Anda di halaman 1dari 34

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB III

TINJAUAN KOTA

A. TINJAUAN KOTA SURAKARTA

A. Tinjauan fisik
a. Letak Geografis dan admininstratif
Letak geografis kota Surakarta atau Solo berada berada di antara

11045’15’ -110 45’35’ Bujur Timur ; 7036’-7056’ Lintang Selatan.

Daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah kota Surakarta :

 Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali


 Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo
 Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
 Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo
Kota Surakarta berada di kaki Gunung Lawu dan Gunung Merapi, dua

buah sungai; kali Pepe dan kali Jenes membelah tengah kota, sungai

Bengawan Surakarta mengalir disebelah Timur kota. Ketinggian rata-rata Kota

Surakarta, yaitu 92m diatas permukaan air laut. Luas wilayah Kotamadya Dati

II Surakarta adalah 440,040 km ( 4404ha ), yang terdiri dari 5 kecamatan;

Banjarsari, Jebres, Laweyan, Pasar Kliwon, dan Serengan.dan 51 kelurahan.

commit to user
Gambar III.1: Peta Surakarta
Sumber : id.wikipedia.org

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Kondisi Klimatologis

Kondisi klimatlogis berkaitan erat dengan letak geografis suatu daerah.

Faktor klimatologis ini juga berpengaruh langsung terhadap perwujudan fisik

bangunan. Kondisi klimatologis meliputi :

1) Sinar Matahari : Karena terletak di daerah tropis, maka Surakarta

beriklim panas dan mendapat matahari penuh sepanjang siang hari dengan

tingkat radiasi relatif tinggi. Suhu udara rata-rata reltif tinggi yaitu pada

siang hari berkisar 21º-23ºC, dan kelembaban rata-rata 74,83%.

2) Curah Hujan : Karena terletak di daerah tropis, maka pola siklus

iklim berimbang antar musim penghujan (Oktober - April) dan musim

kemarau (April - Oktober). Curah hujan rata-rata pertahun mencapai 2800

mm.

3) Angin : Sesuai dengan letak geografisnya, maka arah dan

kecepatan angin di Surakarta berubah-ubah secara periodik, arahnya

bervariasi dari Tenggara sampai Barat Laut.

c. Pertumbuhan ekonomi

Struktur ekonomi kota Surakarta bertumpu pada sektor industri

pengolahan, perdagangan, rumah makan dan hotel. Pertumbuhan Ekonomi

Solo dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini juga tidak terlepas dari

pencapaian Pemkot Solo dalam menjadikan Solo sebagai kota tujuan wisata

budaya dan kota MICE.

Tabel III.1 : PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Surakarta tahun 2000-2011
Tahun PDRB (Juta rupiah) Pertumbuhan (%)
2000 2.990.464,32 4,16 %
2001 3.372.850,36 4,12 %
2002 3.772.737,68 4,97 %
2003 commit to user
4.251.845,60 6,11 %
2004 4.756.559,52 5,80 %

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2005 5.585.776,84 5,15 %


2006 6.190.112,55 5,43 %
2007 6.909.094,57 5,82 %
2008 7.901.886,06 5,69 %
2009 8.880.691,19 5,90 %
2010 9.941.13657 5,94 %
2011 10.788.829,50 6,04 %
Sumber : surakartakota.bps.go.id

Dibukanya pintu investasi di Surakarta memberikan imbas positif akan

tumbuhnya ekonomi kota. Bahkan sepanjang tahun 2012 tercatat dikisaran 6 –

6,2 persen dari proyeksi awal sebesar 5,7 – 6,2 persen. Atas pencapaian

tersebut, maka secara angka, pertumbuhan ekonomi Solo tahun 2012 relatif

hampir sama dengan tahun 2011 lalu yang berada di angka 6,04 persen.

d. Pertumbuhan wisata

Kota Solo atau Surakarta telah menjadi kota tujuan wisata. Hal ini

terbukti dari meningkatnya jumlah wisatawan yang datang. Hal ini juga tidak

terlepas dari adanya event yang bertaraf lokal, maupun internasional yang

menjadi daya tarik wisata setiap tahunnya, di Solo.

Tabel 1.2 : Jumlah Wisatawan yang berkunjung ke Kota Solo


Tahun Jumlah Wisatawan Lokal Jumlah Wisatawan Mancanegara
2009 855.090 orang 14.400 orang
2010 1.019.925 orang 19.800 orang
2011 1.695.731 orang 38.420 orang
Sumber : Disbudpar Kota Solo

Kunjungan wisatawan asing ke Kota Solo sejak Januari hingga

September 2012 mengalami penurunan dibanding tahun lalu pada periode

yang sama. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Solo, Widdi

Srihanto, dalam sebuah di situs okezone.com tanggal 31 Oktober 2012,

mengungkapkan bahwa pada tahun 2012 ini kunjungan wisatawan asing ke


commit to
kota Solo ada 24.630 wisatawan, user
sedangkan tahun 2011 lalu, pada periode

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang sama, mencapai 27.060 wisatawan. Meski turun, lama tinggal ternyata

mengalami peningkatan. Widdi Srihanto menambahkan bahwa lama tinggal

wisatawan mengalami peningkatan dari sehari menjadi dua hari. Jumlah

tersebut belum mencakup seluruhnya, termasuk yang menginap di luar hotel,

seperti homestay, belum tercatat. Di sisi lain, pada tahun 2012 ini jumlah

wisatawan domestik justru meningkat. Bila 2011 lalu tercatat 1,2 juta orang

wisatawan domestik sedangkan hingga September 2012 meningkat menjadi

1,5 juta wisatawan.

e. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota diwujudkan berdasarkan arahan

pengembangan sistem pusat pelayanan kota dan arahan sistem jaringan

prasarana wilayah kota. Rencana sistem pusat pelayanan kota, meliputi:

1) Pusat Pelayanan Kota (PPK)

Kecamatan Pasarkliwon, berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan,

perdagangan, budaya, wisata dan industri kreatif.

2) Sub Pelayanan Kota (SPK)

a) SPK kawasan I adalah Kelurahan Kemlayan yang melayani sebagian

wilayah Kecamatan Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Pasarkliwon,

sebagian wilayah Kecamatan Serengan dan sebagian wilayah

Kecamatan Laweyan, dengan fungsi pelayanan, sebagai berikut:

 pariwisata budaya
 perdagangan dan jasa
 olah raga; dan
 industri kreatif.

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b) SPK kawasan II adalah Kelurahan Purwosari yang melayani sebagian

wilayah Kecamatan Laweyan dan sebagian wilayah Kecamatan

Banjarsari, dengan fungsi pelayanan , sebagai berikut:

 pariwisata
 olah raga; dan
 industri kreatif.
c) SPK kawasan III adalah Kelurahan Nusukan yang melayani sebagian

wilayah Kecamatan Banjarsari dengan fungsi pelayanan, sebagai

berikut:

 permukiman;
 perdagangan; dan
 jasa.
d) SPK kawasan IV adalah Kelurahan Mojosongo yang melayani

sebagian wilayah Kecamatan Jebres dan sebagian wilayah Kecamatan

Banjarsari, dengan fungsi pelayanan, sebagai berikut:

 permukiman;
 perdagangan dan jasa;
 industri kecil dan industri ringan.
e) SPK kawasan V adalah Kelurahan Jebres yang melayani sebagian

wilayah Kecamatan Jebres dan sebagian wilayah Kecamatan

Banjarsari, dengan fungsi pelayanan:

 pariwisata;
 pendidikan tinggi; dan
 industri kreatif.
f) SPK kawasan VI adalah Kelurahan Stabelan yang melayani sebagian

wilayah Kecamatan Jebres, sebagian wilayah Kecamatan Banjarsari,

sebagian wilayah Kecamatan Laweyan dan sebagian wilayah


commit to user
Kecamatan Pasarkliwon, dengan fungsi pelayanan:

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

 pemerintahan;
 pariwisata budaya; dan
 perdagangan dan jasa.

3) Pusat Layanan (PL)

a) PL kawasan I adalah Kelurahan Sriwedari, Kelurahan Sangkrah dan

Kelurahan Baluwarti, dengan pelayanan pariwisata (budaya),

perdagangan dan jasa, olah raga serta industri kreatif.;

b) PL kawasan II adalah Kelurahan Sondakan; Kelurahan Jajar dan

Kelurahan Manahan, dengan pelayanan pariwisata, olah raga dan

perdagangan/jasa, serta industri kreatif;

c) PL kawasan III adalah Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan Sumber dan

Kelurahan Kadipiro, dengan pelayanan permukiman, perdagangan dan

jasa;

d) PL kawasan IV adalah Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Nusukan,

dengan pelayanan permukiman, perdagangan dan jasa, industri kecil

dan industri;

e) PL kawasan V adalah Kelurahan Jebres, Kelurahan Pucangsawit dan

Kelurahan Jagalan, dengan pelayanan pariwisata, pendidikan tinggi

dan industri kreatif; dan

f) PL kawasan VI adalah Kelurahan Gilingan, Kelurahan Setabelan,

Kelurahan Kampung Baru, dan Kelurahan Mangkubumen, dengan

pelayanan pemerintahan, pariwisata budaya, perdagangan dan jasa.

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar III.2: Peta Pembagian Wilayah Kota


Sumber : RTRW Surakarta 2011-2031

f. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang

Gambar III.3 : Peta Rencana Pemanfaatan Pola Ruang


Sumber : RTRW Surakarta 2011-2031

B. Tinjauan non fisik

a. Potensi Surakarta sebagai Kota Budaya

Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Solo memiliki

kebudayaan jawa yang kuat. . Hal ini dapat dilihat dari tradisi-tradisi yang

masih dilakukan oleh masyarakatnya. Tradisi tersebut masih melekat dalam

segala aspek kehidupan, baik dalam bertutur kata, berprilaku, hingga

bermasyarakat. Kekayaancommit to user


budaya Kota Surakarta sendiri sebenarnya

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bersumber dari keberadaan Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan

Istana Pura Mangkunegaran. berikut beberapa budaya jawa yang masih

terpelihara di Surakarta, yaitu :

 kesenian seperti tari-tarian keraton, wayang, gamelan, dsb.

 upacara adat, seperti kirab 1 suro, grebeg mulud, dsb.

 tradisi, seperti gotong-royong, perkampungan, pasar tradisional, dsb.

 Benda-benda bernilai budaya seperti keris, blangkon, kain batik, dsb.

 Makanan khas, seperti nasi liwet, serabi, dsb.

Pelestarian budaya di Surakarta didukung penuh oleh Pemerintah

Daerah Kota Surakarta dengan mengusung konsep makronya Solo Masa

Depan adalah Solo masa Lalu. Untuk menjadikan kota “ Solo Masa Depan

adalah Solo Masa Lalu”, maka pemerintah kota mengembangkan sebuah

konsep kota, yaitu Eco Culture City. Konsep Eco Cultural City merupakan

pembangunan kota yang menggabungkan nuansa budaya dengan kota yang

berwawasan lingkungan.

Konsep Eco Cultural City direalisasikan dengan adanya SK. Walikota

untuk melindungi benda-benda cagar budaya di Kota Surakarta. Pemkot

Surakarta juga membatasi “serbuan” pasar modern sebagai bentuk pelestarian

kearifan local, yaitu pasar tradisonal. Pasar-pasar tradisional dibenahi agar

terlihat rapi dan tertata. Pemerintah kota telah berhasil merelokasi para

Pedagang Kaki Lima (PKL) yang telah menempati areal publik untuk

kemudian dikembalikan sebagai fungsi awalnya sebagai open space, atau

ruang terbuka bagi publik. Dengan adanya konsep eco culture city, maka

kearifan lokal tidak hanya dijadikan sebagai komoditas wisata solo sebagai
commit to user
tetapi juga terdapat upaya untuk melestarikannya.

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Potensi Surakarta sebagai Kota Wisata

Kota Surakarta merupakan kota tujuan wisata penting di tingkat

regional, nasional bahkan internasional. Karakteristik pariwisata yang ada di

Kota Solo didominasi oleh pariwisata budaya dan sejarah. Berikut jenis wisata

yang ada di Surakarta :

No. Jenis wisata Objek wisata


1 Wisata sejarah Keraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran,
Museum Radyapustaka, dll.
2 Wisata Kuliner Galabo, jajanan khas Solo
3 Wisata Belanja Pasar Klewer, Pasar Antik Triwindu, Ngarsopuro,
Pasar Gede, dll
4 Wisata Alam Taman Satwataru Jurug, Taman Balekambang.
5 Wisata Batik Museum Batik Danar Hadi, Kampoeng Laweyan,
Kampung Kauman, dll.
6 Wisata Seni Taman budaya Sriwedari, Taman Budaya Surakarta

Selain adanya Objek Wisata, Surakarta atau Solo kerap kali

mengadakan event-event berskala nasional hingga internasional yang

diselenggarakan tiap tahun. Berikut beberapa event tahunan yang ada di Solo,

seperti Grebeg Sudiro Sekatenan, Grebeg mulud, Pesona Balekambang,

Mangkunegaran Performing Art, Solo Batik Carnival(SBC), Solo City Jazz,

Solo Internasional Ethnic Music (SIEM), Solo Batik Fashion, Solo Keroncong

Festival, Solo Internasional Performing Arts (SIPA), dll. Selain dari sektor

wisata budaya dan sejarah, Pemerintah Daerah Kota Surakarta juga

mengarahkan visi pengembangan pariwisatanya sebagai Kota MICE (Meeting,

Incentive, Conference And Exhibition).

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. TINJAUAN KAMPUNG BATIK DI SURAKARTA

Sejak negara tetangga mengklaim batik sebagai salah satu hasil budayanya,

masyarakat Indonesia mulai menaruh perhatian terhadap batik. Merambahnya batik

sebagai trend, menjadikan batik tidak hanya sebagai komoditas dagang saja, namun

juga sebagai komoditas wisata. Hal ini menjadikan wisata batik sebagai salah satu

alternatif wisata yang digemari oleh wisatawan lokal maupun internasional. Wisata

batik bukan hanya tentang berbelanja batik, namun juga melihat sentra penghasil batik

dan mempelajari proses pembuatan batik. Di Surakarta terdapat beberapa kampung

yang menjadi sentra pembuatan batik, atau lebih dikenal dengan sebutan kampung

batik. Berikut mengenai kampung batik di Surakarta :

Gambar III. 4 : Peta Kampung Batik di Surakarta


Sumber : dokumen pribadi

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Kampung Batik Laweyan

Gambar III.5 : Peta Laweyan


Sumber : googgle images
a. Sejarah

Daerah Laweyan dulu banyak ditumbuhi pohon kapas dan merupakan

sentra industri benang yang kemudian berkembang menjadi sentra industri

kain tenun dan bahan pakaian. Kain-kain hasil tenun dan bahan pakaian ini

sering disebut dengan Lawe, sehingga daerah ini kemudian disebut dengan

Laweyan.

Gambar III.6 : Sketsa desa Sala pada masa Kerajaan Pajang


Sumber : sajid dalam Farhan dkk, 2003
commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Batik sendiri awalnya diperkenalkan oleh Kyai Ageng Henis yang

memang menyukai kesenian. Selain menyebarkan agama, Kyai Ageng Henis

juga mengajarkan masyarakat bagaimana cara membuat batik. Jadilah

Laweyan yang dulunya hanya memproduksi kain tenun berubah menjadi

produsen batik. Karena letaknya yang strategis, Laweyan pun menjadi salah

satu kota perdagangan yang maju. Itulah sebabnya Kampung Laweyan pernah

dikenal sebagai kampung juragan batik yang mencapai kejayaannya di era

tahun 70-an.

b. Perkembangan

Telah disebutkan bahwa Kampung Laweyan telah menjadi sentra

penghasil batik sejak lama, dan tradisi itu masih bertahan hingga sekarang.

Menurut Alpha Febela, yang juga pengelola Batik Mahkota, Di kawasan

Laweyan ada Kampung Laweyan, Tegalsari, Tegalayu, Batikan, dan Jongke,

yang penduduknya banyak yang menjadi produsen dan pedagang batik, sejak

dulu sampai sekarang.

Gambar III.7 : Tugu Laweyan


Sumber : batikmahkotalaweyan.com

Profesi yang telah diwariskan secara turun temurun ini masih bertahan

hingga kini. Jumlah industri batik yang ada di Kampung Laweyan saat ini

kurang lebih 36 industri, baik yang berskala kecil maupun besar.

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar III.8 : Showroom di Laweyan


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Bekas kejayaan para saudagar batik pribumi tempo doeloe yang biasa

disebut 'Gal Gendhu' ini bisa dilihat dari peninggalan rumah mewahnya. Di

kawasan ini, mereka memang menunjukkan kejayaannya dengan berlomba

membangun rumah besar yang mewah dengan arsitektur cantik. Sehingga

Kampung Laweyan juga merupakan kawasan cagar budaya.

Gambar III.9 : Rumah-rumah lama di Laweyan


Sumber : ikainhere.blogspot.com, www.kampoenglaweyan.com/id/

Usaha untuk mengembangkan kampung laweyan berawal dari

pembentukan sebuah lembaga kepeloporan non profit yang bernama Forum

Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) yang dipelopori oleh Alpha Febela

Priyatmono pada tanggal 25 September 2004. Pengurus FPKBL terdiri dari

berbagai unsur masyarakat Laweyan baik dari para pengusaha batik, para

pemuda dan para wirausaha sektor lainnya. Lewat FPKBL ini, kawasan

Laweyan ditata kembali menjadi kawasan yang lebih “apik‟.

Semua kegiatan commit to user


yang dilakukan oleh Forum Pengembangan

Kampoeng Batik dalam upaya menghidupkan kembali Laweyan ini mengalir


Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

melalui pendekatan partisipatif dan kerelaan warganya. FPKBL membuat

grand desain untuk menentukan wilayah mana yang dapat diubah maupun

yang tetap dipertahankan keutuhannya. Usaha penyelamatan kawasan

Laweyan yang pertama dilakukan adalah memperbaiki bangunan (konservasi

bangunan) sebanyak 30 buah yang ada di Laweyan. Revitalisasi bangunan ini

didasarkan pada kondisi bangunan dan pemilik bangunan yang dinilai kurang

mampu memperbaiki bangunan sendiri, padahal bangunan tersebut masih

layak untuk dipertahankan. Pemerintah juga memberikan bantuan dana untuk

membantu usaha penyelamatan ini. Konservasi bangunan tersebut

menumbuhkan stimulus pada warga. Mereka yang sempat vakum membatik

mulai tergerak untuk kembali menggeluti industri batik.

Pemerintah mengadakan berbagai program pembangunan fisik maupun

non-fisik di Kampung Laweyan. Adapun program non-fisik yang telah

dilakukan pemerintah yaitu kegiatan pelatihan keterampilan dan ilmu

pengetahuan seperti pelatihan kewirausahaan, webdesign, ekspor-impor,

perpajakan, desain grafis, handycraft, batik warna alam, dan sebagainya. Atas

bantuan pemerintah Jerman Kampung Laweyan juga memiliki Instalasi

Pengolah Air Limbah (IPAL) sehingga air limbah industri layak untuk

dialirkan kembali ke sungai tanpa polutan. Selain dengan Pemerintah Pihak

FPKBL juga bersinergi dengan berbagai pihak terkait seperti LSM, NGO, dan

badan swasta.

Usaha untuk menghidupkan Kampung Laweyan lainnya, yaitu melalui

proses pemasaran. Konsep pemasarannya, yaitu dengan mendorong orang

untuk mendatangi kawasan Laweyan sebagai sebuah pengalaman bagi mereka


commitadalah
(berwisata). Konsep selanjutnya to userdengan melestarikan bangunan yang

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

terkait dengan aspek ekonomi, dalam hal ini memanfaatkan rumah pusaka

yang ada untuk dijadikan showroom pada bagian pendapanya sesuai dengan

konsep pengelolaan kampung Laweyan, yaitu “Rumahku adalah Galeriku”,

yang berarti rumah memiliki fungsi ganda,yaitu sebagai showroom sekaligus

rumah produksi.

Kampung batik laweyan juga mengadakan adanya Tour De Laweyan,

yaitu keliling Kampung Batik Laweyan dengan menggunakan becak, serta

berbelanja dan melihat proses pembuatan batik. Selain itu, upaya untuk

mempromosikan batik-batik di Laweyan selain dengan mendorong orang

untuk berwisata ke Laweyan dapat juga dilakukan dengan mengembangkan

batik menjadi produk kerajinan, seperti dompet, tas, dll.

Dengan ditetapkannya Laweyan sebagai kampung batik, maka

kampung ini menjadi salah satu tujuan wisata. Terlebih lagi dengan

ditetapkannnya batik sebagai warisan dunia, maka Kampung Laweyan tidak

hanya sebagai tujuan wisata domestik, namun juga internasional.

c. Potensi wisata

Di kampung Laweyan juga terdapat beberapa peninggalan masa lalu

selain batik dan rumah-rumah lama, yaitu, langgar merdeka, masjid laweyan,

dan makam Ki Ageng Henis (Kompleks masjid Laweyan menjadi satu dengan

makam kerabat Keraton Pajang, Kartasura dan Kasunanan Surakarta.

Gambar III.10 : (kiri-kanan) Masjid Laweyan,


Makam Ki Ageng Henis, Langgar Merdeka
commit to user
Sumber : www.kampoenglaweyan.com, ikainhere.blogspot.com

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Kampung Batik Kauman

Gambar III. 11 : Peta kampung Batik Kauman


Sumber : Dokumen PWK
1) Sejarah

Kauman merupakan kampung tua yang terletak di lokasi strategis,

berada di pusat kota ( 500 m dari pusat pemerintahan yang sekarang dan di

samping persis pemerintahan kerajaan pertama di Surakarta ). Kampung

Kauman mempunyai kaitan erat dengan sejarah perpindahan kraton

Kartosuro ke Solo yang kemudian berubah nama menjadi Kasunanan.

Kauman merupakan tempat ulama yang terdiri dari beberapa lapisan

masyarakat mulai dari penghulu tafsir anom, ketip, modin, suronoto dan

kaum. Keberadaan kaum sebagai penduduk mayoritas di kawasan inilah

yang menjadi dasar pemilihan nama "kauman". Masyarakat kaum (abdi

dalem) mendapatkan latihan secara khusus dari kasunanan untuk mebuat

batik baik berupa jarik/selendang dan sebagainya. Dengan kata lain, tradisi

batik kauman mewarisi secara langsung inspirasi membatik dari Ndalem

Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Berdasarkan bekal keahlian

yang diberikan tersebut masyarakat kauman dapat menghasilkan karya


commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

batik yang langsung berhubungan dengan motif-motif batik yang sering

dipakai oleh keluarga kraton.

Gambar III.12 : Gapura Kampung Kauman


Sumber : kriyalea.com

2) Perkembangan

Dalam perkembangannya, seni batik yang ada di kampung kauman

dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu batik klasik motif pakem (batik

tulis), batik murni cap dan model kombinasi antara tulis dan cap. Batik

tulis bermotif pakem yang banyak dipengaruhi oleh seni batik kraton

Kasunanan merupakan produk unggulan kampung batik kauman. Produk-

produk batik kampung kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan

sutra tenun, katun jenis premisima dan prima, rayon. Kampung yang

memiliki 20-30an home industri ini menjadi langganan dari para pembeli

yang sudah terjalin secara turun temurun dan wisatawan mancanegara

(Jepang, Eropa, Asia Tenggara dan Amerika Serikat). Keunikan yang

ditawarkan kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil

melihat-lihat rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik.

commit to user
Gambar III.13 : Kawasan Kauman
Sumber : solopos.com , kabarsoloraya.com

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Potensi wisata

Disamping produk batik, kampung batik Kauman juga dilingkupi

suasana situs-situs bangunan bersejarah berupa bangunan rumah joglo,

limasan, kolonial dan perpaduan arsitektur Jawa dan Kolonial. Bangunan-

bangunan tempo dulu yang tetap kokoh menjulang ditengah arsitektur

modern pusat perbelanjaan, lembaga keuangan (perbankan dan valas),

homestay dan hotel yang banyak terdapat disekitar kampung kauman.

Fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di sekitar kampung kauman ini

jelas menyediakan kemudahan-kemudahan khusus bagi segenap

wisatawan yang berkunjung dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain

di luar batik.

Gambar III.14 : Lorong di Kampung Kauman


Sumber : andikaawan.blogspot.com

C. TINJAUAN SONDAKAN SEBAGAI KAMPUNG BATIK

1. Sejarah

Kelurahan Sondakan masuk kedalam wilayah kecamatan Laweyan. Pada

masa lalu, sebelum pembagian wiayah secara administrasi, Sondakan dan Bumi

merupakan bagian dari Bumi Laweyan, yaitu sebuah desa perdikan di bawah

Kerajaan Pajang. Konon, asal-usul nama Sondakan berasal dari nama leluhur yang

tinggal di kampung terrsebut yang bernama Mbah Sondak.


commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Karena merupakan bagan dari bumi laweyan, maka kelurahan Sondakan

sejak Jaman Kolonial dahulu sudah terkenal akan batiknya, terutama batik tulis.

Salah satu orang yang memelopori kerajinan batik di Sondakan adalah KH.

Samanhoedi yang sekaligus merupakan pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI) pada

tahun 1991. Beliau merupakan pribumi yang juga lahir di Sondakan dan mendapat

gelar Pahlawan Nasional.

2. Kondisi fisik dan umum

Sondakan merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Laweyan

Surakarta. Sondakan berbatasan dengan Purwosari di Sebelah utara, Bumi di

sebelah timur, Laweyan di Sebelah selatan serta pajang di sebelah barat.

Berdasarkan Data Kelurahan Sondakan bulan September tahun 2012, Sondakan

memiliki luas wilayah 78,5 Ha yang terbagi atas 15 RW dan 52 RT dengan jumlah

penduduk sebanyak 12.758 jiwa. Penduduk Sondakan kebanyakan bekerja sebagai

karyawan. Sebagian besar penduduk Sondakan beragama Islam.

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Siteplan

Gambar III.15 : Peta kelurahan sondakan


Sumber : dokumen PWK

b. Peruntukan lahan

KET :

Permukiman Area Campuran


2
Area Campuran Perdagangan dan Jasa
1
Gambar III.16 : Peta Rencana Tata Guna Lahan Sondakan
Sumber : RTRW Surakarta 2007-2026

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Citra kawasan

KETERANGAN :
: Perdagangan dan Jasa

: Campuran
: Permukiman
: kawasan bangunan lama

Gambar III.17 : Peta Citra Kawasan


Sumber : analisa pribadi

 Kawasan Perdagangan dan Jasa :

Sumber : dokumentasi pribadi


 Kawasan Bangunan Lama

Sumber : dokumentasi pribadi


 Kawasan permukiman :

Sumber: dokumentasi Pribadi

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Tata bangunan

Gambar III.18 : Peta persil Sondakan


Sumber : dokumen PWK

e. Akses dan sistem tautan

Gambar III.19 :Peta Akses dan Sirkulasi


Sumber : analisa penulis

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

f. Ruang terbuka

KETERANGAN :
1: Kuburan Sondakan
2 : Tanah Kosong
3 : Kuburan Jongke dan Kios
4 : Lapangan Sriwaru
5 :Kuburan Mutihan
6 : Kuburan Griyan
7 : Kuburan Griyan
8 : Kuburan Premulung

Gambar III.20 : Peta ruang terbuka


Sumber : dokumen PWK (Aset Lahan Kelurahan Sondakan)
dengan modifikasi fokus pada ruang terbuka

g. Utilitas kawasan

Gambar III.21 : utilitas kawasan


Sumber : solokotakita dengan modifikasi gambar

3. Potensi Wisata di Sondakan


a. Wisata Batik
1) Industri batik

Jumlah Pengusaha Batik di Sondakan, yaitu 38 pengusaha. Dari jumlah

tersebut, tidak semua pengusaha memiliki pabrik batik di Sondakan, ada

commit
beberapa pengusaha yang to user
memiliki pabrik di luar Sondakan, dan ada juga

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang hanya sekedar “kulak” batik. Pabrik Batik yang ada berjumlah 24

buah.

commit to user
Gambar III.22 : Peta Industri Batik di Sondakan
Sumber : dokumentasi pribadi

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Showroom batik

Gambar III.23 : Peta Showroom Batik di Sondakan


Sumber : dokumentasi pribadi

Sondakan telah memiliki showroom batik bersama yang bernama

Lumbung Batik. Lumbung Batik terletak di Perempatan jalan KH. Agus

Salim dengan jalan KH. Samanhudi. Selain showroom bersama , beberapa

pengusaha batik besar juga memiliki showroom batik baik di rumahnya

ataupun berada terpisah dengan rumahnya.

Gambar III.24 : Lumbung Batik


Sumber : dokumentasi pribadi

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Komunitas seniman batik

Yang membedakan Sondakan dengan kampung batik lainnya, yaitu

adanya komunitas seniman batik yang telah lama ada sejak tahun 70 an,

yaitu Komunitas Canting Kakung. Sesuai namanya, komunitas ini

beranggotakan kaum Pria dari masyarakat Sondakan.

Gambar III.25 : Logo Komunitas Canting Kakung


Sumber : dokumentasi pribadi

Komunitas ini membatik menggunakan media canting, malam dan

kain mori. Yang membedakan komunitas ini dengan pengrajin batik

lainnya, yaitu, mereka tidak menggunakan pakem atau pola tertentu,

goresannya bebas seperti orang melukis tanpa didasari pola apapun.

Komunitas ini membatik di berbagai media kain dan menghasilkan produk

seperti lukisan, kain batik (jarik), dll.

Gambar III.26 : Hasil karya komunitas canting kakung


Sumber : dokumentasi pribadi

Kegiatan di Komunitas Canting Kakung , diantaranya seperti

pameran, pelatihan membatik, dan event Kegiatan Membatik bersama

Canting Kakung yang telah diagendakan 2 tahun terakhir ini.


commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar III.27 : Membatik bersama canting Kakung


Sumber : dokumentasi pribadi

Komunitas ini telah memiliki sekretariat di salah satu rumah

anggotanya, yaitu di rumah Pak Kosaerri sebagai tempat berkumpul,

namun komunitas ini belum memiliki showroom untuk memamerkan hasil

karya anggotanya.

Gambar III.28 : Sekretariat Canting Kakung


Sumber : dokumentasi pribadi

b. Wisata non-Batik

1) Museum Samanhoedi

Museum Samanhoedi merupakan bangunan yang berisi barang-

barang peninggalan tokoh perintis kemerdekaan KH. Samanhoedi

sekaligus perintis Sarekat Dagang Islam (SDI) di Laweyan. Awalnya

museum ini berada di Kampung Laweyan, namun karena masa kontrak

gedung habis, maka koleksi museum dipindahkan ke tepat lain, yang saat

ini berada di sebelah kantor kelurahan Sondakan.

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar III.29 : Museum Samanhudi


Sumber : chic-id.com

2) Gang sempit dengan tembok-tembok tinggi peninggalan masa kejayaan

saudagar batik di Sondakan.

Sondakan dan Bumi pada awalnya merupakan satu daerah yang

bernama Bumi Laweyan, sehingga di Sondakan masih terdapat

peninggalan masa kejayaan saudagar batik di masa lampau. Hal ini masih

dapat kita lihat dari gang-gang sempit dengan tembok tinggi seperti di

kampung batik Laweyan, terutama di wilayah Sondakan bagian selatan.

Gambar III.30 : bangunan lama dengan tembok tinggi di Sondakan


Sumber : dokumentasi pribadi

3) Event tahunan Napak Budaya Samamhoedi (NBS)

Di Sondakan terdapat event budaya yang diagendakan tiap tahun

sejak tahun 2011, yaitucommit


Napak to user Samanhoedi. Acara ini merupakan
Budaya

acara yang diselenggarakan oleh Pokdarwis Sondakan. Tujuan acara ini,

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yaitu untuk memperingati salah satu Pahlawan Nasional Sondakan, yaitu

Bapak KH. Samanhoedi. Beliau merupakan pelopor kerajinan batik di

Sondakan serta pendiri Sarekat Dagang Islam (SDI). Selain untuk

mengenang jasa Samanhoedi dan mewariskan kembali nilai-nilai luhurnya

kepada masyarakat Sondakan , acara ini juga bertujuan untuk

meningkatkan Citra Kelurahan. Isi acaranya berupa kirab budaya, ziarah

ke makam KH. Samnhoedi, pameran potensi warga Sondakan, pentas

kesenian,dan perenungan nilai luhur Samanhoedi. Walaupun event ini

merupakan acara yang dikelola Sondakan untuk warganya, namun acara

ini juga dharapkan dapat menjadi event tahunan yang dapat menarik

wisatawan dalam dan luar kota. Sehingga Sondakan dapat diangkat

menjadi salah satu Desa Wisata.

Gambar III.31 : Napak Budaya Samanhudi


Sumber : soloposfm.com, www.antarafoto.com

D. PERATURAN DAERAH TERKAIT PERANCANGAN KOTA

1. Pola Pemanfaatan Ruang :

Dalam pengembangan pola pemanfaatan ruang di Kota Surakarta, menggunakan

pola atau konsep yang sesuai dengan karakteristikya, yaitu dengan menggunakan

2 (dua) konsep pendekatan, yaitu :

a. Konsep Mix Used Planning.Yaitu konsep rencana tata guna tanah yang

menetapkan adanya beberapa daerah yang bersifat campuran bagi beberapa


commit to user
jenis kegiatan yang saling menunjang.

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

b. Konsep Flexible Zonning.Yaitu konsep tata guna tanah yang memberikan

toleransi bercampurnya kegiatan lain pada daerah peruntukan tertentu, dengan

catatan kegiatan lain tersebut tidak boleh mengganggu kegiatan utama, dan

bahkan saling menunjang.

2. Kawasan Industri

a. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 41

ayat 1, bahwa kawasan peruntukan industri, meliputi:

1) industri rumah tangga; dan

2) industri kreatif.

b. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 41

ayat 2 (b), bahwa Industri kreatif meliputi industri batik di Kecamatan Pasar

kliwon dan Kecamatan Laweyan.

3. Kawasan Pariwisata

a. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 42

ayat 2, bahwa Kawasan pariwisata cagar budaya, sejarah, dan nilai-nilai

tradisional terletak di Kecamatan Laweyan,Kecamatan Banjarsari, dan

Kecamatan Pasarkliwon.

b. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 42

ayat 3, bahwa Kawasan pariwisata belanja, meliputi:

1) wisata belanja batik di Kecamatan Pasarkliwon dan Kecamatan Laweyan

2) wisata barang antik di Pasar Antik Triwindu, Kecamatan Banjarsari.

c. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 43

ayat 5, bahwa, Pengelolaan kawasan peruntukan pariwisata, meliputi:

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) pengembangan pola perjalanan wisata kota;

2) pengembangan kegiatan pendukung yang meliputi hotel, restoran, pusat

penukaran uang asing, pusat souvenir, dan oleh-oleh; dan

d. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 77

ayat 3, poit 1-8, mengenai Ketentuan umum peraturan zonasi kawasan

peruntukan wisata , bahwa

1) zonasi kawasan pariwisata terdiri atas:

a) zona usaha jasa pariwisata difungsikan untuk jasa biro perjalanan

wisata, jasa agen perjalanan wisata, jasa pramuwisata, dan jasa

informasi pariwisata.

b) zona daya tarik wisata difungsikan untuk daya tarik wisata alam, daya

tarik wisata budaya, dan daya tarik wisata minat khusus;

c) zona usaha pariwisata difungsikan untuk penyediaan akomodasi;makan

dan minum, angkutan wisata, dan kawasan pariwisata.

2) pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan

daya tampung lingkungan;

3) perlindungan terhadap situs peninggalan sejarah dan budaya;

4) pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan

pariwisata;

5) untuk situs peninggalan sejarah dan budaya yang berada di luar kawasan

6) pariwisata ditetapkan zonasi tersendiri sesuai dengan kondisi di lapangan;

7) penyediaan prasarana dan sarana minimal meliputi telekomunikasi, listrik,

air bersih, drainase, pembuangan limbah dan persampahan; WC umum,

parkir, lapangan terbuka, pusat perbelanjaan skala lokal, sarana


commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

peribadatan dan sarana kesehatan; persewaan kendaraan, ticketing, money

changer;

8) memiliki akses yang terintegrasi dengan terminal, dan pelabuhan;

4. Jalan dan Pedestrian

a. Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 31

ayat 1 bahwa Sistem jaringan pedestrian, meliputi:

1) pengembangan sistem pedestrian pada pusat-pusat kegiatan serta berada

pada kawasan pariwisata dan tidak mengakibatkan terjadinya gangguan

pada sistem transportasi/sirkulasi yang ada;

2) jalur pedestrian dan jalur sepeda diintegrasikan dengan jaringan angkutan

umum berikut fasilitas pendukungnya yang memadai dengan

memperhitungkan penggunaannya bagi penyandang cacat;

3) peningkatan penataan jalur pedestrian pada koridor Purwosari –Brengosan

– Gendhengan – Sriwedari – Ngapeman – Gladag – Pasar Gedhe;

4) pembangunan jalur pedestrian pada koridor menuju kawasan cagar budaya

di seluruh wilayah kota; dan

5) pembangunan jalur pedestrian pada koridor menuju kawasan strategis di

seluruh wilayah kota.

b. Secara umum pengembangan dimensi jaringan jalan (Damija) sesuai dengan

pengembangan fungsinya adalah sebagai berikut :

1) Jalan Arteri Primer, antara 37-41M :

Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki median 3M, jalur

jalan 2X7,5M, median 2X3M, jalur lambat 2X4M, bahu jalan 2X1,5M dan

saluran 2X1,5M.
commit
2) Jalan Arteri Sekunder, antara to user
28-36M

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 15M,

median 2X3M, jalur lambat 2X4M, trotoir 2X3,5M dan saluran 2X1M

(tertutup).

3) Jalan Kolektor Primer, antara 17-21M

Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 7M, bahu

jalan 2X2M, jalur hijau 2X2M, dan saluran 2X1M.

4) Jalan Kolektor Sekunder, antara 18-22M

Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 7M, bahu

jalan 2X2,5M, jalur hijau 2X1,5M, trotoir 2X1,5M dan saluran 2X1M.

5) Jalan Lokal Primer, antara 11-17M.

Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 6M, bahu

jalan 2x1,5M, saluran jalan 2X1M dan maksimal memiliki jalur jalan,

bahu jalan, jalur hijau, trotoir dan saluran jalan.

6) Jalan Lokal sekunder utama, antara 8,5-13M

Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 5M, bahu

jalan 2x1M, saluran jalan 2X0,75 dan maksimal memiliki jalur jalan, bahu

jalan, trotoir dan saluran jalan.

7) Jalan lokal sekunder pembagi (lingkungan), antara 5-7M

Dimensi tersebut dipertimbangkan minimal memiliki jalur jalan 3M dan

bahu jalan 2x1M, saluran jalan 2X0,5M dan maksimal memiliki jalur

jalan, bahu jalan, jalur hijau dan saluran jalan.

5. Parkir

Perda Surakarta No. 1 Tahun 2012 tentang RTRW tahun 2011-2031, Pasal 32,

yaitu :
commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1) Prasarana Park and ride dikembangkan di pinggir kota dengan

menyediakan fasilitas taman atau gedung parkir yang diintegrasikan

dengan pengelolaan angkutan umum.

2) Lokasi parkir dan perpindahan moda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terletak di Kelurahan Sondakan-Kecamatan Laweyan, Kelurahan

Joyotakan-Kecamatan Pasarkliwon, Kelurahan Pucangsawit dan

Kelurahan Mojosongo-Kecamatan Jebres.

commit to user

Pusat Batik Solo dengan Pendekatan Kearifan Lokal Studi Kasus Kampung Batik Sondakan III- 34

Anda mungkin juga menyukai