Anda di halaman 1dari 8

Perencanaan Pengembangan Kawasan Wisata Banyuurip Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlinggo Kabupaten Bantul

PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BANYUURIP


DESA JATIMULYO, KECAMATAN DLINGGO, KABUPATEN BANTUL

Eka Widyaningsih
Program Studi Arsitektur, Universitas PGRI Yogyakarta
eka.widya.jpr@gmail.com

Abstract

Two objectives of this study are the development of tourism potentials and the environmental conservation in
Banyuurip tourism area, Jatimulyo Village, Dlinggo District, Bantul Regency, Special region of Yogyakarta. Our goal is
to improve the physical quality of the site for competitive capacity. The issue concerning comprehensive spatial planning,
tourist attractions, and optimization of human resources should be address more seriously. The spatial planning
development concept applies in Banyuurip area should covered 4 planning approaches (4A) : Attraction, Accessibility,
Amenity, and Ancillary.

Keywords: Tourism, conservation, enviroment

Abstrak
Kajian ini bertujuan untuk mengembangkan potensi pariwisata dan konservasi lingkungan di Kawasan Wisata
Banyuurip, Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlinggo, Kabupaten Bantul. Sehingga Kawasan wisata ini dapat berkembang
sebagai kawasan tujuan wisata yang kompetitif. Permasalahan yang ada di Kawasan Wisata Banyuurip adalah belum
adanya penataan ruang yang komperhensif, belum atraktif dalam pengemasan atraksi pariwisata, dan belum
maksimalnya SDM dalam pengelolaan Kawasan Wisata Banyuurip. Konsep pengembanagn Kawasan Wisata Banyuurip,
menggunakan pendekatan penataan ruang dan komponen pengembangan pariwisata 4A, yaitu; attraction, accessibility,
amenity dan ancilliary

Kata kunci: Pariwisata, konservasi, lingkungan

Pendahuluan Puncak Becici, Hutan Pinus, Bukit Bintang, Hutan


Desa Jatinom, Kecamatan Dlinggo, Kabupaten Turunan, dan Air terjun Sri Gethuk.
Bantul, memiliki berbagai potensi Sumber Daya
Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Sektor pariwisata menjadi salah satu
SDA Desa Jatinom antara lain: bentang alam potensi yang dikembangkan di Daerah Istimewa
perdesaan, sungai permukaan, dan juga sumber Yogyakarta dan Kabupaten Bnatul. Berdasarkan
mata air yang disebut Sendang Banyuurip atau Undang-Undang Nomor 13 tahun 2012 tentang
Sendang Penguripan. Sedangkan potensi SDM, Keistimewaan DIY menegaskan pengakuan negara
antara lain kerajinan-kerajinan dan seni budaya terhadap kekhasan/keistimewaan yang dimiliki
yang berkembang di Desa Dlinggo. DIY. Kewenangan keistimewaan DIY yang terkait
Sendang Banyuurip ini terkait erat dengan dengan kepariwisataan meliputi kebudayaan,
Legenda Sunan Geseng atau Jebeng Cokro Joyo, pertanahan dan tata ruang. Dan merujuk pada
yang merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 11
Dan berdasarkan cerita juru kunci, Sendang Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Banyuurip ini pernah dipakai untuk mandi oleh Menengah Daerah Tahun 2016-2021 menempatkan
GPH Mangkubumi sektor pariwisata sebagai salah satu sektor strategis.
Selain Sendang Banyuurip, peninggalan lain dari Hal ini dikarenakan sektor pariwisata memberikan
Sunan Geseng adalah Jati Kluwih dan Watu Sego, dampak berantai terhadap perekonomian daerah.
dan juga kawasan sungai Oyo. Berdasarkan survey Kegiatan kepariwisataan diharapkan dapat
lapangan, Kawasan Wisata Banyuurip, terutama membantu peningkatan pendapatan masyarakat dan
Sendang Banyuurip ini selalu dikunjungi oleh pengentasan kemiskinan. Pengembangan destinasi
wisatawan. Pengunjung akan mencapai puncaknya pariwisata difokuskan pada pengembangan
pada malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon. Kawasan Strategis Pariwisata Daerah dan
Pengembangan potensi Kawasan Wisata peningkatan daya tarik serta pelayanan pariwisata.
Banyuurip sebagai kawasan wisata didukung Pada bagian program bidang Pariwisata, disebutkan
potensi wisata daerah sekitar yang terlebih dahulu antara lain :
sudah tertata dan dikenal oleh masyarakat luas. a. Program Pengembangan Pemasaran
Kawasan wisata tersebut antara lain; wisata, seperti Pariwisata,

12 Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.2, No.1, Juli 2020
e-ISSN : 2656-7415 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/space
Eka Widyaningsih
b. Program Pengembangan Destinasi adalah lembaga pengelolaan, Tourist
Pariwisata, Information, Travel Agent dan stakeholder
c. Program Pengembangan Kemitraan. yang berperan dalam kepariwisataan.
Ruang Lingkup Pembangunan Kepariwisataan Kebijakan penataan ruang di Kawasan Sumur
meliputi pembangunan industri pariwisata; Banyuurip dilakukan secara terpadu dengan
pembangunan destinasi pariwisata; pembangunan mempertimbangkan kondisi alamiah (lingkungan)
pemasaran pariwisata, pembangunan kelembagaan serta buatan. Kebijakan penataan ruang di Kawasan
pariwisata dan pembangunan ekosistem pariwisata. Sumur Banyuurip dikembangkan ke dalam suatu
Keterlibatan dan peran serta pemerintah maupun kerangka kebijakan yang strategis. Arah Kebijakan
masyarakat menjadi salah satu kunci keberhasilan terkait dengan Kawasan Sumur Banyuurip dapat
pengembangan pariwisata. RPJMD Kabupaten ditinjau dari kebijakan pusat sampai daerah,
Bantul melalui 2016-2021 telah merumuskan diantaranya dapat dijelaskan sebagai berikut:
program terkait pemberdayaan masyarakat melalui a. Undang-Undang No. 9 Tahun 2010 Tentang
program peningkatan partisipasi masyarakat dalam Kepariwisataan. UU No. 9 Tahun 2010
membangun desa dan program pembinaan dan menyebutkan bahwa kepariwisataan
fasilitasi pengelolaan keuangan desa. merupakan bagian integral dari pembangunan
Potensi-potensi di Kawasan Banyuurip belum nasional yang dilakukan secara sistematis,
dikembangkan secara maksimal, dan kendala utama terencana, terpadu, berkelanjutan, dan
Kawasan Banyuurip untuk menjadi tujuan wisata bertanggung jawab dengan tetap memberikan
yang potensial antara lain; perlindungan terhadap nilai-nilai agama,
a. Belum adanya penataan ruang yang budaya yang hidup dalam masyarakat,
komperhensif, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta
b. Belum atraktif dalam pengemasan kepentingan nasional. Daerah tujuan
atraksi pariwisata pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi
c. Belum maksimalnya SDM dalam wisata.
pengelolaan Kawasan Wisata Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis
Banyuurip. yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya
Kajian Pustaka tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
Kebijakan Tata Ruang Dan Tinjauan Pustaka pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
Perencanaan kawasan wisata, dengan tujuan saling terkait dan melengkapi terwujudnya
kawasan tersebut menjadi salah satu ODTW yang kepariwisataan.
berkelanjutan, maka diperlukan suatu konsep b. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
pengembangan yang jelas. Dalam bidang pariwisata Bantul Tahun 2010 – 2030. Berdasarkan
banyak konsep yang menjadi landasan RTRW Kabupaten Bantul, Pola Ruang Desa
pengembangan perencanaan, salah satunya adalah Jatimulyo adalah Kawasan Hutan Lindung,
Konsep 4A (attraction, accessibility, amenity dan dan Kawasan Lindung Sekitar Mata Air.
ancilliary). c. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
a. Attractiony Daerah (RIPPDA) Daerah Istimewa
Komponen yang signifikan yang menjadi Yogyakarta
daya tari wisatawan. atraksi yang menarik Visi Pembangunan Kepariwisataan Daerah
kedatangan wisatawan itu ada tiga, yaitu 1) Kabupaten Bantul adalah “ Bantul Menjadi
Natural Resources (alami), 2) Atraksi wisata Destinasi Pariwisata Utama Indonesia Yang
budaya, dan 3) Atraksi buatan manusia itu Bernuansa Harmoni Alam dan Budaya Untuk
sendiri. Kesejahteraan Masyarakat”.
b. Accessibility Misi Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Menitik beratkan pada kemudahan isatawan sebagai berikut:
dalam melakukan pergerakan dari satu 1) Mengembangkan destinasi pariwisata
tempat ke tempat lain dan kemudahan alam, budaya, dan minat khusus yang
isatawan dalam mencapai kaasan wisata bernuansa lingkungan, berkelanjutan,
tersebut. dan berbasis pada pemberdayaan
c. Amenity masyarakat;
sarana dan prasarana yang diperlukan oleh 2) Mengembangkan pemasaran pariwisata
wisatawan selama berada di daerah tujuan yang terpadu, bertanggung jawab, dan
wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud berskala luas untuk meningkatkan
seperti: penginapan, rumah makan, kunjungan wisatawan dengan mengikuti
transportasi dan agen perjalanan perkembangan teknologi;
d. Anciliary 3) Mengembangkan industri pariwisata
Merupakan pelayanan yang harus disediakan yang berdaya saing, kredibel, mampu
oleh pemangku kebijakan atau pemerintah menggerakkan kemitraan usaha, dan
dalam penyediaan infrastruktur di kawasan bertanggung jawab atas kelestarian dan
wisata. Selain itu, yang termasuk anciliary
Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.2, No.1, Juli 2020 13
e-ISSN : 2656-7415 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/space
Perencanaan Pengembangan Kawasan Wisata Banyuurip Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlinggo Kabupaten Bantul
keseimbangan lingkungan alam dan 1B). Kawasan Banyuurip berada di PS-1 dan
sosial budaya; PL-1B. Pengembangan wisata yang
4) Mengembangkan kelembagaan direncanakan adalah wisata religi/petilasan
kepariwisataan dan sumber daya (Sendang Bnayuurip) dan wisata alam, dengan
manusia yang efektif, efisien, dan memanfaatkan Sungai Oyo (PL-1B).
mewujudkan masyarakat sadar wisata.
Kecamatan Dlingo, termasuk dalam Metodelogi
DPD (Destinasi Pariwisata Daerah ) Secara umum pendekatan yang digunakan
Pangeran Diponegoro meliputi Dlingo, adalah Kualitatif. Dengan metode ini, akan
Pandak dan Sedayu sebagai Kawasan ditemukan data-data yang bersifat norma, nilai,
Wisata Kerajinan, Sejarah, Budaya, tanggapan, kebiasaan, sikap mental, dan budaya
Kuliner dan Pedesaan; yang dianut oleh seseorang maupun sekelompok
d. Rencana Detail Tata Ruang Dan Peraturan maupun kelompok orang.
Zonasi Kabupaten/Kota Dalam pengambilan data, dibedakan data
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) adalah primer dan data sekunder. Data primer adalah data
rencana secara terperinci tentang tata ruang yang langsung diperoleh secara langsung oleh
wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi peneliti dari amatan, wawancara maupun kuisioner.
dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat
RDTR merupakan rencana yang menetapkan peneliti dari artikel-artikel di internet, jurnal atau
blok pada kawasan fungsional sebagai situs yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
penjabaran kegiatan ke dalam wujud ruang Dalam menganalisa juga digunakan metode
yang memperhatikan keterkaitan antar analisis isi (content analysis) yaitu;
kegiatan dalam kawasan fungsional agar pada analisis kebijakan serta peraturan yang
tercipta lingkungan yang harmonis antara terkait, baik yang berlaku didaerah maupun
kegiatan utama dan kegiatan penunjang dalam nasional, serta didukung pengamatan secara
kawasan fungsional tersebut. Sedangkan eksploratif (empiris) kondisi fisik pada lokasi
Peraturan zonasi adalah ketentuan yang penelitian serta wawancara mendalam (in depth
mengatur tentang persyaratan pemanfaatan
interview).
ruang dan ketentuan pengendaliannya dan
disusun untuk setiap blok/zona peruntukan
yang penetapan zonanya dalam rencana rinci
tata ruang. Zonasi adalah pembagian kawasan
ke dalam beberapa zona sesuai dengan fungsi
dan karakteristik semula atau diarahkan bagi
pengembangan fungsi-fungsi lain.
Kabupaten Bantul pada tahun 2018, menyusun
RDTR BWP Kawasan Perkotaan Kabupaten
Bantul dan RDTR BWP Kawasan Pedesaan
Kabupaten Bantul. Peta Zonasi RDTR BWP
Kawasan Perkotaan Kabupaten Bantul
digunakan untuk menggantikan Peta RDTR
dan PZ BWP Kecamatan Banguntapan dan
Bantul, sedangkan Peta Zonasi RDTR BWP
Kawasan Pedesaan Kabupaten Bantul Gambar 1. Hirarki Perencanaan Tata Ruang Dalam
digunakan untuk menggantikan Peta RDTR RDTR – Masterplan Kawasan Wisata
dan PZ BWP Kecamatan Sedayu, Pajangan,
Pandak, Bambanglipuro, Pundong, Jetis,
Pleret, Imogiri, Dlingo dan Piyungan.
Secara administratif, Kecamatan Dlingo dibagi
atas 6 (enam) desa, yaitu Desa Mangunan,
Muntuk, Dlingo, Temuwuh, Jatimulyo, dan
Terong. Luas wilayah masing-masing desa dan
pembagian wilayah menjadi yang lebih kecil,
yaitu Padukuhan dan RT. Kecamatan Dlingo
merupakan wilayah yang didominasi oleh
pegunungan dengan kontur yang cukup curam.
Desa Jatimulyo, Kecamaatn Dlingo dimana
masuk dalam RDTR BWP Pedesaan,
berdasarkan peta pola ruang sebagian zona
perlindungan setempat sempadan sungai (PS1) Gambar 2. Peta Pola Ruang RDTR BWP Pedesaan,
dan sebagian besar merupakan zona Kabupaten Bantul
peruntukan lainnya pertanian holtikultura (PL-
14 Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.2, No.1, Juli 2020
e-ISSN : 2656-7415 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/space
Eka Widyaningsih
Sumber: https://dptr.bantulkab.go.id/hal/peta-rencana- Kawasan Wisata Banyuurip, di jabarkan dalam
pola-ruang-pdf diagram berikut ini;

Gambar 4. Diagram Perencanaan Kawasan Wisata


Banyuurip

Konsep Makro
Kawasan perencanaan merupakan kawasan-
kawasan yang berada di tepian sungai dan juga
kawasan cagar budaya, oleh karena itu dalam
Gambar 3. Penjabaran Tahapan Perencanaan perancangannya harus mengacu pada kaedah
Kawasan Wisata Banyuurip perancangan Waterfront dan kaidah pelestarian
dengan penekanan konsep dasar desain diantaranya;
Zonasi, Sirkulasi, Ruang Terbuka Hijau – Non
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hijau atau Lansekap dan Sarana Prasarana.
Kawasan Sendang dan Sumur Banyuurip masuk Pertimbangan-pertimbangan ini pada dasarnya
ke dalam wilayah administrasi Desa Jatimulyo, mempunyai kepentingan untuk keberlangsungan
Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Desa pembangunan wisata di Kawasan Wisata Banyuurip
Jatimulyo salah satu dari 6 desa yang ada di dan juga bermanfaat untuk wisatawan yang datang.
Kecamatan Dlingo yang terletak kurang lebih 15 km Manfaat untuk keberlangsungan
kearah timur laut dari Kecamatan Dlingo, Desa penyelenggaraan wisata di Kawasan Wisata
Jatimulyo mempunyai wilayah seluas : 891,03 ha, Banyuurip adalah:
dengan batas – batas wilayah sebagai berikut: 1) Pengembanagn wisata religi/sejarah,
a. Sebelah Utara:Desa Pengkok, Patuk, wisata alam dan minat khusus di
Gunungkidul Kawasan Wisata Banyuurip,
b. Sebelah Timur:Desa Getas, Playen, menetapkan zonasi, yaitu; Segmen I,
Gunungkidul Segmen II dan Segmen III (Gambar 5)
c. Sebelah Selatan:Desa Temuwuh, 2) Mengikutsertakan masyarakat dalam
Dlingo, Bantul pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan
d. Sebelah Barat:Desa Terong, Dlingo, wisata dan memberikan keuntungan
Bantul ekonomi terutama kepada masyarakat
Nama “Jatimulyo” dan nama-nama dusun lokal.
tersebut mempunyai sejarah yang berhubungan erat Memberikan peningkatan pengetahuan tentang
dengan keberadaan Sunan Kalijaga. Jatimulyo karakteristik kawasan Banyuurip, budaya Jawa
adalah rangkaian dua kata yang diringkas yaitu : kerakyatan dan lingkungan sungai bagi wisatawan
“sejatining kamulyan”, yang pada hakikatnya sebagai destinasi wisata yang mempunyai
merupakan tujuan hidup semua manusia. Karena kekhasan.
sesungguhnya setiap manusia pasti menginginkan
kemuliaan yang sejati. Kemuliaan yang sejati
adalah hidup tenteram dan bahagia baik di dunia
sampai akhir nanti.
Desa Jatimulyo pada tahun 2018 jumlah
penduduk mencapai 6.885 jiwa terdiri dari Laki-
Laki 3.328 jiwa dan Perempuan 3557 jiwa dengan
2.163 KK. Mayoritas mata pencarian penduduk
Desa Jatimulyo bergerak dibidang pertanian.
Konsep wisata yang akan dikembangkan di
Kawasan Wisata Banyuurip ini, harus
memperhatikan prinsip konservasi dan preservasi.
Hal ini dikarenakan ODTW yang akan
dikembangnkan adalah sumber air yang punya Gambar 5. Peta Pembagian Zona Perencanaan
muatan sejarah. Dan konsep pengembangan Kawasan Wisata Banyuurip

Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.2, No.1, Juli 2020 15
e-ISSN : 2656-7415 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/space
Perencanaan Pengembangan Kawasan Wisata Banyuurip Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlinggo Kabupaten Bantul
wisata lain di sekitarnya perlu dikelola dengan baik
Konsep Mezzo untuk menghindari bottleneck lalu lintas.
Konsep Mezzo yang direncanakan Kawasan Wisata Banyuurip dapat diakses dari
dikembangkan di Kawasan Wisata Banyuurip arah jalan kabupaten Patuk – Dlinggo - Imogiri.
mengacu pada komponen pariwisata 4A, yaitu; Untuk memperkuat sebagai Kawasan Wisata
attraction, accessibility, amenity dan ancilliary. Banyuurip, maka perlu dibangun sebuah landmark
Penggambaran komponen pariwisata 4A dan kawasan. Landmark kawasan yang direncanakan
pelaksanaannya dilapangan, dapat dilihat pada adalah gerbang kawasan.
diagram berikut ini; Memperjelas akses didalam kawasan, perlu
dilengkapi penanda, yang dapat berfungsi
membantu pengunjung mencari lokasi objek wisata
(way finding). Selain itu, untuk mengantisipasi
semakin berkembangnya kawasan perencanaan.,
maka akan dikembangkan area parkir dan
intermoda.
Pengadaan sarana transportasi intermoda yang
melewati destinasi wisata diperlukan untuk
melayani pengunjung dari lokasi parkir terpusat ke
ODTW Sendang Banyuurip, Sumur Banyuurip,
area river tubbing, camping ground dan area
agrowisata
Lokasi obyek yang relatif saling berdekatan
Gambar 6. Konsep Mezo Perencanaan Kawasan membuat kawasan wisata bersinergi membentuk
Wisata Banyuurip suatu kawasan besar destinasi wisata yang saling
terhubung. Hal tersebut juga berpotensi memecah
Konsep Mezo meliputi : konsentrasi kerumunan (crowd) yang melebihi daya
a. Pengembangan Atraksi (Attraction) tampung (carrying capacity) di satu destinasi
Paket wisata dapat dikembangkan untuk populer tertentu pada peak season.
menambah nilai kekhasan wisata di kawasan ini. Rencana alat transportasi lokal antar kawasan
Kawasan Wisata Banyuurip menawarkan ODTW akan membantu pengunjung tidak menggunakan
situs Sendang Banyuurip, Sumur Banyuurip. kendaraan sendiri.
Berdasarkan potensi yang ada dan untuk
memperkaya variasi atraksi di Kawasan Wisata c. Pengembangan Amenitas (Amenity)
Banyuurip, atraksi yang dapat dikembangkan antara Amenities atau sarana prasarana penunjang
lain; kegiatan pariwisata, perlu dikembangkan untuk
1) Atraksi pendidikan sejarah, merupakan mendukung kegiatan wisata. Pengembangan
kegiatan pengembangan pengetahuan amenities disesuaikan dengan kebutuhan
khususnya sejarah asal usul warisan pengunjung.
budaya Sendang Banyuurip, Sumur
Banyuurip, Kedung Pocot, Jatih Kluwih Tabel 1. Konsep Pengembangan Amenities
No. Jenis Amenity Rencana Pengembangan
dan lainnya.
1. Penginapan a. Homestay disekitar
2) Atraksi jelajah alam, merupakan Kawasan Sendang
kegiatan jelajah alam yang Banyuurip
dikembangkan untuk menikmati b. Homestay direncanakan
keindahan alam di tepian Sungai Oyo. rumah penduduk yang di
modifikasi dengan standar
3) Atraksi rekreasi, merupakan kegiatan fasilitas homestay
beristirahat dan bersantai, difasilitasi c. Homestay bernuansa
dengan pengembangan lansekap yang arsitektur lokal / Jawa
menarik dengan berbagai vegetasi yang d. Homestay dikelola oleh
menyegarkan untuk melepas penat warga dan dibina oleh
Dinas Pariwisata
wisatawan. 2. Restoran / Pusat a. Merencankan lokasi
4) Wisata memancing di Sungai Oyo. Kuliner kuliner yang berada di
5) Atraksi river tubbing Sungai Oyo. Kawasan Sendang
6) Atraksi agrowisata budidaya kentang Banyuurip
b. Menggali kuliner lokal
hitam yang berbeda dengan di
b. Pengembangan Aksesibilitas (Accessibility) daerah lain
Kawasan Desa Jatimulyo merupakan kawasan c. Bangunan bernuansa
yang relatif mudah untuk ditempuh. Di sisi lain, arsitektur lokal / Jawa
terdapat beberapa destinasi wisata lain yang 3. Cinderamata a. Menciptakan hasil
kerajinan dari bahan kayu
terkoneksi dengan kawasan ini. Akses dari dan dengan ukuran lebih kecil
menuju Kawasan Desa Jatimulyo serta kawasan

16 Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.2, No.1, Juli 2020
e-ISSN : 2656-7415 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/space
Eka Widyaningsih
No. Jenis Amenity Rencana Pengembangan bangunan, penempatan ruang terbuka, vegetasi, dan
(bisa dibawa), seperti; perabot ruang luar. Arsitektur bangunan bernuansa
patung, perhiasan
b. Pembinaan UMKM
budaya daerah diberlakukan pada bangunan dengan
c. Kerjasama dengan desa fungsi permukiman, pendidikan, keagamaan,
terdekat, yang mempunyai perdagangan dan jasa, sosial dan budaya, pariwisata
produk kerajinan serta fungsi khusus. Arsitektur bangunan bernuansa
4. Fasilitas umum a. Fasilitas di lokasi wisata budaya daerah diberlakukan pada bangunan milik
seperti sarana b. Bangunan bernuansa
ibadah, arsitektur lokal / Jawa perseorangan, kelompok orang, masyarakat,
kesehatan, Pemerintah/pemerintah daerah, badan usaha
taman, toilet, berbadan hukum, dan/atau badan usaha bukan
ruang sekretariat, berbadan hukum. Penerapan ketentuan ini
tempat souvenir,
tempat ibadah
tergantung di Segmen mana bangunan tersebut
5. Agen Perjalanan Bekerjasama dengan agen dibangun, Segmen I, Segmen II dan Semen III.
perjalanan / tour and travel
. Pemandu wisata a. Peningkatan pemandu b. Konsep Lansekap atau Tata Hijau
wisata secara kuantitas dan Berdasarkan jenis tanah di Kawasan Sumur
kualitas
b. Memberikan bekal
Banyuurip, berupa tanah Mediteran Merah dan
pengetahuan tentang Renzina, maka perlu pertimbangan pemilihan
sejarah asala-usul Sendang tanaman yang cocok dan dapat hidup di tanah
Banyuurip dan sejarah tersebut. Jenis tanaman penutup tanah dan perdu
Desa Jatimulyo dipertimbangkan untuk berwarna sedangkan jenis
7. Pelayanan Pengembangangan fasilitas
Perbank-kan perbank-kan, terutama bank
pohon merupakan tanaman endemik. Jenis-jenis
dengan jaringan nasional pohon dibagi lagi kedalam jenis pohon yang
8. SPBU Pengembangangan fasilitas berganti daun (duciduous) dan setiap saat selalu
SPBU berdaun (evergreen).
Vegetasi yang disarankan ditanam di lokasi ini
Konsep Mikro adalah jenis pohon yang bersifat suksesif, artinya
Konsep Mikro Masterplan Obyek Wisata jenis pohon yang mudah tumbuh di Kawasan Sumur
Kawasan Wisata Banyuurip adalah kesepakatan dan Banyuurip. Apabila hal tersebut dapat dilakukan,
pertimbangan untuk penatan Sarana Prasarana maka diperkirakan akan berfungsi antara lain
Wisata. sebagai:
a. Konsep Bangunan Berdasarkan Segmen 1) pohon perindang;
Pembagian segmen Kawasan Sumur Banyuurip 2) penahan limpasan air hujan (run off);
dalam masterplan ini untuk kepentingan teknis 3) komponen pengendali iklim; dan
perencanaan, yaitu untuk mengelompokkan 4) bagian dari lansekap dengan fungsi
berdasarkan karakteristik wilayah, jenis dan sebaran estetika.
obyek wisata. 5) Tanaman yang mempunyai filosofi baik
Pembangunan bangunan baru yang berada di (Sawo Kecik, Asam, Tanjung, dan lain-
Kawasan Wisata Banyuurip, pembangunan elemen lain.)
lansekap serta sarana prasarana pariwisata, harus 6) Tanaman endemik (Jati, Kluwih,
menggunakan referensi arsitektur yang menjadi Mahoni, Kayu Putih, Akasia dan lain-
kekhasan kawasan tersebut, yakni mengacu kepada lain.)
bentuk bangunan arsitektur Jawa Kerakyatan dan 7) Tanaman pengundang burung (tanaman
penggunaan bahan bangunan setempat secara dengan ketinggian minimal 10m)
optimal. Dalam Kawasan Wisata Banyuurip 8) Tanaman yang terkait dengan
direncanakan akan ada ketentuan-ketentuan yang kebudayaan Jawa
diterapkan pada bangunan baru agar ada 9) Tanaman cadangan bahan bangunan
keseninambungan estetika yang berasal dari Direkomendasikan agar penanaman pohon
kesinambungan budaya masa lalu dan sesuai perindang di Kawasan Wisata Banyuurip lebih
dengan lansekap daerah tersebut. ditingkatkan untuk mendapatkan kondisi
Arsitektur Bangunan bernuansa Jawa harus lingkungan yang lebih optimal, terutama dalam
selaras dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya rangka melindungi permukaan tanah. Beberapa
dengan ciri-ciri sebagai berikut : jenis tanaman yang direkomendasikan adalah jenis
1) Menyelaraskan elemen bangunan dan tanaman yang tidak banyak membutuhkan air.
rupa bangunan, dengan Budaya Jawa; Beberapa diataranya tersebut pada Tabel berikut
dan ini:
2) Mentaati ketentuan pelestarian zonasi di Tabel 2. Jenis Vegetasi di Kawasan
Kawasan Wisata Banyuurip. No Nama lokal Nama Ilmiah Asal Tanaman
Arsitektur Bangunan bernuansa budaya daerah 1 Akasia daun Acacia mangium Australia
diwujudkan dengan menerapkan bentuk/sosok besar
2 Akasia Acacia Australia
bangunan, bahan/material, pewarnaan, ornamen kuning auriculaeformis
dan/atau ragam hias, tata letak dan tata ruang
Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.2, No.1, Juli 2020 17
e-ISSN : 2656-7415 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/space
Perencanaan Pengembangan Kawasan Wisata Banyuurip Desa Jatimulyo, Kecamatan Dlinggo Kabupaten Bantul
No Nama lokal Nama Ilmiah Asal Tanaman
3 Angsana Pterocarpus Malaysia
indicus
4 Asam Tamarindus India
indica
5 Jati Tectona Grandis India
6 Beringin Ficus benjamina Malaysia
7 Bougenvil Bougenvillea Brasil
glabra
8 Bunga Maniltoa Papua
saputangan grandiflora (Indonesia)
9 Bungur Lagerstomea Malaysia
indica
10 Cempaka Michelia India
champaka
11 Flamboyan Delonix regia Madagaskar
12 Kaliandra Calliandra Amerika utara
haematocephala
13 Ketapang Terminalia India
cattapa
14 Kupu-kupu Bauhinia Asia Tenggara
purpurea
15 Mahony Swietenia India Gambar 8. Desain Desain Kawasan Wisata
daun lebar macropilla Banyuurip

Tanaman perdu dengan ketinggian di bawah 3 m Kesimpulan


dipertimbangkan untuk memberikan siasana meriah Perancangan Kawasan Wisata Banyuurip
dan menarik, sehingga dipilih tanaman yang dapat dikembangkan wisata religi dan alam. Dan dalam
berbunga di tanah Grumozol sepanjang waktu. penataan ruang, harus memperhatikan konservasi
Tanaman yang dianjurkan adalah: dan sustainable kawasan. Hal ini didasari pada
1) Tanaman yang mempunyai peran Kawasan Banyuurip merupakan zona perlindungan
sebagai obat herbal (empon-empon), setempat sempadan sungai (PS1). Dan juga ODTW
bumbu dapur, dan umbi-umbian. Sendnag Banyuurip merupakan mata air yang harus
Tanaman tersebut diantaranya adalah: dilestarikan.
Uwi, Umbili, Gadung, Kunyit, Kencur, Penataan Kawasan Wisata Banyuurip,
Jahe dan sebagainya. dikembangkan dengan pembagian kawasan menjadi
2) Tanaman berwarna – warni (colourfull), 3 zonasi, yaitu; Segmen I, Segmen II dan Segmen
seperti: Lily Paris, Sirih, Melati, Sokka, III. Dimana setiap zonasi mempunyai aturan
Anggrek tanah, Krokot, Kamboja Jawa, pengembangan yang berbeda-beda.
Jengger Ayam, dan lain-lain. Mendukung Kawasan Wisata Banyuurip,
Selain vegetasi, lanskap yang akan direncanakan menjadi salah satu tujuan wisata potensial, maka
adalah penguatan lanskap darat berupa pintu perlu diperhatikan 4A dalam pengembangannya.
landmark (tetenger) kawasan, berupa gapura Konsep 4A, yaitu; attraction, accessibility, amenity
sekaligus berfungsi sebagai gerbang masuk dan ancilliary.
kawasan. Lokasi landmark direncanakan di sebelah
barat lapangan desa yang akan digunakan sebagai Daftar Pustaka
tempat parkir terpusat. 1) . .2018. Peta Pola Ruang RDTR
Lanskap air juga direncanakan ditata sekaligus BWP Pedesaan. Kabupaten Bantul.
sebagai upaya penegasan batas sempadan Sungai https://dptr.bantulkab.go.id/hal/peta-
Oyo. Penataan lanskap air berupa : jalan akses, rencana-pola-ruang-pdf. 2018
taman, penanda, vegetasi di sempadan, dan 2) . .2018. Legenda-Sendang-Banyu-
pembuatan pedestrian untuk susur tepian sungai dan Panguripan
fishing ground. https://sclm17.blogspot.com/2018/01/legen
da-sendang-banyu-panguripan.html
Sejarah, Cerita, Legenda, Mitos, TOKOH,
Situs. 2018.
3) . .2011. Raperda No. 4/Tahun 2011
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bantul Tahun 2010 -2030.
Bantul.
4) . .2019. Laporan Akhir Penyusunan
Masterplan Masterplan Kawasasan Sumur
Gambar 7. Desain Gerbang Kawasan Wisata Banyuurip. Badan Perencanaan
Banyuurip Pembangunan Daerah (Bappeda)
Pemerintah Kabupaten Bantul. 2019.

18 Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.2, No.1, Juli 2020
e-ISSN : 2656-7415 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/space
Eka Widyaningsih

5) Carr, Stephen, et.all. 1992. Public


Space. Australia: Press Syndicate of
University of Cambridge.
6) Cooper et. al. 1993. Tourism Principles &
Practice.England : Longman Group
Limited.
7) Pendit, N S. 1994. Ilmu Pariwisata: Sebuah
Pengantar Perdana. Jakarta: Pradnya
Paramita.
8) Suwarno, Nindyo. 2009. Model
Pengembangan Tata Ruang Kawasan
Objek Wisata Air Studi Kasus: Objek
Wisata Air Jolotundo. Klaten. UGM.

Sustainable, Planning and Culture (SPACE) : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.2, No.1, Juli 2020 19
e-ISSN : 2656-7415 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/space

Anda mungkin juga menyukai