Abstrak
Perkembangan pariwisata dapat dilihat dari meningkatnya jumlah kunjungan. Jumlah kunjungan berpengaruh
terhadap perekonomian sebuah daerah. Manfaat ekonomi dari perkembangan pariwisata dapat distribusikan
merata dengan pengembangan desa menjadi desa wisata dengan pendekatan community based tourism. Desa
Ranggu merupakan desa wisata yang berada di Kabupaten Manggarai Barat. Tujuan penelitian ini ialah untuk
mendeskripsikan strategi pengembangan Desa Ranggu sebagai desa wisata dengan pedekatan Community
Based Tourism (CBT). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian yang didapat ialah masyarakat sudah siap untuk menyambut tamu namun masih membutuhkan
pelatihan di bidang pariwisata, kehadiran local champion dan pokdarwis menjadi penting dalam penerapan CBT,
dan dibutuhkan paket wisata sebagai produk wisata Desa Ranggu yang dapat dipromosikan menggunakan media
sosial.
Kata kunci: CBT, desa wisata, Desa Ranggu, strategi.
Abstract
The development of tourism can be seen from the increasing number of visits. The number of visits affects the
economy of a region. The economic benefits of tourism development can be distributed evenly by developing
villages into tourist villages with a community based tourism approach. Ranggu Village is a tourist village in West
Manggarai Regency. The purpose of this study is to describe the development strategy of Ranggu Village as a
tourist village with a Community Based Tourism (CBT) approach. This research uses descriptive qualitative
method with purposive sampling technique. The results obtained are that the community is ready to welcome
guests but still needs training in the field of tourism, the presence of local champions and pokdarwis is important
in implementing CBT, and tourism packages are needed as Ranggu Village tourism products that can be promoted
using social media.
Keywords: CBT, tourism village, Ranggu village, strategy.
wisata pendukung, salah satunya ialah desa seperti akomodasi, atraksi, dan sarana
wisata. Desa wisata ialah bentuk pariwisata pendukung yang ada di kehidupan masyarakat
yang menerapkan pengembangan pariwisata (Hilman, 2017). Menurut Herdiana (2019) desa
berbasis masyarakat dan memiliki nilai wisata mengembangkan potensi sumber daya
berkelanjutan (Dewi, Fandeli, dan Baiquni, yang tersimpan di wilaya desa dan
2013). Terlebih Putra (2019) berpendapat memberdayakan masyarakat lokal.
bahwa manfaat dari desa wisata ialah
meningkatnya pendapatan masyarakat, Pengembangan desa wisata harus dapat
adanya lapangan pekerjaan baru, pola hidup menawarkan potensi wisata orisinal yang
masyarakat menjadi lebih teratur, dan ada tersedia di desa tersebut. Menurut Nugroho
peningkatan terhadap kebahagiaan dan Suprapto (2021) pengembangan desa
masyarakat. Pengelolaan desa wisata sendiri wisata dapat menjual daya tarik jika
dapat dilakukan dengan pendekatan mengetahui karakteristik, kelebihan, dan
Community Based Tourism (CBT) atau kelemahan itu sendiri.
pariwisata berbasis masyarakat. Krisniani dan
Darwis (2015) berpendapat bahwa CBT adalah Community Based Tourism
pendekatan pariwisata yang berfokus pada Pariwisata Berbasis Masyarakat adalah
keterlibatan masyarakat secara langsung pariwisata yang menitikberatkan keterlibatan
maupun tidak langsung terhadap pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan dan
dan pengembangan pariwisata. pengembangan pariwisata. Menurut Arintoko,
Ahmad, Gunawan, dan Supadi (2020)
Salah satu desa wisata yang terletak di pariwisata berbasis masyarakat merupakan
Kabupaten Manggarai Barat ialah Desa bentuk baru dari pariwisata dimana
Ranggu. Desa Ranggu terletak di Kecamatan pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat
Kuwus Barat yang memiliki potensi wisata alam lokal dari tahap pengambilan keputusan,
dan budaya. Beberapa potensi wisata alam perencanaan, dan evaluasi kinerja. Terlebih
ialah Kawasan Lembah Ranggu – Kolang untuk Suansri (2013) menekankan bahwa pariwisata
menikmati pemandangan persawahan, Tiwu berbasis masyarakat dikelola dan dimiliki oleh
Kolang yang merupakan kolam pemandian masyarakat dengan tujuan pengunjung
alami, sedangkan untuk potensi budaya ialah memahami dan menghargai cara hidup
Watu Ranggu, yang telah ditetapkan sebagai masyarakat setempat.
cagar budaya Kabupaten Manggarai Barat dan
produk gula merah Kolang yang menjadi ASEAN (2016) menjelaskan prinsip-
produk unggulan dari Desa Ranggu. prinsip berbasis masyarakat yaitu a)
keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat
Akan tetapi dengan potensi alam dan untuk kepastian kepemilikan dan pengelolaan
budaya yang dimiliki ada kajian mengenai transparan; b) terbangunnya kemitraan dengan
strategi pengembangan Desa Ranggu sebagai para pemangku kepentingan terkait
desa wisata dengan pendekatan CBT. Oleh pengembangan pariwisata; c) mendapatkan
karena itu, tujuan dari penelitian ini ialah pengakuan dari otoritas terkait; d) dapat
mendeskripsikan strategi pengembangan Desa meningkatkan kesejahteraan sosial dan
Ranggu sebagai desa wisata dengan menjaga martabat manusia; e) meningkatkan
pedekatan Community Based Tourism (CBT). hubungan ekonomi lokal dan regional; f)
menghormati budaya dan tradisi lokal; g) ada
kontribusi terhadap pelestarian sumber daya
TINJAUAN PUSTAKA alam; h) adanya interaksi pengunjung dengan
masyarakat tuan rumah; dan i) memiliki tujuan
Desa Wisata untuk mandiri secara finansial. Menurut
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 Hamzah dan Khalifah (2009) menjelaskan
tentang Pemerintahan Daerah, desa sembilan langkah untuk pengelolaan pariwisata
merupakan kesatuan masyarakat hukum yang dengan pendekatan CBT, yaitu 1) menilai
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang kebutuhan dan kesiapan masyarakat lokal
untuk mengatur dan mengurus kepentingan terhadap pariwisata; 2) mengedukasi dan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul mempersiapkan masyarakat lokal terlibat
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dalam pariwisata; 3) menemukan dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara membangun kepemimpinan lokal / local
Kesatuan Republik Indonesia. Desa Wisata champion; 4) menyiapkan dan
sendiri dapat diartikan sebagai konsep mengembangkan organisasi masyarakat lokal;
kombinasi komponen-komponen pariwisata 5) membuat kerjasama dengan para pihak
16 Jurnal TOURISM, Vol. 5 No. 1
Produk wisata juga harus didampingi Arintoko, A., Ahmad, A. A., Gunawan, D. S., &
oleh kegiatan promosi. Promosi berfungsi untuk Supadi, S. (2020). Community-based
meningkatkan popularitas dan kesadaran akan tourism village development strategies: A
sebuah produk. Dapat dikatakan sebagai akses case of Borobudur tourism village area,
pasar. Dalam konteks desa wisata akses pasar Indonesia. Geo Journal of Tourism and
merupakan faktor kunci dalam kesuksesan Geosites, 29(2), 398-413.
menerapkan community based tourism ASEAN. (2016). ASEAN Community Based Tourism
Standard. Jakarta: ASEAN Secretariat.
(Wahyuni, 2018). Salah satu promosi yang Asmoro, B. T., & Da'awi, M. M. (2020). Revitalisasi
dapat dilakukan ialah pemasaran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa
menggunakan media sosial, mengingat media Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten
sosial memiliki jangkauan yang luas dan Malang Dalam Pengelolaan Obyek Wisata
membutuhkan biaya yang cukup sedikit. Hal ini Coban Pandawa. JPM (Jurnal
membuat media sosial menjadi kanal promosi Pemberdayaan Masyarakat), 5(1), 373-
yang efisien bagi desa wisata yang memiliki 379.
keterbatasan dalam promosi. Modal promosi Badan Pusat Statistik. (2022, Juni 07). Jumlah
Desa Ranggu ialah publikasi di surat kabar Devisa Sektor Pariwisata (Miliar US $),
18 Jurnal TOURISM, Vol. 5 No. 1