Anda di halaman 1dari 11

Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan


Konsep Butler
(Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)
Ema Umilia1
1
Urban and Regional Planning Department, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Indonesia

Umilia84@gmail.com

ABSTRAK

Kabupaten Mojokerto memiliki potensi pariwisata yang besar. Sebagian wilayahnya


berada di dataran tinggi yang memiliki banyak peninggalan purbakala dari periode Hindu-
Budha. Kabupaten Mojokerto juga memiliki banyak benda purbakala peninggalan jaman
Kerajaan Majapahit yang terletak di Trowulan. Tidak semua obyek wisata di Kabupaten
Mojokerto terkelola dengan baik. Beberapa diantaranya masih belum dikelola dan belum
dioptimalkan. Kondisi tersebut menyebabkan obyek wisata di Kabupaten Mojokerto memiliki
fase perkembangan yang berbeda-beda. Dengan demikian, diperlukan suatu pengelompokkan
obyek wisata berdasarkan fase perkembangan wisata seperti yang dikemukakan dalam
Konsep Butler.

Mojokerto Regency has large tourism potential. Some of the area being on the upland
which has many relics from a period of Hindu-Budha. Mojokerto Regency also has a lot of
Majapahit Kingdom’s archaeological relic which is located in Trowulan. Not all tourist
destinations in Mojokerto managed properly. Some of them are still undeveloped and not yet
optimized. This condition is causing the tourist destination in Mojokerto having different
phase. Thus, it is needed for clustering the tourist destination based on the tourism
development phase as described in the Concept of Butler.

Kata Kunci: Fase Perkembangan, Tipologi, Wisata

39
Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No. 1, Mei 2016

PENDAHULUAN Kawasan kaki Gunung Penanggungan


Sektor pariwisata merupakan memiliki potensi alam berupa keindahan
potensi yang dimiliki oleh setiap daerah gunung dan pemandangan alami. Selain itu,
dan dapat dikembangkan secara maksimal di kaki Gunung Penanggungan juga
guna meningkatkan pendapatan daerah. ditemukan berbagai peninggalan purbakala,
Sektor pariwisata juga merupakan salah seperti candi, pertapaan, dan pertirtaan dari
satu sektor pembangunan di bidang periode Hindu-Budha di Jawa Timur.
ekonomi yang diharapkan dapat Menurut sejarahnya, gunung ini
memberikan kontribusi yang besar merupakan gunung suci yang memiliki
terhadap perekonomian daerah. Usaha kaitan erat dengan tradisi pemujaan kepada
untuk mengembangkan sektor pariwisata para Dewa atau arwah leluhur. Sehingga
didukung dengan adanya Undang-Undang banyak dijumpai bangunan suci yang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang sudah ada sejak masa pra Hindu-Buddha
Kepariwisataan. Pengelolaan sektor dan merupakan tempat pemujaan.
pariwisata yang baik dapat menjadikan Tidak hanya memiliki potensi,
sektor wisata sebagai salah satu industri sektor pariwisata di Kabupaten Mojokerto
yang prospektif dan mempunyai multiplier juga memiliki beberapa permasalahan
efek bagi perkembangan suatu wilayah. yang menyebabkan pengembangan dan
Kabupaten Mojokerto memiliki pengelolaan pariwisatanya kurang optimal.
potensi pariwisata yang besar, diantaranya Tidak semua obyek wisata memiliki daya
wisata alam, purbakala, dan budaya. Akan tarik dan atraksi wisata yang dapat
tetapi, jenis wisata yang lebih dominan menarik banyak wisatawan untuk
ialah wisata alam dan purbakala. Sebagian berkunjung. Selain itu, masih terdapat
wilayah Kabupaten Mojokerto berada di beberapa obyek wisata yang belum
dataran tinggi atau pegunungan. Beberapa dilengkapi dengan infrastruktur pendukung,
obyek wisata alam yang telah berkembang seperti jaringan jalan yang baik. Beberapa
di Kabupaten Mojokerto ialah Air Terjun jenis wisata, khususnya wisata alam, juga
Dlundung, Wana Wisata Padusan Pacet, menyebabkan turunnya kualitas
Air Terjun Coban Canggu, Kolam lingkungan.
Pemandian Air Panas Padusan Pacet, Berdasarkan hal tersebut, dapat
PPLH Seloliman, Pemandian Ubalan Pacet, dilihat adanya kesenjangan pada obyek-
dan lain-lain. Selain itu, menurut obyek wisata di Kabupaten Mojokerto.
sejarahnya, Kabupaten Mojokerto pernah Sebagian obyek wisata sudah terkelola
menjadi pusat Kerajaan Majapahit yang dengan baik, sebagian lainnya masih
telah berdiri sejak abad XIII-XIV century. belum terkelola secara optimal, sedangkan
Bukti fisik peninggalan jaman Kerajaan sebagian lainnya masih belum dikelola
Majapahit terdapat di wilayah Trowulan. sama sekali. Dengan demikian, diperlukan
Beberapa situs tersebut telah dilindungi suatu perumusan tipologi untuk
sebagai benda cagar budaya dan ditetapkan mengelompokkan obyek wisata agar
sebagai obyek wisata, diantaranya Candi pengelolaan ke depannya bisa dilakukan
Bajang Ratu, Bangkal, Brahu, Gentong, dengan optimal. Pengelompokkan
Kedaton, Minak Jinggo, dan banyak candi didasarkan pada teori yang dikemukakan
lainnya. Selain itu juga terdapat wisata oleh Butler mengenai fase perkembangan
buatan, seperti Ekowisata Tanjungan, wisata. Obyek wisata yang berada pada
Pacet Mini Park, Waterland, Taman fase yang sama akan dikelompokkan
Wisata Rolak Songo, dan banyak lainnya. dalam satu kelompok. Dengan demikian,
Ada pula potensi wisata di nantinya dapat dirumuskan penanganan
Kabupaten Mojokerto yang belum yang tepat untuk masing-masing kelompok.
tereksplor dengan optimal, seperti di
kawasan kaki Gunung Penanggungan. METODE

40
Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

Metode yang digunakan ialah


deskriptif statistik dan komparatif. Analisis
data deskriptif atau statistik deskriptif
bertujuan untuk memberikan deskripsi
mengenai subjek penelitian berdasarkan
data dari variabel yang diperoleh (Azwar,
1998). Data-data dideskripsikan untuk
menjadi sebuah informasi yang lebih jelas,
dalam bentuk persentase, proporsi, atau
frekuensi yang divisualisasikan melalui
grafik dan chart. Pendeskripsian juga
dilakukan dengan perbandingan atau
komparasi.

HASIL
Butler mengemukakan konsep Sumber : Butler (1980)
tentang fase perkembangan pariwisata Gambar 1. Fase Perkembangan
yang terbagi dalam 7 fase, yaitu Wisata
exploration, involvement phase
(keterlibatan), development phase Berdasarkan konsep diatas,
(pembangunan), consolidation phase dilakukan pendefinisian variabel terkait
(konsolidasi), stagnation phase (stagnasi), fase perkembangan wisata yang dapat
decline phase (penurunan), dan dilihat pada tabel berikut:
rejuvenation phase (peremajaan). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut:
Tabel 1. Penjelasan Variabel dalam Tahapan Perkembangan
No Tahapan Atraksi Wisata Ketersediaan Promosi Produk Jumlah Penyedia Investasi
Fasilitas Wisata Wisata Pengunjung Jasa Luar
Penunjang Pariwisata
1 Exploration Masih tersedia Aksesibilitas Belum ada Masih berupa Masih sedikit Belum ada Belum ada
atraksi alam masih sulit produk alami
(kebudayaan dicapai yang tersedia,
dan belum
pemandangan) dikembangkan
2 Involvement Masih berfokus Berbagai Mulai ada Mulai Peningkatan Masyarakat Belum ada
pada fasilitas promosi dikembangkan jumlah lokal mulai
pengembangan penunjang kunjungan berperan
atraksi alami mulai wisatawan dalam
yang dimiliki disediakan, menyediaka
umumnya oleh n jasa
masyarakat pariwisata
lokal
3 Development Atraksi buatan Fasilitas lokal Promosi Mulai ada Jumlah Masyarakat Investasi
mulai sudah tersisih semakin beberapa pengunjung lokal dan dari luar
dikembangkan atau digantikan intensif produk wisata: sedikit pihak luar mulai
untuk oleh fasilitas a. Aspek bertambah masuk
mendukung yang benar- lingkungan
atraksi alami benar touristic alamian
dengan standar b. Aspek
internasional lingkungan
buatan
4 Consolidatio Memiliki atraksi Fasilitas lama Promosi Produk wisata Jumlah Peran Investor-
n alami dan sudah semakin semakin pengunjung investor luar investor
atraksi buatan ditinggalkan gencar dan beragam: meningkat semakin dari luar
yang diperluas a. Aspek namun masih besar dalam semakin

41
Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No. 1, Mei 2016

No Tahapan Atraksi Wisata Ketersediaan Promosi Produk Jumlah Penyedia Investasi


Fasilitas Wisata Wisata Pengunjung Jasa Luar
Penunjang Pariwisata
dikembangkan lingkungan pada tingkat menyediaka bertambah
untuk alamian lebih rendah n jasa wisata (dipegang
mendukung b. Aspek oleh
atraksi alami lingkungan jaringan
buatan internasion
c. Aspek al)
sarana
prasarana
wisata
5 Stagnation Atraksi buatan Berbagai Promosi Produk wisata Jumlah Investor luar Investor-
sudah fasilitas tetap tidak saling pengunjung berperan investor
mendominasi dikembangkan berjalan menunjang stagnan dalam dari luar
atraksi asli alami sehingga melainkan menyediaka (dipegang
(baik budaya melampaui saling n jasa wisata oleh
maupun alam) daya dukung mendominasi jaringan
sehingga citra internasion
awal sudah al)
mulai meluntur,
6 Decline Atraksi wisata Banyak Promosi Produk wisata Kunjungan Penyedia Investasi
semakin fasilitas semakin semakin tertinggi jasa dai luar
menurun dan pariwisata berkurang berkurang dan hanya pada pariwisata berkurang
tidak sudah kurang akhir pekan menurun
memberikan dialihkan diminati lagi
daya tarik wisata fungsinya
untuk kegiatan
non-pariwisata
7 Rejuvenation Atraksi wisata Fasilitas Promosi Ada inovasi Jumlah Penyedia Investasi
mulai penunjang mulai dalam pengunjung jasa dari luar
dikembangkan mulai digencarka pengembangan mulai pariwisata mulai ada
lagi dengan ditingkatkan n lagi produk baru meningkat bermunculan dan
menambahkan lagi lagi kembali bertambah
inovasi lagi
Sumber: Hasil Analisa, 2016

Berdasarkan variabel diatas, maka


obyek wisata di Kabupaten Mojokerto
dikelompokkan sebagai berikut :
Tabel 2. Pengelompokan Obyek Wisata di Kabupaten Mojokerto berdasarkan Tahapan
Perkembangan

No Tahapan Dikelola Pemda (A) Dikelola non Pemda (B) Belum Dikelola Lembaga/Instansi (C)
1 Exploration 1. Ekowisata – Air Terjun Grenjeng
Tanjungan 1. Solokendit
2. Gunung Batuk
3. Gunung Pundak
4. Gunung Welirang
5. Gua Gembyang
6. Gua Lowo
7. Wanawisata Bendulan
8. Sumber Air Jubel
9. Krapyak
10. Air Terjun Coban Kembar Watu Ondo
11. Candi Sumur Gantung
12. Situs Yoni Bre Kahuripan
13. Situs Pithecantropus
14. Petilasan Jago Panji Laras
15. Petilasan Gajah Mada Jabung
16. Umpak Batu Yoni Lebak Jabung

42
Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

No Tahapan Dikelola Pemda (A) Dikelola non Pemda (B) Belum Dikelola Lembaga/Instansi (C)
17. Situs Prasasti Kembangsore
18. Waduk Cinandang
19. Lengkong Baru
20. Taman Wisata Rolak Songo
21. Kolam Renang Klinterejo
22. SPN Bangsal
23. Waterland
24. Kolam Renang MK Tirta
25. Randugenengan
26. Pekukuhan
27. Pondok Ikan
28. Sumonggo Pinarak
29. Made
30. Bumi Perkemahan Desa Wisata Claket
31. Makam Krapyah
32. Makam Syech Mahmud
33. Makam Tumenggung Prawirosono
34. Makam Mbah Mendek
35. Makam Ki Ageng Jabung
2 Involvement 1. Pertirtaan Jolotundo 1. Wana Wisata Gunung –
2. Air Terjun Dlundung Penanggungan/PPLH
3. Air Terjun Coban Seloliman
Canggu 2. Tahura RM. Surya
4. Musium Trowulan 3. Jasa Tirta
5. Siti Inggil 4. Tirta Anandiri
6. Pemandian Ubalan
Pacet
3 Development 1. Kolam/Pemandian 1. Candi Bajang Ratu –
Air Panas Padusan 2. Candi Bangkal
Pacet 3. Candi Brahu
2. Wana Wisata 4. Candi Gentong
Padusan Pacet 5. Candi Bejong/Jedong
3. Makam Religius 6. Candi Kedaton/Sumur
Troloyo Upas
7. Candi Kesimen
Tengah
8. Candi Minak Jinggo
9. Candi Pasetran
10. Candi Tikus
11. Candi Wringin
Lawang
12. Kolam Segaran
13. Kubur Panggung
14. Makam Putri Campa
15. Reco Lanang
16. Reco Wedok
17. Pendopo Agung
18. Maha Vihara
Majapahit
19. Pacet Mini Park
4 Consolidation – – –

5 Stagnation – – –

6 Decline 1. Wana Wisata Watu – –


Blorok
2. Api Alam Bekucuk
7 Rejuvenation – – –

43
Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No. 1, Mei 2016

Berdasarkan hasil analisa diatas,


didapatkan 3 tipologi obyek wisata di
Kabupaten Mojokerto berdasarkan fase
perkembangannya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada penjelasan berikut:
a. Tipologi A
Tipologi A merupakan
pengelompokkan obyek wisata yang
dikelola oleh Pemda Mojokerto. Obyek
wisata pada tipologi A berada pada
tahap exploration, involvement, dan
development. Obyek wisata pada
Tipologi A yang berada dalam tahap
exploration adalah Ekowisata
Tanjungan. Kegiatan utama yang bisa
dilakukan di Ekowisata Tanjungan
ialah memancing karena terdapat
waduk dan tambak didalamnya. Jika
digrafikkan berdasarkan tahapan Gambar 3. Ekowisata Tanjungan
perkembangannya, Ekowisata
Tanjungan sempat mengalami Sementara itu, obyek wisata pada
penurunan (decline) pada tahun 2012. Tipologi A yang berada dalam tahap
Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah involvement berjumlah 6 obyek,
pengunjung yang mengalami dengan rincian seperti yang tertera
penurunan dari 11.653 (tahun 2011) pada tabel diatas. Mayoritas
menjadi 4.349 (tahun 2012); 5.389 merupakan obyek wisata alam yang
(tahun 2013); dan 4.794 (tahun 2014). memiliki atraksi wisata alami berupa
Saat ini, Ekowisata Tanjungan sedang air terjun, pegunungan, dan pertirtaan
dalam proses peningkatan untuk yang memiliki pemandangan indah.
kembali pada tahap exploration. Obyek wisata dalam tahap ini telah
Berikut ini merupakan grafik dikelola dan mengalami peningkatan
perkembangan dan gambar obyek jumlah kunjungan wisatawan. Dalam
wisata: pengelolaannya, terdapat peran serta
masyarakat lokal, seperti dalam
BAHASAN
penyediaan berbagai fasilitas
penunjang kegiatan pariwisata.
Sedangkan promosi juga mulai
digencarkan sehingga obyek-obyek
wisata pada tahap ini mulai menjadi
suatu destinasi wisata yang menarik.
Sumber : Hasil Analisa, 2014 Berikut ini merupakan grafik
perkembangan dan gambar obyek
Gambar 2. Grafik Perkembangan wisata:
Obyek Wisata Tipologi A pada
Tahap Exploration

Sumber : Hasil Analisa, 2014


Gambar 4. Grafik Perkembangan
Obyek Wisata

44
Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

Tipologi A pada Tahap Involvement

Sumber : Hasil Analisa, 2014


Gambar 6. Grafik Perkembangan
Obyek Wisata Tipologi A pada
Tahap Development

Gambar 5. Pertirtaan Jolotundo (kiri)


dan Air Terjun Dlundung (kanan)

Selain itu juga terdapat obyek


wisata pada Tipologi A yang berada
pada tahap development, yaitu
berjumlah 3 obyek, dengan rincian
seperti yang tertera pada tabel diatas.
Obyek wisata pada tahap ini ialah Gambar 7. Makam Troloyo (kiri) dan
wisata alam dan wisata religi. Untuk Wana Wisata Padusan (kanan)
wisata alam, telah dilengkapi dengan
fasilitas penunjang wisata yang cukup Ada pula obyek wisata yang berada
memadai. Selain itu juga terdapat area pada tahap decline, yaitu Wana Wisata
bermain untuk anak-anak. Jumlah Watublorok. Wana wisata ini dikelola
pengunjung obyek wisata yang berada oleh Perhutani. Wana wisata ini
pada tahap ini mengalami peningkatan sempat ramai dikunjungi karena
selama 2 tahun terakhir. memiliki daya tarik berupa bongkahan
Pengunjungnya pun merupakan batu singkapan geologi yang berwarna
wisatawan domestik dan mancanegara. abu-abu muda dengan bercak (blorok)
Sedangkan untuk wisata religi, yaitu abu-abu tua. Warna bercak ini ialah
Makam Religius Troloyo, juga telah bijih Xeolit yang terjebak dalam
mengalami peningkatan jumlah batuan kaolin. Obyek wisata ini berada
pengunjung pada tahun 2011-2013, di dalam hutan jati pegunungan kapur
yaitu dari 309.850 (tahun 2011); yang didalamnya terdapat tanaman
446.569 (tahun 2012); dan 435.019 kayu putih. Namun, siring dengan
(tahun 2013). Berikut ini merupakan perkembangan zaman, obyek wisata ini
grafik perkembangan dan gambar mulai terabaikan sehingga banyak
obyek wisata: fasilitas yang rusak dan rapuh. Saat ini,
wisatawan sudah beralih ke destinasi
wisata baru. Banyak fasilitas

45
Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No. 1, Mei 2016

pariwisata sudah dialihkan fungsinya wisata alam dengan fungsi pelestarian


untuk kegiatan non-pariwisata, flora (Wana Wisata Gunung
sehingga destinasi semakin tidak Penanggungan dan Tahura RM. Surya).
menarik bagi wisatawan. Begitu pula Sementara dua lagi merupakan wisata
dengan Api Alam Bekucuk. Berikut ini buatan berupa pemandian (Jasa Tirta
merupakan grafik perkembangan dan dan Tirta Anandiri). Obyek wisata
gambar obyek wisata: dalam tahap ini masih berfokus pada
pengembangan atraksi yang dimiliki.
Dalam pengelolaannya, juga terdapat
peran serta masyarakat lokal, misalnya
penjual makanan dan minuman.
Promosi mengenai obyek wisata ini
Sumber : Hasil Analisa, 2014 masih terus dilakukan untuk menarik
Gambar 8. Grafik Perkembangan jumlah pengunjung. Berikut ini
Obyek Wisata Tipologi C pada merupakan grafik perkembangan dan
Tahap Decline gambar obyek wisata:

Sumber : Hasil Analisa, 2014


Gambar 10. Grafik Perkembangan
Obyek Wisata Tipologi B pada
Tahap Involvement

Gambar 9. Wana Wisata Watublorok


(kiri) dan Api Alam Bekucuk (kanan)

b. Tipologi B
Tipologi B merupakan
pengelompokkan obyek wisata yang
dikelola oleh non Pemda Mojokerto,
didalamnya termasuk BPCB Jawa
Timur, Perhutani, swasta, dan lembaga
masyarakat. Obyek wisata pada
tipologi B berada pada tahap
involvement dan development. Obyek Gambar 11. Tahura R. Soeryo (kiri)
wisata yang berada pada tahap dan PPLH Seloliman (kanan)
involvement berjumlah 4 obyek,
dengan rincian seperti pada tabel diatas. Selain itu juga terdapat obyek
Dua diantaranya merupakan obyek wisata pada Tipologi B yang berada

46
Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

pada tahap development, yaitu Tipologi B pada Tahap


berjumlah 19 obyek, dengan rincian Development
seperti yang tertera pada tabel diatas.
Obyek wisata pada tahap ini
merupakan situs-situs wisata purbakala
peninggalan Kerajaan Majapahit yang
memiliki atraksi wisata berupa
kebudayaan, benda-benda tradisional,
dan situs-situs bersejarah. Beberapa
atraksi buatan sudah mulai
dikembangkan untuk menambahkan
atraksi yang asli alami, seperti tari-
tarian dan berbagai pertunjukan
lainnya. Obyek wisata pada tahap ini Sumber : BPCB Jawa Timur, 2014
telah dilengkapi dengan fasilitas Gambar 14. Perbandingan Jumlah
penunjang pariwisata. Jumlah Wisatawan Obyek Wisata Tipologi
pengunjung obyek wisata yang berada B pada Tahap Development
pada tahap ini mengalami peningkatan
Sementara itu, grafik
selama 2 tahun terakhir.
perkembangannya semakin meningkat,
Pengunjungnya pun merupakan
mulai dari tahap exploration yang telah
wisatawan domestik dan mancanegara.
dilewati, hingga memasuki tahap
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
development. Berikut ini merupakan
diagram berikut:
grafik perkembangannya:

Sumber : Hasil Analisa, 2014


Gambar 15. Grafik Perkembangan
Sumber : BPCB Jawa Timur, 2014 Obyek Wisata Tipologi B pada
Gambar 12. Perkembangan Jumlah Tahap Development
Wisatawan Domestik Obyek Wisata
Tipologi B pada Tahap Development

Sumber : BPCB Jawa Timur, 2014


Gambar 13. Perkembangan Jumlah
Wisatawan Mancanegara Obyek
Wisata

47
Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No. 1, Mei 2016

Gambar 16. Candi Bajang Ratu (kiri) dan Gambar 11. Goa Gembyang (kiri) dan Air
Candi Brahu (kanan) Terjun Grenjeng (kanan)

c. Tipologi C Mayoritas obyek wisata yang


Tipologi C merupakan dikelola oleh Pemda Mojokerto (Tipologi
pengelompokkan obyek wisata yang A) berada dalam tahap involvement dan
belum atau tidak dikelola oleh suatu development. Artinya, sudah ada
instansi atau lembaga. Obyek wisata pengembangan atraksi wisata yang
pada tipologi C berada pada tahap dimiliki, dilengkapi dengan fasilitas
exploration. Obyek wisata yang berada penunjang pariwisata dan produk wisata,
pada tahap exploration berjumlah 36. serta ada peran serta pihak luar dalam
Obyek wisata tersebut cenderung pengelolaannya. Sebagian kecil
berkembang dan bertumbuh secara diantaranya berada dalam tahap
bebas dengan sumber daya yang exploration dan decline. Mayoritas obyek
wisata yang dikelola oleh non Pemda
Mojokerto (Tipologi B) berada dalam
SIMPULAN DAN SARAN tahap development. Sebagian besar
dimiliki dan belum terkelola dengan merupakan benda-benda purbakala
baik. Obyek wisata pada tahap ini peninggalan jaman Kerajaan Majapahit
merupakan suatu tempat, arca, yang dikelola oleh BPCB Jawa Timur.
bangunan, situs, dan peninggalan yang Sebagian kecil diantaranya berada dalam
dapat digali sebagai potensi wisata tahap involvement. Obyek wisata yang
baru. Jumlah pengunjung yang belum/tidak dikelola oleh lembaga atau
mengunjungi obyek-obyek wisata instansi tertentu (Tipologi C) berada dalam
tersebut masih sedikit. Obyek wisata tahap exploration. Artinya, masih tersedia
tersebut diminati sejumlah kecil atraksi alami, belum dilengkapi fasilitas
wisatawan yang memiliki tujuan penunjang pariwisata, dan belum banyak
tertentu seperti berziarah ke makam- diketahui orang sehingga jumlah
makam maupun sekedar menikmati pengunjung sedikit.
pemandangan alam. Berdasarkan hal tersebut maka
saran yang dapat diberikan untuk
menentukan arahan pengembangan

48
Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

kawasan wisata di Kabupaten Mojokerto Yoeti, Oka. 1997. Perencanaan dan


adalah sebagai berikut: Pengembangan Pariwisata (Cetakan
 Obyek Wisata Tipologi A: 1). Jakarta: Pradnya Paramita, 1997
mengembangkan atraksi wisata buatan xxv, 211 p. : ill., maps ; 21 cm.
untuk mendukung atraksi alami,
memberdayakan dan menambah peran
serta masyarakat dalam pengelolaan
kawasan wisata, serta menarik lebih
banyak investor / pihak swasta untuk
turut terlibat dalam pengembangan
kawasan wisata.
 Obyek Wisata Tipologi B: menambah
sarana dan prasarana pendukung
kegiatan pariwisata, melakukan
promosi wisata, serta mulai melibatkan
masyarakat dan pihak swasta dalam
pengelolaan kawasan wisata.
 Obyek Wisata Tipologi
C:mengembangkan atraksi alami yang
dimiliki, memberikan kemudahan
aksesibilitas, dan melibatkan
masyarakat dalam menyediakan jasa
pariwisata.

Daftar Rujukan
Azwar, Saifuddin. 1998. Metode
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Butler, R.W. 1980. The Concept of a
Tourism Area Cycle of Evolution:
Implications for Management
Resources. The Canadian Geographer,
24(1), 5-16.
Cooper C., et. al. 1998. Tourism:
Principles and Practise (2nd Edition).
New Jersey: Financial Times / Prentice
Hall.
Cooper C., et. al. 2005. Tourism:
Principles and Practise (3rd Edition).
New Jersey: Financial Times / Prentice
Hall.
Foster, Dennis. 1990. First Class: an
Introduction to Travel and Tourism
(2nd Edition). New York:
Glencoe/McGraw-Hill.

49

Anda mungkin juga menyukai