id
BAB III
TINJAUAN KOTA
A. Tinjauan fisik
a. Letak Geografis dan admininstratif
Letak geografis kota Surakarta atau Solo berada berada di antara
buah sungai; kali Pepe dan kali Jenes membelah tengah kota, sungai
Surakarta, yaitu 92m diatas permukaan air laut. Luas wilayah Kotamadya Dati
commit to user
Gambar III.1: Peta Surakarta
Sumber : id.wikipedia.org
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
b. Kondisi Klimatologis
beriklim panas dan mendapat matahari penuh sepanjang siang hari dengan
tingkat radiasi relatif tinggi. Suhu udara rata-rata reltif tinggi yaitu pada
mm.
c. Pertumbuhan ekonomi
Solo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini juga tidak terlepas dari
pencapaian Pemkot Solo dalam menjadikan Solo sebagai kota tujuan wisata
Tabel III.1 : PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta tahun 2000-2011
Tahun PDRB (Juta rupiah) Pertumbuhan (%)
2000 2.990.464,32 4,16 %
2001 3.372.850,36 4,12 %
2002 3.772.737,68 4,97 %
2003 commit to user
4.251.845,60 6,11 %
2004 4.756.559,52 5,80 %
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6,2 persen dari proyeksi awal sebesar 5,7 – 6,2 persen. Atas pencapaian
tersebut, maka secara angka, pertumbuhan ekonomi Solo tahun 2012 relatif
hampir sama dengan tahun 2011 lalu yang berada di angka 6,04 persen.
d. Pertumbuhan wisata
Kota Solo atau Surakarta telah menjadi kota tujuan wisata. Hal ini
terbukti dari meningkatnya jumlah wisatawan yang datang. Hal ini juga tidak
terlepas dari adanya event yang bertaraf lokal, maupun internasional yang
yang sama. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Widdi
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang sama, mencapai 27.060 wisatawan. Meski turun, lama tinggal ternyata
seperti homestay, belum tercatat. Di sisi lain, pada tahun 2012 ini jumlah
wisatawan domestik justru meningkat. Bila 2011 lalu tercatat 1,2 juta orang
pariwisata budaya
perdagangan dan jasa
olah raga; dan
industri kreatif.
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pariwisata
olah raga; dan
industri kreatif.
c) SPK kawasan III adalah Kelurahan Nusukan yang melayani sebagian
berikut:
permukiman;
perdagangan; dan
jasa.
d) SPK kawasan IV adalah Kelurahan Mojosongo yang melayani
permukiman;
perdagangan dan jasa;
industri kecil dan industri ringan.
e) SPK kawasan V adalah Kelurahan Jebres yang melayani sebagian
pariwisata;
pendidikan tinggi; dan
industri kreatif.
f) SPK kawasan VI adalah Kelurahan Stabelan yang melayani sebagian
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
pemerintahan;
pariwisata budaya; dan
perdagangan dan jasa.
jasa;
dan industri;
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Solo memiliki
kebudayaan jawa yang kuat. . Hal ini dapat dilihat dari tradisi-tradisi yang
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Depan adalah Solo masa Lalu. Untuk menjadikan kota “ Solo Masa Depan
konsep kota, yaitu Eco Culture City. Konsep Eco Cultural City merupakan
berwawasan lingkungan.
terlihat rapi dan tertata. Pemerintah kota telah berhasil merelokasi para
Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah menempati areal publik untuk
ruang terbuka bagi publik. Dengan adanya konsep eco culture city, maka
kearifan lokal tidak hanya dijadikan sebagai komoditas wisata solo sebagai
commit to user
tetapi juga terdapat upaya untuk melestarikannya.
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Kota Solo didominasi oleh pariwisata budaya dan sejarah. Berikut jenis wisata
diselenggarakan tiap tahun. Berikut beberapa event tahunan yang ada di Solo,
Solo Internasional Ethnic Music (SIEM), Solo Batik Fashion, Solo Keroncong
Festival, Solo Internasional Performing Arts (SIPA), dll. Selain dari sektor
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Sejak negara tetangga mengklaim batik sebagai salah satu hasil budayanya,
sebagai trend, menjadikan batik tidak hanya sebagai komoditas dagang saja, namun
juga sebagai komoditas wisata. Hal ini menjadikan wisata batik sebagai salah satu
alternatif wisata yang digemari oleh wisatawan lokal maupun internasional. Wisata
batik bukan hanya tentang berbelanja batik, namun juga melihat sentra penghasil batik
yang menjadi sentra pembuatan batik, atau lebih dikenal dengan sebutan kampung
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kain tenun dan bahan pakaian. Kain-kain hasil tenun dan bahan pakaian ini
sering disebut dengan Lawe, sehingga daerah ini kemudian disebut dengan
Laweyan.
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
produsen batik. Karena letaknya yang strategis, Laweyan pun menjadi salah
satu kota perdagangan yang maju. Itulah sebabnya Kampung Laweyan pernah
tahun 70-an.
b. Perkembangan
penghasil batik sejak lama, dan tradisi itu masih bertahan hingga sekarang.
yang penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik, sejak
Profesi yang telah diwariskan secara turun temurun ini masih bertahan
hingga kini. Jumlah industri batik yang ada di Kampung Laweyan saat ini
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Bekas kejayaan para saudagar batik pribumi tempo doeloe yang biasa
disebut 'Gal Gendhu' ini bisa dilihat dari peninggalan rumah mewahnya. Di
berbagai unsur masyarakat Laweyan baik dari para pengusaha batik, para
pemuda dan para wirausaha sektor lainnya. Lewat FPKBL ini, kawasan
grand desain untuk menentukan wilayah mana yang dapat diubah maupun
didasarkan pada kondisi bangunan dan pemilik bangunan yang dinilai kurang
perpajakan, desain grafis, handycraft, batik warna alam, dan sebagainya. Atas
Pengolah Air Limbah (IPAL) sehingga air limbah industri layak untuk
FPKBL juga bersinergi dengan berbagai pihak terkait seperti LSM, NGO, dan
badan swasta.
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terkait dengan aspek ekonomi, dalam hal ini memanfaatkan rumah pusaka
yang ada untuk dijadikan showroom pada bagian pendapanya sesuai dengan
rumah produksi.
berbelanja dan melihat proses pembuatan batik. Selain itu, upaya untuk
kampung ini menjadi salah satu tujuan wisata. Terlebih lagi dengan
c. Potensi wisata
selain batik dan rumah-rumah lama, yaitu, langgar merdeka, masjid laweyan,
dan makam Ki Ageng Henis (Kompleks masjid Laweyan menjadi satu dengan
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berada di pusat kota ( 500 m dari pusat pemerintahan yang sekarang dan di
masyarakat mulai dari penghulu tafsir anom, ketip, modin, suronoto dan
batik baik berupa jarik/selendang dan sebagainya. Dengan kata lain, tradisi
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Perkembangan
dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu batik klasik motif pakem (batik
tulis), batik murni cap dan model kombinasi antara tulis dan cap. Batik
tulis bermotif pakem yang banyak dipengaruhi oleh seni batik kraton
produk batik kampung kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan
sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon. Kampung yang
memiliki 20-30an home industri ini menjadi langganan dari para pembeli
commit to user
Gambar III.13 : Kawasan Kauman
Sumber : solopos.com , kabarsoloraya.com
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Potensi wisata
di luar batik.
1. Sejarah
masa lalu, sebelum pembagian wiayah secara administrasi, Sondakan dan Bumi
merupakan bagian dari Bumi Laweyan, yaitu sebuah desa perdikan di bawah
Kerajaan Pajang. Konon, asal-usul nama Sondakan berasal dari nama leluhur yang
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sejak Jaman Kolonial dahulu sudah terkenal akan batiknya, terutama batik tulis.
Salah satu orang yang memelopori kerajinan batik di Sondakan adalah KH.
Samanhoedi yang sekaligus merupakan pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) pada
tahun 1991. Beliau merupakan pribumi yang juga lahir di Sondakan dan mendapat
memiliki luas wilayah 78,5 Ha yang terbagi atas 15 RW dan 52 RT dengan jumlah
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
a. Siteplan
b. Peruntukan lahan
KET :
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
c. Citra kawasan
KETERANGAN :
: Perdagangan dan Jasa
: Campuran
: Permukiman
: kawasan bangunan lama
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Tata bangunan
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
f. Ruang terbuka
KETERANGAN :
1: Kuburan Sondakan
2 : Tanah Kosong
3 : Kuburan Jongke dan Kios
4 : Lapangan Sriwaru
5 :Kuburan Mutihan
6 : Kuburan Griyan
7 : Kuburan Griyan
8 : Kuburan Premulung
g. Utilitas kawasan
commit
beberapa pengusaha yang to user
memiliki pabrik di luar Sondakan, dan ada juga
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
yang hanya sekedar “kulak” batik. Pabrik Batik yang ada berjumlah 24
buah.
commit to user
Gambar III.22 : Peta Industri Batik di Sondakan
Sumber : dokumentasi pribadi
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Showroom batik
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
adanya komunitas seniman batik yang telah lama ada sejak tahun 70 an,
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karya anggotanya.
b. Wisata non-Batik
1) Museum Samanhoedi
gedung habis, maka koleksi museum dipindahkan ke tepat lain, yang saat
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
peninggalan masa kejayaan saudagar batik di masa lampau. Hal ini masih
dapat kita lihat dari gang-gang sempit dengan tembok tinggi seperti di
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ini juga dharapkan dapat menjadi event tahunan yang dapat menarik
pola atau konsep yang sesuai dengan karakteristikya, yaitu dengan menggunakan
a. Konsep Mix Used Planning.Yaitu konsep rencana tata guna tanah yang
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
catatan kegiatan lain tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan utama, dan
2. Kawasan Industri
a. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 41
2) industri kreatif.
b. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 41
ayat 2 (b), bahwa Industri kreatif meliputi industri batik di Kecamatan Pasar
3. Kawasan Pariwisata
a. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 42
Kecamatan Pasarkliwon.
b. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 42
c. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 43
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
d. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 77
informasi pariwisata.
b) zona daya tarik wisata difungsikan untuk daya tarik wisata alam, daya
2) pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan
pariwisata;
5) untuk situs peninggalan sejarah dan budaya yang berada di luar kawasan
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
changer;
a. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 31
jalan 2X7,5M, median 2X3M, jalur lambat 2X4M, bahu jalan 2X1,5M dan
saluran 2X1,5M.
commit
2) Jalan Arteri Sekunder, antara to user
28-36M
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
median 2X3M, jalur lambat 2X4M, trotoir 2X3,5M dan saluran 2X1M
(tertutup).
jalan 2X2,5M, jalur hijau 2X1,5M, trotoir 2X1,5M dan saluran 2X1M.
jalan 2x1,5M, saluran jalan 2X1M dan maksimal memiliki jalur jalan,
jalan 2x1M, saluran jalan 2X0,75 dan maksimal memiliki jalur jalan, bahu
bahu jalan 2x1M, saluran jalan 2X0,5M dan maksimal memiliki jalur
5. Parkir
Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 32,
yaitu :
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Lokasi parkir dan perpindahan moda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
commit to user
Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 34