Anda di halaman 1dari 59

PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT

SEBAGAI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN


COMMUNITY-BASED TOURISM AS SUSTAINABLE DEVELOPMENT

“Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Bisnis Pariwisata Alternatif”

Dosen Pengampu
Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE, MP

Penulis
(17) I Made Gilang Mahendra (2280611045)
(18) I Nyoman Arta Yasa (2280611046)
(19) Siwi Manganti (2280611047)
(21) Karvina Widyo Palupi (2280611049)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNUD
2022
Pembahasaan :
1. Konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat (PBM)
2. PBM dalam Pembangunan Berkelanjutan
3. Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat
4. PBM Sebagai Wisata Alternatif
5. Dampak Pariwisata Berbasis Masyarakat
6. Kesimpulan
COMMUNITY-BASED TOURISM

I Nyoman Arta Yasa


Konflik - Latar Masalah

Ada Solusi?
KONSEP PARIWISATA

UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

“Destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang
di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat
yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan”

● Dengan demikian masyarakat merupakan bagian tidak terpisahkan dari suatu destinasi pariwisata.
Masyarakat lokal mempunyai potensi berupa beragam aktivitas yang dapat dikreasikan menjadi
produk pariwisata. Gupta (2012)

Masyarakat lokal adalah kunci


Apa Alternatifnya?

Dampak sosial
Dampak ekonomi
Dampak lingkungan

Berbasis Masyarakat Lokal

COMMUNITY-BASED TOURISM - (CBT)


PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT - (PBM)
KONSEP PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT

Pariwisata berbasis masyarakat merupakan salah satu jenis


pariwisata yang memasukkan partisipasi masyarakat sebagai
Definisi

unsur utama dalam pariwisata guna mencapai tujuan


pembangunan pariwisata berkelanjutan.

Partisipasi masyarakat dalam proses


pariwisata:
Tosun (1999)

Spontaneous community 3
participation.

Passive community 2
participation

Pseudo community 1
participation.
KARAKTERISTIK PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT

Pariwisata Masal VS Pariwisata Berbasis Masyarakat


Karakteristik

Secara fisik terpisah dari komunitas lokal, memiliki Secara fisik menyatu dengan struktur ruang/
citra kuat dalam rangka promosi. kehidupan masyarakat lokal.

Pengembangan melalui perencanaan profesional. Perkembangan wisata bersifat spontan/ tumbuh atas
inisiatif masyarakat lokal.

Pelaku utama adalah investor dan jaringan Partisipasi aktif masyarakat lokal dalam
internasional. pembangunan pariwisata.

Interaksi terbatas antara masyarakat lokal dan Interaksi terbuka dan intensif antara wisatawan dan
wisatawan. masyarakat lokal.
COMMUNITY-BASED TOURISM
AS SUISTAINABLE
DEVELOPMENT

Pariwisata
berbasis
masyarakat

Mass Tourism Masalah I Nyoman Arta Yasa


keberlanjutan
PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT

kesempatan untuk memperoleh


Pengambilan keuntungan finansial dari
Keputusan pariwisata dan keterkaitan

partisipasi
hasil
Partisipasi dengan dua Kegiatan Pembagian Manfaat
Masyarakat cara Pariwisatan (Pembangunan Keberlanjutan)

partisipasi menciptakan peluang


pekerjaan, kesempatan berusaha
dan mendapatkan pelatihan serta
Pengambilan pendidikan
Peran
COMMUNITY-BASED TOURISM
DEVELOPMENT

I Made Gilang Mahendra


Community-based tourism development

Development bisa diartikan sebagai suatu proses perubahan mendasar dalam masyarakat dari suatu
keadaan tertentu menjadi keadaan yang lebih baik.

CBT Development adalah proses perubahan yang akan dilakukan secara terencana terhadap kondisi
pariwisata yang dilakukan oleh suatu komunitas, dengan arah yang jelas dengan harapan menjadikan
pariwisata tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Dalam mengembangkan Community based tourim ada empat aturan yang selalu menjadi model dan
strategi yang mendasari rencana pengembangan pariwisata yaitu:
Fase pengembangan CBT

Ada enam fase pengembangan pariwisata secara teoritis yang memberikan impliasi dan dampak yang
berbeda, adapun ke enam fase tersebut adalah sebagai berikut
CBT DEVELOPMENT IN GOREME
Komunitas pariwisata di goreme sangat berbeda dengan
pariwata konvensional, yang dimana partisipasi lokal sangat
terbatas dan hanya menempati pekerjaan tidak terampil
bergaji rendah, sementara manajemen dan pekerjaan yang
memiliki gaji lebih tinggi dipegang oleh orang dari luar
daerah. Partisipasi pariwisata di goreme juga berbeda
dengan pola pengembangan pariwisata di kota cappadocia
terdekat lainnya seperti, di kota lain sekitar goreme jaringan
hotel nasional dan internasional mengembangkan fasilitas
berskala besar, perkembangan ini merupakan pertumbuhan
pesat pariwisata konevensional di wilayah tersebut.
di kota gerome penduduk mengembangkan akomodasi kecil dan bisnis terkait
pariwisata lainnya yang sebagain besar melayani pasar wisatawan independen.
Pada saat awal pengembangan pariwisata, penduduk setempat menawarkan
akomodasi di beberapa kamar rumah gua mereka, dan seacara bertahap
berubah menjadi ‘pansiyon’. Pada tahun 1984 ada tiga pansiyon rumah goa
milik masyarakat lokal di gerome, kemudian sepanjang tahun 1990-an semakin
banyak orang di gerome yang menyadari nilai estetika dan nilai ekonomi dari
rumah gua mereka dan memutuskan untuk mengubah rumah mereka menjadi
akomodasi wisata. Selain itu, banyak rumah gua yang lebih tua dan sudah
runtuh yang sebelumnya sudah ditinggalkan direnovasi oleh masyawarakat
disana. Pada pertengahan 1990-an sudah terdapat 50 pansiyon di goreme dan
jumlah ini terus meningkat hingga sekarang. Hampir semua pansiyon ini
dikembangkan dan dimiliki oleh oreang-orang di goreme
Selain akomodasi pansiyon, masyarakat gerome juga membuka usaha pariwisata kecil lainnya, termasuk
restoran, agen tur, toko karpet, toko souvenir, dan beberapa aktivitas penunjang pariwisata lainnya. Organisasi
masyarakat utama goreme yang terlibat dalam pengembangan pariwisata dan dalam mempromosikan goreme
sebagai tujuan wisata adalah ‘Goreme tourism development Co-Operative’. Organisasi ini didirikan pada
pertengahan 1980-an dimana mayoritas masyarakat Goreme menjadi anggotanya, organisasi ini
memungkinkan mereka yang belum menjadi pengusaha untuk terlibat dan mendapatkan manfaat dari
pengembangan pariwisata di Goreme. Dengan pengambilan keputusan pariwisata yang sebagian besar berada
di tangan dewan yang dipilih secara lokal, dan kepemilikan bisnis pariwisata dan pekerjaan sebagian besar
merupakan masyarakat Goreme, pariwisata alternatif ini berjalan semakin baik dan seiring dengan masyarakat
lokal. Secara bertahap selama 30 tahun terakhir pasar wisata yang ada di goreme telah berkembang semakin
matang dan semakin baik yang sudah memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat setempat.
Goreme

VS

Kota lain di
cappadocia
(Nevyehir)
COMMUNITY-BASED TOURISM
AS ALTERNATIVE TOURISM

Siwi Manganti
Wisata Berbasis Masyarakat sebagai Wisata Alternatif

Wisata alternatif dapat mencakup berbagai bentuk, dari


ekowisata hingga wisata religi. Banyak dari ini
memanfaatkan sumber daya khusus, dalam skala yang
relatif kecil, dan mendorong interaksi dengan masyarakat
lokal. Bentuk-bentuk pariwisata ini dianggap lebih etis
dalam hubungannya dengan masyarakat lokal, karena
mempromosikan rasa hormat terhadap budaya, mata
pencaharian, dan adat istiadat setempat; melibatkan
masyarakat lokal dalam proses pembangunan; dan
menyiratkan distribusi biaya dan manfaat ekonomi yang
lebih adil antara pengembang pariwisata dan masyarakat
tuan rumah (Williams 2009; Hall dan Lew 1998;
Mowforth dan Munt 2009).
Wisata Berbasis Masyarakat sebagai Wisata Alternatif

Untuk mendukung pengembangan komunitas berbasis wisata yang sukses


sebagai wisata alternatif apabila didukung kebijakan, program, dan strategi
pemerintahan di dunia usaha pariwisata.

Sehingga, fungsi pemerintah dan swasta kedepannya lebih diposisikan


sebagai pendukung dari keberadaan industri pariwisata komunitas. Dimana,
peranan utama akan lebih ditekankan kepada komunitas lokal, agar
komunitas tersebut mendapat manfaat langsung dari aktivitas pariwisata
yang terjadi antara wisatawan (guest) dengan komunitas lokal (host).
Desa Wisata sebagai Wisata Berbasis Masyarakat

Sebuah desa wisata yang dibangun dengan konsep community based


tourism menjadi sebuah langkah bagi masyarakat untuk mengembangkan
potensinya untuk dapat mengelola pariwisatanya sendiri dan menjadikan
desa mereka sebagai desa mandiri.

Pembangunan desa wisata tersebut sangat membutuhkan dukungan dan


partisipasi seluruh masyarakat sehingga masyarakat merasa memiliki
pariwisata tersebut secara bersama-sama, dengan seperti itu, masyarakat
dapat merasakan manfaat keberadaan desa wisata di wilayahnya sendiri.
Desa Wisata sebagai Wisata Berbasis Masyarakat

Belakangan ini, desa wisata Penduduk di kawasan desa


Salah satu pendekatan sudah menjadi salah satu tren wisata memiliki budaya dan
pengembangan wisata pengembangan pariwisata, tradisi yang masih asli,
alternatif adalah melalui desa dimana tren ini menjawab dari
dilengkapi faktor pendukung
wisata untuk pembangunan arah baru dalam berwisata.
seperti makanan khas, sistem
pedesaan yang berkelanjutan Desa wisata merupakan
kawasan pedesaan yang
pertanian, kondisi
dalam bidang pariwisata
mempunyai beberapa lingkungan, dan sistem sosial
karakteristik khusus untuk turut mewarnai sebuah desa
menjadi daerah tujuan wisata. wisata.
Wisata Berbasis Masyarakat sebagai Wisata Alternatif
Example: Community Based Tourism Potential in Bali

● Desa Wisata Panglipuran


● Desa Wisata Trunyan
● Geowisata di Batur
● Desa Wisata - Agrowisata Pupuan
● dll
Example: Community Based Tourism Potential in Göreme

Faktor kunci yang telah berjalan seiring dan memungkinkan


keberhasilan pengembangan tingkat partisipasi masyarakat lokal yang
begitu tinggi di pariwisata Göreme' adalah dominasi wisatawan
independen yang berkunjung dan tinggal di Göremekotapraja

Sebagian besar pansiyon dan hotel butik sekarang telah menjadi


gua-rumah. pendirian akomodasi wisata Göreme berpengalaman
sebagai tempat ‘alternatif' dan 'vernakular'
Example: Community Based Tourism Potential in Göreme

Ukuran skala kecil dan mayoritas akomodasi hotel ‘konvensional'


memungkinkan untuk kontak dekat tanpa perantara antara tuan rumah
dan tamu, yang memberikan wisatawan pengalaman identitas lokal
dan rasa menjadi 'tuan rumah' di rumah komunitas lokal.

Layanan dan kegiatan wisata Göreme itu terdiri dari restoran atau aktivitas
petualangan. Kegiatan lain di pariwisata Göreme's melakukan perjalanan
sehari ke Cappadocia, serta perjalanan menunggang kuda dan menyewa ATV
/ motor untuk bepergian mandiri ke desa, kota dan situs bersejarah.
Example: Community Based Tourism Potential in Göreme

Cappadocia, sebagai objek wisata yang paling terkenal di Göreme berhasil


memberdayakan masyarakatnya mengontrol dan mengoperasikan balon
udara dan juga berhasil menjadi produsen balon udara yang telah
mengubah wajah pariwisata di sana cukup substansial.

Pasar wisata di Göreme telah matang ke tingkat yang lebih tinggi dan
sudah menjadi tingkat pasar wisata independen, yang pada gilirannya
membawa keuntungan ekonomi yang lebih tinggi bagi Komunitas lokal
Example: Community Based Tourism Potential in Göreme

5 Menjadi Wisata Independen

Masyarakat Lokal sebagai 4


Kontrol Utama Industri .
3 Membentuk Aktivitas Wisata

Membentuk Ciri Khas 2

1
Memiliki dan Mencari
Potensi Komunitas
COMMUNITY-BASED TOURISM
CONCLUSION & IMPLICATION

Karvina Widyo Palupi


IMPLICATIONS
Menurut Durkin & Peric, 2017, Piartrini, 2018, terdapat 3 konsep
implementasi CBT yaitu implementasi dengan melibatkan pemberdayaan
komunitas, kesadaran komunitas, dan sikap komunitas,

Tiga konsep implementasi CBT tersebut berada dibawah prinsip-prinsip


berikut:

1. Pengakuan dan dukungan potensi dan partisipasi masyarakat untuk


tujuan pemberdayaan.
2. Mendorong masyarakat setempat untuk melestarikan lingkungannya.
3. Berbagi manfaat pariwisata secara adil kepada masyarakat setempat.
4. Inisiatif masyarakat untuk berpartisipasi dalam pariwisata.
5. Meningkatkan kualitas kunjungan wisatawan ke pulau itu.
IMPLICATIONS

Menurut Jane Marsh, 2022, pariwisata berbasis komunitas


memiliki kekuatan untuk mendukung penduduk dan lingkungan
yaitu sebagai berikut:

1. FEMALE EMPOWERMENT
2. SUPPORTING THE AQUATIC ECOSYSTEM AND
LOCAL LIVELIHOODS
3. ENCOURAGING SUSTAINABLE WILDLIFE
INTERACTIONS & CONSERVATION
IMPLICATIONS
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Pariwisata berbasis masyarakat dapat memberikan peluang untuk mendukung perempuan di daerah-
daerah di mana pengangguran tinggi atau di mana ketidaksetaraan sebelumnya telah membuat mereka
tidak masuk ke dalam angkatan kerja. Contoh kisah sukses adalah di Nepal, di mana sekelompok
anggota komunitas wanita memasak, memelihara rumah mereka, dan
membimbing wisatawan di sekitar wilayah tersebut.
Ketika pengunjung mulai memasuki komunitas, perempuan di komunitas memanfaatkan peluang kerja
yang meningkat. Mereka mulai menagih turis untuk makanan dan layanan perhotelan mereka,
mendapatkan upah yang adil dari keramahan mereka. Para wanita ini juga menemukan bahwa mereka
dapat menggunakan pengetahuan mereka tentang tanah untuk mencari nafkah dengan menciptakan
peluang trekking baru bagi wisatawan dalam peran mereka sebagai pemandu gunung. Sebelum
mendirikan pariwisata berbasis masyarakat, melakukan pekerjaan semacam ini akan sulit dan tidak
menguntungkan, tetapi prospek dari CBT mengubahnya dengan menciptakan peluang kerja yang adil
dan menguntungkan.
IMPLICATIONS
MENDUKUNG EKOSISTEM PERAIRAN DAN
MATA PENCAHARIAN LOKAL
Instruktur lokal dan profesional pariwisata mengetahui lingkungan laut di sekitarnya lebih baik
daripada siapa pun. Jika ada spesies yang terancam punah di daerah tersebut atau terumbu
karang, penduduk setempat akan tahu cara menavigasi dengan cara untuk menghindari bahaya,
mengajari pengunjung tentang keanekaragaman hayati laut pada saat yang sama dan
mempromosikan konservasi.

Industri pariwisata bahari merupakan pendorong besar pertumbuhan ekonomi lokal tidak hanya
bagi mereka yang bekerja langsung di industri ini, tetapi juga bagi hotel, restoran, dan bisnis
pariwisata di sekitarnya.

Oleh karena itu, dengan memilih tempat-tempat lokal, bentuk pariwisata berbasis masyarakat ini
memastikan bahwa pariwisata tidak menyebabkan kerusakan pada spesies laut, sambil
memungkinkan penduduk setempat untuk menuai manfaat dari industri pariwisata bahari
IMPLICATIONS

MENDORONG INTERAKSI & KONSERVASI


SATWA LIAR YANG BERKELANJUTAN
Pemandu lokal memiliki kekuatan untuk meningkatkan pengetahuan global tentang spesies lokal
mereka dengan mengajari pengunjung tentang ekosistem dan satwa liar mereka. Tur yang
dipimpin masyarakat untuk melihat satwa liar di lingkungan alami mereka adalah alternatif yang
jauh lebih baik untuk melihat spesies ini di penangkaran atau berinteraksi dengan mereka dengan
cara yang tidak berkelanjutan. Penduduk setempat memahami nilai dan keseimbangan halus
antara satwa liar dan ekosistem mereka dan oleh karena itu lebih cenderung memberikan
pengalaman berkelanjutan bagi para tamu tanpa mengganggu keseimbangan ini.

Keuntungan dari bentuk pariwisata berbasis masyarakat ini juga dapat digunakan untuk
konservasi spesies dan pekerjaan dalam konservasi, yang memberi kembali dengan cara yang
membuat jenis pengalaman pariwisata ini tetap berlangsung
IMPLICATIONS
Penting untuk memperkuat kapasitas lembaga-lembaga untuk mendukung pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat dengan proyek dan program khusus di mana pentingnya
partisipasi perwakilan masyarakat, lembaga pemerintah dan organisasi non-pemerintah,
serta asosiasi ditingkatkan oleh penyedia layanan di sektor swasta pariwisata.
Selain itu, harus jelas bahwa pariwisata berbasis masyarakat memerlukan pendekatan
yang lebih partisipatif terhadap pariwisata dan memiliki kemampuan untuk menjadi produk
pariwisata yang layak; Agar potensi ini dapat terwujud harus ada hubungan yang erat
antara rencana sektor publik dan sektor swasta beserta aspirasi masyarakat untuk
pengembangan pariwisata di wilayah tersebut.
Ada sejumlah manfaat dalam masyarakat yang berpartisipasi dalam pengembangan
pariwisata seperti pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu,
pendekatan ini mendesentralisasikan industri pariwisata melalui transfer pengambilan
keputusan kepada masyarakat, berkontribusi pada pengembangan produk pariwisata
daerah dan mengarah pada penguatan masyarakat lokal sementara juga bertindak sebagai
stimulus bagi produksi produk lokal.
IMPLICATIONS
Upaya besar telah dilakukan untuk mendefinisikan bentuk-bentuk pariwisata yang menanggapi
dampak negatif pada ekonomi nasional dan sumber daya alam. Pariwisata berbasis masyarakat
adalah salah satu ceruk pariwisata tersebut, yang memberikan manfaat untuk meminimalkan dampak
negatif dan berkontribusi kepada anggota masyarakat yang terlibat untuk melindungi warisan budaya
dan alam mereka dan juga mendapat manfaat langsung dari kegiatan Pariwisata yang dihasilkan.
Dengan tujuan mendukung semua inisiatif yang ada, Asosiasi Negara-negara Karibia (ACS) dengan
mandat CELAC (Komunitas Negara-negara Amerika Latin dan Karibia) menjadi tuan rumah
Pertemuan Organisasi Pariwisata Regional, dengan topik utama dalam agenda, Pariwisata Berbasis
Masyarakat sebagai sarana untuk pengembangan komunitas etnis, adat dan pedesaan di negara-
negara di wilayah tersebut. Di antara hasil pertemuan ini, pembentukan Jaringan Regional Inisiatif
Pariwisata Berbasis Masyarakat di Amerika Latin dan Karibia diusulkan, yang akan berbagi informasi
tentang berbagai proyek di wilayah tersebut dan mempromosikannya sebagai pilihan perjalanan. Hadir
dalam pertemuan tersebut perwakilan dari World Tourism Organization (WTO), Central American
Tourism Integration Secretariat (SITCA) yang menyatakan komitmennya untuk mendukung ACS dalam
memajukan inisiatif ini.
IMPLICATIONS

Hasil penelitian Neli Aida , Agus Suman, Rachmad Kresna Sakti dan Susilo
tahun 2020, dalam pengembangan wisata Pantai Teluk Kiluan, Provinsi
Lampung menerapkan prinsip ekonomi dan prinsip non ekonomi adalah
sosial, budaya, politik, dan kelembagaan. Implikasi CBT terhadap
kesejahteraan masyarakat di sekitar pantai Teluk ditandai oleh: penyerapan
tenaga kerja lokal, pengembangan unit bisnis, penggandaan pendapatan
masyarakat, dan pertumbuhan dan perkembangan investor baru.
Peningkatan pendidikan, kualitas hidup, perubahan nilai-nilai sosial,
kebebasan bertindak, kelestarian lingkungan dan keterlibatan kekuatan
kelembagaan merupakan implikasi dari penerapan CBT terhadap
kesejahteraan masyarakat non-ekonomi.
CONCLUSION
Pengembangan dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menarik dan perlu
dikembangkan. Berdasarkan data kualitatif informan kunci dan pendukung di lapangan, diketahui
bahwa prinsip pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di lokus tertentu akan berbeda dengan
lokus lainnya.

Beberapa penelitian menemukan bahwa kelembagaan dan teknologi diperlukan dalam


menerapkan prinsip CBT. Selanjutnya, penerapan CBT berimplikasi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat, termasuk dimensi ekonomi dan dimensi nonekonomi.
CONCLUSION
Desa Budaya Kertalangu
Sebagai CBT Kota Denpasar

Bisnis Pariwisata Alternatif


Desa Budaya Kertalangu
Desa Budaya Kertalangu merupakan salah satu objek wisata dengan daya tarik
alam yang berada di wilayah desa kesiman kertalangu Denpasar. Potensi utama
dari kawasan ini yaitu area persawahan yang luas mencapai 80 Ha Selain
panorama yang menakjubkan dan sarana prasarana tersebut object wisata desa
budaya kertalangu juga menyimpan pesona yang tersembunyi. Yaitu sebuah
monumen yang disebut sebagai tugu perdamaian dunia.

Pada Tahun 2020 melalui dana desa, pemerintah desa kesiman kertalangu
menciptakan suatu inovasi dalam bentuk pusat edukasi pertanian untuk anak-
anak dalam upaya menjaga lahan terbuka hijau desa yang dikenal dengan nama
Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu.
Desa Budaya Kertalangu
Atraksi Wisata
Jogging Track 04

Monumen Perdamaian Dunia 05

Tempat pancing & kuliner 06

01 Agriculture Education

02 Outbound

03 Organic Farming
Sasaran dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah para siswa mulai dari
jenjang PAUD/TK, SD, dan SMP. Dalam pelaksanaan kegiatannya
siswa akan diajarkan terkait dengan system jaringan irigasi, tata cara
pertanian bali mulai dari proses pembibitan, pengolahan
lahan ,menanam padi, merawat padi, sampai dengan proses panen.

Kandang Siap, Kandang Kelinci, Kandang Sampi dan Kandang


Bebek sebagai tempat pembelajaran hewan. Selain itu juga terdapat
kebun organic dan lapangan yang luas sebagai tempat outbond
Mengusung konsep edukasi pertanian, Teba Majalangu juga
Desa Budaya dilengkapi dengan Museum Subak Mini dimana anak-anak dapat
melihat dan belajar tentang alat pertanian tempo dulu.
Kertalangu

Agriculture Education, Outbond, Organic Farming


Jogging track,
Monumen Perdamaian,
Kuliner Tegik Poh

Selain panorama yang menakjubkan dan sarana prasarana


tersebut object wisata desa budaya kertalangu juga
menyimpan pesona yang tersembunyi. Yaitu sebuah
monumen yang disebut sebagai tugu perdamaian dunia.

Desa Budaya Kertalangu memiliki areal jogging track sepanjang 4 km yang berupa jalur semen sepanjang 2 m yang terletak di jalan By Pass
Ngurah Rai Padanggalak, Denpasar Timur. Tempat ini menyungguhkan pemandangan sawah yang asri di sepanjang jogiging tracknya. Selain
berolah raga kita dapat menikmati destinasi lain di tempat ini. Ada banyak pilihan mulai dari wisata kuliner hingga tempat memancing.Ini
adalah salah satu tempat yang patut dipilih untuk menghilangkan penat akibat aktifitas sehari - hari.

Untuk para pecinta kuliner bisa mencicipi laklak bali yang tersedia di warung tegik poh yang ada di tengah kawasan Teba Majalangu.
Potensi Desa Wisata Kertalangu

Desa Budaya Kertalangu memiliki potensi alamiah yang


menjadi daya tarik tersendiri khususnya bagi para
pengunjungnya. Adapun definisi konsep dari potensi alamiah
tersebut adalah potensi yang ada di masyarakat, yang berupa
potensi fisik dan geografi seperti alam. Potensi alamiah yang
sangat jelas terlihat dan menjadi andalan dalam pengemasan
produk wisata di Desa Budaya Kertalangu adalah pertanian dan
bentang alam. Pengunjung dapat menikmati potensi alamiah
berupa pertanian dan bentang alam dalam berbagai aktivitas
yang dikemas dalam produk-produk wisata.
Sebagai Alternatif Tourism, potensi yang dimiliki Desa Wisata
Kertalangu ini untuk kedepannya masih sangat besar dan masih
sangat bisa untuk dikembangkan, hal ini dikarenakan Desa Wisata
Kertalangu didukung oleh faktor geografis yang mumpuni berupa
lahan pertanian yang luas yang terletak di lokasi yang sangat strategis
yaitu berada di Kota Denpasar, yang dimana saat ini cukup sulit
menemukan wisata sejenis di Kota Denpasar. Dengan pengelolaan
yang baik serta dengan semakin matangnya komunitas yang ada
disana kami memiliki keyakinan jumlah wisatawan di Desa Wisata
Kertalangu akan bisa semakin meningkat dan pada akhirnya akan bisa
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat di sekitar Desa Wisata.
Motivasi Wisatawan

Pada saat kami mengunjungi Desa Wisata Kertalangu disana


terlihat yang menjadi motivasi utama wisatawan untuk berkunjung
adalah untuk melakukukan aktivitas fisik/ berolahraga, disana
terlihat banyak waisatawan yang berolahraga di area jogging track
dan melakukan aktivitas yoga di sekitar area wantilan. Namun
menurut penuturan salah satu karyawan yang kami wawancarai
selain melakukan aktivitas fisik, aktivitas yang menjadi unggulan
dari Desa Wisata Kertalangu adalah aktivitas Edukasi, utamanya
edukasi terhadap anak anak melalui atraksi wisata yang telah
dipersiapkan oleh pihak pengelola, adapun aktivitas edukasi ini
cukup diminati oleh wisatawan.
Pengelolaan Desa Budaya Kertalangu

Dari segi operasionalnya, Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik di
Kota Denpasar secara keseluruhan berada dalam pengawasan tiga komponen utama,
yaitu

- Pihak masyarakat Desa Kesiman Kertalangu,


- Pemerintah Kota Denpasar, dan
- Investor yang menanamkan modal dan membangun usaha di dalam kawasan Desa
Budaya Kertalangu.

*Saat ini sedang dibangun arena golf mini dimana penanam modalnya adalah PT Urban
Company Bali.
Penetapan Peraturan Desa Budaya Kertalangu

Berikut persyaratan teknis pengembangan Desa Budaya Kertalangu :

● Ditetapkan perbandingan antara kawasan terbangun dengan ruang terbuka hijau


diijinkan sebesar 10% dari luas areal yang dikembangkan yaitu seluas 80 hektar.
● Persyaratan teknis bangunan penunjang kawasan dapat dibangun dengan
memperhatikan ketentuan teknis yang berlaku, tidak bertingkat serta tetap
mencerminkan arsitektur tradisional Bali,
● bangunan penunjang wisata jogging track dapat dibangun bangunan tempat
berteduh pada tempat-tempat tertentu dengan ukuran 2 x 2 meter tanpa dinding
● Tetap mempertahankan sistem Subak sebagai pola pengairan tradisional Bali.
Tantangan Desa Budaya Kertalangu

Mengenai kepemilikan lahan sawah yang digunakan sebagai kawasan Desa


Budaya Kertalangu adalah lahan milik masyarakat Desa Kesiman Kertalangu
yang diikat dengan perjanjian sewa menyewa dengan investor selaku Saran :
pengelola kawasan. Adapun perjanjian yang disepakati adalah pengikatan
sewa menyewa untuk angka waktu yang bervariasi antara 5 sampai 30 Alangkah lebih baik jika masyarakat desa
tahun.
bisa mendapatkan hingga 10 persen dengan
Perolehan pendapatan yang didapat dari operasional Desa Budaya
melibatkan secara aktif dan lebih banyak
Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata disepakati sebanyak 5% diterima lagi aktivitas wisata dan juga memperbaiki
oleh Desa Kesiman Kertalangu, sedangkan sisanya dipergunakan untuk marketing agar SDA dapat digunakan secara
biaya operasional dan lain-lain. maksimal.
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA KERTALANGU

1. POTENSI PRODUK/DAYA TARIK WISATA


Memiliki kawasan persawahan yang cukup luas ditengah kota merupakan salah satu tantangan bagi pemerintah desa untuk
mempertahankan dan melestarikan potensi alam tersebut. Namun jika dilihat dari perspektif yang berbeda, potensi alam tersebut
merupakan kekuatan utama bagi desa mengingat tidak semua desa memiliki lahan pertanian yang masih aktif. Pada Tahun 2020
melalui dana desa, pemerintah desa kesiman kertalangu menciptakan suatu inovasi dalam bentuk pusat edukasi pertanian untuk
anak-anak dalam upaya menjaga lahan terbuka hijau desa yang dikenal dengan nama Wisata Edukasi Subak TeBA Majalangu.
Sasaran dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah para siswa mulai dari jenjang PAUD/TK, SD, dan SMP. Dalam pelaksanaan
kegiatannya siswa akan diajarkan terkait dengan system jaringan irigasi, tata cara pertanian bali mulai dari proses pembibitan,
pengolahan lahan ,menanam padi, merawat padi, sampai dengan proses panen. Selain kegiatan edukasi subak juga terdapat
berbagai paket wisata lainnya seperti belajar matekap , belajar membuat canang, belajar tentang hewan, belajar tentang tanaman
organik , kegiatan cooking class, serta kegiatan perkemahan.

2. DUKUNGAN SDM
● Pendidikan dan pelatihan tentang desa wisata khususnya kepada warga di sekitar objek wisata.
● Pembinaan intensif kepada petani dan UMKM lokal
● Pelatihan kewirausahaan berbasis pariwisata kepada penduduk usia produktif dan putus sekolah agar dapat
mengembangkan UMKM
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA KERTALANGU

3. SARANA DAN PRASARANA


● Perencanaan dan pembangunan sarana prasarana yang disesuaikan dengan konsep dan rencana strategis desa
wisata (koordinasi lembaga desa wisata, Disbudpar, dan Pemkot Denpasar)
● Lembaga pengelola desa wisata berkoordinasi dengan simpul-simpul komunitas desa wisata secara swadaya
membangun sarana prasarana tradisional yang unik (gubug, lapak pedagang, dll)
● Memprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan untuk memperlancar akses bagi wisatawan menuju ke desa
wisata
4. FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN WISATA
● Mengoptimalkan peran Pusat Informasi Desa Wisata yang bekerja sama dengan biro perjalanan lokal dan
tenaga guide.
● Perencanaan dan pembangunan fasilitas pendukung kegiatan wisata (koordinasi lembaga desa wisata,
Disbudpar dan Pemkot Denpasar)
● Menggaet investor swasta untuk bekerja sama melakukan pengembanagan desa wisata namun tetap harus
sesuai dengan tujuan dan rencana strategis desa wisata Kertalangu
STRATEGI PENGEMBANGAN DESA WISATA KERTALANGU

5. KELEMBAGAAN DESA WISATA


● Pembentukan lembaga desa wisata sesuai dengan konsep Disbudpar Kota Denpasar tanpa mengabaikan aspirasi
dan karakteristik lokal
● Peningkatan kapasitas lembaga desa wisata (institutional building) melalaui pelatihan dan studi banding
6. KETERSEDIAAN LAHAN/AREA
● Membuat perencanaan pemanfaatan ruang/lahan (spatial) dalam rangka pembangunan desa wisata yang ramah
lingkungan dan tiak bertentangan dengan Perda Kota Denpasar
● Pembangunan/pemanfaatan lahan mempertimbangkan aspek nilai/norma sosial dan estetika.
7. MOTIVASI MASYARAKAT
● Membentuk komunitas / paguyuban desa wisata pada simpul-simpul yang concern terhadap pembentukan desa
wisata.
● Pembentukan lembaga desa wisata
● lembaga desa wisata aktif memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang peta potensi eco tourism kepada
masyarakat melalui brosur dan forum-forum warga sebagai tourism education.
Desa Budaya Kertalangu
Cuplikan kunjungan grup 5
DAFTAR PUSTAKA
1. Aida, N., Suman, A., Sakti, R. and Susilo. 2020. Implications of Community Based Tourism (CBT) towards Community
Welfare at around Teluk Kiluan Beach Tanggamus Regency Lampung Province
2. Ernawati, dkk.2019.Jasa Penginapan Pendukung Geowisata di Batur Bali. Jurnal Bisnis dan Kewirausahan (15): 14-20
3. Jane Marsh. 2022.How Community Based Tourism Benefits Local Communities.
4. J. Durkin et al. 2017. Organising for community-based tourism: Comparing attitudes of local residents and local tourism
entrepreneurs in Ravna Gora, Croatia
5. Wandiro, dkk. 2020. Peningkatan Peran Kelompok Swadaya Masyarakat terhadap Media Promosi di Desa Wisata Dusun
Mendiro. Jurnal Pengabdian Masyarakat (26): 69 -76
6. Dogra, Ravinder and Gupta, Anil, 2012, Barriers to Community Participation in Tourism Development: Empirical Evidence
from a Rural Destination, South Asian Journal of Tourism and Heritage, 5: 131-142.
7. Tosun, Cevat, 1999, Towards a Typology of Community Participation in the Tourism Development Process, Anatolia: An
International Journal of Tourism and Hospitality Research, 10: 113-134
8. Adikampana, I., M. (2017). Pariwisata Berbasis Masyarakat, Cakra Press, Denpasar. Bali.

Anda mungkin juga menyukai