowolan
ini ditunjukkan dengan angka kunjungan
wisatawan domestik dan asing di DIY
seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Desa wisata Srowolan merupakan salah


satu desa wisata yang terdapat di Kabupaten
Sleman yang mempunyai potensi budaya
dan sejarah, baik berupa kesenian, kuliner khas, yaitu Opor Bebek, Sayur
arsitektur dan aktifitas masyarakatnya. Lompong dan Salak Pondoh.
Desa wisata Srowolan merupakan Selain itu terdapat juga upacara
gabungan dari padukuhan Srowolan, adat/keagamaan yang masih ada yaitu
Karanggeneng dan Kadilobo, Desa ruwatan atau membuang sukerto,
Purwobinangun Kecamatan nyadran/ngirim leluhur, bersih
Pakem,Kabupaten Sleman dengan luas desa/wujud syukur kepada Tuhan atas
sekitar 30 ha. panen yang melimpah serta midang atau
Selain memiliki daya tarik wisata melaksanakan nadar atas cita-citanya
budaya, desa wisata Srowolan juga yang berhasil.
mempunyai potensi daya tarik alam. Kerajinan yang ditonjolkan dari
a. Daya Tarik Wisata Budaya desa wisata ini antara lain tunggak
Masyarakat ingin mengenalkan bambu berupa kentongan dan bebek-
wisata dengan nilai sejarah yaitu pasar bebekan sedang industri kecil berupa
Srowolan sebagai icon kepariwisataan pembuatan tempe dan slondok.
karena pasar ini selain merupakan pasar
kuno juga jadi saksi bisu perjuangan
masyarakat melawan tentara Belanda
pada tahun 1948.
Selain dari Pasar dan Gudang
Garam terdapat juga rumah kuno b. Daya Tarik Wisata Alam
berukuran 10 x 12 m berbentuk Sinom Di desa wisata Srowolan, terdapat
yang merupakan bekas kecamatan kolam pemancingan seluas 2 hektar
Pakem Lama yang berada di sebelah yang keberadaannya menyebar di
timur pasar. Rumah kuno ini dahulu Dusun Srowolan Karanggeneng dan
merupakan pusat Kecamatan. Kadilobo dengan fasilitas warung
makan spesial air tawar. Terdapat juga
embung yang dapat dimanfaatkan
sebagai wisata tirta.
Srowolan juga mempunyai
Selain Bangunan bersejarah, di hamparan sawah dan kebun salak yang
lokasi ini juga terdapat rumah yang dapat menjadi daya tarik tersendiri,
dahulu ditinggali oleh Sayuti Melik, selain dapat melakukan kegiatan
penulis naskah Proklamasi persawahan juga dapat melakukan
Kemerdekaan yang berada di dusun wisata petik salak.
Kadisobo untuk mengenang kembali
sejarah perjuangan bangsa pada waktu
itu untuk memperoleh kemerdekaan.
Kesenian yang ada di Desa wisata
Perjuangan Pasar Srowolan antara lain
seni tari, seni suara dan seni. Kesenian
tersebut dapat menjadi alternatif bagi
pengunjung apabila ingin menikmati
kesenian yang terdapat di Desa Wisat
srowolan. Tradisi Pertanian juga masih
dilakukan di Desa wisata ini. Beberapa
kegiatan tradisi pertanian yang masih
dilaksanakan diantaranya angler, tedun
dan wiwit. Pada hari-hari tertentu di
kawasan pasar Srowolan juga menjual
c. Daya Tarik Wisata Buatan e. Sekolah Kasultanan
Terdapat beberapa wisata buatan
yang disediakan oleh desa wisata b. Daya Tarik Wisata Intangible
Srowolan, antara lain: Daya tarik wisata desa wisata
a. Area outbound Srowolan yang termasuk dalam daya
b. Kolam pemancingan tarik wisata budaya yang tidak
c. Embung (wisata air) berwujud, yang berupa ada istiadat dan
kesenian, antara lain:
a. Aktifitas bercocok tanam (pertanian
dan perkebunan)
b. Seni tari dan karawitan
c. Tradisi pertanian, seperti angler,
tedun dan wiwit
4.4 Pengembangan Desa Wisata d. Upacara adat, seperti sukerto,
Srowolan Berbasis Budaya yang nyadran, bersih desa
Berkelanjutan e. Even tahunan, seperti kirab merti
Pengembangan suatu kawasan wisata f. Makanan khas, opor bebek, sayur
tidaklah lepas dari komponen pembentuk lompong dan salak pondoh
atau aspek-aspek pembangunan
kepariwisataan. Dalam hal ini beberapa B. Aksesibilitas
aspek dalam pembangunan kepariwisataan Jarak tempuh dari pusat Pemerintahan
dapat digunakan dalam mengidentifikasi Kecamatan Pakem sepanjang 4 Km
perencanaan pengembangan wisata ditempuh selama 10 menit.8 km menuju
pedesaan berbasis budaya yang kota Kabupaten Sleman dengan jarak
berkelanjutan di desa wisata Srowolan. tempuh 15 menit. 20 km menuju kota
Beberapa aspek yang dapat dipergunakan propinsi dengan jarak tempuh kurang lebih
antara lain: 30 menit dengan kendaraan bermotor. Hal
a. Daya Tarik Wisata lain yang dapat diidentifikasi adalah
b. Aksesibilitas sebagai berikut:
c. Fasilitas a. Akses jalan, diantaranya: jalan tanah
d. Pemberdayaan Masyarakat sepanjang 1100 m, jalan conblock
e. Pemasaran sepanjang 600 m, jalan aspal sepanjang
f. Kelembagaan 3550 m, namun belum di lalui oleh
Sehingga identifikasi perencanaan angkutan umum.
pengembangan desa wisata Srowolan b. Srowolan belum terjangkau layanan
sebagai wisata pedesaan yang berbasis mobil angkutan umum.
budaya yang berkelanjutan adalah sebagai c. aksesibilitas masih terbatas dalam
berikut: pengelolaan infrastruktur, seperti:
kondisi jalan dan rambu-rambu
A. Daya Tarik Wisata penanda.
a. Daya Tarik Wisata Tangible d. Sebagian besar jalan sudah beraspal,
Daya tarik wisata desa wisata hanya sebagian kecil jalan setapak yang
Srowolan yang termasuk dalam daya masih tanah. Kondisi jalan cukup baik
tarik wisata budaya yang berwujud, untuk dilalui oleh kendaraan roda
banyak didominasi oleh bangunan cagar empat, dengan kondisi aspal yang halus,
budaya, antara lain: namun di beberapa titik terdapat lubang
a. Pasar Perjuangan Srowolan pada aspal. Lebar jalan dapat dilalui
b. Gudang Garam oleh dua kendaraan roda empat, namun
c. Rumah Kuno untuk bus ukuran besar masih kesulitan
d. Rumah Tinggal Sayuti Melik
untuk mengakses jalan di desa wisata melimpah hal ini disebabkan oleh
Srowolan. adanya sumur yang dapat menyediakan
e. Ada beberapa jalan masuk untuk air bersih untuk satu RT, air dari sumur
menuju desa wisata Srowolan, antara ini disalurkan dengan adanya pompa
lain: jalan Palagan Tentara Pelajar Utara air. Pompa air tersebut diperoleh dari
dan Selatan, jalan Turi – Pakem dan dana yang dikumpulkan secara swadaya
jalan Magelang. Diantara beberapa jalan oleh penduduk setempat.
masuk tersebut, kondisi jalan Palagan
Tentara Pelajar Selatan merupakan jalan D. Pemberdayaan Masyarakat
yang paling sering dilewati oleh Identifikasi pemberdayaan masyarakat
wisatawan, selain kondisi jalannya yang yang telah dilakukan di desa wisata
cukup baik, namun juga mempunyai Srowolan, adalah sebagai berikut:
jarak yang cukup dekat dari jalan utama a. Pemberdayaan masyarakat di Desa
(Jalan Palagan Tentara Pelajar) menuju Wisata Srowolan cukup mendapat
desa wisata Srowolan. apresiasi yang baik dari masyarakat
f. Mempunyai potensi moda transportasi lokal, hal ini terbukti dengan adanya
lokal, yaitu sepeda dan gerobak sapi organisasi pengurus desa wisata
sebagai moda sekaligus daya tarik Srowolan
b. Pengelolaan desa wisata juga sebagian
C. Fasilitas besar dilakukan oleh masyarakat lokal
Beberapa hal yang dapat diidentifikasi itu sendiri, dengan beberapa bantuan
dari fasilitas pariwisata yang ada di desa dari tenaga profesional, misalnya dalam
wisata Srowolan, antara lain: kegiatan outbound sebagai instruktur
a. Sarana akomodasi berupa penginapan atau pemandu wisata
atau home stay siap huni sejumlah 159 c. Rumah-rumah penduduk juga banyak
kamar dan dapat menampung 318 yang difungsikan menjadi homestay,
wisatawan, yang tersebar di Dusun sehingga masyarakat dapat merasakan
Srowolan, Kadilobo dan Karanggeneng langsung manfaat dari pariwisata
b. Belum ada pusat cinderamata, pusat d. Hal ini masih perlu ditingkatkan
oleh-oleh yang ada di kawasan Desa terutama kualitas homestay dan kualitas
Wisata Srowolan. masyarakat sebagai tuan rumah
c. Lingkungan desa wisata Srowolan
masih sangat alami dengan atmosfer E. Pemasaran
pedesaan yang sangat kental, sehingga Kegiatan penyebarluasan informasi
pada waktu malam hari kondisi serta pemasaran dan promosi kepada calon
lingkungan desa masih minim wisatawan sudah dilakukan oleh desa
penerangan, seperti lampu jalan ataupun wisata Srowolan, beberapa hal yang telah
lampu di pemukiman. dilakukan adalah:
d. Desa wisata Srowolan mempunyai a. Sudah terdapat biro perjalanan yang
beberapa rumah makan yang layak secara khusus menawarkan desa wisata
untuk menampung wisatawan, antara sebagai suatu paket wisata, seperti
lain: Rumah makan dan Tourista Tour yang menawarkan desa-
pemancingan“Mina Raharja”; Rumah desa wisata di DIY termasuk desa
makan, pemancingan dan outbound wisata Srowolan, seperti yang dapat
“Banyu Sumilir”; Rumah makan dilihat dari situs interne
“Shaba” http://www.bhutours.com/desawisata
e. Sarana utilitas di desa wisata Srowolan, b. informasi tentang desa wisata Srowolan
yaitu meliputi: air bersih serta jaringan belum dapat menjangkau daerah yang
sanitasi dan drainase. Di desa wisata luas, hal ini kemungkinan disebabkan
Srowolan, persediaan air bersih cukup adanya media promosi yang kurang.
c. Brosur wisata merupakan sumber belum dapat memberi manfaat secara
informasi yang paling banyak diakses langsung kepada masyarakat karena
wisatawan sebagai salah satu media belum adanya ketertarikan dan
promosi, sedangkan brosur wisata tidak keseriusan untuk mengikuti pelatihan
bisa diperoleh setiap saat karena hanya tersebut.
bisa diperoleh wisatawan saat
berkunjung ke suatu destinasi wisata 4.5 Penerapan Pariwisata Berkelanjutan
dimana akses dan jumlahnya terbatas. di Srowolan
Penerapan sustainable tourism
F. Kelembagaan development salah satunya adalah dengan
Dalam aspek kelembagaan, Srowolan mengoptimalkan potensi keragaman budaya
telah mempunyai organisasi yang secara dan keindahan alam yang dimiliki
khusus sebagai pengelola desa wisata masyarakat setempat melalui kegiatan
Srowolan, hal lain yang dapat dijabarkan, pariwisata dan ekonomi kreatif dalam
adalah sebagai berikut: rangka melestarikan kekayaan alam dan
a. Organisasi pengelola ini terdiri dari budaya serta memberikan kesejahteraan
tokoh-tokoh masyarakat, ibu-ibu PKK masyarakat.
dan Karang Taruna dari dusun Dalam Forum Komunikasi
Srowolan, dusun Kadilobo dan dusun Pembangunan Berkelanjutan di Bidang
Karanggeneng. Organisasi tersebut Kepariwisataan, Kementerian Lingkungan
belum secara khusus mengadakan Hidup menyampaikan bahwa kegiatan
pertemuan, pertemuan diadakan saat pariwisata dapat dikelola melalui
akan mengadakan kegiatan atau pengarusutamaan pembangunan
komunikasi untuk membicarakan berkelanjutan dalam bidang pariwisata yang
masalah dalam lingkup desa wisata secara spesifik mencakup:
Srowolan. a. Mengembangkan kesadaran dan
b. Dalam pengembangannya sebagai desa menguatkan jejaring para pihak dalam
wisata, Srowolan telah bekerjasama pencapaian pembangunan berkelanjutan
dengan berbagai pihak dalam hal melalui pembangunan sosial ekonomi
peningkatan kualitas sumber daya dan pengurangan kemiskinan dengan
masyarakat dan pemasaran desa wisata memfasilitasi kesempatan berusaha bagi
Srowolan. Kerjasama yang pernah masyarakat melalui kegiatan pariwisata;
dilakukan misalnya dengan Dinas b. Meminimalkan dampak negatif sosial
Pariwisata Kabupaten Sleman, budaya dan lingkungan dari
universitas-universitas dan pecinta alam pengembangan pariwisata sekaligus
untuk mengadakan pelatihan dan Kuliah meningkatkan peran pariwisata dalam
Kerja Nyata. Kerjasama dengan biro konservasi alam dan pelestarian warisan
perjalanan wisata dan instansi-instansi budaya.
dalam memasarkan desa wisata Hal inilah yang coba diterapkan dalam
Srowolan. kegiatan pariwisata di desa wisata
c. Pengelola desa wisata Srowolan telah Srowolan. Baik dari aspek daya tarik
bekerjasama dengan pihak lain, wisata, aksesibilitas, fasilitas, kelembagaan
misalnya Disparda Sleman, universitas- masyarakat, pemasaran dan
universitas, tour operator, pecinta alam kelembagaannya. Dari hal ini maka
dan instansi-instansi dalam diidentifikasi beberapa hal penerapan
pengembangan SDM dan usaha untuk prinsip keberlanjutan di desa wisata
menarik serta mempromosikan desa Srowolan.
wisata Srowolan. a. Prinsip environmentally sustainable,
d. Pelatihan dan peningkatan SDM desa wisata Srowolan menampilkan
masyarakat desa wisata Srowolan daya tarik wisata alam sebagai salah
satu keunggulannya. Hamparan sawah, 3) Homestay memanfaatkan rumah
kebun salak dan lansekap desa warga sekaligus melibatkan warga
dikembangkan menjadi daya tarik dalam konsumsi wisatawan
wisata yang mampu menarik d. Prinsip technologically appropriate,
wisatawan. Sawah dimanfaatkan dalam pengembangannya sebagai
sebagai ajang pendidikan dan aktifitas sebuah desa wisata budaya, desa wisata
budaya bercocok tanam bagi wisatawan. Srowolan mengalami beberapa
Kebun salak dimanfaatkan sebagai area pembangunan fasilitas. Beberapa
petik dan budidaya salak serta lansekap diantaranya adalah:
desa yang menjadi area trekking dan 1) Area outbound
bersepeda bagi wisatawan. 2) Area pemancingan
Pengembangan daya tarik ini bersifat 3) Rumah makan
small scale dengan pengembangan yang 4) Panggung kesenian
kecil dan tidak bersifat merusak atau Fasilitas tersebut dibangun dengan
merubah secara besar-besaran kondisi material alam yang ada di desa tersebut,
lingkungan yang masih sangat alami. misalnya bambu dan rumbiya serta
pembangunan bersifat soft dan small
scale.
Selain sebagai fasilitas pendukung
kepariwisataan, pembangunan juga
dilakukan untuk mendukung
pengembangan wisata budaya. Yaitu
b. Prinsip socially and culturally dengan mewadahi kesenian asli dari
acceptable, pengembangan Srowolan (Jathilan, Karawitan dll)
kepariwisataan di desa wisata Srowolan
berangkat dari keinginan langsung 5. KESIMPULAN
warga masyarakat 3 dusun (Srowolan, Pengembangan desa wisata srowolan
Kadilobo dan Karanggeneng) yang sebagai wisata pedesaan berbasis budaya
secara langsung mempelopori, yang berkelanjutan, diharapkan menjadi
mengelola dan melaksanakan kegiatan salah satu konsep pengembangan yang
pariwisata yang ada di kawasan tidak hanya dapat menjadi generator
tersebut. Sekaligus mengangkat potensi peningkatan ekonomi masyarakat lokal
alam dan budaya asli yang berkembang dengan kegiatan kepariwisataannya tetapi
di desa wisata Srowolan itu sendiri. juga dapat menjadi alat untuk tetap menjaga
c. Prinsip economically viable, dengan kelestarian alam dan budaya di desa wisata
konsep dari, oleh dan untuk masyarakat Srowolan.
desa wisata Srowolan, pengembangan Beberapa aspek yang mendukung
desa wisata Srowolan menitik beratkan pengembangannya, antara lain: Daya Tarik
pada kesejahteraan dan manfaat Wisata, Aksesibilitas, Fasilitas,
ekonomi langsung untuk warga lokal. Pemberdayaan Masyarakat, Pemasaran dan
Hal ini dibuktikan oleh beberapa alasan, Kelembagaan harus lebih ditingkatkan
antara lain: kembali dengan strategi dan program yang
1) Pengelola desa wisata terdiri dari tentunya dapat memberikan hasil yang
tokoh-tokoh masyarakat, ibu-ibu optimal dalam pengembangan wisata
PKK dan Karang Taruna dari dusun pedesaan berbasis budaya yang
Srowolan, dusun Kadilobo dan berkelanjutan di desa wisata Srowolan.
dusun Karanggeneng Terutama hal yang menekankan
2) Pemandu wisata dan instruktur pembangunan kepariwisataan berkelanjutan
outbound langsung dari warga desa yang berciri:
wisata Srowolan
a. Terdapat Kualitas Pengalaman berprinsip pada konsep
Berwisata (Quality of Experience), keberlanjutan
b. Terdapat Kualitas Sumber Daya 2) Mengembangkan fasilitas dan
(Quality of Resources), dan sarana prasarana pendukung wisata
c. Terdapat Kualitas Masyarakat Lokal (shelter, gazebo, transit area)
(Quality of Local People). 3) Meningkatkan fasilitas dan
Oleh sebab itu beberapa rekomendasi kebersihan rumah yang difungsikan
strategi pengembangan yang dapat sebagai homestay
diterapkan di desa wisata Srowolan untuk 4) Mengembangkan fasilitas kios
lebih meningkatkan kegiatan souvenir asli karya masyarakat lokal
kepariwisataan budaya yang berkelanjutan Srowolan.
adalah:
5.4 Pemberdayaan Masyarakat
5.1 Daya Tarik Wisata Strategi yang dapat diterapkan, antara
Strategi yang dapat diterapkan, antara lain:
lain: 1) Memberikan pelatihan kepada
1) Mengembangkan paket wisata kelompok masyarakat dengan
berdasarkan potensi dan karakter berbagai macam keterampilan
2) Meningkatkan inovasi terhadap sesuai dengan karakter dan potensi
daya tarik yang ada produk yang dimiliki desa
3) Beautification daya Tarik wisata di 2) Melibatkan masyarakat lokal
desa wisata Srowolan (penanaman Srowolan yang telah terlatih dalan
vegetasi, jalur pedestrian dll) segala kegiatan kepariwisataan di
dengan material alami (bambu, Srowolan
kayu, rumbiya dll) 3) Mengadakan workshop jaringan
4) Mengembangkan kerjasama dengan komunikasi dan kerjasama antar
desa wisata lain dalam bentuk paket pengelola desa wisata tingkat
wisata. Kabupaten

5.2 Aksesibilitas 5.5 Pemasaran


Strategi yang dapat diterapkan, antara Strategi yang dapat diterapkan, antara
lain: lain:
1) Mengembangkan aksesibilitas 1) Menyusun paket wisata dan
menuju dan di dalam kawasan desa melakukan promosi dan pemasaran
wisata (kualitas dan kuantitas jalan (fam trip, roadshow, penyebaran
dan signage) bahan promosi)
2) Mengoptimalkan alat transportasi 2) Membangun sistem promosi dan
lokal pada seluruh kegiatan pemasaran melalui (brosur, leaflet,
kepariwisataan proposal, website statis, papan/ peta
3) Mengembangkan daya tarik berbasis petunjuk dan informasi di tempat
aksesibilitas/ transportasi lokal yang strategis)
(sepeda, gerobak sapi) 3) Membangun kerjasama dan jaringan
dengan berbagai pihak (ASITA,
5.3 Fasilitas PHRI, BPW, dll)
Strategi yang dapat diterapkan, antara 4) Membuka peluang investasi baik di
lain: lingkup internal maupun eksternal
1) Memanfaatkan komoditi lokal desa dengan prinsip saling
dalam pembangunan fasilitas menguntungkan.
kepariwisataan dengan tetap
5.6 Kelembagaan Malo, Manasse dan Trisnoningtias, Sri.
Strategi yang dapat diterapkan, antara 1986. Metode Penelitian Masyarakat.
lain: Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu
1) Memperkuat kelembagaan dan Ilmu Sosial Universitas Indonesia.
manajemen dengan kelengkapan PP Nomor 50 tahun 2011 Tentang Rencana
lainnya yang diperlukan untuk Induk Pembangunan Kepariwisataan
pelayanan Nasional
2) Mengembangkan Jaringan
kerjasama Desa Wisata di tingkat UU Nomor 10 tahun 2009 Tentang
regional/ nasional Kepariwisataan
3) Meningkatkan kompetensi dengan
melakukan pelatihan secara rutin
dengan yang materi yang lebih
tinggi
4) Melakukan program magang bagi
pengelola desa wisata di daya tarik
wisata yang lebih maju.

DAFTAR PUSTAKA
Bater, J. et al. (2001). Planning for Local
Level: Sustainable Tourism
Development, Canadian Universities
Consortium: Urban Environmental
Management Project Training &
Technology Transfer Program,
Canadian International Development
Agency (CIDA).
Daldjoeni, N. (1998). Geografi Kota dan
Desa. Bandung : Penerbit Alumni
ITB.
Fennel, David A. (1999). Ecotourism: an
introduction. Routledge.
Got, Nicolaus. (2010). Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Kepel Press.
Gunn, Clare A. (1994). Tourism Planning:
Basics, Concepts, Cases. Washington
DC.
Inskeep, Edward. (1991). Tourism
Planning: An Integrated and
Sustainable Development Approach.
New York: Van Nostrand Reinhold
International Council on Monuments and
Sites. (1976). The ICOMOS
International Cultural Tourism
Charter. ICOMOS International
Cultural Tourism Committee

Anda mungkin juga menyukai