Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811

Vol. 4 No 2, 2016
WISATA MUSEUM BERBASIS EDUTAINMENT
DI JAWA TIMUR PARK KOTA BATU, JAWA TIMUR
Leily Suci Rahmatin a, 1, I Gst. Agung Oka Mahagangga a, 2
1leilysucirahmatin@gmail.com, 2 ragalanka@gmail.com
a Program Studi S1 Destinasi Pariwisata,Fakultas Pariwisata,Universitas Udayana, Jl. Dr. R. Goris, Denpasar, Bali 80232 Indonesia

ABSTRACT

The concept of learning in a tourist attraction in Jawa Timur Park Batu City East Java increasingly
delivering innovation especially in the development of the museum with the concept of edutainment, museum with a
model of postmodern. This study is important because in addition to the development of tourism in tourist attraction
Jawa Timur Park.
Concept of development used also gives an appeal that will attract the curiosity of tourists to visit. The use
of qualitative methods with data collecting technique observation, interview and documentation is done to get the
data corresponding to this research, so that data on tourist attraction in East Java park with the concept of
edutainment can describe the concept of postmodern museum tours.
Jawa Timur Park is a tourist attraction with edutainment concept that combines seven methods museum
by using audiovisual media and methods of scouting and dialogue, so that the application of the concept of education
in tourism is more interesting to do.

Keywords: Museum, edutainment, Jawa Timur Park.

I. PENDAHULUAN Provinsi Jawa Timur, yang sebagian besar upaya


Pariwisata merupakan kegiatan yang terus dalam pengembangan pariwisata dilakukan
berkembang hingga saat ini, sebagian faktor untuk meningkatkan jumlah kunjungan
pemicu karena semakin meningkatnya rasa ingin wisatawan, baik dari segi peningkatan sarana
individu untuk memiliki waktu luang dengan prasarana, maupun penambahan daya tarik
suasana yang berkualitas. Hal demikian pula yang wisata baru. Kota Batu merupakan kota wisata
menyebabkan berbagai perkembangan dalam yang masuk dalam wilayah administrasi Provinsi
kegiatan pariwisata, ada berbagai macam faktor Jawa Timur, ada berbagai jenis daya tarik wisata
pendukung kegiatan pariwisata yang juga ikut di Kota Batu, baik jenis wisata alam, minat
mengalami peningkatan dan perubahan, baik dari khusus, buatan, maupun budaya. Salah satunya
segi sumber daya lingkungan maupun sumber daya tarik wisata Jawa Timur Park (JTP) yang ada
daya pendukung lainnya (sumber daya manusia di Kota Batu.
ataupun sumber daya pendukung) (Pitana, 2009). JTP merupakan daya tarik wisata buatan
Seiring perkembangan pariwisata semakin dengan konsep pendidikan yang dikemas
meningkat pula inovasi penyajian sebuah daya menarik dan menyenangkan, sehingga
tarik wisata, hal ini disebabkan karena semakin memberikan keunikan dalam penyajian dengan
berfariasi keinginan wisatawan yang berkunjung, demikian mampu menarik minat wisatawan
sebagian besar wisatawan menginginkan sesuatu untuk berkunjung. Selain inovasi baru dalam
yang berbeda yang belum pernah dirasakan tampilan daya tarik wisata JTP pemilihan Kota
ketika berada di tempat asal. Keunikan dari Batu sebagai lokasi pengembangan untuk
sebuah daya tarik wisata menjadi poin penting memenuhi kenyamanan wisatawan dalam
dalam perkembangan pariwisata disebuah melakukan perjalanan terutama bagi wisatawan
daerah tujuan wisata, sehingga meningkatkan missal. Tipe wisatawan massal mengharapkan
jumlah kunjungan wisatawan. Peningkatan sarana prasarana yang ada di daerah tujuan
jumlah kunjungan wisatawan dianggap sebagai wisata tidak memberikan kesulitan dan mudah
tolak ukur terhadap keberhasilan sebuah daya untuk menjangkau setiap aspek yang diperlukan
tarik wisata terutama pengaruh terhadap citra dalam melakukan perjalanan wisata. Sesuai
daerah tujuan wisata, hal ini juga dianggap dengan maksud pengembangan Kota Batu
sebagai pemicu untuk terus melakukan sebagai kota wisata dengan kunjungan yang
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. tinggi dan sarana prasarana penunjang yang
Sebagaimana yang saat ini juga dilakukan memadai.
oleh pemerintah daerah kota wisata Batu

169
Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811
Vol. 4 No 2, 2016
Pemilihan daya tarik wisata JTP sebagai 2.2. Konsep Daya Tarik Wisata
lokasi penelitian dikarenakan konsep daya tarik Edutainment
wisata JTP memiliki keunikan dan inovasi yang Pada dasarnya daya tarik wisata
baru yaitu bagaimana bentuk penyajian atraksi di edutainment dibagi atas dua penggabungan
JTP sebagai daya tarik wisata museum dengan makna yakni mengenai konsep daya tarik dan
menyatukan antara konsep pendidikan dan edutainment, namun seiring berkembangnya
hiburan (edutainment) secara bersamaan, waktu ada berbagai bentuk daya tarik wisata
sehingga memberikan makna berkesan selama yang mulai menerapkan konsep edutainment
melakukaan perjalanan wisata. dalam atraksi yang disajikan.
Menurut UU No 10 tahun 2009 tentang
II. KEPUSTAKAAN kepariwisataan menjelaskan bahwa, daya tarik
2.1. Konsep Museum wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
Museum pada dasarnya merupakan keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
sarana edukasi yang dapat dirasakan oleh setiap keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan
kalangan, hanya kadang kala konsep museum hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
menjadi sedikit berubah seiring berjalannya tujuan kunjungan wisatawan. Daya tarik
waktu terutama dari tujuan awal museum yang pariwisata juga dibedakan atas tiga kelompok,
seharusnya dapat memberikan makna yaitu:
pembelajaran bagi setiap orang yang berkunjung 1. Benda – benda yang tersedia dan terdapat di
Bruninghaus dan Knubel, 2004 (dalam Running a alam semesta, dengan istilah Natural
Museum: A Practical Handbook, 2004) Amenitis;
menyebutkan bahwa museum seharusnya 2. Hasil ciptaan manusia man-made supply;
menetapkan tujuan sebagai tempat: 3. Tata cara hidup masyarakat The Way Life,
1. Edukasi dan Koleksi; tata cara hidup tradisional dari suatu
2. Edukasi dan Warisan Budaya; masyarakat; (Yoeti, 1996)
3. Mengelola dan Mengembangkan Edukasi Sedangkan untuk konsep edutainment
Museum; sendiri mulai muncul kurang lebih sekitar tahun
4. Edukasi Museum dan Masyarakat; 1990, sebagaimana yang dinyatakan oleh Urry
Menurut Bruninghaus dan Knubel (dalam (1990) bahwa saat ini mulai berkembang
Running a Museum: A Practical Handbook., 2004), museum postmodern, dimana pengunjung tidak
pengajaran dan pembelajaran edukasi di museum lagi diharapkan untuk berdiri tegak mengagumi
menggunakan beberapa metode dan media yang sebuah benda pamer, tetapi juga untuk
ditujukan pada penerima pasif melalui proses berpartisipasi aktif dalam sebuah pameran, hal
pembelajaran berpikir, mengamati, memeriksa, ini tidak hanya membuat museum menjadi lebih
mengakui dan metode untuk mendorong menarik, tetapi juga menambahkan nilai-nilai
pengunjung menjadi aktif terlibat, memeriksa hiburan (entertainment) dalam sebuah museum
koleksi, menampilkan atau mempelajari secara postmodern. Fenomena postmodern dimana
estetika, teknis atau kegiatan penelitian. Metode pendidikan dikombinasikan dengan hiburan
pengajaran dan pembelajaran edukasi yang dalam sebuah museum, baik museum terbuka
dimaksud oleh Bruninghaus dan Knubel sebagai maupun tertutup atau fasilitas rekreasi lainnya,
berikut: Urry (dalam Wulandari 2013).
1. Metode Menggunakan Keterangan Koleksi; Di dalam fasilitas ini tidak ada batasan
2. Metode Pemanduan dan Dialog Edukasi; yang jelas dan tegas antara konsep pendidikan
3. Metode Audio dan Media Audiovisual; dan hiburan, kedua konsep tersebut seperti
4. Metode Belajar di Ruang Koleksi; melebur menjadi suatu konsep baru edutainment.
5. Metode Visual dan Media Komputer; Wisata edutainment selain dilakukan melalui
6. Metode Display Tactile; program-program pendidikan, komunikasi
7. Metode Belajar Dengan Permainan; interpersonal juga dilakukan dengan berbagai
Konsep museum digunakan untuk media, seperti multimedia, layar sentuh, audio
melihat metode yang digunakan pada daya tarik visual ataupun interpretasi hidup atau nyata
wisata JTP sebagai bentuk museum. (living interpretation) White, (dalam Wulandari
2013). Konsep ini adalah cara baru untuk

170
Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811
Vol. 4 No 2, 2016
mendidik publik dengan cara-cara yang lebih Teknik penentuan informan yaitu dengan
menyenangkan, sehingga sering kali mereka tidak menggunakan teknik penentuan informan
sadar kalau mereka sedang belajar. Kosep ini pangkal dan informan kunci, hal ini dilakukan
digunakan untuk melihat kesesuaian JTP sebagai untuk mempermudah peneliti dalam melakukan
daya tarik wisata berbasis edutainment. pengumpulan data, sehingga dengan
menggunakan informan pangkal yang nantinya
III. METODOLOGI PENELITIAN akan menunjukkan informan kunci yang dapat
3.1. Lokasi Penelitian memberikan penjelasan secara rinci mengenai
Lokasi penelitian terbatas pada JTP sebagai daya tarik wisata berbasis
Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu, yaitu edutainment.
lokasi keberadaan daya tarik wisata JTP.
Pemilihan lokasi ini dilakukan untuk IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
memudahkan peneliti saat melakukan penelitian Perkembangan pariwisata selalu diikuti
dan letak yang strategis serta daya tarik wisata dengan semakin tingginya rasa ingin manusia
yang memiliki jumlah kunjungan wisatawan yang untuk mendapatkan nilai tambah dengan
tinggi terutama untuk lokasi perkotaan, hal ini melakukan perjalanan wisata, hal ini juga yang
sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengenai menjadikan setiap daerah berlomba untuk
keberadaan daya tarik wisata massal yang ada di mengembangkan kegiatan pariwisata dengan
daerah berkembang. konsep yang berbeda dengan daerah lainnya,
3.2. Ruang Lingkup Penelitian baik dari segi pelayanan maupun dengan
Batasan pada penelitian ini dilakukan keanekaragaman atraksi wisata yang di sajikan.
demi memberikan fokus pada data yang dicari, Semakin berbeda dan memiliki ciri khas
yaitu JTP sebagai daya tarik wisata museum tersendiri maka daya tarik wisata yang ada
dengan konsep edutainment, yang ada di enam menjadi menarik untuk dikunjungi, dengan
wahana JTP yaitu Galeri Etnik Nusantara, Science demikian akan meningkatkan jumlah kunjungan
Centre, Diorama dan Taman Sejarah, Museum wisatawan didaerah tersebut, maka dengan
Tubuh (The Bagong Adventure), Museum Satwa, logika pertumbuhan kunjungan wisatawan
Ecogreen Park, menggunakan tujuh metode yang pemerintah sebagai pelaksana pengembang
ada pada kebijakan pengembangan museum pariwisata di daerha tersebut akan merasa
diantaranya pengemasan tampilan pada benda bahwa pariwisata yang sedang dikembangkan
pajang dengan menggunakan keterangan koleksi, berhasil, demikian pula yang ada di daerah yang
pemanduan dan dialog edukasi, audio dan media sedang gencar mengembangkan wilayahnya
audiovisual, belajar di ruang koleksi, visual dan sebagai daerah tujuan wisata yang layak untuk
media komputer, display tactile, dan konsep yang dikunjungi yaitu kota wisata Batu.
harus ada pada daya tarik wisata edutainment Kota Batu merupakan wilayah pemekaran
berupa, inovasi pada penyajian dengan bantuan dari Kabupaten Malang, dan resmi menjadi
media audiovisual. wilayah administrasi Kota Batu sejak tahun 2001.
3.3. Teknik Pengumpulan Data Kota Batu berada di wilayah dengan temperatur
Teknik pengumpulan data dilakukan udara yang sejuk, sehingga tidak jarang
dengan observasi yaitu mengamati setiap gejala wisatawan memilih Kota Batu sebagai tujuan
dalam kegiatan yang ada di daya tarik wisata JTP perjalanan wisata, selain sebagai daerah tujuan
terutama dalam proses penyajian pembelajaran wisata populer di wilayah Provinsi Jawa Timur,
dengan hiburan yang ada di departemen Kota Batu juga merupakan wilayah komuditi apel
pembelajaran. Selanjutnya data yang didapatkan yang sejak dahulu sudah menjadi ciri khas kota
dengan wawancara mendalam yaitu memilih agropolitan ini.
informan yang mengetahui setiap kegiatan dan Kota Batu yang kini memiliki sebutan
proses penyajian atraksi yang ada di JTP, teknik kota wisata yang berkonsep perkotaan dengan
pengumpulan data terakhir dengan dokumentasi suasana desa, hal ini dikarenakan sebagian besar
yaitu melalui buku – buku penunjang yang wilayah Kota Batu masih berupa lahan pertanian
menyangkut topik pembahasan dalam penelitian, dan perkebuhan, tidak salah jika pemerintah Kota
selain itu juga berupa file resmi maupun foto dan Batu melihat peluang pariwisata karena dengan
video hasil dari observasi yang telah dilakukan. karakteristik Kota Batu yang memiliki dua

171
Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811
Vol. 4 No 2, 2016
karakter perkotaan dan pedesaan selain itu percobaan dalam ilmu umum yang ada di
tingkat temperatur udara yang sejuk juga sekitar lingkungan kehidupan.
menunjang keberadaan Kota Batu sebagai tujuan 3. Diorama dan Taman Sejarah, area yang
wisata populer di Jawa Timur dengan konsep mencoba memberikan tambahan wawasan
wisata keluarga, kota wisata Batu memberikan mengenai jaman prasejarah hingga
banyak pilihan terhadap wisatawan terutama kemerdekaan Indonesia, dalam bentuk
jenis wisatawan keluarga dan rombongan, karena miniature dan tampilan secara kolosal.
daya tarik wisata yang ada di Kota Batu dapat 4. Museum Tubuh (The Bagong Adventure),
menyatukan karakter masing – masing individu, pada area museum tubuh disajikan beberapa
baik dari pecinta wisata petualang, edukasi, tiruan dari anggota tubuh dalam bentuk yang
maupun wisata kuliner. lebih besar, sehingga wisatawan diharapkan
Daya tarik wisata yang saat ini juga lebih cepat memahami bagaimana
menjadi perhatian pemerintah Kota Batu, yaitu sesungguhnya cara kerja organ yang ada di
keberadaan daya tarik wisata dengan konsep tubuh manusia.
edukasi karena dengan demikian diharapkan 5. Museum Satwa, merupakan museum dengan
wisatawan yang datang ke Kota Batu tidak hanya benda pajang berupa hewan – hewan yang
menjadikan perjalanan wisata sebagai kegiatan sudah mati dan di awetkan, sejak jaman
yang biasa akan tetapi, wisatawan diharapkan dinosaurus hingga hewan – hewan yang
dapat memperoleh nilai tambah dalam hidup pada saat ini, penggunaan hewan
perjalanan wisata di Kota Batu. dengan mengawetkan tidak dilakukan pada
Daya tarik wisata dengan konsep edukasi hewan hidup namun pada hewan yang sudah
saat ini banyak terdapat di Kota Batu baik yang mati, karena hal ini juga bertujuan untuk
alami yaitu seperti wisata peninggalan sejarah, menyeimbangkan alam dan habitat dari
edukasi petik apel, maupun daya tarik wisata hewan – hewan tersebut.
edukasi buatan yaitu salah satunya daya tarik 6. Ecogreen Park, area ini lebih mengenalkan
wisata JTP yang merupakan daya tarik buatan kepada wisatawan mengenai lingkungan yang
terbesar di Jawa Timur dengan konsep ada di sekitar kehidupan manusia, biotik
pembelajaran yang menarik dan menyertakan maupun abiotik, di area ecogreen park juga
hiburan dalam proses pembelajaran selama memberikan tambahan wawasan mengenai
kegiatan wisata. gejala alam yang sering terjadi, berupa gejala
JTP terbagi atas beberapa wahana alam secara alami maupun akibat ulah
edukasi, diantaranya edukasi budaya, ilmu umum manusia.
(science centre), dan pengenalan mengenai satwa. Keberadaan JTP dengan konsep
Berikut beberpa wahana yang menjadi lokasi pembelajaran memberikan inovasi baru terutama
penelitian yang ada di daya tarik wisata JTP: pada design yang ada di setiap wahana, yaitu
1. Galeri Etnik Nusantara (GEN), area ini lebih bentuk dan model museum yang memadukan
dominan menampilkan benda pajang berupa antara konsep pembelajaran dan hiburan
kampung – kampung yang ada di Nusantara, (edutainment), konsep edutainment sendiri
diharapkan dengan beberapa benda pajang merupakan apresiasi dari bentuk museum
yang ada di GEN wisatawan dapat menambah postmodern. Wahana museum yang terdapat di
wawasan mengenai kekayaan budaya yang JTP terbagi atas tujuh model museum, hal ini juga
ada di Nusantara. disesuaikan dengan tema yang akan ditampilkan
2. Science Centre, area yang menampilkan dalam setiap wahana museum di JTP, konsep
koleksi mengenai ilmu alam dan beberapa edutainment dalam wisata museum lebih
penemuan serta pengenalan mengenai ilmu mengarah kepada pemanfaatan perkembangan
umum, baik ilmu kimia – biologi, fisika – teknologi dan juga hasil dari kreatifitas manusia,
matematika, maupun pengenalan tokoh untuk memberikan kesan yang berbeda dalam
penemu yang ada di ilmu umum. Dalam area setiap benda pajang yang ada di museum.
ini diharapkan wisatawan dapat mengambil Wahana museum di JTP juga memiliki
pembelajaran dari beberapa pembelajaran karakter edutaiment dengan pemanfaatan media
yang ada di science centre dan juga beberapa audiovisual dan beberapa teknik pemanduan,
sehingga wisatawan yang datang tidak hanya

172
Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811
Vol. 4 No 2, 2016
melihat benda pajang, tetapi juga di harapkan wisatawan memcerna informasi yang
dapat membuka wawasan yang lebih jauh dengan menyangkut benda pajang. Pada daya tarik
teknik pemanduan selama berada di daya tarik wisata JTP seluruh wahana yang ada telah
wisata JTP. Berikut beberapa wahana yang ada di dilengkapi dengan media suara untuk
daya tarik wisata JTP dengan konsep edutaiment, menjelaskan secara sekilas mengenai benda
termasuk dengan tujuh model museum pajang, sehingga lebih menarik perhatian
postmodern yang lebih mengutamakan dibandingkan dengan harus membaca secara
keberhasilan penyampaian pembelajaran dengan panjang lebar mengenai benda pajang.
suasana yang menyenangkan, tanpa harus duduk 4. Metode Belajar di Ruang Koleksi, metode
didalam kelas seperti pada umumnya untuk yang digunakan hanya di JTP satu yaitu di
melakukan sebuah kegiatan pembelajaran. area science centre, koleksi batik dan
1. Metode Menggunakan Keterangan Koleksi, gerabah, penggunaan metode dilakukan
museum dengan model ini lebih kepada untuk mengajak wisatawan ikut mencoba
bagaimana bentuk museum yang memperaktekkan membuat dan mengenal
sebenarnya, dengan beberapa keterangan benda pajang yang ada di area ini, termasuk
yang ada pada benda pajang, biasanya didalamnya mengenai penjelasan tentang
keterangan yang ada berisi tentang benda benda apa yang sedang di buat, sehingga
pajang secara umum. Dalam daya tarik wisatawan tidak hanya melihat dan
wisata JTP penggunaan model dengan mendengarkan penjelasan mengenai benda
keterangan pada benda pajang digunakan pajang tetapi juga dapat melakukan sendiri
pada sebagian besar wahana yang ada di JTP proses terbentuknya benda pajang tersebut.
yaitu, wahana museum satwa, beberapa area 5. Metode Visual dan Media Komputer,
yang ada di ecogreen park, dan sebagian area keberadaan media visual dan komputer
diorama. layar sentuh juga menjadikan metode pada
2. Metode Pemanduan dan Dialog Edukasi, museum lebih beraneka ragam, selain
merupakan model penataan museum memudahkan wisatawan untuk membaca
dengan bantuan staff pemandu demi keterangan mengenai benda pajang,
memudahkan wisatawan untuk memahami penjelasan dengan media visual dan
benda pajang, terutama dalam metode dialog komputer juga memberikan dampak lebih
sehingga dalam proses pembelajaran ada dikarenakan dapat menampilkan gambar
rasa saling ingin mengetahui lebih banyak dan video mengenai deskripsi benda pajang.
tentang benda pajang yang ada, dan Penggunaan metode dengan media visual
menimbulkan rasa berkesan terhadap dan komputer lebih banyak terdapat di area
keberadaan benda pajang dengan bantuan GEN, ecogreen park, museum tubuh,
dialog dan pemanduan dari staff ahli yang diorama, dan sebagian di area science centre.
mengetahui lebih mendalam mengenai 6. Metode Display Tactile, merupakan museum
benda pajang. Dalam wahana yang ada di dengan metode memberikan gambaran
daya tarik wisata JTP metode pemanduan langsung mengenai benda pajang yang
dan dialog terdapat disebagian besar sesuai dengan keadaan sebenarnya, hal ini
wahana kecuali wahana museum satwa, juga mempermudah wisatawan untuk
untuk wahana lainnya yaitu GEN, science menyentuh, merasakan dan memegang
centre, ecogreen park, museum tubuh telah bagaimana bentuk sebenarnya benda pajang
menerapkan metode tersebut hal ini juga tersebut di kehidupan. Metode ini lebih
dilakukan demi mendapatkan kesan dari banyak di gunakan di GEN untuk
wisatawan selama melakukan kegiatan menampilkan benda pajang berupa pakaian
pariwisata di daya tarik wisata JTP. adat dan rumah adat yang ada di masing -
3. Metode Audio dan Media Audiovisual, masing kampung Nusantara, berikutnya
metode yang saat ini terus menjadi pilihan yang juga menggunakan metode ini adalah
utama dalam pengembangan museum museum satwa dan ecogreen park.
postmodern, metode ini dilakukan dengan 7. Metode Belajar Dengan Permainan,
bantuan media suara, ataupun penjelasan penerapan metode ini lebih kepada
yang direkam untuk mempermudah bagaimana wisatawan dapat menambah

173
Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN: 2338-8811
Vol. 4 No 2, 2016
wawasan dengan bentuk memberikan komputer layar sentuh, pemanduan dan
beberapa pertanyaan yang menyenangkan beberapa slideshow. Diharapkan dengan adanya
selama perjalanan, terutama hal – hal yang inovasi dalam wisata museum dapat menarik
berkaitan dengan benda pajang, pemberian minat wisatawan.
pertanyaan biasanya dilakukan dengan 5.2. Saran
metode permainan sehingga wisatawan Bagi pengembang daya tarik wisata JTP,
tidak merasa bosan dengan bentuk penetapan konsep wisata edukasi memang
pertanyaan yang diajukan. Di daya tarik meberikan nilai lebih dalam menarik kunjungan
wisata JTP penggunaan metode ini dilakukan wisatawan, namun kapasitas penerimaan dan
di setiap wahana yang ada di JTP, hal ini pelayanan yang diberikan oleh staff seharusnya
dilakukan juga untuk menarik minat juga diimbangi termasuk jumlah staff dalam
wisatawan untuk belajar lebih banyak, dan melakukan pemanduan, sehingga maksud
mengetahui apa saja yang sebelumnya sudah pembelajaran yang ingin disampaikan
di dapat dalam perjalanan yang dilakukan di pengembang dalam perjalanan wisata yang
setiap wahana daya tarik wisata JTP. dilakukan wisatawan tersampaikan.
Metode pengembangan museum yang
telah dijelaskan di atas, menyimpulkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
keberadaan daya tarik wisata JTP sangat Anonim. Undang - undang tentang Kepariwisataan Nomor 10
Tahun 2009
dominan dengan konsep edutainment yang Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedure Penelitian Suatu
berupa museum postmodern, hal ini juga Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
membenarkan bahwa visi misi yang di usung International Council of Museums. 2004. Running a Museum:
daya tarik wiasatan JTP mengenai konsep A Practical Handbook. Paris: Maison de I’UNESCO.
Tersedia online pada:
pengembangan wisata yang berbasis http://unesdoc.unesco.org/images/0014/001410/
pembelajaran dan hiburan cukup memberikan 141067e.pdf, diakses tanggal 13 Juni 2016
inovasi baru pada keunikan daya tarik wisata Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata.
yang ditampilkan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Urry, John. 2001. ‘Globalising the Tourist Gaze’. London:
Published by the Department of Sociology Lancaster
V. SIMPULAN DAN SARAN University. Tersedia online pada:
5.1. Simpulan http://www.caledonianblogs.net/mlls406/files/20
Keberadaan daya tarik wisata JTP sangat 09/10/Urry.pdf, diakses pada 12 Juni 2016
sesuai dengan konsep edutainment yang Widadi, Zahir. 2011. Peran Edukasi. Jakarta: Jurnal Digital
FIB Universitas Indonesia
memberikan inovasi baru pada penyajian Wulandari, Anak Agung Ayu. 2013. Taman Mini Indonesia
museum postmodern, terlihat pada design Indah: Education or Entertainment?. Jakarta: Jurnal
sebagian museum yang ada di daya tarik wisata humaniora Binus University.
JTP telah menerapkan konsep edutainment yaitu Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: PT.
Galeri Etnik Nusantara, Science Centre, Diorama Ikasa Bandung.
dan Taman Sejarah, Museum Tubuh (The Bagong
Adventure), Museum Satwa, Ecogreen Park, hanya
pada wahana museum satwa yang masih
memiliki konsep museum seutuhnya, dengan
metode penjelasan dan keterangan pada benda
pajang. Sedangkan wahana lain yang ada di JTP
terutama dalam departemen pembelajaran telah
menerapkan konsep edutainment, memenuhi
tujuh metode design benda pajang dengan
menggunakan keterangan koleksi, pemanduan
dan dialog edukasi, audio dan media audiovisual,
belajar di ruang koleksi, visual dan media
komputer, display tactile. Sehingga suasana
wisata edukasi tanpa menimbulkan rasa jenuh
dapat terlaksana dengan penyajian pembelajaran
menggunakan bantuan dari media audiovisual,

174

Anda mungkin juga menyukai