JAWA BARAT
ABSTRACT
Tourism potential of a city can be developed through the city’s historical heritage. The history of
Cirebon began around the 15th century, a small village in the Java Sea Coast named Muara Jati and its develop
into the kingdom with a King named Walangsungsang (Cakrabumi). In the years 1529-1945, the Kingdom of
Cirebon developed into four (4) Royal Palaces, namely: Karatons Kasepuhan, Royal Palaces Kanoman, Royal
Palaces Kacirebonan and the Royal Palaces Kaprabonan. It’s cause Cirebon City has potential historical
sights. Seeing the potential access of existing and historical value, Cirebon City tourism can be developed
through the concept of urban heritage tourism. This study aims to discover the potential and strategies for
developing the urban heritage tourism concept in Cirebon City. The research method used descriptive
qualitative approach. Primary data obtained by field observations and documentation. Secondary data were
obtained through, journals, books and the Internet data that is relevant. Then analysis of urban heritage tourism
development strategy through a SWOT analysis. The findings are: access, historic building, cultural daily life,
community and government is crucial in the development of urban heritage tourism Cirebon City.
195
Edisi cetak
Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205
196
Edisi cetak
STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti
JAWA BARAT
197
Edisi cetak
Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205
198
Edisi cetak
STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti
JAWA BARAT
Keraton Kasepuhan (Gambar 7). Keraton Tidak ada atraksi yang ditampilkan di
Kacirebonan merupakan pecahan dari Keraton ini karena saat ini digunakan sebagai
Keraton Kanoman, karena politik Belanda. tempat tinggal kerabat Keraton.
Keraton ini didirikan pada tahun 1808 oleh
Pangeran Muhammad Haerudhin. Pada
komplek Keraton Kacirebonan terdapat
beberapa bangunan penting yaitu bangunan
induk Keraton, Paseban, Langgar, Gedong
Ijo, Pringgowati, Kaputren dan Tajug
(mushola). Bangunan induk Keraton saat ini
digunakan sebagai tempat tinggal sehari-hari
Sultan beserta keluarganya. Bangunan ini
juga terdiri dari beberapa ruangan seperti
ruang kerja Sultan, pecira, prabayasa, dapur
dan teras. Terdapat 2 Paseban di komplek Gambar 9. Pintu Gerbang Keraton Kaprabonan
keraton, yaitu di barat dan timur keraton. Sumber: http://jurnalpatrolinews.com
Paseban ditopang oleh 8 buah tiang dan 4
saka guru dengan atap joglo. Tajug 5. Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan
(mushola) berada di sebelah barat bangunan Terletak di Kelurahan Kasepuhan Kecamatan
induk; diantara tajug dan paseban terdapat Lemah Wungkuk dan termasuk dalam zona
dinding pemisah, tetapi ada pintu perdagangan (Gambar 10). Masjid ini
penghubung di sisi barat tembok (Gambar 8). merupakan peninggalan Walisanga yang
dibangun pada tahun 1498 di komplek
Keraton Kasepuhan. Keunikan dari masjid
ini adalah tidak memiliki Menara Masjid dan
bengunannya memiliki gaya arsitektur
tersendiri. Masjid dibangun oleh arsitek
Majapahit waktu itu yaitu Raden Sepat.
Bangunan utama/asli Masjid Agung Sang
Cipta Rasa memiliki sembilan pintu yang
merupakan simbol dari Sembilan Wali
(Walisongo). Selain itu, masjid ini memiliki
Gambar 7. Bangunan Induk Keraton Kacirebonan 12 sokoguru yang terbuat dari kayu Jati
Sumber: http://www.disparbud.jabarprov.go.id dengan diameter sekitar 60 cm dan tinggi
yang mencapai 14 meter. Keunikan lain dari
masjid ini adalah memiliki dua Maksurah
dan dua Mimbar; yang satu digunakan oleh
Sultan atau Keluarga Keraton Kasepuhan,
sedangkan yang satunya lagi digunakan oleh
Sultan atau Keluarga Keraton Kanoman.
4. Keraton Kaprabonan
Keraton Kaprabonan terletak di Kelurahan
Lemah Wungkuk di zona perdagangan
sehingga dekat dengan pusat Pelayanan
(Gambar 9). Keraton ini juga merupakan Gambar 10. Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan
hasil paembagian dari Keraton Kanoman. Sumber: http://intisari-online.com/Travelling/Travel
199
Edisi cetak
Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205
7. Kabuyutan Trusmi
Gambar 11. Kondisi Soko Guru dan Atap yang
Kabuyutan Trusmi terletak di Plered,
Direvitalisasi
Cirebon; merupakan situs bersejarah
peninggalan kebudayaan Islam Jawa dan
6. Masjid Merah Panjunan
juga merupakan komplek pemakaman yang
Masjid ini didirikan oleh Syarif
terdiri dari beberapa bangunan yang
Abdurrahman atau Pangeran Panjunan,
memiliki fungsi masing-masing (Gambar
seorang keturunan Arab yang memimpin
14). Kabuyutan Trusmi didirikan oleh Ki
sekelompok imigran dari Baghdad, dan
Buyut yang merupakan putra pertama Parbu
kemudian menjadi murid Sunan Gunung Jati
Siliwangi (Pangeran Walangsungsang atau
(Gambar 12). Masjid Merah Panjunan
Pangeran Cakrabuana), yang merupakan
berlokasi di Kampung Panjunan yang
pendidri kerajaan Cirebon. Komplek
terdapat banyak pengrajin keramik dan
Kabuyutan ini dikelilingi oleh tembok bata
termasuk dalam zona perdagangan. Umur
merah dan didalamnya terdapat beberapa
masjid ini sama dengan Masjid Sang Cipta
bangunan yang mempunyai fungsi masing-
Rasa Kasepuhan. Gaya arsitektur juga sama
masing, diantaranya: bale pakuncen,
dengan Masjid Sang Cipta Rasa Kasepuhan,
pendopo, bale paseban, masjid, tempat
hanya saja ukurannya lebih kecil.
wudhu, ruang peziarah, jinem kulon, jinem
Bagian depan masjid merupakan pintu
wetan, bale pesalinan, pawestren,
masuk berupa gapura yang terbuat dari
pewadonan, pakulahan dan gerbang kori
susunan bata merah. Bentuk gapuranya
agung. Bangunan yang ada di komplek
menunjukkan pengaruh Hindu dari jaman
Kabuyutan ini sebagian besar memiliki pintu
Majapahit yang banyak bertebaran di daerah
yang rendah, sehingga orang yang lewat
Cirebon. Pada bagian dalam, umpak pada
harus membungkuk. Hal ini sesuai dengan
tiang penyangga memperlihatkan pengaruh
budaya masyarakat Jawa pada umumnya
kebudayaan Jawa. Sementara keramik yang
bahwa kita harus hormat kepada orang yang
menempel pada dinding memperlihatkan
lebih tua sekaligus menunjukkan rasa hormat
pengaruh budaya Cina.
terhadap pemilik rumah (Gambar 15 dan 16).
Gambar 12. Gapura Depan Masjid Merah Panjunan Gambar 14. Bagunan di Kabuyutan Trusmi
Sumber: http://www.thearoengbinangproject.com
200
Edisi cetak
STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti
JAWA BARAT
201
Edisi cetak
Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205
202
Edisi cetak
STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti
JAWA BARAT
10. Faktor Internal dan Eksternal Wisata g. Kurangnya kesadaran dan partisipasi
Kota Cirebon masyarakat terhadap potensi wisata
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Cirebon.
wilayah Kota Cirebon mempunyai potensi yang h. Paket khusus wisata yang coba
besar untuk dikembangkan sebagai kota urban ditawarkan belum optimal.
heriatage tourism, dengan melihat adanya i. Promosi yang dilakukan belum optimal.
bangunan bersejarah, atraksi yang ada serta
ragam seni dan budaya. Berdasarkan hal 3. Opportunity (O)
tersebut diatas, analisis SWOT dapat dilakukan a. Dapat menjadi tempat belajar tentang
untuk menemukan strategi pengembangan kebudayaan Islam dan etnis Jawa-Sunda
wisata tersebut (Nurkukuh, 2015). b. Terdapat wisata kuliner dan wisata
edukasi
1. Strenght (S) c. Dapat menjadi lokasi penelitian di
a. Akses yang mudah dijangkau dan bidang ilmu arsitektur, lingkungan,
kondisi jalan yaang cukup baik. humaniora dan sebagainya
b. Dekat dengan tempat wisata lain misal d. adanya peluang investasi di bidang
Kuningan, Cigugur, dll. pariwisata
c. Lokasi tempat-tempat bersejarah e. akses menuju Kota Cirebon cukup
mayoritas saling berdekatan. strategis dilalui dari Jakarta, Jawa
d. Terdapat bangunan bersejarah yang Tengah maupun Jawa Barat
mempunyai arsitektur unik.
e. Beberapa tempat wisata sudah 4. Threat (T)
mempunyai sarana dan prasarana yang a. Kurangnya minat wisatawan untuk
baik. berkunjung
f. Sudah ada beberapa atraksi wisata dan b. Degradasi lingkungan karena masalah
fesival budaya. lingkungan yang kumuh dan tidak
g. Dibeberapa tempat sudah ada lahan terawat serta sampah
parkir. c. Persaingan daya tarik wisata dengan
h. Beberapa kawasan atau kampung masih kota-kota lain disekitarnya.
mempertahankan ciri-ciri dan
identitasnya. 5. Strategi Pengembangan Heritage
i. Kemudahan mencari akomodasi dan Tourism Kota Cirebon
kuliner. Beberapa strategi yang bisa dilakukan
untuk pengembangan heritage Tourism Kota
2. Weakness (W) Cirebon antara lain:
a. Dibeberapa tempat, kualitas sarana dan 1. Strategi Memberdayakan Urban Heritage
prasarana belum cukup bagus sebagai a. Memelihara dan mempertahankan
standar wisata. originalitas bangunan kuno yang ada
b. Dibeberapa tempat wisata, masih ada supaya keindahan dan vitalitas kawasan
orang yang meminta-minta kepada terjaga
wisatawan. b. Menghidupkan kembali tradisi atau adat
c. Lahan parkir yang ada di beberapa istiadat di Cirebon sebagai atraksi budaya.
tempat belum optimal terutama untuk c. Meningkatkan sekaligus mewadahi
mobil dan bis wisata, sehingga parkir aktivitas budaya dan serta living culture
kendaraan tidak teratur dan mengambil sehingga dapat menambah nilai jual
lahan yang lain. wisata
d. Pengelolaan sampah belum optimal. d. Penetapan Kota Cirebon secara umum
e. Kurangnya kualitas dan kuantitas dan kawasan kota Cirebon (terutama
vegetasi yang ada, sehingga pada siang kawasan kota lama) sebagai kawasan
hari terasa panas dan kurang nyaman cagar budaya berbentuk living heritage
untuk berjalan kaki. dengan produk hukum (Solikhah, 2015).
f. Terdapat PKL yang belum ditata di e. Perlunya reimagining kota Cirebon yang
sekitar lokasi wisata, misalnya di sekitar kontekstual dengan tema kawasan
Kasultanan Kanoman.
203
Edisi cetak
Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 08 no. 02, JULI 2017 195-205
204
Edisi cetak
STRATEGI PENGEMBANGAN URBAN HERITAGE TOURISMKOTA CIREBON, Theresia Budi Jayanti
JAWA BARAT
205
Edisi cetak