Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TOURISM

Vol. 5 No. 1, Halaman: 14 - 18


Mei 2022

STRATEGI PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DI DESA


RANGGU, KECAMATAN KUWUS BARAT

Roseven Rudiyanto1*, dan Yohanes Aldo Rino Malvin Sardi2


1,2
Politeknik eLBajo Commodus
*
E-mail: roseven@poltekelbajo.ac.id

Abstrak
Perkembangan pariwisata dapat dilihat dari meningkatnya jumlah kunjungan. Jumlah kunjungan berpengaruh
terhadap perekonomian sebuah daerah. Manfaat ekonomi dari perkembangan pariwisata dapat distribusikan
merata dengan pengembangan desa menjadi desa wisata dengan pendekatan community based tourism. Desa
Ranggu merupakan desa wisata yang berada di Kabupaten Manggarai Barat. Tujuan penelitian ini ialah untuk
mendeskripsikan strategi pengembangan Desa Ranggu sebagai desa wisata dengan pedekatan Community
Based Tourism (CBT). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian yang didapat ialah masyarakat sudah siap untuk menyambut tamu namun masih membutuhkan
pelatihan di bidang pariwisata, kehadiran local champion dan pokdarwis menjadi penting dalam penerapan CBT,
dan dibutuhkan paket wisata sebagai produk wisata Desa Ranggu yang dapat dipromosikan menggunakan media
sosial.
Kata kunci: CBT, desa wisata, Desa Ranggu, strategi.

Abstract
The development of tourism can be seen from the increasing number of visits. The number of visits affects the
economy of a region. The economic benefits of tourism development can be distributed evenly by developing
villages into tourist villages with a community based tourism approach. Ranggu Village is a tourist village in West
Manggarai Regency. The purpose of this study is to describe the development strategy of Ranggu Village as a
tourist village with a Community Based Tourism (CBT) approach. This research uses descriptive qualitative
method with purposive sampling technique. The results obtained are that the community is ready to welcome
guests but still needs training in the field of tourism, the presence of local champions and pokdarwis is important
in implementing CBT, and tourism packages are needed as Ranggu Village tourism products that can be promoted
using social media.
Keywords: CBT, tourism village, Ranggu village, strategy.

PENDAHULUAN yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat.

Perkembangan pariwisata memiliki Labuan Bajo merupakan pintu masuk ke


peran bagi ekonomi Indonesia. Badan Pusat Taman Nasional Komodo. Ditetapkannya
Statistik (BPS) Indonesia (2021) mencatat Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata
pendapatan devisa dari sektor ini pada tahun prioritas memberikan dampak terhadap
2018 mencapai 16.426 Miliar Dollar Amerika perkembangan pariwisata, salah satunya ialah
atau meningkat sekitar 25% dibandingkan peningkatan kunjungan ke Labuan Bajo. BPS
tahun 2017 yang mencapai 13.139 Miliar Dollar Manggarai Barat (2022) mencatat bahwa
Amerika. kunjungan Taman Nasional Komodo pada
tahun 2016 mencapai 107.711 orang, dan pada
Perkembangan pariwisata di Indonesia tahun 2017 mengalami peningkatan 16%
juga ditopang oleh program-program menjadi 125.069 orang, serta pada tahun 2018
pengembangan pariwisata. Salah satu program juga mengalami peningkatan 41.4% menjadi
pengembangan pariwisata ialah 10 destinasi 176.835 orang. Yanti dan Hadya (2018)
pariwisata prioritas. 10 destinasi wisata menemukan bahwa ada pengaruh yang
prioritas ini diharapkan mampu menawarkan signifikan antara jumlah kunjungan wisatawan
keindahan yang mempesona, sepertih halnya dengan Pendapatan Asli Daerah.
Bali, sehingga program ini juga dikenal sebagai
10 destinasi prioritas “Bali Baru” (Johana, Manfaat ekonomi yang muncul oleh
Setiadharma, dan Dewi, 2020). Salah satu dari perkembangan pariwisata dapat distribusikan
daftar “Bali Baru’ tersebut ialah Labuan Bajo secara merata dengan pembangunan destinasi

p-ISSN 2622-2876|e-ISSN 2685-4511


STRATEGI PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DI DESA RANGGU, 15
KECAMATAN KUWUS BARAT
Roseven Rudiyanto, dan Yohanes Aldo Rino Malvin Sardi

wisata pendukung, salah satunya ialah desa seperti akomodasi, atraksi, dan sarana
wisata. Desa wisata ialah bentuk pariwisata pendukung yang ada di kehidupan masyarakat
yang menerapkan pengembangan pariwisata (Hilman, 2017). Menurut Herdiana (2019) desa
berbasis masyarakat dan memiliki nilai wisata mengembangkan potensi sumber daya
berkelanjutan (Dewi, Fandeli, dan Baiquni, yang tersimpan di wilaya desa dan
2013). Terlebih Putra (2019) berpendapat memberdayakan masyarakat lokal.
bahwa manfaat dari desa wisata ialah
meningkatnya pendapatan masyarakat, Pengembangan desa wisata harus dapat
adanya lapangan pekerjaan baru, pola hidup menawarkan potensi wisata orisinal yang
masyarakat menjadi lebih teratur, dan ada tersedia di desa tersebut. Menurut Nugroho
peningkatan terhadap kebahagiaan dan Suprapto (2021) pengembangan desa
masyarakat. Pengelolaan desa wisata sendiri wisata dapat menjual daya tarik jika
dapat dilakukan dengan pendekatan mengetahui karakteristik, kelebihan, dan
Community Based Tourism (CBT) atau kelemahan itu sendiri.
pariwisata berbasis masyarakat. Krisniani dan
Darwis (2015) berpendapat bahwa CBT adalah Community Based Tourism
pendekatan pariwisata yang berfokus pada Pariwisata Berbasis Masyarakat adalah
keterlibatan masyarakat secara langsung pariwisata yang menitikberatkan keterlibatan
maupun tidak langsung terhadap pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan dan
dan pengembangan pariwisata. pengembangan pariwisata. Menurut Arintoko,
Ahmad, Gunawan, dan Supadi (2020)
Salah satu desa wisata yang terletak di pariwisata berbasis masyarakat merupakan
Kabupaten Manggarai Barat ialah Desa bentuk baru dari pariwisata dimana
Ranggu. Desa Ranggu terletak di Kecamatan pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat
Kuwus Barat yang memiliki potensi wisata alam lokal dari tahap pengambilan keputusan,
dan budaya. Beberapa potensi wisata alam perencanaan, dan evaluasi kinerja. Terlebih
ialah Kawasan Lembah Ranggu – Kolang untuk Suansri (2013) menekankan bahwa pariwisata
menikmati pemandangan persawahan, Tiwu berbasis masyarakat dikelola dan dimiliki oleh
Kolang yang merupakan kolam pemandian masyarakat dengan tujuan pengunjung
alami, sedangkan untuk potensi budaya ialah memahami dan menghargai cara hidup
Watu Ranggu, yang telah ditetapkan sebagai masyarakat setempat.
cagar budaya Kabupaten Manggarai Barat dan
produk gula merah Kolang yang menjadi ASEAN (2016) menjelaskan prinsip-
produk unggulan dari Desa Ranggu. prinsip berbasis masyarakat yaitu a)
keterlibatan dan pemberdayaan masyarakat
Akan tetapi dengan potensi alam dan untuk kepastian kepemilikan dan pengelolaan
budaya yang dimiliki ada kajian mengenai transparan; b) terbangunnya kemitraan dengan
strategi pengembangan Desa Ranggu sebagai para pemangku kepentingan terkait
desa wisata dengan pendekatan CBT. Oleh pengembangan pariwisata; c) mendapatkan
karena itu, tujuan dari penelitian ini ialah pengakuan dari otoritas terkait; d) dapat
mendeskripsikan strategi pengembangan Desa meningkatkan kesejahteraan sosial dan
Ranggu sebagai desa wisata dengan menjaga martabat manusia; e) meningkatkan
pedekatan Community Based Tourism (CBT). hubungan ekonomi lokal dan regional; f)
menghormati budaya dan tradisi lokal; g) ada
kontribusi terhadap pelestarian sumber daya
TINJAUAN PUSTAKA alam; h) adanya interaksi pengunjung dengan
masyarakat tuan rumah; dan i) memiliki tujuan
Desa Wisata untuk mandiri secara finansial. Menurut
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 Hamzah dan Khalifah (2009) menjelaskan
tentang Pemerintahan Daerah, desa sembilan langkah untuk pengelolaan pariwisata
merupakan kesatuan masyarakat hukum yang dengan pendekatan CBT, yaitu 1) menilai
memiliki batas-batas wilayah yang berwenang kebutuhan dan kesiapan masyarakat lokal
untuk mengatur dan mengurus kepentingan terhadap pariwisata; 2) mengedukasi dan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul mempersiapkan masyarakat lokal terlibat
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dalam pariwisata; 3) menemukan dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara membangun kepemimpinan lokal / local
Kesatuan Republik Indonesia. Desa Wisata champion; 4) menyiapkan dan
sendiri dapat diartikan sebagai konsep mengembangkan organisasi masyarakat lokal;
kombinasi komponen-komponen pariwisata 5) membuat kerjasama dengan para pihak
16 Jurnal TOURISM, Vol. 5 No. 1

terkait; 6) mengadopsi pendekatan yang berpendapat bahwa kesiapan masyarakat


terintegrasi; 7) merencanakan dan mendesain untuk mengelola dan menjaga daya tarik wisata
kualitas produk, 8) mengindentifikasi merupakan aspek sosial yang yang menjadi
permintaan pasar dan mengembangkan indikator keberhasilan CBT. Strategi yang
strategi pemasaran; dan 9) menerapkan dan dapat dilakukan untuk meningkatkan kesiapan
mengamati kinerja pariwisata. masyarakat dalam menerapkan CBT ialah
peningkatan kemampuan dan kompetensi
METODE PENELITIAN dalam mengelola pariwisata (Novaria dan
Rohimah, 2017). Hal ini sesuai dengan
Penelitian ini ialah penelitian kualitatif narasumber yang mengatakan bahwa
deskriptif. Penelitian deskriptif ialah penelitian masyarakat masih merasa membutuhkan
yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara pelatihan-pelatihan yang terkait sektor
rinci sifat, keadaan, gejala individu atau pariwisata.
kelompok tertentu (Saat dan Mania, 2020).
Penelitian kualitatif digunakan penelitian Kehadiran Local Champion
memiliki fokus pada hal yang mendalam dan Local champion atau kepempinan lokal
detail pada objek yang terbatas (Barlian, 2016). ialah individu yang menjadi inisiator dalam
perubahan terhadap masyarakat maupun
Teknik penentuan sampel yang lembaga, dan mampu menjaga hubungan
digunakan dalam penelitian ini ialah purposive pemimpin – pengikut, sehingga mampu
sampling. Purposive sampling ialah teknik berperan sebagai mediator, fasilitator, dan
penentuan sampel yang didasari oleh kriteria mobilisator (Simanjuntak dan Sariffuddin,
tertentu yang sesuai dengan tema penelitian 2017). Keberhasilan penerapan CBT juga tidak
(Siyoto dan Sodik, 2015). Bisa dikatakan terlepas dari peran local champion. Sanawiyah,
bahwa sampel yang ditentukan dengan teknik Rosida, Hani, Canisthya, dan Fadliansyah
ialah narasumber yang dianggap mengerti dan (2020) membuktikan bahwa kepemimpinan
kredibel mengenai tema penelitian. lokal yang kuat menjadi faktor penting
kesuksesan pengembangan wisata berbasis
Pengumpulan data dilakukan dengan masyarakat.
metode wawancara dan observasi langsung Berdasarkan hasil observasi kepala
pada Mei 2021 di Desa Ranggu. Narasumber Desa Ranggu bisa menjadi local champion,
pada penelitian ini berjumlah 8 orang. dikarenakan memiliki kemauan yang kuat untuk
memajukan desanya menjadi salah satu desa
wisata yang berkualitas di Kabupate Manggarai
HASIL DAN PEMBAHASAN Barat. Selain itu, kepala desa juga memiliki
kemampuan untuk menggerakan masyarakat
Kesiapan Masyarakat mengikuti program-program yang telah
Masyarakat Desa Ranggu sudah ditetapkan oleh perangkat desa. Pemuda juga
memiliki kesadaran terhadap pariwisata. Hal ini dapat berperan banyak dalam menggerakan
dapat dilihat dari adanya papan petunjuk yang program pengembangan pariwisata berbasis
dibuat secara swadaya oleh masyarakat masyarakat di Desa Ranggu.
setempat. Selain itu, masyarakat juga sudah
memiliki program pembersihan sampah pada Kehadiran Organisasi Masyarakat
tempat-tempat yang dianggap memiliki potensi Organisasi masyarakat yang memiliki
daya tarik wisata sebagai bagian dari komitmen fokus dalam pengembangan pariwisata pada
untuk konservasi lingkungan sekitar. umumnya dinamakan kelompok sadar wisata
Masyarakat Desa Ranggu menerima baik jika (pokdarwis). Pokdarwis merupakan bentuk
desanya bisa dikembangkan menjadi desa organisasi masyarakat yang terdiri dari individu
wisata, sehingga memberikan dampak positif yang bekontribusi langsung pada
bagi perekonomian. pengembangan pariwisata. Menurut Asnowo
dan Da’awi (2020) terbentuknya pokdarwis
Berdasarkan hasil wawancara, berfungsi sebagai penggerak untuk terciptanya
narasumber menyatakan kesiapannya untuk suasan yang mendukung pertumbuhan
menerima kunjungan wisatawan. Kesiapan pariwisata. Terlebih Murianto, Putra, dan
masyarakat desa dalam menyambut tamu Kurniansah (2020) menambahkan bahwa
memiliki peran yang krusial dalam penerapan mengelola dan membuat atraksi wisata
pariwisata. Pakpahan (2019) berpendapat merupakan peran pokdarwis yang vital bagi
bahwa kesiapan masyarakat dapat menjadi proses pengembangan atraksi wisata.
faktor penghambat dalam penerapan CBT. Berdasarkan narasumber, pokdarwis
Terlebih Yahya dan Mawardi (2016) Desa Ranggu belum terbentuk. Strategi
STRATEGI PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DI DESA RANGGU, 17
KECAMATAN KUWUS BARAT
Roseven Rudiyanto, dan Yohanes Aldo Rino Malvin Sardi

penerapan CBT di Desa Ranggu harus elektronik nasional. Desa Ranggu


memperhatikan kehadiran pokdarwis, dipublikasikan pada kompas.com dengan judul
dikarenakan hasil wawancara diinfokan Menjelajahi Lembah Ranggu-Kolang yang
pokdarwis belum terbentuk. Namun demikain, Eksotis di Flores Barat (1) (Makur, 2019).
peran pokdarwis ada potensi untuk diisi oleh Namun demikian masih diperlukan narasi
Ikaremora (Ikatan Reba Molas Ranggu). potensi wisata agar potensi tersebut dapat
Organisasi ini ialah organisasi yang dibentuk menarik kunjungan wisatawan.
oleh pemuda dan pemudi di desa tersebut.
Salah satu program yang sering dilakukan oleh PENUTUP
organisasi ini ialah pembersihan lingkungan
desa dan pembangunan fasilitas umum di Desa Ranggu merupakan desa wisata
tempat yang sering dikunjungi. Namun yang terletak di Kabupaten Manggarai Barat.
demikian, kegiatan organisasi ini terhenti sejak Desa ini memiliki potensi alam dan budaya.
desember 2020 organisasi, dikarenakan Salah satu pendekatan yang dapat digunakan
mayoritas anggotanya meninggalkan desa dalam mengembangkan Desa Ranggu ialah
untuk melanjutkan studinya di luar daerah. community based tourism atau pariwisata
berbasis masyarakat. Strategi penerapan
Produk Pariwisata dan Promosi community based tourism yang dapat dilakukan
Produk pariwisata merupakan di Desa Ranggu diantaranya: 1) peningkatan
komoditas dari industri pariwisata. Pada kesiapan masyarakat lokal dengan melakukan
umumnya produk wisata dibentuk menjadi pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan
paket wisata yang didasari oleh potensi yang pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan di
dimiliki. Dalam konteks Desa Ranggu produk bidang pariwisata; 2) kehadiran local champion
wisata dapat dimulai dengan membentuk atau kepemimpinan lokal yang kuat sehingga
komponen atraksi dan akomodasi. mampu menggerakan masyarakat dalam
pelaksanaan community based tourism; 3)
Produk atraksi terdiri dari potensi alam pembentukan pokdarwis untuk menstimulus
yang ada di Desa Ranggu, seperti Lembah kontribusi masyarakat secara langsung dalam
Ranggu –Kolang, Tiwu Kolang, dan lain-lain. mengembangkan masyarakat, dan 4)
Selain itu, dilengkapi dengan potensi budaya, pembuatan produk wisata dan
seperti Watu Ranggu dan pembuatan gula mempromosikannya, agar popularitas dan
merah Kolang. Atraksi tersebut memiliki nilai kesadaran akan Desa Ranggu meningkat,
interaksi pengunjung dan tuan rumah yang sehingga menarik kunjungan wisatawan.
tinggi, dimana hal tersebut merupakan ciri dari
community based tourism. Selain itu, rumah UCAPAN TERIMAKASIH
warga dapat dijadikan fasilitas homestay
sebagai komponen akomodasi produk wisata. Ucapan terimakasih ditujukan kepada
Kehadiran homestay sebagai akomodasi dapat seluruh pihak yang telah membantu dalam
meningkatkan interaksi pengunjung dengan penyelesaian artikel ini.
tuan rumah, dimana pengunjung dapat melihat,
merasakan dan mempelajari kekayaan budaya
DAFTAR PUSTAKA
dalam kehidupan sehari-hari.

Produk wisata juga harus didampingi Arintoko, A., Ahmad, A. A., Gunawan, D. S., &
oleh kegiatan promosi. Promosi berfungsi untuk Supadi, S. (2020). Community-based
meningkatkan popularitas dan kesadaran akan tourism village development strategies: A
sebuah produk. Dapat dikatakan sebagai akses case of Borobudur tourism village area,
pasar. Dalam konteks desa wisata akses pasar Indonesia. Geo Journal of Tourism and
merupakan faktor kunci dalam kesuksesan Geosites, 29(2), 398-413.
menerapkan community based tourism ASEAN. (2016). ASEAN Community Based Tourism
Standard. Jakarta: ASEAN Secretariat.
(Wahyuni, 2018). Salah satu promosi yang Asmoro, B. T., & Da'awi, M. M. (2020). Revitalisasi
dapat dilakukan ialah pemasaran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa
menggunakan media sosial, mengingat media Sukodono, Kecamatan Dampit, Kabupaten
sosial memiliki jangkauan yang luas dan Malang Dalam Pengelolaan Obyek Wisata
membutuhkan biaya yang cukup sedikit. Hal ini Coban Pandawa. JPM (Jurnal
membuat media sosial menjadi kanal promosi Pemberdayaan Masyarakat), 5(1), 373-
yang efisien bagi desa wisata yang memiliki 379.
keterbatasan dalam promosi. Modal promosi Badan Pusat Statistik. (2022, Juni 07). Jumlah
Desa Ranggu ialah publikasi di surat kabar Devisa Sektor Pariwisata (Miliar US $),
18 Jurnal TOURISM, Vol. 5 No. 1

2016-2018. Retrieved from 129-146.


https://www.bps.go.id/indicator/16/1160/1/j Putra, A. M. (2019). MANFAAT PENGEMBANGAN
umlah-devisa-sektor-pariwisata.html DESA WISATA SEBAGAI IMPLEMENTASI
Barlian, E. (2016). Metodologi penelitian kualitatif & EKONOMI KERAKYATAN DI DESA
kuantitatif. Padang: Sukabina Press. WISATA TISTA, KABUPATEN TABANAN.
Dewi, M. H. U. (2013). Pengembangan desa wisata Prosiding, (1), 167-189.
berbasis partisipasi masyarakat lokal di Saat, S., & Mania, S. (2020). Pengantar Metodologi
Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali. Jurnal Penelitian: Panduan bagi Peneliti Pemula.
Kawistara, 3(2). Gowa: Pusaka Almaida. ISBN 978-623-
Hamzah, A., & Khalifah, Z. (2009). Handbook on 226-083-2
Community Based Tourism: How to Simanjuntak, F., & Sariffuddin, S. (2017). PERAN
Develop and Sustain CBT. Kuala Lumpur: LOCAL CHAMPION DALAM
APEC Secretariat. PENGEMBANGAN COMMUNITY BASED
Herdiana, D. (2019). Peran Masyarakat dalam TOURISM DI DESA WISATA CANDIREJO,
Pengembangan Desa Wisata Berbasis MAGELANG. Jurnal Pengembangan Kota,
Masyarakat. Jurnal Master Pariwisata 5(2), 190-199.
(JUMPA), 6(1), 63-86. Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi
Hilman, Y. A. 2017. Kelembagaan Kebijakan penelitian. Yogyakarta: Literasi Media
Pariwisata di level desa. JIP Jurnal Publishing.
Ilmu Pemerintahan): Kajian Ilmu Utami, S. E., & Nugraha, Y. E. (2021). Pelatihan
Pemerintahan dan Politik Daerah, Manajemen Usaha UKM Sebagai Upaya
2(2), 150-163. Bangkit dari Pandemi Bagi Kelompok
Johana, K., Setiadarma, D., & Dewi P.W, K. (2020). Perempuan Pengrajin Tenun Ikat di
STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN Kampoeng Tenun Alor Kota Kupang. Jurnal
10 DESTINASI PARIWISATA PRIORITAS Abdimas Pariwisata, 2(2), 63-74.
“BALI BARU” DI KEMENTERIAN Wahyuni, D. (2018). Strategi pemberdayaan
PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA. masyarakat dalam pengembangan Desa
Jurnal Ekonomi Manajemen Sistem Wisata Nglanggeran. Aspirasi: Jurnal
Informasi, 1(6), 631-648. Masalah-Masalah Sosial, 9(1), 85-102.
https://doi.org/10.31933/jemsi.v1i6.293 Yachya, A. N., & Mawardi, M. K. (2016). Pengelolaan
Krisnani, H., & Darwis, R. S. (2015). Pengembangan Kawasan Wisata Sebagai Upaya
desa wisata melalui konsep community Peningkatan ekonomi Masyarakat Berbasis
based tourism. Prosiding Penelitian Dan CBT (Community Based Tourism). Studi
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(3). Pada Kawasan Wisata Pantai Clungup
Makur, M. (2019, April 08). Menjelajahi Lembah Kabupaten Malang). Universitas Brawijaya.
Ranggu-Kolang yang Eksotis di Flores Malang.
Barat (1). Retrieved from Yanti, N., & Hadya, R. (2018). Kontribusi sektor
https://travel.kompas.com/read/2019/04/08 pariwisata terhadap peningkatan PAD kota
/141000527/menjelajahi-lembah-ranggu- padang. Jurnal Benefita, 3(3), 370-379.
kolang-yang-eksotis-di-flores-barat-1-
?page=all.
Murianto, M., Putra, I. N. T. D., & Kurniansah, R.
(2020). Peranan Pokdarwis Batu Rejeng
untuk Mengembangkan Desa Sentiling
Lombok Tengah. Jurnal Inovasi Penelitian,
1(1), 21-26.
Novaria, R., & Rohimah, A. (2017, October).
Pengembangan community based tourism
sebagai strategi pemberdayaan
masyarakat dan pemasaran pariwisata di
Wonosalam kabupaten Jombang. In
Prosiding Seminar dan Call For Paper (Vol.
20, p. 21).
Nugraha, Y. E., & Malelak, N. O. (2020, December).
Penerapan Manajemen Komplain Pada
Pelayanan Penumpang Di PT. Transnusa
Aviation Mandiri Kupang Pada Masa
Pandemi. In Journey: Journal of
Tourismpreneurship, Culinary, Hospitality,
Convention and Event Management (Vol. 3,
No. 2, pp. 101-116).
Nugroho, R., & Suprapto, F. A. (2021). Membangun
Desa Wisata Bagian 2: Strategi Desa
Wisata. Elex Media Komputindo.
Pakpahan, R. (2018). Implementasi prinsip
pariwisata berbasis komunitas di Desa
Wisata Nglinggo Yogyakarta. JUMPA, 5(1),

Anda mungkin juga menyukai