Anda di halaman 1dari 20

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2015, Hal. 65 ± 84 Vol. 22, No.

1 65
ISSN: 1412-3126

NILAI-NILAI MODAL SOSIAL YANG TERKANDUNG DALAM


PERKEMBANGAN PARIWISATA (STUDI KOTA SOLO)

Arifin Fafan Kusuma1 dan Darwanto2


1) Alumni FEB Undip
2) Staff Pengajar FEB Undip
arifin.fafan@gmail.com

ABSTRAK
Kota Solo merupakan kota dengan kunjungan tertinggi kedua di Jawa Tengah. Perkembangan pariwisata di Kota Solo
tidak lepas dari peran partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kepariwisataan di kota ini. Partisipasi masyarakat
tidak bisa terpisahkan dari ekonomi pariwisata. Nilai modal sosial yang tertanam merupakan salah satu yang
membentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Tindakan bersama berupa partisipasi masyarakat
bisa sebagai katalisator penggerak sektor pariwisata agar dapat berkembang secara terus-menerus sehingga merangsang
tumbuhnya perekonomian di Kota Solo. Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi peran dan nilai modal sosial dalam
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Penelitian ini menerapkan konsep modal sosial untuk menciptakan
pemahaman tentang bagaimana anggapan masyarakat sehingga mampu membentuk atau membangun serta
berpartisipasi dalam perkembangan pariwisata. Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif serta
pengumpulan data melalui metode wawancara semi-terstruktur, FGD (focus group discusion) dan pengamatan yang
dilakukan di lapangan. Penelitian ini menunjukan modal sosial melalui partisipasi masyarakat Kota Solo terbangun dari
ekspektasi yang mengarah pada perilaku kerjasama hal ini terlihat dari aspek kognitif berupa anggapan masyarakat yang
menilai bahwa perkembangan pariwisata mempunyai dampak positif (what the people feel) dalam perbaikan ekonomi.
Ekpektasi akan kualitas hidup yang lebih baik melalui perkembangan pariwisata mampu mendorong masyarakat dalam
membentuk pariwisata dengan cara mengekspresikan dan mengorganisasikan melalui wadah berupa komunitas untuk
memfasilitasi partisipasinya dalam perkembangan pariwisata. Wadah ini berfungsi sebagai aktivitas dalam berperan
untuk perkembangan pariwisata sehingga dapat tersalurkan (what the people do), hal tersebut merupakan bagian dari
aspek struktural dalam modal sosial. Aspek kognitif dan aspek stuktural dalam modal sosial tersebut mampu membawa
masyarakat bersama pemerintah bekerja sama dalam kerangka kerja legal berupa Calender of event dalam
mengembangkan pariwisata di Kota Solo.
Kata kunci: Partisipasi masyarakat, Modal Sosial, Perkembangan pariwisata

ABSTRACT
Solo City is a city with the second highest visit in Central Java. Development of tourism in the city of Solo is not
separated from the role of community participation in developing tourism in this city. Public participation can not be
separated from the tourism economy. Embedded value of social capital is one of the things that make up the community
participation in tourism development. Collective action in the form of public participation can be a catalyst driving the
tourism sector in order to grow continuously to stimulate economic growth in the city of Solo. The purpose of this study
is to explore the role and value of social capital in the development of community-based tourism. This study applies the
concept of social capital to create an understanding of how the public perception is capable of forming or building and
participate in the development of tourism. This study used a qualitative research methodology and data collection
through semi-structured interview method, FGD (Focus Group Discussion) and observations that made in the field.This
study shows social capital through participation of Solo community that made up of expectations that leads to
cooperative behavior, as seen from the cognitive aspects such as public perception that considers that the development
of tourism has a positive impact (what the people feel) in the economic recovery. Expectations of a better quality of life
through the development of tourism can encourage people to form a community to facilitate their participation in the
development of tourism. This community serves as a place for discussion for the people in expressing their ideas about
the development of tourism (what the people do), it is part of the structural aspects of social capital. Aspects of
cognitive and structural aspects in social capital are able to bring the community together with government
cooperation within the framework of the legal form of the Calendar of events in the development of tourism in the city of
Solo.
Keywords : community participation, Social Capital, development of tourism

PENDAHULUAN pembangunan wilayah dalam memberikan


Kegiatan pariwisata merupakan salah kontribusi untuk meningkatkan pendapatan
satu sektor yang berperan dalam proses suatu daerah maupun masyarakat. Pariwisata
66 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

mempunyai peranan penting dalam mendorong wisata yang terdapat di Kota Solo terutama
kegiatan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan wisata budaya. Kota Solo berdiri 2 (dua)
masyarakat, dan memberikan perluasan Kerajaan Mataram yaitu Keraton Kasunanan
kesempatan kerja. Peran tersebut ditunjukan Solo Hadiningrat dan Istana Mangkunegaran.
oleh konstribusi kepariwisataan dalam Kota ini juga memiliki obyek wisata Taman
penerimaan devisa Negara yang dihasilkan oleh Sriwedari yang di dalamnya terdapat Museum
kunjungan wisatawan, nilai tambah PDRB dan Radya Pustaka, Pasar Antik Triwindu,
penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut telah Kampung Batik Laweyan dan Kebon Binatang
dinyatakan dalam Peraturan Presiden Repubik Satwataru Jurug. Kota Solo juga memiliki
Indonesia Nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana wisata belanja karena sebagai Kota penghasil
Jangka Panjang dan Menengah (RPJM) 2010- batik yang cukup disegani. Banyak sekali
2014. dijumpai di sudut-sudut Kota butik-butik batik
Jawa Tengah merupakan salah satu dan kerajinan traditional dengan Pasar
propinsi di Pulau Jawa yang terletak pada jalur Klewernya sebagai sentra perdagangan tekstil
perlintasan antara Jawa Barat dengan Jawa terbesar di Jawa Tengah.
Timur, sehingga banyak wisatawan lebih sering Lingkungan Kota Solo yang ramah
melewatkan Jawa Tengah karena hanya sebagai terlebih karena kebanyakan masyarakatnya
daerah perlintasan. Industri pariwisata masih memegang tradisi dan warisan budaya
merupakan salah satu sektor yang sangat sehingga banyak atraksi wisata budaya bisa
penting untuk dikembangkan, sehingga perlu disaksikan di Kota ini, misalnya Kirab pusaka 1
adanya kebijakan dari kelembagaan yang dapat suro, sekaten, grebeg sudiro, grebeg mulud,
menunjang berkembangnya sektor pariwisata di tinggalan dalem jumenengan, grebeg pasa,
Jawa Tengah. Apabila semakin banyak syawalan, dan grebeg besar. Pemerintah Kota
wisatawan ditarik untuk berwisata di Jawa Solo juga melakukan upaya-upaya demi
Tengah, maka akan berdampak positif dalam meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara
pengembangan bisnis wisata. Kota Solo sendiri maupun domestik dengan cara untuk terus
mempunyai total kunjungan tertinggi nomor dua mengadakan event-event yang bertaraf
dengan kunjungan 2.133.848 wisatawan setelah Internasional, seperti Solo Batik Carnival,
Kota Magelang di Jawa Tengah. Hal ini SIPA, dsb. Upaya yang dilakukan pemerintah
menunjukan bahwa Kota Solo mempunyai Kota Solo pada tahun 2008-2012 dapat dinilai
potensi pariwisata yang cukup bagus untuk berhasil dalam meningkatkan jumlah wisatawan
mewujudkan visit Jawa Tengah. yang berkunjung untuk berpariwisata di Kota
Kota Solo memiliki banyak potensi Solo. Hal ini bisa diamati pada Tabel 1.
pariwisata, ini bisa dilihat dari banyaknya obyek
Vol. 22 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 67

Tabel 1. Jumlah Pengunjung Tempat Wisata di Kota Solo


2008 2009 2010 2011 2012
Objek Wisata
No Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 Keraton Solo 4617 84850 5205 123867 3516 30767 1201 30882 810 47331
2 Mangkunegaran 5142 16385 15791 36104 18231 19978 23502 17731 23413 27051
3 Radya Pustaka 785 9295 1360 9191 1007 16244 2575 14124 3092 13500
Taman
4 Sriwedari 336 79196 - - - - - - -
5 W.O Sriwedari 448 10654 278 14449 264 17138 311 20874 136 27222
6 THR.Sriwedari 153 372682 76 403107 91 329889 31 334418 46 309391

7 Musium Batik - - 801 30238 1026 88242 1826 15094 1177 12601
Taman
8 Satyawaru 2332 14011 - - - 292546 - 32714 - 272197
Taman
9 Balekambang - - - - 363 273229 1467 935496 2084 1387832

Jumlah 13813 587073 23511 616956 24498 1068033 30913 1401333 30758 2097125
Jumlah
wisatawan 600886 640467 1092531 1432246 2127883
Sumber : BPS, 2012

Tingginya jumlah wisatawan yang ada di masyarakat. Anggapan tersebut mampu


Kota Solo tidak lepas dari jargon wisata yang di membawa masyarakat yang mengarah kepada
usung Kota ini yakni Spirit of Java untuk perilaku kerjasama yang saling menguntungkan,
kepentingan pemasaran pariwisata. Slogan sehingga penelitian ini mencoba mengkaji nilai
Spirit of Java (jiwanya Jawa) sebagai upaya modal sosial yang terkandung dalam partisipasi
pencitraan Kota Solo sebagai pusat kebudayaan masyarakat untuk mewujudkan perkembangan
Jawa. Hal ini bisa dikatakan bahwa slogan ini pariwisata di Kota Solo.
dapat menjadi acuan modal sosial untuk Partisipasi masyarakat merupakan
meningkatkan pariwisata di Kota Solo. Porthest bagian penting dalam membangun
dalam Yustika (2006) menjelaskan melalui perkembangan pariwisata. Nilai modal sosial
modal sosial, aktor dapat meraih akses langsung yang terkandung dalam partisipasi masyarakat
terhadap sumberdaya ekonomi (pinjaman merupakan salah satu yang membentuk
bersubsidi, saran-saran investasi, pasar yang pengembangan pariwisata, Perlu adanya peran
terlindungi). Mereka dapat meningkatkan modal kelembagaan sebagai payung aturan demi
budaya (cultural capital) melalui kontak dengan kepentingan bersama. Tindakan bersama dari
ahli-ahli atau individu yang beradab (yang partisipasi masyarakat dan kelembagaan bisa
melekat pada modal budaya), atau alternatifnya sebagai katalisator penggerak sektor pariwisata
mereka dapat berafiliasi dengan institusi yang sehingga dapat berkembang secara terus-
membahas nilai-nilai terpercaya atau value menerus agar dapat merangsang tumbuhnya
credential (pelembagaan modal budaya). perekonomian di Kota Solo. Penelitian ini
Claiborne (2010) menunjukan nilai mempunyai tujuan untuk mengetahui anggapan
modal sosial yang tinggi didalam partisipasi masyarakat dalam perkembangan pariwisata,
masyarakat dapat meningkatkan perkembangan membentuk perkembangan pariwisata serta
pariwisata di lokasi tersebut. Tingginya tingkat mengetahui bagaimana masyarakat
partisipasi masyarakat disana berangkat dari berpartisipasi dan bekerjasama dalam
anggapan masyarakat yang menganggap pengembangan pariwisata.
pariwisata mampu memperbaiki kualitas hidup
68 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

hubungan persahabatan (acquaintance) yang


LANDASAN TEORI DAN saling menguntungkan. Bourdieu berkeyakinan
PENGEMBANGAN HIPOTESIS bahwa jaringan sosial (Social network) tidaklah
alami (natural given). Kedua hal tersebut
Teori Ekonomi Kelembagaan dengan dikonstruksi melalui strategi investasi yang
Pendekatan Modal Sosial berorientasi kepada pelembagaan hubungan
Yustika (2006) menjelaskan sampai saat kelompok (group relation) yang dapat dipakai
ini terdapat berbagai variasi tentang definisi sebagai sumber terpercaya untuk mencapai
kelembagaan (institutions). Definisi yang keuntungan(benefit).
bermacam-macam makna tersebut Coleman dalam Yustika (2006)
diperbolehkan sejauh konsep definisi menjelaskan modal sosial bukanlah entitas
kelembagaan tidak saling menegasi satu sama tunggal (single entity), tetapi entitas majemuk
lain. Pengertian tersebut mencakup seluruh isi yang mengandung dua elemen: (i) modal sosial
definisi kelembagaan sebagai aturan main (rules mencakup beberapa aspek dari struktur sosial;
of the game) dalam masyarakat. Karakteristik dan (ii) modal sosial memfasilitasi tindakan
kelembagaan yang dipaparkan oleh North dalam tertentu dari pelaku (aktor) baik individu
Yustika (2006) menjelaskan di dalam maupun perusahaan- di dalam struktur tersebut
kelembagaan terdapat larangan-larangan (within the structure). Perspektif ini sama
(prohibitions) dan persyaratan-persyaratan halnya dengan modal lainnya, modal sosial juga
(conditional permission). bersifat produktif, yakni membuat pencapaian
Ilmu kelembagaan bersifat pragmatis, tujuan tertentu yang tidak mungkin diraih bila
dimana kajian ilmu kelembagaan harus sesuai keberadaanya tidak eksis. Yustika (2006)
realita yang dibangun pada kondisi masyarakat. mengemukakan bahwa modal sosial baru eksis
Kenyataannya kondisi dan permasalahan yang bila ia berinteraksi dengan struktur sosial.
terjadi bersifat majemuk, sehingga terdapat Coleman dalam Yustika (2006)
kajian multidisiplin di dalam teori kelembagaan. menjelaskan berdasarkan operasionalisasinya,
Teori kelembagaan melihat dulu fenomena yang modal sosial menurut fungsinya memiliki aspek
terjadi, baru setelah itu dikaji. Yustika (2006) struktur dan aspek kognisi (cognitive).
menjelaskan ekonomi kelembagaan Operasionalisasi modal sosial dibagi dalam tiga
berkecenderungan untuk memilih pendekatan penampakan. Pertama, menurut sumber dan
induktif. Yustika (2006) menyatakan modal pengejewantahannya, secara struktur modal
sosial dalam kegiatan transaksi dapat menjadi sosial terdiri atas peran dan aturan (roles and
basis sumber daya ekonomi (Economic rules), jaringan dan hubungan interpersonal
resources). Modal sosial dapat menjadi dengan pihak lain, serta procedur dan kejadian
alternatif yang paling mungkin untuk (procedures and precendent). Aspek kognisinya
mengalokasikan kegiatan ekonomi secara terdiri atas norma, nilai, perilaku, dan
efisien bila pasar (market) tidak sanggup keyakinan. Kedua, menurut cakupannya
mengerjakannya. Putnam dalam Yustika (2006) (domains), struktur modal sosial terbentuk dari
menyimpulkan modal sosial merupakan sarana organisasi sosial dan aspek kognisinya mewujud
bagi individu yang akan mengerjakan kerjasama dalam budaya sipil (civic culture). Budaya sipil
secara sukarela untuk mengurusi barang dapat dimaknai sebagai kemampuan warga
publik/bersama. Negara/ masyarakat untuk mengekspresikan dan
mengorganisasikan kepentingan melalui
Konsep Partisipasi Masyarakat melalui saluran-saluran yang tersedia. Ketiga, menurut
Modal Sosial (Social Capital) elemen-elemen umum (common element)
Pierre Bourdieu dalam Yustika (2006) struktur modal sosial terbangun berdasarkan
mendefinisikan modal sosial sebagai agregat ekspektasi yang mengarah kepada perilaku
sumber daya aktual ataupun potensial yang kerjasama yang saling menguntungkan
diikat untuk mewujudkan jaringan yang awet sedangkan kognisi dari elemen umum ini tidak
(durable), sehingga menginstitusionalisasi-kan dapat di identifikasi secara jelas karena sangat
Vol. 22 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 69

tergantung kepada kesepakatan anggota yang penelitian ini berperan sebagai NTO di
terlibat dalam hubungan kerjasama tersebut. Indonesia adalah Departemen Kebudayaan dan
National Statistik dalam Hamka (2010) Pariwisata (Depbudpar), Sedangkan RTB dan
mendefinisikan modal sosial yang mengaburkan LTO dipegang oleh Dinas Kebudayaan dan
konsep tersebut, antara lain: energy sosial Pariwisata Provinsi Jawa Tengah dan Dinas
(sosial bond ), jiwa komunitas (community Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga
spirit), kewajiban-kewajiban sosial (sosial Kota Solo.
bonds), (civic virtue), jejaring komunitas Mill dalam Choirunnisa (2010)
(community networks), ´VHOXEXQJ´ sosial (social Kecakapan suatu Goverment Tourism
ozone), persahabatan jangka panjang (extended Organization (GTO) dapa dilihat melalui
friendship), kehidupan komunitas (community beberapa indikator. Pertama, otoritas memiliki
life), sumber sosial (sosial resources), jejaring kewenangan mengambil inisiatif melakukan
informal dan formal (informal and formal perubahan. Kedua, dukungan penuh dari
networks), (good neighbourliness), perekat pemerintah bersama-sama dengan kemampuan
sosial (social glue). Konsep-konsep tersebut mempengaruhi beragam departemen pemerintah
masih terus dikembangkan sesuai dengan yang mempunyai pengaruh pariwisata. Ketiga,
kebutuhan pragmatisnya. dukungan dari pelaku bisnis swasta yang
mempunyai kegiatan dalam bidang pariwisata.
Kaitan Teori kelembagaan dengan Keempat, anggaran yang cukup untuk
Pariwisata melaksanakan tugas yang diembannya. Kelima,
Aspek kelembagaan merupakan salah organisasi dijalankan oleh pegawai-pegawai
satu aspek yang penting dalam membangun yang berpengalaman.
industri pariwisata yang sukses. Wibowo (2007)
beragumentasi kelembagaan lokal yang Partisipasi Masyarakat dalam
berangkat dari kemampuan masyarakat melalui Pengembangan Pariwisata
kontribusi nilai-nilai modal sosial tersebut lahir Suwantoro (2004) mengemukakan peran
dari budaya lokal dan dikembangkan oleh serta masyarakat dapat ditumbuhkan dan
masyarakat sendiri tanpa campur tangan digerakan melalui usaha-usaha penerangan serta
pemerintah. Nurhidayati (2012) menjelaskan pengembangan komunikasi sosial yang sehat,
faktor yang berperan dalam pengembangan yang dilakukan melalui dialog yang luas dan
modal sosial adalah kekuatan internal. Kekuatan bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas dan
internal ini yang berwujud motivasi, kepedulian bertanggung jawab: baik antara pemerintah dan
tokoh masyarakat/agama, dan peran pemerintah masyarakat maupun antar golongan-golongan
dalam menyediakan kelembagaan yang masyarakat itu sendiri. Dialog yang demikian
mengakomodasi kepentingan bersama wilayah- akan melahirkan gagasan serta pandangan yang
wilayah yang mengembangkan agrowisata. kuata agar pembangunan tetap memiliki gerak
Choirunissa (2010) mengatakan maju ke depan. Sebagai contoh: masyarakat di
kehadiran organisasi pariwisata sektor publik daerah tujuan wisata sangat mengharapkan
(GTO) merupakan bentuk keterlibatan terbinanya kelestarian usaha yang terkait dengan
pemerintah dalam pengembangan pariwisata objek wisata dan kehidupan alam budaya
suatu Negara. GTO dibentuk pemerintah mereka tidak menjadi rusak. Untuk itu
sebagai suatu badan yang bertanggung jawab pembangunan dan pengembangan pariwisata
menjalankan fungsi perencanaan, harus melibatkan masyarakat setempat dan
pengembangan, pemasaran, dan pembinaan sekitarnya secara langsung.
kepariwisataan secara umum. Foster dalam Pariwisata berbasis masyarakat
Choirunissa (2010) mengklasifikasikan GTO merupakan aktivitas ekonomi penting yang jika
adalah suatu Negara menurut hierarki dikembangkan dengan tepat dapat mengatasi
wewenang, yaitu National Tourist Organization sejumlah tantangan pembangunan, termasuk
(NTO), regional tourist board (RTB), dan Local pengurangan kemiskinan, pengembangan
tourist organization (LTO). Organisasi dalam ekonomi lokal, perdamaian dan keselarasan
70 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

masyarakat, dan manajemen sumber daya alam didasarkan atas dasar prinsip komplementarist
dan lingkungan yang berkesinambungan dan kelekatan (complementarity and
(Damanik, 2006). Hausler dan Strasdas dalam embeddedness). Sehingga merujuk pada
Purnamasari (2011) mengatakan community hubungan yang saling menguntungkan antara
based tourism merupakan salah satu pendekatan aktor publik dengan privat yang diwujudkan
pembangunan pariwisata yang menekankan dalam kerangka kerja legal yang melindungi
pada masyarakat lokal baik yang terlibat hak-hak asosiasi.
langsung pada industri pariwisata. Hal ini
dilakukan dengan bentuk memberikan METODOLOGI PENELITIAN
kesempatan (akses) dalam manajemen dan Pendekatan yang digunakan dalam
pembangunan pariwisata yang berujung pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
pemberdayaan politis melalui kehidupan yang Metodologi penenlitian kualitatif merupakan
lebih demokratis termasuk dalam pembagian suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk
keuntungan dari kegiatan pariwisata yang lebih memahami suatu fenomena dalam konteks
adil bagi masyarakat lokal. social secara alamiah dengan mengedepankan
proses interaksi komunikasi yang mendalam
Konsep Modal Sosial antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
Penelitian ini berangkat melalui Alamiah disini mempunyai arti bahwa
anggapan mengenai apa yang masyarakat penelitian kualitatif dilakukan dalam lingkungan
rasakan dan yakini dari perkembangan yang alami tanpa adanya intervensi atau
pariwisata (what the people feel) yang perlakuan yang diberikan oleh peneliti.
merupakan aspek kognisi dalam modal sosial. Moleong (2005) tidak membenarkan untuk
Keyakinan masyarakat mengenai ekspektasi ini memanipulasi atau mengubah latar penelitian.
telah dikemukakan oleh Coleman dalam Yustika Jenis data yang digunakan dalam
(2006) yakni mengenai aspek kognisi didalam penelitian ini adalah data primer dan data
modal sosial yang terdiri dari nilai, norma, sekunder. Hanke dan Reitsch (1998)
perilaku dan keyakinan. Aspek kognisi modal menyebutkan data primer diperoleh melalui
sosial juga terbangun dari ekspektasi yang survey lapangan dengan menggunakan semua
mengarah pada perilaku kerjasama. Operasional metode pengumpulan data orisinal. Kuncoro
modal sosial yang dilihat dari fungsinya tidak (2009) mendefinisikan data primer sebagai data
hanya terdiri dari aspek kognisi namun juga yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli.
aspek struktural yakni membentuk pariwisata Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian
melalui organisasi maupun komunitas, seperti ini diperoleh melalui hasil wawancara
apa yang dikemukakan oleh Coleman dalam mendalam dengan masyarakat seni, budaya,
Yustika (2006) yaitu bahwa budaya sipil dapat ekonomi, dan masyarakat sadar wisata di Kota
dimaknai sebagai kemampuan warga negara/ Solo selain itu wawancara juga dilakukan oleh,
masyarakat untuk mengekspresikan dan dinas terkait (dinas pariwisata dan kebudayaan),
mengorganisasikan kepentingan melalui pihak akademisi pengamat pariwisata, aktor
saluran-saluran yang tersedia. budaya yang berperan dalam pariwisata berbasis
Aspek kognisi berupa anggapan budaya, komunitas pariwisata, pokdarwis dan
masyarakat dan aspek struktur berupa berbagai pihak yang telah dipilih menjadi
membentuk pariwisata mampu didalam modal informan.
sosial dianggap mampu untuk mengidentifikasi Pengertian data sekunder adalah data
tindakan bersama dalam perkembangan yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pariwisata. Tindakan bersama merupakan pengumpul data dan dipublikasikan ke
merupakan bukti tingginya modal sosial yang masyarakat pengguna. Kuncoro (2009)
ada di suatu tempat. Tindakan bersama ini menambahkan data sekunder adalah data yang
sesuai dengan yang dikemukakan Evan dalam telah dikumpulkan oleh pihak lain. Data
Yustika (2006) yakni sinergi antara pemerintah sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
dan masyarakat/warga Negara (citizen) diperoleh dari literatur, publikasi ilmiah yang
Vol. 22 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 71

berkaitan dengan pariwisata serta dari instansi observasi, dan dokumentasi kemudian
terkait seperti dinas kepariwisataan dan diorganisir persamaan dan perbedaannya sesuai
kebudayaan, Pemerintah Kota Solo, serta dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang
Badan Pusat Statistik (BPS). diajukan, (2) Menentukan tema dan memberi
Penulis menggunakan teknik kode untuk setiap tema dari data-data yang telah
purposive sampling dalam menentukan sampel diorganisir, (3) Mencari keterkaitan antar tema,
pada penelitian ini. Teknik ini mempunyai arti (4) Interpretasi atas temuan sesuai dengan
yaitu dengan memilih subjek penelitian dan keterkaitan antar tema dengan menggunakan
lokasi penelitian dengan tujuan untuk teori yang relevan, (5) Hasil interpretasi data
mempelajari atau memahami permasalahan dituangkan dalam deskriptif analitik
pokok yang akan diteliti (Herdiansyah, 2009). kontekstual.
Sampel dalam penelitian ini bukan dikatakan
sebagai responden, melainkan lebih tepatnya HASIL PENELITIAN
sebagai informan penelitian. Informan dalam Anggapan Masyarakat mengenai Pariwisata
penelitian ini yaitu golongan masyarakat seni, Masyarakat Kota Solo beranggapan
golongan masyarakat budaya, kelompok bahwa pariwisata merupakan aspek yang sangat
masyarakat sadar budayayang berperan dan penting bagi kehidupan mereka. Mereka
tinggal di di Kota Solo, dinas terkait (dinas menganggap bahwa melalui perkembangan
pariwisata dan kebudayaan), pihak akademisi pariwisata mampu meningkatkan kualitas hidup
pengamat pariwisata(dosen, UNS, Sekolah masyarakat. Anggapan masyarakat akan dampak
Tinggi Ilmu Pariwisata Sahid). Informan positif dari perkembangan pariwisata mampu
diambil berdasarkan strategi sampling bola salju sebagai pondasi awal dalam berpartisipasi untuk
(snowball sampling). Hal ini dikarenakan mengembangkan kepariwisataan Kota Solo.
fenomena yang diteliti dapat berkembang Pariwisata juga merupakan salah satu cara untuk
menjadi lebih dalam dan lebih luas dari yang mempromosikan Kota Solo untuk
ditentukan sebelumnya sehingga disesuaikan mendatangkan wisatawan ke Kota ini. Hal
dengan kebutuhan data yang telah diperoleh. tersebut merupakan cara pariwisata dalam
Strategi ini digunakan agar diperoleh data yang meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Salah
akurat dan mendalam mengenai peran satu informan yakni Suharni sebagai salah satu
partisipasi masyarakat dan dampaknya bagi anggota SBC berpendapat mengenai pentingya
ekonomi lokal. pariwisata sebagai berikut:
Penelitian ini dilakukan di Kota Solo.
Penentuan lokasi dilakukan dengan purposive ³Saya ya mas sebelum SBC ini jualan
sampling, dimana Kota Solo adalah salah satu souvenir di deket alun2 kraton mas. Jadi
Kota yang berada pada segitiga emas Jawa pariwisata itu penting sekali. Kalo ndak
Tengah JogloSemar (Jogja Solo Semarang) ada pariwisata itu pasar souvenir itu buat
sehingga merupakan salah satu magnet apa mas, salah satu rejeki saya juga lewat
perekonomian Jawa Tengah dan memiliki pariwisata.´
potensi pariwisata dengan basis seni dan
budayanya. Metode pengumpulan data yang Minat Suharni dalam ikut
dilakukan pada penelitian kualitatif ini, yaitu berpartisipasi melalui SBC berlandaskan
metode wawancara, analisis dokumen, dan anggapan bahwa melalui pariwisata inilah
observasi. Data adalah sesuatu yang diperoleh informan mendapatkan rejeki. Sehingga,
melalui suatu metode pengumpulan data yang Pariwisata mampu menjadi pegangan hidup
akan diolah dan dianalisis dengan suatu metode masyarakat. Anggapan pariwisata sebagai
tertentu (Herdiansyah, 2009). Teknik ajang promosi dalam memperkenalkan suatu
pengumpulan data yang akan digunakan adalah wilayah diharapkan mampu mendatangkan
wawancara mendalam dan dokumentasi. wisatawan. Hal tersebut dapat menjadi landasan
Metode analisis yang akan dilakukan, individu dalam berpartisipasi. Hal ini diperkuat
yakni: (1) Dari data hasil wawancara,
72 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

melalui informasi yang didapat dari ketua dari itu pariwisata di Kota solo ini sangat
pokdarwis kelurahan Sondakan yakni Albi. penting sekali karena menjadi branding
juga.´
³Menurut saya pariwisata kan sebagai Beliau juga menambahkan bahwa
ujung tombak promosi suatu wilayah, jadi peran aktif dalam perkembangan pariwisata
tanpa adanya pariwisata tentunya Kota ini berangkat dari ingin mempertahankan dunia tari
akan menjadi gersang. Pariwisata sangat dan budaya khususnya warisan Jawa
linear dengan entertainment yang namanya
kemasan makannya saya katakan ³kita awalnya ingin menggerakan
pariwisata sebagai ujung tombak promosi masyarakat untuk lebih mengenal dunia
dalam suatu wilayah.´ tari maupun budaya khususnya Warisan
jawa selain itu juga tarian nusantara. Jadi
Informasi yang diperoleh dari Albi kita melihat selama ini tarian tarian itu
juga didukung oleh Lurah Sondakan yakni hampir punah. Makannya lewat gagasan
Dardji bahwa melalui promosi yang dilakukan itu kita membuat acara ataupun membuat
pokdarwis berdampak bagi industri batik sanggar itu agar mulai anak2 dini
mengenal, jadi yang saya latih mulai anak
³Dari upaya-upaya seperti itu tadi yang TK sampai usia dewasa.´
jelas ini alhamdulilah mempengaruhi
industry batik pada khususnya, jadi yang Persepsi informan tersebut
dulu kurang laris jadi laris, yang dulu mengindikasikan bahwa pariwisata sangatlah
belum berkunjung ke sondakan jadi penting dalam membranding Kota Solo lewat
EHUNXQMXQJ NH VRQGDNDQ ´ Spirit of Java dan Kota Budayanya melalui
mempertahankan seni dan budaya Jawa. Dalam
Informasi yang didapat dari beberapa hal ini terdapat temuan yang menarik dalam
informan mengidikasikan bahwa masyarakat keinginan informan untuk berpartisipasi yakni
mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadap berdasarkan kesukarelaan. Hal ini dapat dilihat
pariwisata. Pariwisata merupakan alat promosi sebagai berikut:
dalam mengenalkan suatu Kota yang bertujuan
untuk mendatangkan wisatawan agar ³Pernah itu kita diberi stimulan ini setahun
berkunjung ke Kota Solo. Anggapan sekali mas, walaupun nominalnya tidak
masyarakat mengenai perkembangan pariwisata begitu tinggi ya mas, stimulanya tahun
lewat meningkatnya kunjungan wisatawan di pertama itu 3 juta mas dalam satu tahun
harapkan mampu berdampak terhadap kualitas nah di tiap-tiap sanggar itu berbeda-beda
hidup dan peningkatan ekonomi. mas di sanggar kita 3 juta. Tapi kita terus
Peneliti menemukan temuan yang terang prinsip kita bukan di
sangat menarik dalam penelitian ini. Temuan profitnya.karena gini mas dana sekian itu
yang kami temukan yakni keinginan biasanya untuk membiayai pelatih, jadi
masyarakat dalam berpartisipasi dalam kita pure membesarkan sanggar dan
perkembangan pariwisata tidak hanya mengenalkan seni pada anak2 untuk seni
memperbaiki kualitas hidup. Keinginan tari khususnya. 3 juta itu buat satu
masyarakat untuk berpartisipasi juga kelompok sanggar nah dulu kita belikan
berlandaskan untuk mempertahankan seni dan tape sama perlengkapan. Sebenarnya kita
warisan budaya Jawa. Hal ini dapat dilihat dari disuruh mengajukan proposal lagi tapi kita
jawaban Aris Saputro selaku ketua sanggar seni sudah enjoy dengan ini. Selama kita masih
Pincuk: bisa jalan ya jalan aja.´

³Saya kira sangat penting, karena Dinas kebudayaan dan Pariwisata memberikan
pariwisata itu dapat mengenalkan Kota stimulan selama setahun sebesar 3 juta untuk
solo ini terhadap masyarakat luar. Maka sanggar tari. Nominal Stimulan tersebut
Vol. 22 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 73

dianggap kurang untuk membiayai operasional berdasarkan kesukarelaan untuk tetap


kegiatan sanggar tari. Sanggar tari pincuk ini mempertahankan budaya Jawa. Untuk lebih
juga tidak menarik pungutan tiket bagi penonton jelasnya dapat dilihat melalui table 2.
untuk melihat pertunjukan. Atas dasar tersebut
peneliti berargumen bahwa partisipasi informan

Tabel 2. Anggapan Masyarakat dalam Berpatisipasi Untuk Perkembangan Pariwisata


No Anggapan atau persepsi Tujuan atau harapan
1 x Masyarakat menganggap bahwa pariwisata sangatlah Memperbaiki kualitas hidup yang
penting karena berdampak terhadap pendapatan lebih baik
masyarakat Kota Solo
x Masyarakat menganggap bahwa pariwisata sangatlah
penting karena sebagai promosi untuk mendatangkan
wisatawan ke Kota Solo
x Masyarakat menganggap pariwisata itu penting karena
telah merasakan naiknya pendapatan dari meningkatnya
wisatawan
2 x Masyarakat menganggap bahwa pariwisata sangatlah Mempertahankan Budaya Jawa
penting karena sebagai branding Kota solo dengan agar tidak hilang
Spirit of java yang bermakna inti kebudayaan Jawa
berada di Kota Solo
x Masyarakat menganggap pariwisata di Kota Solo
sangatlah penting karena sebagai sarana dalam
menghidupkan kembali budaya jawa
Sumber : Data diolah

Penelitian ini menjawab pertanyaan Masyarakat Membentuk Perkembangan


mengenai bagaimana anggapan masyarakat Pariwisata
dalam perkembangan masyarakat. Anggapan Masyarakat dalam membentuk
masyarakat Kota Solo sangatlah positif dalam perkembangan pariwisata dengan cara membuat
melihat perkembangan pariwisata. Ekspektasi wadah berupa komunitas untuk memfasilitasi
masyarakat yang tinggi berupa kualitas hidup individu dalam berpartisipasi untuk
yang lebih baik serta mempertahankan budaya perkembangan pariwisata. Masyarakat diberi
Jawa dapat sebagai pondasi yang mengarahkan wadah untuk mengekspresikan partisipasinya
terhadap keinginan untuk turut serta melalui saluran-saluran yang tersedia berupa
berpartisipasi dalam perkembangan pariwisata komunitas dalam mendukung perkembangan
yang merupakan aspek kognitif dalam modal pariwisata. Hal tersebut merupakan aspek
sosial. Penelitian ini sesuai dengan penelitian struktural yang terkandung dalam modal sosial.
yang dilakukan oleh Claiborne (2010) yang Hal tersebut dapat dilihat melalui informasi
menyatakan bahwa anggapan masyarakat yang yang diperoleh dari Gembong kasi kerjasama
positif terhadap perkembangan pariwisata dapat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
menimbulkan reaksi positif dalam mendukung
kepariwisataan. Reaksi positif ini berupa turut ³Kita memang berusaha untuk mendorong
serta berpartisipasi serta berkontribusi dalam masyarakat melalui komunitas-komunitas
perkembangan pariwisata. Penelitian ini juga mereka untuk berperan serta dalam
mendukung penelitian yang dilakukan oleh memajukan kepariwisataan di Kota solo ,
Perkins (2002) yang menyatakan bahwa faktor- awalnya memang pemerintah memberikan
faktor yang memotivasi individu yang terlibat support untuk pertama dan kedua kali , tapi
dalam membangun modal sosial berdasarkan lama-lama akan kami lepas, agar
atas faktor psikologis yang dirasakan melalui masyarakat lebih mandiri dan berdaya
perkembangan pembangunan. maksudnya adalah kalo misalnya kita
74 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

membuat event tadinya meraka kami danai tersebut akan berdaya, kemudian dengan
100 % lewat APBD dari pemerintah lama- memberikan pembinaan disanggar tari,
lama dikurangi-dikurangi dan akhirnya music keroncong, karawitan se Kota Solo´
masyarakat berdaya, jadi mereka untuk
membuat event bisa mencari dana sendiri. Informasi yang diperoleh melalui
itu yang kita harapkan´ Gembong juga didukung oleh Kepala Dinas
UPTD wilayah Balekambang yakni Endang.
Dinas pariwisata dan kebudayaan Informasi yang diperoleh dari Endang tersebut
memberikan support dana 100% dalam peneliti mendapatkan jawaban sebagai berikut:
memberikan support terhadap partisipasi dari
masyarakat untuk memelihara jaringan agar ³Pemerintah solo ini memang baik banget
mempunyai kelanggengan didalam relasi antar yak, bener mas karena apa udah difasilitasi
individu di dalam jaringan tersebut. Hal tersebut nih mas mulai dari gedungnya ligtingnya,
juga diperkuat melalui informasi yang diperoleh soundnya gratis buat pemain ketoprak ini
dari Ian ketua 2 SBC. masih dikasih stimulan buat pemain-
³Peran yang jelas adalah dari peran dinas pemainya sampai sekarang. Itu memang
pariwisata yang sebetulnya sangat dominan memang salah satu cara melestarikan
ya, nah awalnya itu semua even-even disolo budaya jawa itu memang mahal lah itu
itu berangkat dari APBD jadi dana yang tadi. Jadi dari menjual seni ketoprak itu
dibiayai itu kalo tahun pertama tahun tadi bisa menjual tiket dan hasilnya bahkan
kedua itu 100 % tahun ke 3 atau ke empat sampai sekarang pajak pun gak ditarik dari
akan turun jadi 75 persen kemudian akan pemerintah Kota Solo karena kita dalam
turun. Turunnya ini diharapkan semuanya istilahnya mohon dispensasilah untuk seni
even di Kota ini bisa mandiri dengan tradisional untuk berkembang aja susah
penggalian dana, sementara dana APBD jadi jangan ditarik itu dulu.´
dapat digunakan untuk menumbuh
kembangkan budaya dan kreasi yang lain.´ Sanggar seni di Kota Solo diberikan
stimulan dan pembebasan pajak serta di
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak fasilitasi agar budaya warisan jawa tetap bisa
hanya sekedar memberikan bantuan dana untuk dilestariakan. Penggiat seni dan budaya
kepada komunitas penggiat even, melainkan juga mengaku diberi stimulan seperti yang telah
dalam memelihara suatu jaringan agar diuraikan oleh Aris Saputro
mempunyai kelanggengan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata juga memberikan stimulan ³kita diberi stimulan dari pemerintah ini
terhadap komunitas seni dan budaya demi setahun sekali mas, walaupun nominalnya
mengangkat pariwisata Solo yang berbasis seni tidak begitu tinggi ya mas, stimulanya
dan budaya hasil wawancara dengan Gembong tahun pertama itu 3 juta mas dalam satu
adalah sebagai berikut tahun nah di tiap-tiap sanggar itu berbeda-
beda mas di sanggar kita 3 juta´.
³kami memang menyadari tidak memiliki
wisata alam, dan yang kami punyai adalah Selain dari kesenian yang di beri
wisata seni dan budaya, kemudian wisata stimulan mangkunegaran juga mendapatkan
belanja sebetulnya juga wisata kuliner stimulan dari pemerintah, Joko mengemukakan
tentunya,untuk budaya dan seni, upaya sebagai berikut:
kami untuk mempertahankan itu banyak
sekali salah satunya adalah memberikan ³kita selama ini dapat bantuan oleh
stimulan-stimulan, entah itu berupa alat2 pemerintah walaupun sifatnya stimulan .
seni, kami juga memberikan perangkat sehingga kebutuhan belum tercukupi secara
gamelan di kelurahan dan itu setiap terakomodir ya karena kebutuhan
tahunnya ada, sehingga nantinya kelurahan mangkunegaran juga sangat besar kan.
Vol. 22 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 75

Jadi kegiatan seperti kirab dan yang lain- Penggalian informasi yang dilakukan
lain itu mendapat stimulan dari oleh beberapa informan menemukan temuan
pemerintah. Disini itu operasional acara- dilapangan mengenai bagaimana masyarakat
acara adat itu mendapatkan stimulan. membentuk pariwisata yakni dengan cara
Kemudian operasional yang lain itu juga membentuk wadah berupa komunitas dalam
termasuk stimulan . nah stimulan dari Kota memfasilitasi partisipasi masyarakat untuk
itu kurang lebih 200 juta untuk satu tahun perkembangan pariwisata. Komunitas tersebut
kalo ndak salah. Dan itu setiap tahun mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui
nilainya sama selain itu kita juga stimulan-stimulan untuk tetap menjaga
mengajukan proposal peningkatan . tapikan kerjasama agar tercipta hubungan kelekatan dan
kita ketahui mungkin kemampuan saling menguntungkan. Gambar 1 akan
pemerintah baru segitu ya kita maklumi.´ menjelaskan mengenei identifikasi masyarakat
dalam membentuk pariwisata.

Gambar 1. Identifikasi Masyarakat dalam Membentuk Pariwisata

Masyaraka
t

Komunita
s

SBC Kelompok SIPA Pokdarwi Komunitas


Sanggar s lain
Tari

Stimulan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Sumber : Data diolah


Penelitian ini juga sesuai dengan studi yang
Komunitas disini berfungsi sebagai dilakukan Okazaki (2008) yang mengatakan
wadah masyarakat dalam mengekspresikan bahwa anggota yang aktif dalam komunitasnya
perannya dalam perkembangan pariwisata. mempunyai manfaat berupa informasi dan
Komunitas agar tetap hidup diperlukan biaya konsultasi langsung dari LSM, selain itu melalui
untuk dapat menjalankan aktivitasnya secara komunitas anggota juga mendapatkan pelatihan
terus-menerus. Pemerintah Kota Solo serta pembiayaan dalam menyalurkan
memberikan stimulan untuk menjaga agar partisipasinya.
komunitas ini tetap mampu beraktivitas secara
terus menerus. Komunitas merupakan bentuk Partisipasi Masyarakat dalam
aspek struktural yang terkandung dalam modal Perkembangan Pariwisata
sosial Kota Solo. Tingginya minat masyarakat
dalam perannya untuk perkembangan pariwisata Kota Solo merupakan salah satu Kota
Kota Solo dapat dilihat dalam jumlah komunitas yang bisa dijadikan contoh dalam pengelolaan
yang terdaftar dalam Dinas Kebudayaan dan partisipasi masyarakat dalam perkembangan
Pariwisata. Sehingga aspek ini merubakan bukti pariwisata. Perkembangan pariwisata di Kota
tingginya nilai modal sosial di Kota Solo. Solo tidak lepas dari berbagai pihak dalam
76 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

pengambilan keputusan bersama untuk stakeholder yang kami sebutkan tadi dan
perkembangan Kota Solo, hal ini bisa diperkuat juga komunitas kelompok-kelompok
dari informasi yang diperoleh dari Gembong masyarakat yang biasa membuat suatu
kasi kerjasama Dinas Kebudayaan dan even. jadi semuanya siap , tanggalnya pasti
Pariwisata Kota Solo yakni tempat nya pasti.´

³Kami dalam membuat suatu upaya untuk Pertemuan yang dilakukan tidak hanya
mengembangkan pariwisata di Kota solo dilakukan dalam satu kali pertemuan untuk
itu kami selalu melibatkan banyak pihak, membahas perkembangan pariwisata.
ada banyak stake holder yang selalu kami Pertemuan juga dilakukan sebulan sekali dalam
ajak untuk rembugan antara lain PHRI, bentuk morning tea untuk membahas
BPPIS, ASITA dan kami punya perkembangan pariwisata yang ada di Solo hal
kepanjangan tangan di masing-masing ini diperkuat oleh wawancara oleh Gembong.
kelurahan dalam bentuk POKDARWIS,
selain itu juga dari KADIN,HIPMI ³kami selalu mengadakan suatu pertemuan-
(himpunan pengusaha muda Indonesia), pertemuannya setiap bulan sekali dalam
semua stake holder itu kita rangkul untuk bentuk morning tea , disamping itu kami
berembug mengenai apa yang harus kita juga menggandeng stakeholder se-solo
buat di Kota Solo.´ raya, jadi ada forum pariwisata solo raya
jadi tidak hanya Solo saja mas, dan dalam
Informasi tersebut menjawab pertanyaan pertemuan entah itu coffe morning atau
bahwa terdapatnya pelibatan dari berbagai unsur RAKOR Solo Raya itu selalu kami
dalam perkembangan pariwisata. Proses dalam informasikan event2 yang akan
mengambil keputusan bersama difasilitasi diselenggarakan di solo raya ( karisidenan
dengan cara melakukan FGD (Focus Group Solo ). Kami juga menjalin kerjasama
Discussion) yang dilakukan oleh Dinas dengan SKPD terkait misalkan
Kebudayaan dan Pariwisata. Selain itu lokasi dishubkominfo(dinas perhubungan
kesekretariatan stakeholder seperti Assita, komunikasi dan informatika) untuk
PHRI, dan BPPIS bergabung satu lokasi di memberikan informasi-informasi tentang
Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. FGD even2 yang akan diselenggarakan apabila
disini berfungsi untuk menghasilkan salah satu anda punya android coba download
tindakan bersama dalam bentuk Calender of mengenai solo destination, dan itu sudah
event seperti yang telah diungkapkan oleh ada di play store´
Gembong yaitu
Informasi tersebut mengidikasikan
³jadi prosedurnya gini kami itu punya bahwa terdapat pertemuan dalam jangka waktu
Calendar of event untuk perkembangan satu bulan sekali serta kerjasama dengan SKPD
pariwisata jadi dalam menyusun itu kami terkait yang menghasilkan fitur android Solo
kumpulkan antara stakeholder-stake holder destination untuk memudahkan wisatawan
dan komunitas-komunitas kita kumpulkan, mengetahui even, destinasi wisata, hotel atau
untuk mengetahui tahun depan mereka hal-hal yang berkaitan dengan pariwisata Kota
punya acara apa. Dalam setahun sekali dan Solo. Untuk lebih jelasnya dalam menjelaskan
ini sudah kemarin, untuk Calendar pada mengenai identifikasi masyarakat untuk
tahun 2015 itu kita rembug sejak berpartisipasi dan menjalin kerjasama dalam
pertengahan 2014, bahkan untuk apa yang perkembangan pariwisata dapat dilihat melalui
terjadi pada 2016 juga sudah kita pikirkan gambar 2.
mulai sekarang. Itu tidak hanya pokdarwis
elemen yang datang selain itu adalah
Vol. 22 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 77

Gambar 2. Identifikasi Masyarakat Untuk Berpartisipasi dan Menjalin


Kerjasama dalam Perkembangan Pariwisata

Masyarakat

Komunitas

FGD BPPIS
PHRI
Menjalin
kerjasama

Dinas Kebudayaan Assita


dan Pariwisata
Partisipasi
Masyarakat

Assita, BPPIS, PHRI Komunitas Dinas Kebudayaan


x Mempromosikan x Menyelenggarakan even dan pariwisata
event yang akan x Kirap budaya x Memberikan
ditampilkan x Pertunjukan seni bantuan dana dan
x Mengorganisasikan stimulant
anggotanya untuk x Kemudahan
mensuppor event. perijinan

Tindakan Bersama Calendar of event

SIPA SBC Kirab Budaya Pentas Seni


Samanhoedi Ramayana

Sumber : Data diolah


78 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Penelitian ini menjawab pertanyaan bahwa (domains), struktur modal sosial terbentuk dari
dalam partisipasi masyarakat dalam organisasi sosial dan aspek kognisinya terwujud
menjalankan perannya mereka diikutkan dalam budaya sipil (civic culture). Budaya sipil
sebagai pengambilan keputusan bersama dengan dapat dimaknai sebagai kemampuan warga
pemerintah dan stakeholder. Pengambilan Negara/ masyarakat untuk mengekspresikan dan
keputusan sebagai tindakan bersama ini mengorganisasikan kepentingan melalui
dilangsungkan dalam bentuk pertemuan yakni saluran-saluran yang tersedia. Ketiga, menurut
FGD (Focus Group Discussion). Komunitas elemen-elemen umum (common elemen)
bersama dengan pemerintah dan stakeholder struktur modal sosial terbangun berdasarkan
mensinergikan tujuan mereka dalam ekspektasi yang mengarah pada perilaku
mewujudkan perkembangan pariwisata dalam kerjasama yang saling menguntungkan.
bentuk Calendar of event. Kerangka kerja yang Penelitian ini menjelaskan bahwa
legal dalam bentuk Calendar of event ini perkembangan pariwisata yang ada di Kota Solo
komunitas mampu meraih akses langsung berangkat dari persepsi masyarakat Kota Solo
terhadap sumber daya ekonomi berupa stimulan yang menganggap bahwa pariwisata dapat
atau pinjaman bersubsidi, saran-saran investasi berdampak terhadap kualitas hidup yang lebih
serta pasar. Calender of event ini juga dapat baik. Pelaku seni, masyarakat lokal serta
berfungsi sebagai hubungan antara aktor publik pemerintah juga berkeyakinan bahwa
seperti pemerintah dan stakeholder perkembangan pariwisata merupakan sarana
(BPPIS,ASSITA, PHRI) terhadap komunitas agar dapat mempertahankan budaya Jawa.
dalam bentuk kerangka kerja yang legal dan Aspek kognisi masyarakat berupa ekspektasi
melindungi hak-hak assosiasi mereka dalam yang tinggi yakni kualitas hidup yang lebih baik
berpartispasi terhadap perkembangan serta mempertahankan budaya Jawa dapat
pariwisata. Penelitian ini juga didukung dari sebagai pondasi yang mengarahkan terhadap
penelitianya Penelitian Pongponrat (2012) juga keinginan untuk turut serta berpartisipasi dalam
mendukung penelitian ini yang menyatakan perkembangan pariwisata. Temuan ini sesuai
bahwa modal sosial dalam pariwisata melalui dengan (Petra Claiborne,2010; Anderect,2005)
proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan yang menyatakan anggapan masyarakat yang
monitoring yang di fasilitasi pemerintah mampu positif terhadap perkembangan pariwisata dapat
menginduksi masyarakat lokal akan menimbulkan reaksi positif dalam mendukung
partisipasinya dalam pengembangan parwisata kepariwisataan. Reaksi positif ini berupa turut
di Kota Samui Thailand. serta berpartisipasi serta berkontribusi dalam
perkembangan pariwisata. Studi ini juga
Diskusi dan Pembahasan mendukung temuan Wiliamson (2001) yang
Nilai Modal Sosial dalam Partisipasi menyatakan masyarakat di New Zealand yang
Masyarakat merasakan efek dari pariwisata cenderung
Coleman dalam Yustika (2006:199) mendukung dan berpartisipasi dalam
mengatakan dalam operasionalisasi modal sosial perkembangan pariwisata.
yang dilihat menurut fungsinya memiliki aspek Anggapan masyarakat akan dampak
struktur dan kognisi (cognitive). Jika dipilah positif pariwisata merupakan pondasi awal
dalam tiga penampakan, maka akan didapat dalam basis tindakan masyarakat dalam
sebuah operasionalisasi modal sosial sebagai menjalankan perannya. Masyarakat membentuk
berikut. Pertama menurut sumber dan pariwisata dengan cara turut serta dalam
pengejawantahanya, secara struktur modal komunitas yang telah di bentuk oleh
sosial terdiri atas peran dan aturan (roles and pemerintah. Komunitas disini berfungsi sebagai
rules), jaringan dan hubungan interpersonal wadah masyarakat dalam mengekspresikan
dengan pihak lain, serta prosedur dan kejadian perannya dalam perkembangan pariwisata.
(procedures and precedents). Sedangkan aspek Komunitas ini agar tetap hidup diperlukan biaya
kognisinya terdiri atas norma, nilai, perilaku, untuk dapat menjalankan aktivitasnya secara
dan keyakinan. Kedua, menurut cakupanya terus-menerus. Pemerintah Kota Solo
Vol. 22 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 79

memberikan stimulan untuk menjaga agar Calender of event merupakan salah satu
komunitas ini tetap mampu beraktivitas secara bentuk hasil dari tingginya modal sosial berupa
terus menerus. Komunitas merupakan bentuk tindakan bersama di Kota Solo. Hal ini sesuai
aspek struktural yang terkandung dalam modal dengan pandangan synergi (synergi view) yang
sosial Kota Solo. Tingginya partisipasi dikemukakan oleh Woolcock dan Narayan
masyarakat dalam perkembangan pariwisata dalam Yustika (2006:206) yakni pandangan ini
Kota Solo berupa banyaknya jumlah komunitas kurang lebih berupaya untuk mengintegrasikan
yang terdaftar dalam Dinas Kebudayaan dan konsep jaringan (network) dan kelembagaan
Pariwisata. Sehingga ini merupakan bukti (institusional). Evans dalam Yustika (2006:206)
tingginya aspek struktur nilai modal sosial di menyimpulkan bahwa sinergi antara pemerintah
Kota Solo. Penelitian ini juga sesuai dengan dan masyarakat/warga Negara (citizen)
penelitian yang dilakukan Okazaki (2008) yang didasarkan atas dasar prinsip komplementarist
mengatakan anggota yang aktif dalam dan kelekatan (complementarity and
komunitasnya mempunyai manfaat berupa embeddedness). Sehingga merujuk pada
informasi dan konsultasi langsung dari LSM, hubungan yang saling menguntungkan antara
selain itu melalui komunitas anggota juga aktor publik dengan privat yang diwujudkan
mendapatkan pelatihan serta pembiayaan dalam dalam kerangka kerja legal yang melindungi
menyalurkan partisipasinya. hak-hak asosiasi.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Penelitian ini mengeksplorasi nilai
memberikan ruang selebar-lebarnya serta modal sosial yang ada pada masyarakat Kota
memberikan stimulan dan subsidi terhadap Solo yang berangkat dari aspek kognisi dan
partisipasi masyarakat melalui komunitasnya. struktural yang mampu menghasilkan tindakan
Dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama dalam mengembangkan pariwisata
juga menjalin kerjasama dengan stakeholder Kota Solo. Tingginya modal sosial yang ada di
serta komunitas-komunitas melalui pertemuan Kota Solo tersebut dapat mengembangkan
rutin berupa Focus Group Discussion yang pariwisata di Kota Solo. Hasil studi tersebut
diselenggarakan setiap satu bulan sekali untuk mendukung temuan Jones (2005) yang
untuk menentukan tindakan bersama yang menyatakan bahwa nilai modal sosial yang
diwujudkan dalam kerangka kerja legal yang berangkat dari aspek kognitif dan struktural
melindungi hak-hak assosiasi, dalam hal ini mampu mewujudkan komitmen masyarakat
berwujud Calendar of event. Hal ini sesuai dalam tindakan bersama untuk membangun
dengan penelitian yang dilakukan oleh Bartholo ekowisata di Tumani Tenda, Gambia. Hasil
(2008) yang menyatakan keberhasilan studi ini didukung oleh Pongponrat (2012) yang
pariwisata di Brasil yang melibatkan masyarakat menyatakan modal sosial dalam pariwisata
sebagai perencanaan dan pelaksana pariwisata melalui proses pengambilan keputusan,
mampu mendatangkan manfaat bagi pelaksanaan dan monitoring yang di fasilitasi
masyarakat. Huntz (2014) juga mengemukakan pemerintah mampu menginduksi masyarakat
respon masyarakat yang tidak dilibatkan lokal akan partisipasinya dalam pengembangan
didalam perannya dalam pariwisata lebih parwisata di Kota Samui Thailand. Gambar 3
cenderung memberikan reaksi negatif terhadap menunjukkan mekanisme pola modal sosial.
perkembangan pariwisata.
80 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Gambar 3. Mekanisme Pola Modal Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Kota Solo
Anggapan pariwisata :
Harapan positif mengenai dampak ekonomi yang
ditimbulkan oleh pariwisata
Mempertahankan seni dan budaya jawa

masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat

berpartisipasi berpartisipasi berpartisipasi berpartisipasi

komunitas komunitas komunitas komunitas

Dinas
Kebudayaan da PHRI
Pariwisata FGD

BPPIS
ASITA

Tindakan bersama
Calendar of event
Sumber : Data diolah
Vol. 22 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 81

Gambar 3 menjelaskan modal sosial Basis aktivitas masyarakat ini


yang berupa calender of event merupakan membentuk ikatan diluar dan didalam jaringan
bentuk kegiatan bersama yang dilakukan oleh yang kuat melalui FGD (Focus Group
masyarakat Solo. Mereka menjalin kerjasama Discussion), morning tea,coffe break dan
sebagai bentuk keinginan dalam suatu aktivitas pertemuan rutin selama satu bulan sekali.
yang ditandai dengan jalinan kerjasama antara Tingginya modal sosial partisipasi masyarakat
masyarakat pemerintah dan SKPD terkait. Kota Solo dalam mengembangkan pariwisata
Partisipasi masyarakat berangkat dari anggapan terlihat dari kerangka kerja yang legal berupa
masyarakat akan harapan terhadap dampak Calendar Of event. Kerangka kerja ini
ekonomi yang lebih baik serta mepertahankan membuktikan adanya hasil dari hubungan
seni dan budaya Jawa. Anggapan itulah yang kepercayaan serta timbal balik antara
menjadikan basis aktivitas masyarakat dalam komunitas dan pemerintah. Calendar of event
membentuk komunitas, membuat even, kirab ini juga terdapat aturan umum dan norma yang
budaya serta pertunjukan seni. harus dipatuhi didalamnya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam Tabel 3.
82 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Tabel 3. Nilai-Nilai Modal Sosial yang Terkandung dalam Perkembangan Pariwisata


Kategori Modal
Identifikasi Temuan Aktivitas dan persepsi
Sosial
Apa x Kegiatan bersama untuk x Calendar of Event x Partisipasi
mencapai kepentingan x Menjalin kerjasama Masyarakat
bersama dengan Dinas Kebudayaan x Partisipasi
x Kerjasama dan keinginan dan Pariwisata,stake masyarakat
sebagai kesatuan, interaksi holder, SKPD terkait. dalam menjalin
masyarakat kerjasama
Identifikasi x Struktur : asosiasi, x Membentuk komunitas, x Membentuk
jaringan, aktivitas ± basisevent, kirab pariwisata
tindakan budayapertunjukan seni x Anggapan
x Kognisi:norma, nilai, x Harapan positif mengenai Pariwisata
kepercayaan, timbal balik, dampak ekonomi yang x Anggapan
anggapan ditimbulkan oleh Pariwisata
pariwisata
x Mempertahankan seni dan
budaya Jawa
Bagaimana x Ikatan, menghubungkan x FGD ( Focus Group x Membentuk
keterkaitan jaringan Discussion), morning tea, pariwisata
didalam dan diluar coffe break, pertemuan
kelompok/komunitas rutin 1 bulan sekali
Variabel x Hubungan x Kepercayaan yang kuat x Membentuk
penting NHSHUFD\DDQ:WLPEDO EDOLN terhadap pemerintah pariwisata
dan SHUWXNDUDQ:DWXUDQ dalam kerangka kerja yang x Partisipasi
umum dan legal dalam melindungi Masyarakat
QRUPD:NHWHUNDLWDQ hak-hak assosiasi-
jaringan dan kelompok dukungan penuh
partisipasi lewat stimulan
dan pendanaan - mematuhi
aturan tanggal main dalam
Calendar of event,
Outcomes Perkembangan pariwisata
Sumber : Data diolah

PENUTUP masyarakat tersebut mampu sebagai basis


Penelitian ini menghasilkan temuan tindakan yang mengarahkan untuk turut serta
bahwa tingginya nilai modal sosial yang berpartisipasi dalam perkembangan pariwisata.
terkandung dalam perkembangan pariwisata Harapan masyarakat yang tinggi melalui
berangkat dari aspek kognitif modal sosial pariwisata ditangkap oleh pemerintah dengan
berupa ekspektasi masyarakat yang tinggi yakni cara membentuk komunitas untuk menyalurkan
kualitas hidup yang lebih baik serta partisipasi yang ada dalam masyarakat.
mempertahankan budaya Jawa. Masyarakat Komunitas disini berfungsi sebagai wadah
lokal, pelaku seni beserta pemerintah di Kota masyarakat dalam mengekspresikan perannya
Solo berkeyakinan bahwa harapan tersebut dalam perkembangan pariwisata. Pemerintah
dapat tersalurkan melalui pariwisata. Persepsi juga memberi dukungan berupa stimulan yang
Vol. 22 No. 1 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 83

bertujuan agar komunitas ini mampu untuk Damanik, Janianton.2006. Penanggulangan Ke


beraktivitas secara terus-menerus. Komunitas miskinan Melalui Pariwisata, Yogyakarta,
yang ada di Kota Solo merupakan bukti bentuk Kepel Press
aspek struktural yang terkandung dalam modal Hamka, Aldrin. A & Danarti, T. 2010.
sosial yang tinggi Kota Solo. Eksistensi Bank Thithil dalam Pasar
Tingginya nilai modal sosial pada Tradisional (Studi Kasus di Pasar Kota
masyarakat yang berangkat dari aspek kognisi Batu). Journal of Indonesian Applied
dan struktural mampu menghasilkan tindakan Econonmics. Vol. 4, No. 1, hal 58-70
bersama dalam mengembangkan pariwisata
Kota Solo. Masyarakat bersama dengan Hanke, J.E. and Reitsch, A.G. 1998. Business
Pemerintah dan stakeholder menjalin kerjasama Forecasting. Sixth Edition. London:
dan pertemuan rutin dalam bentuk FGD untuk Prentice-Hall International Ltd.
menentukan tindakan bersama untuk Herdiansyah, Haris. 2009. Metodologi
pengembangan pariwisata. Tindakan bersama Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial.
yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah Jakarta: Salemba Humanika
dan stakeholder terwujud dalam kerangka kerja
yang legal untuk melindungi hak-hak assosiasi Huntz, C and Stronza, A. 2014. Stage-based
komunitas berupa Calendar of event. tourism models and resident attitudes
towards tourism in an emerging
destination in the developing world.
DAFTAR PUSTAKA Journal of Sustainable Tourism. Vol.22.
No. 2, pp. 279-298
Anderect K.L., Valentine K.M., Knopf R.C.
9RJW & $ 5HVLGHQW¶ 3HUFHSWLRQ RI Jones, S. 2005. Community-based
Community Tourism Impacts. Annals of ecotourism:The significance of social
Tourism research. Vol.32, No.4, pp1056- capital. Annals of Tourism Research. Vol.
1076. 32, No.2, pp. 303-324.
Badan Pusat Statistik, 2012, Data Jumlah Kuncoro, M. 2009. Metode Riset untuk Bisnis &
Pengunjung Tempat Wisata Di Kota Solo Ekonomi: Bagaimana Meneliti & Menulis
Tahun 2008-2012, Solo. Tesis?,Edisi 3, Cetakan 1. Jakarta:
Erlangga.
Bartholo, R., Delamaro, M.& Burszyn, I. 2008.
Tourism for whom? Different paths to Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian
development and alternative experiment in Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: Rosda.
Brazil. Latin America perspectives. Issue Nurhidayati, S.E. 2012. Pengembangan
160 Vol.35, No.3, pp. 103-119. Agrowisata Berkelanjutan Berbasis
Choirinnisa, S. 2010, Evaluasi Pendahuluan Komunitas di Kota Batu, Jawa timur.
terhadap Aspek Fisik dan Kelembagaan Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Program Pengembangan Destinasi Mada
Percandian Muaro Jambi, Jurnal Ilmu Okazaki, E. 2008. A misguided
Administrasi dan Organisasi, Vol. 17 No quest:Community-based tourism in Latin
2, hlm 170-182 America. Article Opinion 102, Overseas
Claiborne, Petra. 2010, Community Development Institute (ODI). London,
Participation in Development and The England.
Value of Social Capital : The Case of Peraturan Presiden Repubik Indonesia Nomor 5
Bastimentos, Bocas del Toro, Panama, tahun 2010 tentang Rencana Jangka
Not Published, School of business, Panjang dan Menengah (RPJM) 2010-
economic and law, Gothernburg, 2014.
University of
84 Arifin Fafan Kusuma dan Darwanto Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Perkins, D.D., Hughey, J.&Speer, P.W. 2002. Selatan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan
Community psychology perspectives on Kota. Vol. 22 No 1, pp. 49-64
social capital theory and Community
Suwantoro, G. 2004. Dasar-dasar Pariwisata.
development practice. Journal of the
Yogyakarta:Andi
Community Development Society. Vol. 33,
No.1, pp 33-52. Wibowo, A. 2007. Menumbuhkembangkan
modal sosial dalam pengembangan
Pongponrat, K & Chantradoan, N.J. 2012.
partisipasi masyarakat. 0¶3RZHU. Vol.5,
Mechanism of social capital in
No 5
Community tourism participatory
planning in Samui Island, Thailand. Williamson, J. & Lawson, R. 2001. Community
Tourismos:An International issues and resident opinions of tourism.
Multidiciplinary Journal of Tourism. Vol. Annals of Tourism Research. Vol. 28, No.
7, No 1,pp.339-349 2, pp. 269-290.
Purnamasari, A.M. 2011. Pengembangan Yustika, A.E. 2006. Ekonomi Kelembagaan:
Masyarakat untuk Pariwisata di Kampung Definisi, Teori, &Strategi. (Edisi
Wisata Toddabojo Provinsi Sulawesi Pertama,September 2006). Malang: Bayu
Media.

Anda mungkin juga menyukai