Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN

HASIL SURVEY

PERENCANAAN PARIWISATA
“WISATA MALAM”
MENGIDENTIFIKASI WISATA KULINER CEKER PEDES
DI JALAN JAKARTA KOTA MALANG

Disusun Oleh :

Ellza Oktaviano G 1624001 Sumandari R 1624064


Meril Ivan Kaley 1624009 Jefri Lasi 1724009
Oktavia Maura Livina M 1624015 Stefanus Dedan S 1724068
Kristiani Sri R 1624033 Chelvin Abisheka 1725074
Ingrid Estavania Tse 1624052 Ahmad Reji I W 1724091

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah
dikenal di dunia. Indonesia memiliki berbagai destinasi wisata yang tersebar dari
Sabang sampai Merauke. Adanya pariwisata di Indonesia memberikan banyak
kontribusi terhadap berbagai sektor penting, salah satunya berperan dalam
penghasil devisa negara. Dari tahun ke tahun sumbangan devisa dari sektor
pariwisata terus mengalami peningkatan. Hal tersebut dibuktikan dengan data BPS
(Badan Pusat Statistik) tahun 2014 yang menunjukkan bahwa pariwisata
menduduki peringkat keempat di tahun 2013 yang mana meningkat satu peringkat
pada tahun 2012. Tingginya multiplier effect dan cepatnya perputaran uang
didalamnya menjadikan sektor pariwisata menjadi primadona baru. Pengembangan
sektor pariwisata dilakukan dengan berbagai tindakan pengelolaan dan melibatkan
banyak pihak didalamnya. Pariwisata saat ini berkembang menjadi industri
pariwisata yang melibatkan kepentingan berbagai pihak bahkan antar daerah atau
antar negara (Spillane, 1994). Pengembangan sektor pariwisata juga dilakukan di
berbagai daerah di Indonesia secara menyeluruh guna mengeksplor kekayaan
sumberdaya di Indonesia.

Kota-kota besar selalu menarik pengunjung dari luar kota. Dewasa ini
pariwisata perkotaan telah menjadi faktor penentu kelahiran kembali kota. Konsep
kota yang dijadikan sebagai tempat wisata dapat memiliki kontribusi besar bagi
pertumbuhan industri wisata potensial kota. Penelitian menurut Vella dan Nedelea
(2008) menyebutkan bahwa sektor pariwisata kota dapat berkontribusi dalam
peningkatan perekonomian, meningkatkan investasi produk dan infrastruktur
budaya, serta dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitarnya. Sebuah
kota yang menjadi wisata kota dapat meningkatkan potensi sumberdaya yang
dimiliki. Karena itu, pengembangan perkotaan, patrimonial, arsitektur, dan
fungsional kota menjadi titik fokus dari banyak upaya pembangunan. Itulah
mengapa dikatakan bahwa pariwisata kota, jika direncanakan dengan benar,
dikembangkan dan dikelola dengan baik, dapat membuat keuntungan dan manfaat
baik untuk masyarakat perkotaan dan masyarakat secara keseluruhan (Iordache dan
Cebuc, 2009). Statistik menunjukkan bahwa pariwisata kota menarik wisatawan
terutama dari luar kota atau kota lain untuk membandingkan tempat baru yang
dikunjungi dengan tempat tinggal mereka (Simon, Tataru et al, 2009). Tingginya
minat wisata kota disebabkan oleh informasi dan publisitas pariwisata yang
memungkinkan pengunjung untuk mengetahui dan mengintegrasikan ke sekitarnya.
Tren terbaru dalam pariwisata yaitu mulai banyak wisatawan yang mengunjungi
perkotaan sebagai salah satu daya tarik wisata. Pariwisata kota juga harus
memperhatikan keberlanjutan wisata agar dapat memanfaatkan potensi yang ada
tanpa merusak lingkungan. Di Indonesia sudah banyak kota yang dijadikan sebagai
wisata kota dan telah berkembang, salah satunya yang sedang dikembangkan adalah
pariwisata Kota Malang.

Kota Malang merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur di Indonesia
yang memliki banyak potensi untuk dijadikan sebagai destinasi wisata yang dapat
dikunjungi oleh para wisatawan nusantara maupun mancanegara. Kota Malang
menjadi modern karena tumbuh dan berkembang setelah hadirnya administrasi
kolonial Hindia Belanda pada tahun 1964. Kota Malang memiliki potensi wisata
yang cukup banyak dan dapat dikembangkan dengan baik, namun dari data statistik
menunjukkan banyak wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Malang dan Kota
Batu dari pada Kota Malang sendiri. Hal tersebut dibuktikan dengan perbandingan
data kunjungan di tahun 2014, jumlah wisatawan ke Kota Malang mencapai 1,5 juta
wisatawan, untuk Kota Batu mencapai 3,8 juta wisatawan, dan Kabupaten Malang
mencapai 3,2 juta wisatawan. Dari data tersebut dapat dilihat adanya perbandingan
yang cukup signifikan yang menunjukkan bahwa Kota Malang kurang diminati
oleh wisatawan. Kedudukan Kota Malang dalam hal ini sangat penting sebagai kota
pariwisata yang merupakan tulang punggung kota dan alat revitalisasi daerah-
daerah sekitar kota. Padahal Kota Malang memiliki banyak potensi wisata dan
infrastruktur yang baik dan terus berkembang mulai dari mode transportasi, pusat
perbelanjaan, hotel, dan restoran terus dikembangkan di Kota Malang.

Selain itu Kota Malang juga terkenal dengan wisata kulinernya yang diburu
oleh wisatawan yang berkunjung ke Kota Malang. Wisata kuliner merupakan hal
yang penting dalam mendukung suatu destinsi. Amenitas atau fasilitas yang
dimiliki daerah tujuan wisata, meliputi: transportasi atau angkutan pariwisata
lainnya, akomodasi hotel dan sejenisnya, restoran dan rumah makan lainnya, local
tour di DTW (Daya Tarik Wisata) yang dikunjungi, objek dan atraksi wisata di
DTW (Daya Tarik Wisata) yang dikunjungi (Oka A. Yoeti, 2008:15).

1.2 Rumusan Masalah


Kota Malang memiliki banyak pesona yang menjadikan kota tersebut sebagai
salah satu kota favorit untuk dikunjungi. Berbagai potensi yang dimiliki Kota
Malang bisa menjadi daya tarik masyarakat luar Kota Malang untuk mengunjungi
Kota Malang. Namun dari hasil kunjungan wisatawan yang data ke Kota Malang
jauh lebih sedikit dikarenakan wisatawan banyak yang berkunjung ke Kota Batu.
Dari minimnya jumlah kunjungan wisata kerap kali Kota Malang dianggap sebagai
kota transit karena wisatawan lebih memilih berwisata ke Kota Batu dibanding ke
Kota Malang. Hal lain yang menyebabkan minimnya kunjungan wisatwan adalah
potensi – potensi wisata di Kota Malang kurang dieksplore dan dikembangkan
sehingga banyak wisatawan yang tidak mengetahui bahwa di Kota Malang juga
memilki destinasi wisata yang wajib untuk dikunjungi. Selain itu, beberapa
wisatawan berkunjung ke Kota Malang biasanya hanya melakukan kegiatan wisata
belanja atau wisata kuliner, sebab di Kota Malang merupakan pusat – pusat
pertokoan modern dan besar seperti Mall, restoran atau cafe kekinian, disamping
itu banyak sekali kuliner – kuliner baik yang tradisional hingga kuliner yang
kekinian. Oleh sebab itu salah satau daya tarik wisatawan untuk datang ke Kota
Malang adalah wisata belanja dan kulinernya.
Seiring maraknya fenomena wisata kuliner di Kota Malang inilah yang
membuat Kota Malang terus optimis untuk menjadi salah satu Kota yang
menjadikan wisata kuliner sebagai salah satu trade mark yang diandalkan. Bakso
Bakar Pak Man, Bakso President, Toko Oen, Depot Hoklay dan Warung Ronde
Titoni adalah contoh-contoh kuliner yang menjadi tujuan para wisatawan kuliner di
Kota Malang. Kulineran di malam hari juga turut menghiasi perjalanan wisata para
wisatawan, tak sedikit mereka rela bepergian di malam hari untuk sekedar menjajal
makanan – makanan yang memang hanya buka di malam hari. Berdasarkan latar
belakang diatas penelitian ini dimaksud untuk mengidentifikasi wisata malam hari
di Kota Malang.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Lingkup Wilayah
1.4.2 Lingkup Materi
1.5 Sistematika Pembahasan
2 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Pariwisata
Pariwisata telah dikenal di dunia sejak zaman prasejarah namun tentu saja
pengertian pariwisata pada zaman itu tidak seperti saat ini (modern). Sejak dahulu
kala bangsa-bangsa di dunia seperti Sumeria, Phoenisia, sampai dengan Romawi
sudah melakukan perjalanan, namun tujuannya masih untuk berdagang, menambah
pengetahuan ilmu hidup, ataupun ilmu politik. Selanjutnya setelah modernisasi
meluas di segala penjuru dunia, khususnya setelah terjadinya revolusi industri di
Inggris, maka muncul traveller – traveller yang secara bergantian melakukan
perjalanan pariwisata seperti yang kita kenal saat ini.
Sedangkan di Indonesia sendiri, pariwisata telah dikenal sejak zaman kerajaan
– kerajaan yang menguasai wilayah nusantara, walaupun masih berkepentingan
untuk saling menguasai, namun tidak dapat dipungkiri akan adanya pertukaran
kebudayaan antar wilayah. Pariwisata modern Indonesia mulai dikenal sejak zaman
pendudukan Belanda di Indonesia. Melalui Vereeneging Toesristen Verker (VTV)
yang merupakan suatu badan atau official tourist bureau. Kedudukan VTV selain
sebagai lembaga pariwisata juga bertindak sebagai tour operator atau travel agent.
pariwisata Pada masa ini, badan pariwisata yang dibentuk oleh Belanda hanya
memprioritaskan pada wisatawan kulit putih saja, sedangkan bagi pribumi sendiri
diberikan pembatasan seperti dilakukan di sektor-sektor lainnya. Setelah
kemerdekaan, Pariwisata Indonesia berangsur-angsur menunjukkan kenaikan.
Selama periode Repelita I sampai dengan Repelita IV wisatawan di Indonesia
meningkat secara drastis, bahkan melebihi target yaitu 11.626.000 wisatawan dari
yang semula ditargetkan hanya 3.000.000 orang saja. Pendit (2003), menjelaskan
bahwa istilah pariwisata pertama kali diperkenalkan oleh dua budayawan pada
sekitar tahun 1960, yaitu Moh. Yamin dan Prijono. Kedua budayawan ini
memberikan masukan kepada pemerintah saat itu untuk mengganti istilah tour agar
sesuai dengan bahasa khas Nusantara. Istilah Pariwisata sendiri berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu sebagai berikut :
Pari = Penuh, Lengkap, Keliling

Wis (man) = Rumah, properti, Kampung, Komunitas


Ata = Pergi, Terus Menerus, Mengembara Yang bila diartikan
secara keseluruhan, pariwisata adalah Pergi Secara Lengkap, meninggalkan rumah
(Kampung) untuk berkeliling secara terus menerus.
2.2 Pariwisata
Pada sub – bab berikut ini akan menjelaskan mengenai pariwisata baik dari
segi definisi menurut pra ahli sampai jenis – jenis pariwisata akan dipaparkan
sebagai berikut.
2.2.1 Definisi Pariwisata
Pariwisata menurut Spillane (1987 : 20) adalah perjalanan dari satu tempat
ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan / keserasian dan kebahagiaan dengan
lingkungan hidup dalam dimensi social, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan Pendit
(2003 : 20), mendefinisikan Pariwisata sebagai suatu proses kepergian sementara
dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan
ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain
seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.
Salah Wahab dalam Oka A Yoeti (2008 : 111), menjelaskan Pariwisata
sebagai suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat
pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri
atau di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk
sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa
yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Dalam Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan


dijelaskan bahwa Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
objek dan daya tarik wisata. Sedangkan Pariwisata adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata
serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.
Pengertian pariwisata menurut A.J Burkat dalam Damanik (2006),parwisata
adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke
tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasa hidup dan bekerja dan juga
kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di suatu tempat tujuan. Menurut
Mathieson & Wall dalam Pitana dan Gyatri (2005), bahwa pariwisata adalah
kegiatan perpindahan orang untuk sementara waktu ke destinasi diluar tempat
tinggal dan tempat bekerjanya dan melaksanakan kegiatan selama di destinasi dan
juga penyiapan-penyiapan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menurut
pendapat yang dikemukakan oleh Youti, (1991:103). Pariwisata berasal dari dua
kata yaitu Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-
kali,berputar-putar atau lengkap. Sedangkan Wisata dapat diartikan sebagi
perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata “reavel” dalam
bahasa Inggris. Atas dasar itu maka kata “pariwisata” dapat juga diartikan sebagai
perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatun tempat
ketempat yang lain yang dalam bahsa Inggris didebut juga dengan istilah “Tour”.

Menurut Mill dan Morisson (1985) ada beberapa variabel sosioekonomi yang
mempengaruhi permintaan pariwisata, yaitu :
a. Umur
Hubungan antara pariwisata dan juga umur mempunyai dua komponen yaitu
: besarnya waktu luang dan aktifitas yang berhubungan dengan tingkatan umur
tersebut. Terdapat juga beberapa perbedaan pola konsumsi antara kelompok yang
lebih tua dengan kelompok yang lebih muda.
b. Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor terpenting dalam membentuk permintaan
untuk mengadakan sebuah perjalanan wisata. Bukan hanya perjalanan itu sendir
yang memakan biaya wistawan juga harus mengeluarkan uang untuk jasa yang
terdpat pada tujuan wisata dan juga di semua aktifitas selama mengadakan
perjalanan.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan mempengaruhi tipe dari waktu yang luang untuk digunakan
dalam perjalanan yang dipilih. Selain itu juga pendidikan merupakan suatu motivasi
untuk melakuakan perjalanan wisata. dapat juga dismpulkan bahwa tingkat pendidikan
mempengaruhi pandangan seseorang dan memberikan lebih banyak pilihan yang bisa
diambil oleh seseorang.
Sedangkan berdasarkan undang-undang no 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan, bahwa keadaan alam, flora, dan fauna sebagai karunia tuhan yang
maha esa, serta peninggalan sejarah, seni, dan juga budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia merupakan sumber daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk
peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagiman terkandung dalam
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Definisi pariwisata memang tidak pernah persis diantara para ahli. Pada
dasarnya pariwisata merupakan perjalanan dengan tujuan untuk menghibur yang
dilakukan diluar kegiatan sehari-hari yang dilakukan guna untuk memberikan
keuntungan yang bersifat permanen ataupun sementara. Tetapi apabila dilihat dari
segi ko0nteks pariwisata bertujuan untuk menghibur dan juga mendidik.
Berdasarkan definisa pariwisata diatasa maka disimpulkan bahwa kegiatan
pariwisata mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
1. Terdapat dua lokasi yang saling terkait yaitu daerah asal dan juga daerah tujuan
(destinasi).
2. Sebagai daerah tujuan pasti memiliki objek dan juga daya tarik wisata.
3. Sebagai daerah tujuan pasti memiliki sarana dan prasarana pariwisata.
4. Pelaksana perjalananan ke daerah tujuan dilakukan dalam waktu sementara.
5.Terdapat dampak yang ditimbulkan,khususnya daerah tujuan segi sosiala
budaya,ekonomi dan lingkungan.
2.2.2 Jenis – jenis Pariwisata
Spillane (1987 : 28), membedakan jenis jenis menjadi sebagai berikut :
a. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, untuk mencari udara segar yang baru, untuk memenuhi
kehendak ingin tahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untuk melihat
sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam, atau bahkan untuk
mendapatkan ketenangan dan kedamaian di daerah luar kota.
b. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang menghendaki
pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat, untuk memulihkan kembali
kesegaran jasmani dan rohaninya, yang ingin menyegarkan keletihan dan
kelelahannya
c. Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)
Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untuk mempelajari
adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyat daerah lain,selain itu untuk
mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat
kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festival seni
musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.
d. Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism) Jenis ini dapat dibagi dalam
dua kategori :
1) Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanya
peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, World
Cup, dan lain-lain.
2) Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisata olahraga bagi
mereka yang ingin berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti
pendakian gunung, olahraga naik kuda, dan lain-lain.
e. Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)
Perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atau perjalanan
karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada
pelakunya baik pilihan daerah tujuan maupun pilihan waktu perjalanan.
f. Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism)
Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan peserta yang
biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negara penyelenggara.

2.2.3 Objek Wisata


Pengertian obyek dan daya tarik wisata menurut Marpaung (2002:78)
adalah suatu bentuk dari aktifitas dan fasilitas yang berhubungan, yang menarik
minat wisatawan atu pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu.
Obyek dan daya tarik wisata sangat erat hubungannya dengan travel motivation dan
travel fasion, karena wisatawan ingin mendapatkan suatu pengalamn tertentu dalam
kunjungannya ke suatu obyek wisata.
Menurut UU no 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, bahwa keadaan
alam, flora, dan fauna sebagai karunia tuhan yang maha esa, serta peninggalan
sejarah, seni, dan juga budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber
daya dan modal pembangunan kepariwisataan untuk peningkatan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat sebagiman terkandung dalam Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam
undangundang diatas, yang termasuk obyek dan daya tarik wisata diantaranya
adalah :

1. Objek daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud
keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama
indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta binanatng-binatang
langka.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peningglan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian (wisata
agro), wisata tirta (air), wisata petualngan, taman rekreasi, dan tempat
hiburan lainnya.
3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua,
industry, dan juga kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras,
tempattempat ibadah, tempat ziah dan lain-lain.
4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang-bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi
semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

Menurut SK Menspasportel No. KM 98 PW. 102 MPPT-87 yaitu “ Objek


Wisata adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya alam
yang dibangun dan juga dikembangkan sehing bisia mempunyai daya tarik yang
diusahakan sebaga tempat yang dikunjungi para wisatawan “.
2.2.4 Wisata Kuliner
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga tahun 2003 Wisata
adalah “bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-
senang, bertamasya dsb)”. Sedangkan Kuliner berati masakan atau makanan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa wisata kuliner ialah perjalanan yang memanfaatkan
masakan serta suasana lingkungannya sebagai objek tujuan Wisata. Masa
perjalanan yang tergolong dalam definisi wisata adalah tidak kurang dari 24 jam
dan tidak lebih dari tiga bulan, serta tidak dalam rangka mencari pekerjaan.
Kegiatan wisata tidak hanya dilakukan secara perorangan, melainkan juga
dikelola secara profesional dan dilakukan secara berkelompok. Menurut sebuah
artikel di media elektronik (internet) orang yang melakukan kegiatan wisata disebut
wisatawan.
Wisata kuliner merupakan industri pariwisata yang relatif baru.
Berkembang mulai tahun 2011, ketika Erik Wolf mengesahkan berdirinya
International Culinary Tourism Association (ICTA). ICTA menawarkan beragam
program terkait wisata kuliner yang mengutamakan pendidikan dan pelatihan. Awal
2007, ICTA mulai menyediakan berbagai layanan konsultasi wisata kuliner.
Konsultasi terutama untuk solusi terhadap peningkatan permintaan kuliner pada
industri pariwisata, selain pemberian konsultasi pada bidang kepemimpinan dalam
pengembangan dan pemasaran wisata kuliner. Tahun sebelumnya, para akademisi
pariwisata seluruh dunia telah mengadakan penelitian terhadap wisata kuliner.
Berbagai penelitian wisata kuliner menemukan hal-hal yang menarik dalam
perkembangan industri pariwisata. Wisata kuliner menjadi sebuah industri masa
depan industri pariwisata. Bahkan, Lucy Long seorang peneliti dari University
Bowling Green, Ohio telah mencetuskan wisata kuliner pada 1998. Kegiatan wisata
kuliner memang dipaparkan oleh Long, L. M. pada tahun 2006 dalam bukunya
“Culinary Tourism”. Kegiatan wisata kuliner meliputi kegiatan mencicipi makanan
di restoran-restoran etnik, mengunjungi festival makanan, mencoba makanan pada
saat melakukan perjalanan wisata dan juga memasak di rumah.
Kuliner memiliki potensi cukup besar. Menurut laporan Dinas Perindustrian
dan Perdagangan, bisnis oleh-oleh di jalanan saat ini, mengalami kenaikan sebesar
20%-25%. Pertumbuhan ekonomi secara umum hanya mengalami kenaikan dengan
kisaran 3%. Karena itu pakar ekonomi optimis dalam tahun-tahun ke depan, pusat
jajanan akan semakin cerah. Kini kegiatan masakmemasak tidak dipandang sebagai
pekerjaan rumah tangga. Tidak harus perempuan yang meracik berbagai bumbu dan
sayuran. Kesuksesan para pebisnis di bidang kuliner membuka celah baru bagi para
peminat kuliner dan calon wirausahawan yang bergerak di bidang
makanan/masakan. Kata-kata “Wisata Kuliner” dengan sendirinya membuktikan
bahwa segala hal yang berhubungan dengan masak-memasak dan kuliner mendapat
perhatian tersendiri di kalangan masyarakat. Beragam acara televisi dan artikel
majalah berlomba-lomba membahas segala yang unik tentang kuliner. Di sisi lain,
banyak anak muda yang memilih culinary course atau culinary school, hal tersebut
tidak terlepas dari perkembangan trend yang mulai booming tentang kuliner.
Banyak anak muda yang awalnya menganggap masak-memasak hanya sekedar
hobi, kini mulai tergugah untuk terjun mendalami ilmu memasak secara akademis.
Namun, selain dipengaruhi oleh trend itu sendiri, banyak juga yang berpandangan
bahwa peluang bisnis kuliner sangat menjanjikan. Trend masak-memasak tidak
terlepas dari pergeseran nilai budaya yang berhubungan dengan gender. Dulu dapur
selalu diidentikkan dengan pekerjaan perempuan, kini telah berubah haluan seiring
dengan pergeseran nilai tersebut dan hal ini malah diidealisasikan dan dikonstruksi
secara sosial. Pekerjaan rumah tangga yakni masak-memasak tidak hanya menjadi
milik perempuan, lelaki juga tidak sedikit yang tertarik dengan kegiatan memasak
(Wijaya, 2009).
Menyikapi berbagai pergeseran, perubahan, dan perkembangan industri
pariwisata, Kemenparekraf kini telah memasukkan kuliner atau wisata kuliner ke
dalam kluster ekonomi (pariwisata) kreatif ke 15sebagai bagian dari industri
ekonomi kreatif mulai pada tahun 2011. Subsektor kuliner telah menyumbangkan
pendapatan terbesar bagi industri kreatif di Indonesia atau sekitar 32,2% dari total
kontribusi industri kreatif terhadap PDB pada 2011 atau sekitar Rp169,62 triliun.
Kemenparekraf saat ini pun sedang membentuk kelompok kerja untuk
mengembangkan sektor kuliner Indonesia, terdiri dari lintas kementerian dan
melibatkan semua stakeholder untuk mendalami berbagai isu untuk
mengembangkan produk kuliner, pendokumentasian, standar, dan promosi. Dalam
kaitan wisata kuliner dan kegiatan belanja sebagai wisata minat khusus,
Kemenparekraf kini tengah memetakan kuliner yang menjadi unggulan masing-
masing propinsi. Mengkaji standardisasi masakan Indonesia agar kualitas cita rasa
kuliner Indonesia tetap terjaga dan menetapkan dua kriteria kuliner yaitu kuliner
heritage (warisan) yang mencakup kuliner sejak masa raja-raja zaman dulu, tapi
menu tak pernah berubah sampai sekarang dan kuliner khas suatu daerah.
2.2.5 Fungsi dan Tujuan Wisata Kuliner
Seiring meningkatnya kompetisi di antara tempat tujuan wisata, kebudayaan
lokal menjadi hal yang berharga sebagai produk dan aktivitas untuk menarik turis,
khususnya dalam bidang kuliner. Berikut peran penting dalam industri wisata
kuliner :
 Menjadi pusat pengalaman berwisata bagi wisatawan. Darisudut pandang
wisatawan, makanan dengan identitas lokal setara dengan perjalanan
mengelilingi museum da monumen.
 Menjadi pembentuk identitas yang signifikan pada masyarakat era
pascamodern sebagai elemen dari identitas dan representasi budaya lokal.
 Sebagai produk wisata budaya kreatif. Gastronomi diharapkan dapat
menuju ke arah kemajuan yang memiliki adab, budaya, memperpersatukan
dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari gastronomi lain yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya gastronomi tradisional. Dengan
begitu, dapat mempertinggi derajat kemanusiaan masyarakat lokal serta
turut memperkaya gastronomi dunia. Kita diharapkan dapat fleksibel dalam
melihat penerapan kebudayaan di dalam dan luar negeri sebagai upaya
promosi ke mancanegara.
Pelestarian dalam bidang kuliner di Indonesia ini patut dilakukan dengan 3
M yaitu dengan memelihara, memanfaatkan serta mengembangkan. Kita patut
memelihara yaitu menjaga kuliner Nusantara sebagaimana aslinya dalam berbagai
literatur dari penyajian dengan beragam komponen rasa, bentuk dan tekstur. Kedua,
perlu ada upaya dalam memanfaatkannya terkait dengan kebutuhan tertentu. Ketiga
adalah mengembangkan kuliner Nusantara dengan menambahkan dan
memperkaya ide atau gagasan baru sehingga dapat dipromosikan ke mancanegara
yang diharapkan dapat menarik minat wisatawan domestik dan wisatawan
mancanegara sebagai salah satu daya tarik pariwisata dan salah satu subsektor
ekonomi kreatif, serta dalam meningkatkan citra Indonesia.
3 BAB III
GAMBARAN UMUM
Kota Malang dikenal baik karena dicap sebagai kota pendidikan. Kota ini
memiliki berbagai perguruan tinggi terbaik seperti Universitas
Brawijaya, Universitas Negeri Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
dan Politeknik Negeri Malang. Selain itu, kota ini merupakan kota pariwisata
karena alamnya yang menawan yang dikelilingi oleh pegunungan serta udaranya
yang sejuk. Malang pun terkenal sebagai kota bunga karena banyaknya bunga yang
menghiasi kota. Kota Malang juga merupakan kota seni karena banyaknya kesenian
khas dari kota ini, mulai dari tarian hingga pertunjukan. Selain itu Kota Malang
juga merupakan tempat identik dengan keindahan dan keramaian, yang ditandai
dengan tempat – tempat rekreasi atau wisata yang banyak digandrungi oleh
masyarakat luas. Entah itu obyek wisata alam, wisata budaya bahkan wisata kuliner
yang sangat terkenal khususnya pada kaum muda saat ini.

Wisata kuliner adalah suatu perjalanan yang di dalamnya meliputi kegiatan


mengonsumsi makanan lokal dari suatu daerah; perjalanan dengan tujuan utamanya
adalah menikmati makanan dan minuman dan atau mengunjungi suatu kegiatan
kuliner, seperti sekolah memasak, mengunjungi pusat industri makanan dan
minuman; serta untuk mendapatkan pengalaman yang berbeda ketika mengonsumsi
makanan dan minuman. Wisata kuliner bisa dijadikan ajang yang efektif untuk
meraih peluang mengangkat makanan dan minuman khas daerah ke dunia
internasional sebagai salah satu daya tarik pariwisata. Kehadiran wisata kuliner
menjadi subproduk yang mendukung potensi wisata yang sudah ada.

Adapun pembahasan kali ini yakni wisata kuliner olahan ceker yang sedang
hits dikalangan anak muda Kota Malang terbukti dengan banyaknya ritel olahan
ceker pedas yang tersebar di Kota Malang antara lain Sego ceker Glintung, Ceker
jontor pedas, Ceker maut suhat, The minthis ceker dinamit new, Ceker GR, dan
Ceker jalan Jakarta, yang dimananya semua itu rata-rata mengandalkan olahan
ceker pedas yang menjadi favorit bagi para pembeli.

Untuk pembahasan kali ini kita akan membahas Ceker Jalan Jakarta yang
terletak di Jalan Jakarta, kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen
Tempat ceker ini merupakan salah satu wisata kuliner malam yang berlokasi
pada Jalan Jakarta Kelurahan Penanggungan Kecamatan Klojen Kota Malang.
Tempat makan dengan menu andalan ceker ini buka setiap hari, mulai pukul 22.00
malam sampai pukul 02.00 dini hari. Ceker tersebut memiliki daya tarik dari segi
cita rasa yang unik dan pedas. Tidak hanya mahasiswa yang berasal dari Kota
Malang saja, bahkan mahasiswa dari luar Jawa Timur juga sampai ikut antusian
terhadap wisata kuliner ini. Ceker Jalan Jakarta ini bisa dikatakan kuliner pada
malam hari, karena disegi pelayanan warung ini buka mulai dari pukul 22.00 malam
yang notabennya tempat nongkrong yang dipilih oleh anak – anak muda dan
masyarakat yang masih beraktifitas pada malam hari apalagi pada waktu weekend
yang sangat ramai para wisatawan.

Untuk skala pelayanan, berdasarkan hasil wawancara dari beberapa


pengunjung, warung ceker jalan jakarta ini sudah sampai dikenal oleh seluruh Kota
Malang baik kalangan mahasiswa maupun masyarakat luar Kota Malang. Untuk
kebutuhan ceker tiap harinya bisa mencapai 75 – 80 kg/ 4 panci untuk sekali
penjualan, belum lagi pada malam minggu/ weekend bisa sekitar lebih dari 100 kg/5
Panci. Usaha makanan ceker milik Bapak Budi ini sudah 10 tahun berdiri, beliau
menjalankan usahanya bersama keluarga yang pada awalnya berjualan nasi pecel,
lambat laun beliau mempunyai inovasi dan memanfaatkan peluang untuk berjualan
ceker ayam yang kini sudah dikenal oleh masyarakat Kota Malang. Ceker Jalan
Jakarta tersebut sangat rekomendasi untuk para pecinta kuliner yang berkunjung ke
Kota Malang, selain cita rasa yang khas, suasana sekitar Warung Ceker yang
sederhana dan terkesan santai

4 BAB IV
PEMBAHASAN
5 BAB V
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai