Anda di halaman 1dari 90

REVIEW III

TESIS

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG PASAR
SENI SUKAWATI DI KABUPATEN GIANYAR

GIOVANNO ADNAN ADRITHIA

15.B1.0007

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
PEDAGANG PASAR SENI SUKAWATI DI KABUPATEN GIANYAR

Seiring perkembangan globalisasi dan persaingan dalam perekonomian,


potensi ekonomis yang dimiliki Pasar Seni Sukawati yang merupakan primadona
wisata belanja bagi wisatawan berangsur-angsur mengalami kelesuan dan mulai
ditinggalkan oleh pelanggannya. Hal ini disebabkan pada awal tahun 2002 di
Kabupaten Gianyar sudah mulai berkembang pasar oleh-oleh modern yang hampir
sama menjual produk kerajinan seperti yang ditawarkan di Pasar Seni Sukawati.
Faktor lainnya yang mempengaruhi pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati yaitu
faktor internal seperti modal usaha yang digunakan sebagian besar merupakan modal
sendiri, lama usaha yang bervariasi dan jam kerja yang pendek cenderung
berpengaruh terhadap pendapatan pedagang yang diperoleh saat ini. Sedangkan faktor
eksternal yaitu perbedaan lokasi usaha yang strategis dan tidak strategis serta fasilitas
parkir yang tidak luas dan tidak nyaman merupakan faktor penting lainnya yang
mempengaruhi pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati.
Tujuan dari penelitian ini 1) menganalisis pengaruh modal usaha, lama usaha,
jam kerja, parkir dan lokasi usaha secara simultan terhadap pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati, 2) menganalisis pengaruh modal usaha, lama usaha, jam kerja,
parkir dan lokasi usaha secara parsial terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati 3) menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 89 responden diambil
melalui teknik Nonprobability sampling dari total populasi sebesar 792 pedagang di
Pasar Seni Sukawati. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan teknik analisis regresi linier berganda.
Hasil analisis secara simultan menunjukkan variabel modal usaha, lama
usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati. Sementara hasil analisis secara parsial
variabel modal usaha, lama usaha, dan lokasi usaha mempunyai pengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati sedangkan variabel jam
kerja dan parkir secara parsial tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati. Lama usaha adalah variabel dominan yang
mempengaruhi pendapatan pedagang karena lama seorang pelaku bisnis menekuni
bidang usahanya akan mempengaruhi produktivitasnya sehingga dapat menambah
efisiensi dan menekan biaya produksi lebih kecil daripada penjualan. Semakin lama
menekuni bid ang usaha perdagangan akan meningkatkan pengetahuan tentang selera
konsumen yang berdampak semakin banyak relasi bisnis dan pelanggan.
Kata Kunci : Pendapatan, Modal usaha, Lama usaha, Jam kerja, Parkir dan Lokasi
usaha
I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
perekonomiannya berbasis pariwisata, hal ini dikarenakan Provinsi Bali memiliki
panorama alam dan budaya ritual yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Pengembangan pariwisata Provinsi Bali dilakukan dengan memanfaatkan tiga jenis
daya tarik pariwisata yakni daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya dan daya
tarik wisata buatan/minat khusus (Sukadi dkk, 2013). Secara nasional Provinsi
Bali merupakan barometer bagi kemajuan pariwisata Indonesia ditengah-tengah
situasi persaingan dunia pariwisata yang semakin ketat. Pariwisata Provinsi Bali
diharapkan tetap dapat mempertahankan predikatnya sebagai salah satu tujuan wisata
terbaik di Indonesia dan dunia “The Best Destination in The World” (Statistik
Pariwisata Bali, 2012).
Tahun 2013 optimisme masih tampak menggeluti insan kepariwisataan
Bali, walaupun terjadi krisis ekonomi secara global tetapi hal tersebut tidak
berpengaruh negatif terhadap industri pariwisata Provinsi Bali (Statistik Pariwisata
Bali, 2012). Hal ini dapat dibuktikan dengan jumlah kunjungan wisatawan
nusantara dan mancanegara yang berkunjung dan berlibur ke Provinsi Bali mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.
Menurut data Dinas Pariwisata Provinsi Bali jumlah kunjungan wisatawan
pasca terjadinya Bom Bali 2005 cenderung meningkat, dimana jumlah total
kunjungan wisatawan nusantara dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 adalah
27.764.382 orang atau rata-rata 3.966.340 orang per tahun sedangkan wisatawan
mancanegara adalah 15.263.664 orang atau rata-rata 2.180.523 orang per tahun
(http: //infopariwisata.wordpres.com-bali/). Tabel 1.1 menunjukan perkembangan
jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara yang berkunjung ke
Provinsi Bali dalam kurun waktu 2006 – 2012.

Tabel 1.1

Perkembangan Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara ke Provinsi Bali


Tahun 2006-2012
No. Tahun Wisatawan +/-(%) Wisatawan +/- (%)

Nusantara (orang) Mancanegara (orang)

1. 2006 2.474.787 - 1.260.317 -


2. 2007 2.484.644 0.40 1.664.854 32.10
3. 2008 2.898.794 16.67 1.968.892 18.26
4. 2009 3.521.135 21.47 2.229.945 13.26
5. 2010 4.646.343 31.96 2.493.058 11.80
6. 2011 5.675.121 22.14 2.756.579 10.57
7. 2012 6.063.558 6.84 2.892.019 4.91
Jumlah 27.764.382 15.263.664

Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali (Statistik Pariwisata Bali, 2012)

Tabel 1.1 menunjukan trend yang positif terhadap peningkatan jumlah


kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara yang berlibur ke Provinsi Bali
pada periode tahun 2006 sampai dengan 2012. Puncak kunjungan wisatawan
terjadi pada tahun 2012 yaitu berjumlah 6.063.558 orang wisatawan nusantara
dan wisatawan mancanegara 2.892.019 orang.
Kondisi ini diharapkan akan terus meningkat dari tahun ke tahun, untuk
mendukung hal tersebut maka diperlukan pembangunan sektor pariwisata dengan
mengembangkan dan mendayagunakan sumber dan potensi kepariwisataan yang ada
agar dapat menjadi sumber kegiatan ekonomi yang makin dapat diandalkan
(Febriani, 2013).
Nilai positif pembangunan pada sektor pariwisata telah mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat, menciptakan peluang kerja, mendorong ekspor hasil
industri kerajinan (Erawan dan Febriani, 2013). Untuk saat ini industri pariwisata
tetap menjadi primadona dan sumber devisa daerah sebagai penyumbang terbesar
bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali yang telah mampu
menjadi generator penggerak (leading sector) perekonomian Provinsi Bali dalam
beberapa dasa warsa terakhir (Pitana dan Prayogi, 2011). Selain tetap mengandalkan
dan bertumpu kepada sektor industri Pariwisata, Kabupaten / Kota di Provinsi Bali
saat ini lebih fokus terhadap pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) khususnya industri kerajinan. Dimana sektor industri merupakan
penyumbang keempat terbesar setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran,
pertanian dan sektor jasa-jasa lainnya dalam peningkatan PDRB Provinsi Bali
(Sudemen dan Yuniartini, 2012). Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) memainkan peranan penting dalam perekonomian dan dianggap sebagai
tulang punggung pembangunan industri negara dewasa ini (Alias Radam dkk,
2008).
Sektor Industri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia
khususnya Provinsi Bali sudah terbukti dapat bertahan dan cenderung berkembang
dalam menghadapi krisis ekonomi global (Susilo dan Sutarta, 2012). Sektor UMKM
secara efisien menciptakan pertumbuhan industri kecil yang berdampak pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi (Alias Radam dkk, 2013). Adapun alasan
industri UMKM di Provinsi Bali khususnya industri kerajinan dapat bertahan dan
cenderung meningkat pada masa krisis yaitu karena, pertama: sebagian besar industri
UMKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan
yang rendah. Kedua: sebagian besar UMKM mempergunakan modal sendiri dan
tidak dapat mendapat modal dari Bank. Ketiga: Sektor formal banyak
memberhentikan pekerjannya, sehingga para penganggur memasuki industri informal
dengan berdagang atau melakukan usaha yang berskala kecil yang berdampak
UMKM terus meningkat (Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 2012).
Selain alasan tersebut, menurut Daniel Agyapong (2012) sektor industri
UMKM memainkan peran kunci dalam menciptakan pekerjaan terutama untuk
kaum perempuan, kontribusi terhadap penerimaan pajak, ekspor dan impor, dan
pengembangan sumber daya manusia yang menciptakan inovasi kewirausahaan.
Kontribusi sektor UMKM meningkatkan dan mempertahankan pembangunan
perekonomian Indonesia secara keseluruhan (Berry dan Rodriguez, 2001).
Potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Gianyar pada sektor pariwisata,
perdagangan dan industri pengolahan sangat tinggi dan memiliki prospek yang
baik untuk jangka panjang. Salah satu strategi untuk perpaduan pengembangan
pariwisata dan industri pengolahan dalam rangka meningkatkan peranan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan ekonomi kerakyatan adalah
pengembangan usaha perdagangan pasar tradisional khususnya pasar seni
(Dirlanudin, 2008). Sektor perdagangan industri kecil dan kerajinan dewasa ini
terkonsentrasi pada pasar seni tradisional (Federico, 2006). Pasar seni tradisional
merupakan target pemasaran dari produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak dalam bidang industri kecil dan
kerajinan tangan (Bali Post, 2013).
Hasil produksi dari industri kecil dan kerajinan di Kabupaten Gianyar
sebagian besar terserap dan ditampung di pasar seni tradisional atau pasar oleh-
oleh modern serta art shop yang terdapat di Kabupaten Gianyar. Sehingga terdapat
suatu hubungan yang saling keterkaitan antara sektor Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) khususnya industri kecil dan kerajinan dengan Pasar seni dan
artshop karena sebagian besar produk yang dijual merupakan hasil produksi dari
sektor UMKM industri kecil dan kerajinan di wilayah Kabupaten Gianyar (Bisnis
Bali, 2013). Hal ini menunjukan bahwa sektor industri kecil dan kerajinan lebih
potensial untuk dikembangkan guna menunjang sektor pariwisata, meningkatkan
ekspor industri tanpa migas dan meningkatkan pendapatan pengerajin tersebut
(Yuniartini, 2012).
Pada saat ini Kabupaten Gianyar merupakan daerah yang paling banyak
memiliki pasar seni tradisional yaitu berjumlah 7 (tujuh) Pasar Seni tradisional yang
dikelola langsung oleh Desa Adat maupun dikelola oleh Pemerintah Kabupaten
Gianyar yang dapat menampung 1.866 pedagang (Bali Post, 2013). Pada Tabel 1.2
ditunjukan jumlah pasar seni tradisional yang terdapat di Kabupaten Gianyar.

Tabel 1.2

Jumlah Pasar Seni Tradisonal Kabupaten Gianyar Tahun 2012

No. Nama Pasar Seni Alamat Pasar Seni


1. Pasar Seni Sukawati Desa Sukawati
2. Pasar Seni Guwang Desa Guwang Sukawati
3. Pasar Seni Gelulung Desa Sukawati
4. Pasar Seni Cemenggaon Desa Cemenggaon Celuk
5. Pasar Seni Goa Gajah Desa Bedulu Blahbatuh
6. Pasar Seni Gunung Kawi Desa Tampaksiring
7. Pasar Seni Tirta Empul Desa Manukaya Tampaksiring

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar 2012 (Bali Post, 2013)

Pasar Seni Sukawati mencapai masa jaya pada tahun 1993 sampai
dengan tahun 2005 dimana Pasar Seni Sukawati sangat terkenal dibandingkan dengan
pasar seni tradisional lainnya yang terdapat di Kabupaten Gianyar. Pasar Seni
Sukawati merupakan pasar seni pertama di Provinsi Bali. Pasar Seni Sukawati
berdiri sejak tahun 1985 sehingga menjadi tujuan utama wisata belanja jika
berkunjung ke Provinsi Bali (Nama Artawa, 2012). Lokasi Pasar Seni Sukawati yang
terletak pada jalur strategis yaitu jalur utama provinsi yang menghubungkan Kota
Denpasar dan Kabupaten Gianyar sehingga mudah dijangkau oleh wisatawan dan
masyarakat untuk melakukan aktivitas jual beli produk kerajinan seni (Tiasta,
2012). Pasar Seni Sukawati lebih lengkap menjual berbagai macam produk seni
dan kerajinan tangan dari seluruh Bali seperti pakaian, kain, lukisan, patung,
perhiasan emas & perak serta kerajinan seni lainnya yang bercorak Bali (Febriani,
2012).
Keadaan Pasar Seni Sukawati yang sederhana dan bersifat tradisional serta
pelayanan yang ramah membuat para wisatawan mancanegara dan domestik banyak
berdatangan karena merasa nyaman belanja di Pasar Seni Sukawati (Paramita, 2013).
Wisatawan dimanjakan dengan berbagai aneka ragam pilihan produk kerajinan yang
ditawarkan di pasar seni tradisional (Wijayanti, 2012). Wisatawan secara langsung
melakukan transaksi tawar menawar harga produk kerajinan, dimana harganya
sepertiga dari harga pertama yang ditawarkan oleh para pedagang di Pasar Seni
Sukawati (Radar Bali, 2013). Pasar Seni Sukawati merupakan salah satu
indikator destinasi kunjungan wisatawan di kabupaten Gianyar. Jika Pasar Seni
Sukawati banyak dikunjungi oleh wisatawan maka tingkat kunjungan
wisatawan yang berkunjung ke Pulau Bali dipastikan juga mengalami kenaikan. Hal
ini berdampak pada peningkatan pendapatan bagi pedagang Pasar Seni Sukawati dari
sektor pariwisata dan perputaran perekonomian dari sektor industri kecil dan
kerajinan di Kabupaten Gianyar (Febriani, 2012).
Seiring perkembangan globalisasi dan persaingan dalam perekonomian,
potensi ekonomis yang dimiliki Pasar Seni Sukawati yang merupakan primadona
wisata belanja bagi wisatawan berangsur-angsur mengalami kelesuan dan mulai
ditinggalkan oleh pelanggannya. Hal ini disebabkan pada awal tahun 2002 di
Kabupaten Gianyar sudah mulai berkembang pasar oleh-oleh modern yang
hampir sama menjual produk kerajinan seperti yang ditawarkan di Pasar Seni
Sukawati (Nama Artawa, 2012). Pasar oleh-oleh modern menawarkan metode
belanja one stop shopping, dimana wisatawan hanya belanja pada satu tempat pasar
oleh-oleh modern (Sherly, 2012).
Pasar oleh–oleh modern menawarkan berbagai macam produk
kerajinan pilihan dengan iming-iming kualitas dan harga yang sama, pelayanan yang
lebih cepat serta lokasi yang aman dan nyaman untuk wisata belanja (Firdausa dan
Arianti, 2013). Salah satu keunggulan pasar oleh-oleh modern saat ini yang tidak
dimiliki Pasar Seni Sukawati adalah dalam proses transaksi jual-beli dapat
dilaksanakan secara on line melalui internet, dan pasar oleh-oleh modern juga
menyediakan servis dan fee yang memuaskan bagi para pemandu wisata. Berbagai
keunggulan pasar oleh-oleh modern tersebut, banyak wisatawan meninggalkan Pasar
Seni Sukawati dan beralih ke pasar oleh-oleh modern sehingga menimbulkan
permasalahan yaitu menurunnya pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati dan
diduga menekan pertumbuhan pasar seni tradisional (Wirautama, 2012).
Menurut data Badan Pelayanan & Perijinan Terpadu Kabupaten
Gianyar, jumlah pasar oleh-oleh modern di Kabupaten Gianyar berjumlah 10
(sepuluh) pasar oleh-oleh modern. Pasar oleh-oleh modern ini memilih lokasi di
sepanjang jalan raya Batubulan-Celuk sampai dengan Kota Kecamatan Sukawati
karena lokasinya yang sangat strategis yaitu dekat dengan obyek pariwisata di
Kabupaten Gianyar. Pasar oleh-oleh modern merupakan salah satu tujuan
wisatawan saat berkunjung ke Bali atau Gianyar pada khususnya, baik untuk sekedar
jalan-jalan ataupun membeli cindera mata (Sherly, 2012). Tabel 1.3 menampilkan
jumlah pasar oleh-oleh modern di Kabupaten Gianyar yang terdaftar dan memiliki
ijin operasional sampai dengan tahun 2012.

Tabel 1.3

Jumlah Pasar Oleh-Oleh Modern di Kabupaten Gianyar Tahun 2012

No. Nama Perusahaan Alamat Perusahaan


1. Galuh Bali Jalan Raya Batubulan No 90
2. Cening Bagus Jalan Raya Batubulan
3. Maha Dewi Jalan Raya Batubulan
4. Cah Ayu Jalan Raya Batubulan
5. Cening Bagus II Jalan Raya Singapadu
6. Buah Tangan Bali Jalan Raya Celuk 99 x
7. Cening Ayu Jalan Raya Celuk
8. Bali Boys & Girls Jalan Raya Celuk
9. KCB Kacang Bali Jalan Raya Celuk
10. Rama Shinta Jalan Raya Celuk

Sumber : Badan Pelayanan dan Perijinan Terpadu Kabupaten Gianyar 2012

Tabel 1.3 menunjukan peningkatan jumlah dan semakin berkembangnya


pasar oleh-oleh modern di Kabupaten Gianyar. Kondisi ini sangat meresahkan
pedagang di pasar seni tradisional yang terdapat di Kabupaten Gianyar. Pedagang di
Pasar Seni Sukawati menganggap pasar oleh-oleh modern sebagai pesaing utama
yang menyebabkan menurunnya omzet penjualan yang berdampak kepada
menurunnya tingkat pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati secara drastis
(Wirautama, 2012).
Jika hal tersebut tidak ditanggapi secara serius oleh Pemerintah Provinsi Bali dan
Kabupaten/Kota dengan tidak membuat suatu regulasi atau aturan pembatasan pasar
oleh-oleh modern, maka akan menghambat dan mengancam perkembangan usaha
industri kecil dan kerajinan serta usaha informal lainnya (Isniani, 2012). Pelaku
industri kecil dan kerajinan merupakan golongan ekonomi menengah kebawah
(Firdausa, 2013). Hal ini akan berdampak tidak adanya pemerataan distribusi
penyebaran wisatawan yang membelanjakan uangnya sehingga perputaran
perekonomian hanya dikuasai oleh pemodal besar dalam hal ini pasar oleh-oleh
modern khas Bali. Mengantisipasi ekspansi dari pasar oleh-oleh modern di
Kabupaten Gianyar maka Pemerintah Kabupaten Gianyar dalam hal ini sebagai
pengelola Pasar Seni Sukawati serta para pedagang Pasar Seni Sukawati harus
memperhatikan faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan kunjungan
wisatawan ke Pasar Seni Sukawati.
Dari hasil pengamatan dan wawancara mendahului yang dilakukan dengan
pedagang, faktor internal seperti modal usaha yang digunakan sebagian besar
merupakan modal sendiri, lama usaha yang bervariasi dan jam kerja yang pendek
cenderung berpengaruh terhadap pendapatan pedagang yang diperoleh saat ini.
Sedangkan faktor eksternal yaitu perbedaan lokasi usaha yang strategis dan tidak
strategis serta fasilitas parkir yang tidak luas dan tidak nyaman merupakan faktor
penting lainnya, wisatawan menjadi enggan untuk berkunjung ke Pasar Seni
Sukawati.
Prospek sektor perdagangan informal di pasar seni tradisional akan terus
berkembang yang disertai dengan pesatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara
dan mancanegara mengindikasikan perlunya studi yang mendalam mengenai
perkembangan, prospek dan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati dan kemampuan bertahannya pasar
seni tradisional sebagai akibat berkembangnya pasar oleh- oleh modern dewasa ini.
Pada saat ini masih belum diketahui berapa pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati dan variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi pendapatan mereka.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini akan meneliti analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten
Gianyar.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan maka terdapat
beberapa rumusan masalah yang dapat diajukan sebagai berikut.
1) Apakah faktor–faktor modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi
usaha berpengaruh secara simultan terhadap tingkat pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar ?
2) Bagaimana pengaruh faktor–faktor modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir
dan lokasi usaha secara parsial terhadap tingkat pendapatan pedagang Pasar
Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar ?
3) Diantara faktor modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha.
Faktor apa yang dominan mempengaruhi pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati di Kabupaten Gianyar ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang telah disampaikan dapat
dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1) Untuk menganalisis pengaruh modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan
lokasi usaha secara simultan terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati di Kabupaten Gianyar.
2) Untuk menganalisis pengaruh modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan
lokasi usaha secara parsial terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati di Kabupaten Gianyar.
3) Untuk menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dibagi menjadi manfaat teoritis dan praktis.
1) Manfaat Teoritis
Manfaat penelitian secara teoritis digunakan sebagai bukti empiris bagi
pengembangan ilmu pengetahuan (Sugiyono, 2013). Manfaat teoritis yang
diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk membuktikan teori dan mendukung
penelitian sebelumnya tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pendapatan pedagang. Dalam penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui
faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati serta perkembangan pasar seni tradisional
khususnya Pasar Seni Sukawati.
2) Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam suatu penelitian adalah untuk memecahkan
masalah yang terjadi dengan menjelaskan, memprediksi dan mengendalikan
masalah (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini manfaat praktis yang
diperoleh yaitu sebagai referensi bagi pemerintah Kabupaten Gianyar dan
Provinsi Bali dalam membuat regulasi untuk menjaga eksistensi dan
pengembangan pasar seni tradisional sebagai salah satu daya tarik kunjungan
wisatawan. Manfaat lain yang dapat diperoleh bagi Pemerintah diharapkan
melakukan pembatasan keberadaan pasar oleh- oleh modern agar tidak
mematikan pasar seni tradisional di Provinsi Bali.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini menguraikan keterkaitan tentang hal-hal yang akan
disampaikan dalam setiap bab yang mempunyai hubungan yang erat. Adapun
penulisannya adalah sebagi berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang penyebab kecenderungan
penurunan pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati, yang dirumuskan
dalam rumusan masalah yang terjadi. Penelitian ini memiliki tujuan
untuk memecahkan masalah penelitian dan manfaat penelitian berguna secara
teoritis dan praktis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan beberapa definisi dan konsep yang akan digunakan pada
penelitian, selanjutnya akan dikaitkan dengan teori yang digunakan.
Teori dan konsep yang digunakan antara lain teori pendapatan,
konsep UMKM, konsep pedagang, konsep pasar dan teori relevan tentang
faktor eksternal dan internal pendapatan pedagang. Kemudian diuraikan
keaslian penelitian yang terdiri dari konsep dan teori yang sesuai dengan
hasil penelitian sebelumnya yang mendukung baik dari jurnal dalam negeri
dan jurnal asing.
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan kerangka berpikir tentang kecenderungan
penurunan pendapatan pedagang yang dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Kerangka konsep penelitian yang tertuang dalam gambar
menguraikan pengaruh variabel modal usaha, lama usaha, jam kerja,
parkir dan lokasi usaha berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap
tingkat pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati. Selanjutnya akan
diperoleh suatu hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati.
BAB IV METODE PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang terdiri dari
rancangan penelitian, lokasi dan ruang lingkup penelitian menguraikan alasan
pemilihan lokasi, indentifikasi variabel dependen dan independen, definisi
operasional masing-masing variabel, jenis data yaitu data kuntitatif dan
kualitatif serta sedangkan sumber data yaitu data primer dan sekunder.
Untuk menentukan jumlah sampel penelitian digunakan rumus Slovin
diperoleh sampel 89 pedagang. Metode pengumpulan data melalui observasi,
wawancara serta wawancara mendalam. Teknik analisis yang digunakan yaitu
teknik analisis regresi linear berganda menggunakan uji asumsi klasik, uji
secara serempak dan parsial untuk mengetahui variabel independen yaitu
modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha berpengaruh
positif atau negatif signifikan terhadap variabel dependen yaitu pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati.
BAB V DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini menguraikan gambaran lokasi daerah penelitian yaitu
Kabupaten Gianyar dan Pasar Seni Sukawati. Selanjutnya memberikan
deskripsi penelitian pendapatan pedagang secara kualitatif dan deskriptif.
Selanjutnya memberikan jawaban terhadap tujuan penelitian yang dilanjutkan
dengan pembahasan hasil penelitian tentang pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati. Keterbatasan penelitian yaitu jumlah responden dalam penelitian
ini mengunakan rumus Slovin dengan titik kritis 10 persen, sehingga
diperoleh jumlah sampel sebanyak 89 pedagang. Sedangkan untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat maka digunakan jumlah sampel yang
lebih besar yaitu seharusnya menggunakan titik kritis 5 persen maka
diperoleh sampel 229 respoden dari total 792 pedagang Pasar Seni
Sukawati.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini menguraikan simpulan yaitu intisari dari hasil penelitian yang
merupakan jawaban rumusan masalah dan tujuan penelitian. Saran merupakan
hal yang dianjurkan sebagai penerapan hasil penelitian baik dalam bidang
akademik maupun penggunaan praktis kepada masyarakat secara langsung.
Simpulan yang diperoleh bahwa variabel modal usaha, lama usaha dan
lokasi usaha berpengaruh positif sedangkan variabel jam kerja dan parkir
berpengaruh negatif terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati.
Saran dalam penelitian ini yaitu lama usaha berperan dominan terhadap
pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati maka diperlukan suatu pelatihan
kepada para pedagang tentang pelayanan prima, sehingga wisatawan akan
tetap menjadi puas tidak berpaling ke pasar oleh-oleh modern. Selain itu
diharapkan dapat memperbanyak relasi bisnis untuk mengembangkan
jaringan bisnis Pasar Seni Sukawati.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Konsep-konsep dan Definisi
2.1.1 Konsep-konsep tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pada saat terjadi krisis ekonomi pada tahun 1998, hanya sektor UMKM yang
bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang
oleh krisis (Berry dkk., 2006). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) hadir
sebagai solusi dari sistem perekonomian yang sehat. Sektor Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor industri yang
sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang mendunia
(Venkatesh, 2006). Dengan bukti ini, jelas bahwa UMKM dapat diperhitungkan
dalam meningkatkan persaingan pasar dan stabilisasi sistem perekonomian yang ada
saat ini (Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, 2012).
Hasil penelitian Kementerian Koperasi dan UMKM lebih jauh
menginformasikan bahwa permasalahan pokok yang dihadapi oleh UMKM adalah
rendahnya kualitas teknologi yang menyebabkan produktifitas dan kualitas produk
UMKM juga menjadi rendah. Rendahnya kualitas produk UMKM menyebabkan
mereka sulit memasarkan produknya ke pasar bebas, sehingga UMKM harus terus
terikat pada pembeli tradisional yaitu kelompok pemilik modal (Dirlanudin,
2008). Kondisi ini lebih diperburuk lagi dengan sistem pasar input produksi dan
produk UMKM yang umumnya bersifat oligopoli dan dikuasai oleh beberapa
pedagang yang membentuk kartel. Akibatnya baik dalam pengadaan bahan baku
maupun penjualan hasil produk UMKM hanya berperan sebagai penerima harga
(price taker) yang menyebabkan pendapatan UMKM tidak pernah dapat
diperbaiki (Zhao, 2008). Karena pendapatan yang rendah, UMKM tidak memiliki
kemampuan untuk memperbaiki kualitas teknologi (Struyk, 2011). Rendahnya
kualitas produk UMKM menjadi kesempatan bagi kalangan pemilik modal untuk
mengambil keuntungan dengan cara menetapkan harga pembelian secara sepihak
(Dirlanudin, 2008).
Dilihat dari sudut pandang ekonomi publik, sangat beralasan pemerintah
untuk melakukan intervensi yang bersifat “public investment” dibidang teknologi
(Struyk, 2011). Walaupun “social rate return” teknologi diketahui tinggi, sampai
saat ini pemerintah belum begitu tertarik mengadakan investasi jangka panjang
tersebut. Argumen ekonomi dibalik perlunya peranan pemerintah dalam “public
investment” ini adalah pemerintah sebagai “economic agent” lebih bersifat netral
terhadap kegagalan inovasi (Zhao, 2008). Lebih lanjut dari hasil kajian Kementerian
Koperasi dan UKM diketahui bahwa tiga bidang strategis yang dapat dilakukan
untuk mengatasi kelemahan teknologi di kalangan UMKM adalah:
1) Pembangunan infrastruktur transportasi dan unsur pendukung produksi seperti
listrik, irigasi dan air bersih agar adopsi teknologi mudah dilakukan dan lalu
lintas barang, jasa, modal dan informasi dapat diperbaiki. Membaiknya jaringan
transportasi juga dapat mendorong pertumbuhan usaha karena jaringan
transportasi mela hirkan ongkos transaksi murah (low transaction cost)
sehingga dapat memperbaiki posisi penentuan harga-harga produk UMKM.
2) Pemerintah aktif melakukan promosi industri melalui pembentukan dan
pengembangan bantuan modal tetap melalui pasar kredit, membangun sentra
industri dengan pembaharuan konsep (pada masa lalu model sentra industri telah
gagal). Saat ini nampaknya model sentra produksi ini mau dihidupkan kembali
(reborn) dengan nama pembangunan dan pengembangan “cluster” pada jenis
industri tertentu (Rodriguez and Sandee, 2001). Konsep “cluster” mengandung
arti kolektivisme industri yang dapat mensubstitusi kelemahan tiap unit
usaha. Kluster industri karena “proximity” lokasi yang berdekatan,
memudahkan pemerintah dalam membangun infrastruktur, ketersediaan
perbankan dan informasi pasar sekaligus jauh lebih mudah bagi UKM melakukan
“self learning” baik dalam inovasi murni dan meminjam (borrowed) teknologi
melalui sub kontrak atau melalui kerjasama dengan usaha lain.
3) Pemerintah mempromosikan sektor swasta untuk mengembangkan
“trading houses” yang berperan sebagai katalisator dalam adaptasi teknologi.
Trading house dalam proses kerjasama pembelian dan penjualan selalu
membawa desain dan teknologi dalam pesanan barang berkualitas yang
ditujukan ke pasar luar negeri. Trading house (sebagai intermediate
buyer/agent) biasanya mengajarkan desain barang yang dibutuhkan dan UKM
(sebagai produsen yang menjadi patnernya) dapat melakukan perbaikan
teknologi melalui proses transfer teknologi, knowledge dan knowhow.
Secara perlahan alih teknologi dapat berjalan melalui perdagangan yang
dimotori usaha perdagangan (trading houses) ini.
2.1.2 Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan menengah (UU UMKM) Pasal 1 angka (1), (2), dan (3) :
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam UU UMKM.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam UU UMKM.
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha
Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang UMKM.
Selain itu pula beberapa pengertian tentang UMKM dikemukakan oleh
beberapa lembaga, diantaranya adalah :
1) Menurut Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Menegkop dan UKM), yang dimaksud dengan usaha kecil, termasuk
usaha mikro adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000,- (Dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000,- (Satu milyar rupiah). Sementara itu, usaha menengah
merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki
kekayaan bersih antara Rp 200.000.000 (Dua ratus juta rupiah) sampai
dengan Rp 10.000.000.000,- (Sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan.
2) Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan
kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki
jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha
menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 sampai
dengan 99 orang.
3) Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau
badan usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai
penjualan/omset per tahun Rp 600.000.000 (Enam ratus juta rupiah) atau
aset/aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (Enam ratus juta rupiah) di
luar tanah dan bangunan yang ditempati, terdiri dari : (1) Badan usaha
(Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2). Perorangan (pengerajin/industri rumah
tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang
barang dan jasa).
Berdasarkan beberapa definisi UMKM diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Usaha Mikro Kecil Menengah(UMKM) merupakan usaha kecil yang dapat
mennghasilkan omzet pertahunnya setingi-tingginya Rp.200.000.000 –
Rp.600.000.000 tanpa termasuk tanah dan bangunan serta memiliki pekerja 5 sampai
dengan 19 orang. Sedangkan usaha menengah merupakan entisitas usaha yang
omzet pertahun paling banyak Rp.200.000.000 sampai dengan Rp.
10.000.000.000 diluar tanah dan bangunan dengan jumlah tenaga kerja 20-99
orang yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha.
2.1.3 Kriteria, Jenis dan Karakteristik Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Adapun kriteria UMKM diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan menengah (UU UMKM) Pasal 6 ayat (1), (2) dan (3).
Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta, tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp.300 juta. Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50 juta
sampai dengan Rp.500 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300 juta - Rp 2,5 miliar.
Sedangkan Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500 juta - Rp 10
miliar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 2, 5 miliar - Rp 50 miliar. Pada prinsipnya kriteria UMKM di
Indonesia maupun pada negara-negara asing didasarkan pada aspek-aspek sebagai
berikut :
1) jumlah tenaga kerja,
2) pendapatan dan
3) jumlah aset.
Jadi dapat dipastikan sektor UMKM memegang peranan penting ekonomi di
Indonesia (Hill Hal, 2001).
Jenis usaha UMKM di Indonesia terdiri dari: 1) pertanian dan yang terkait
dengan pertanian (agribisnis), 2) pertambangan rakyat dan penggalian, 3) industri
kecil dan kerajinan rumah tangga, 4) listrik non-PLN, 5) konstruksi, 6) perdagangan
besar, eceran, kecil, rumah makan, dan jasa komunikasi, 7) angkutan dan
komunikasi, 8) lembaga keuangan, dan 9) real estate dan persewaan. Dengan
pertumbuhan terbesar pada sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga;
perdagangan besar, eceran, RM dan jasa akomodasi; angkutan dan komunikasi;
dan real estate dan persewaan (Kementrian Koperasi dan UKM, 2012).
Secara umum, karakteristik UMKM di Indonesia kebanyakan berbentuk
industri mikro yang beroperasi pada level rumahan dengan teknologi rendah dan
tenaga kerja yang berpendapatan dan berkemampuan rendah (Tambunan, 2009).
Selain itu, industri UMKM dengan produk yang sama cenderung berkumpul di
satu daerah (clustering) karena banyak kemudahan, seperti kemudahan distribusi
barang dan pemasaran yang didapat (Hill, 2000; Enright, 2001). Sumber modal
dari UMKM berasal dari kredit dari bank, pribadi, campuran antara keduanya,
atau sumber kredit informal lain (Struyk, 2011).
Dalam perspektif perkembangannya, sektor UMKM dewasa ini dapat
diklasisifikasikan menjadi ( empat) kelompok yaitu : (Sofia Hanni, 2009)
1) Livelihood Activities, merupakan UMKM yang digunakan sebagai
kesempatan kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal
sebagai sektor informal. Contoh adalah pedagang kaki lima, pedagang di
pasar dll.
2) Micro Enterprise, merupakan UMKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi
belum memiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dinamic Enterprise, merupakan UMKM yang telah memiliki
jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupkan UMKM yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi usaha besar.
2.1.4 Peran Penting Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Secara umum UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran :
1) Sebagai pemeran utama dalam kegiatan ekonomi,
2) Penyedia lapangan kerja terbesar,
3) Pemain penting dalam pengembangan perekonomian lokal dan
pemberdayaan masyarakat,
4) Pencipta pasar baru dan inovasi, serta
5) Kontribusinya terhadap neraca pembayaran ( Departemen Koperasi dan
UKM, 2012).
Oleh karena itu pemberdayaannya harus dilakukan secara terstruktur dan
berkelanjutan, dengan arah peningkatan produktivitas dan daya saing serta
menumbuhkan wirausahawan baru yang tangguh (Radam dkk., 2013). Salah satu
keunggulan UMKM adalah sangat lincah mencari peluang untuk berinovasi untuk
menerapkan teknologi baru dibandingkan dengan perusahaan – perusahaan yang
sudah mapan (Struyk, 2011) Tidak mengherankan jika banyak perusahaan besar
bergantung kepada pemasok – pemasok kecil dan menengah (Asghar dan Nawaser,
2012). Sesungguhnya ini merupakan peluang untuk turut berkecimpung di era
globalisasi sekaligus menggerakan sektor ekonomi riil bangsa (Sofia Hanni, 2009).
2.1.5 Pengertian pasar
Definisi pasar secara sederhana yang sering didengar di masyarakat, dimana
Pasar adalah suatu tempat pertemuan penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
jual beli barang dan jasa. Menurut Sudirmansyah (2011), pasar adalah orang-orang
yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk berbelanja
serta kemauan untuk membelanjakannya. Pasar juga dapat didefinisikan tempat
untuk mendapatkan informasi tentang produk dan mencari keuntungan secara
efisien (Federico, 2006). Sedangkan menurut Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 112 Tahun 2007, pasar adalah tempat bertemunya penjual yang
mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa dan pembeli yang melakukan
uang untuk membeli barang dengan harga tertentu. Syarat-syarat terjadinya pasar
yaitu :
1) Ada tempat untuk berniaga,
2) Ada barang dan jasa untuk diperdagangkan,
3) Terdapat penjual barang tertentu,
4) Adanya pembeli barang, dan
5) Adanya hubungan dalam transaksi jual-beli.
Jenis-jenis pasar menurut jenis barangnya, yaitu beberapa pasar yang
hanya menjual satu jenis barang tertentu, misalnya :
1) Pasar Hewan
2) Pasar Sayur
3) Pasar Ikan dan Daging
4) Pasar Loak
5) Pasar Seni
Pasar seni merupakan pasar yang dapat dijadikan obyek wisata kerajinan
(Wirautama, 2012). Dimana dalam pasar seni ditawarkan segala macam produk-
produk kerajinan tangan yang dikerjakan oleh industri mikro kecil dan menengah
(Onakoya&Fasanya, 2013). Pembeli dimanjakan oleh beraneka ragam produk
kerajinan yang mempunyai nilai seni yang relatif tinggi dengan harga dan
kualitas yang terbaik (Siska Febriani, 2012). Pedagang dalam pasar seni kebanyakan
dari masyarakat dari golongan masyarakat ekonomi ke bawah. Para pedagang bebas
mengatur manajemennya dan yang jelas pedagang tradisional ini hasil jualannya
kebanyakan tidak dicatat dan langsung digunakan untuk kebutuhan sehari –
hari. Sehingga dengan demikian Pasar Seni Tradisional ini sangat menyentuh
ketahanan ekonomi masyarakat bawah sebagai penyambung hidup (Firdausa dan
Arianti, 2013).
Menurut bentuk kegiatannya, pasar dibagi menjadi 2 yaitu pasar nyata
ataupun pasar tidak nyata (abstrak).
1) Pasar nyata adalah pasar dimana barang-barang yang akan diperjualbelikan
dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar swalayan.
2) Pasar Abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar
barang barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi
hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online,
pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Pasar Modern Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112
Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Pebelanjaan dan Toko Modern. Pasar / toko modern adalah pasar jenis ini penjual dan
pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga
yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya
dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga.
Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah,
sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat
bertahan lama, seperti piring, gelas, pisau, kipas, dan lain-lain. Berbeda dengan pasar
tradisional yang identik dengan lingkungannya yang kotor, pasar modern justru
kebalikannya. Maka dari itu, masyarakat sekarang cenderung memilih pasar modern
sebagai tempat belanja guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Contoh dari pasar
modern adalah pasar swalayan, hypermarket, supermarket, dan minimarket.
Pasar Modern dimiliki oleh seseorang yang mempunyai modal besar dengan
beberapa karyawan serta memiliki sistim menajemen yang teratur (pembelian,
penjualan dan pengeluaran lainnya tercatat dengan baik) sehingga dapat diketahui
dengan mudah keuntungan bersih setiap bulannya. Juga secara bebas menentukan
nilai jual terhadap barang – barang yang ada. Keuntungan dari hasil
penjualan dinikmati oleh pengusaha itu (Lukas, 2006). Dengan kelebihan tersebut
masyarakat bersikap apatis terhada pasar tradisional dan cenderung beralih ke pasar
modern karena lebih cepat dan praktis (Ayuningsari, 2010). Dengan demikian pasar
tradisional berangsur angsur mulai ditinggalkan oleh pembeli. Jika hal ini tidak
ditanggulangi dengan membuat suatu aturan pembatasan atau moratorium
penghentian operasional pasar modern oleh Pemerintah sebagai pengambil kebijakan
maka pasar tradisional akan terpinggirkan oleh ekspansi pasar modern (Isniani,
2012).
2.1.6 Pedagang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pedagang adalah orang yang
mencari nafkah dengan berdagang. Pedagang adalah orang yang menjalankan
usaha berjualan, usaha kerajinan, atau usaha pertukangan kecil (Sudirmansyah,
2011). Pedagang dapat dikategorikan menjadi :
1) Pedagang Grosir, beroprasi dalam rantai distribusi antara produsen dan
Pedagang eceran.
2) Pedagang Eceran, disebut juga pengecer menjual produk komuditas
langsung kepada konsumen.
Menurut Hentiani (2011) dalam pasar tradisional pedagang dibedakan
menjadi dua, yaitu pedagang kios dan pedagang non kios.
1) Pedagang Kios adalah Pedagang yang menempati bangunan kios di
pasar.
2) Pedagang Non Kios adalah pedagang yang menempati tempat selain
kios, yaitu dalam los, luar los, dasaran dan palyon.
2.1.7 Teori Pendapatan
Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah usaha
perdagangan, karena dalam melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui
nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh selama melakukan usaha tersebut
(Paula, 2005). Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas
penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa, bunga serta keuntungan/profit (
Sukirno,2000).
Menurut Munandar (2006), pengertian pendapatan adalah suatu
pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi
bukan karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula
merupakan pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities.
Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar
pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemapuan perusahaan untuk
membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
perusahaan.
Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan
yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah
tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Definisi lain
dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan
dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan
demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga
dalam masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah keseluruhan
pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga dalam tiga
kelompok pendapatan, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan menengah dan
pendapatan tinggi. Pembagian di atas berkaitan dengan, status, pendidikan dan
keterampilan serta jenis pekerja seseorang namun sifatnya sangat relatif.
Sebagaimana pendapat di atas, bahwa pendapatan merupakan gambaran
terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat, oleh karenanya setiap orang
yang bergelut dalam suatu jenis pekerjaan tertentu termasuk pekerjaan di sektor
informal atau perdagangan, berupaya untuk selalu meningkatkan pendapatan dari
hasil usahanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
dan sedapat mungkin pendapatan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidup
keluarganya.
Menurut Sukirno (2002), pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu :
1) Cara Pengeluaran. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan
nilai pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa.
2) Cara Produksi. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan
nilai barang dan jasa yang dihasilkan.
3) Cara Pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh
dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima.
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang
dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor
produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang
berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar (seperti halnya juga
untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara
penawaran dan permintaan.
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan
(Suparmoko, 2000), yaitu :
1) Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan
pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu
minggu maupun satu bulan.
2) Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi
yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan
usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota
keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya
tidak diperhitungkan.
3) Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa
mencurahkan tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan pendapatan
sampingan antara lain : 1.) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang
dimiliki seperti rumah, 2.) Ternak dan barang lain, 3.) Bunga dari uang, 4.)
Sumbangan dari pihak lain, 5.) Pendapatan dari pensiun, 6.) Dan lain-lain.
Menurut Tohar (2003) pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan
yang diterima setiap orang dalam masyarakat yang sebelum dikurangi transfer
payment. Transfer Payment yaitu pendapatan yang tidak berdasarkan balas jasa
dalam proses produksi dalam tahun yang bersangkutan. Pendapatan dibedakan
menjadi :
1) Pendapatan asli yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang
langsung ikut serta dalam produksi barang.
2) Pendapatan turunan (sekunder) yaitu pendapatan dari golongan penduduk
lainnya yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang seperti dokter,
ahli hukum dan pegawai negeri.
Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dibedakan menjadi :
1) Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum
dikurangi pengeluaran dan biaya–biaya.
2) Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh sesudah
dikurangi pengeluaran dan biaya-biaya.
Sedangkan pendapatan menurut bentuknya dibedakan menjadi :
1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler
dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utamanya berupa
gaji, upah, bangunan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pendapatan
dari penjualan seperti : hasil sewa, jaminan sosial, premi asuransi.
2) Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler
dan biasanya tidak berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang.
Menurut Yudhohusodo dalam Ariyani (2006) tingkat pendapatan seseorang
dapat digolongkan dalam 4 golongan yaitu :
1) Golongan yang berpenghasilan rendah (low income group) yaitu
pendapatan rata-rata dari Rp.150.000 perbulan.
2) Golongan berpenghasilan sedang (Moderate income group) yaitu
pendapatan rata-rata Rp.150.000 – Rp.450.000 perbulan.
3) Golongan berpenghasilan menengah (midle income group) yaitu
pendapatan rata-rata yang diterima Rp.450.000 – Rp.900.000 perbulan.
4) Golongan yang berpenghasilan tinggi (high income group) yaitu rata-
rata pendapatan lebih dari Rp.900.000.
2.2 Teori-teori yang Relevan
Menurut Sugiyono (2013), teori relevansi adalah serangkaian bagian atau
variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan dan cocok yang
menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan
hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah yang terjadi
dalam suatu penelitian. Relevansi merupakan informasi terpanggil dalam suatu
pencarian sumber atau koleksi pustaka lainnya, dimana informasi yang diberikan
sesuai dengan subyek pada penelitian dan berhubungan dengan kebutuhan penelitian
(Kamus besar bahasa Indonesia).
Dalam penelitian ini akan dikemukakan teori-teori yang relevan dengan
pendapatan pedagang atau pengusaha di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Dimana dalam suatu perekonomian, pendapatan merupakan faktor
yang terpenting karena dengan adanya pendapatan maka kegiatan perekonomian
dapat berjalan dengan baik (Yusbar Yusuf dkk., 2010). Pendapatan adalah proses
kenaikan laba melalui proses arus penciptaan barang atau jasa oleh suatu perusahaan
selama kurun waktu tertentu. Umumnya pendapatan dinyatakan dalam satuan
moneter/uang (Tuanakota, 2000). Menurut Sukirno (2000), definisi lain dari
pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan
biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Sedangkan
menurut Stice (2011), pendapatan adalah arus kas masuk atau penyelesaian
kewajiban dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa atau melakukan
aktivitas lain yang merupakan aktivitas utama yang sedang berlangsung. Kesimpulan
yang diperoleh pendapatan yaitu peningkatan atau pengurangan asset karena
aktivitas bisnis perusahaan yang menyebabkan terjadinya perubahan ekuitas
perusahaan.
Menurut Kasmir (2006) untuk menentukan pendapatan pedagang atau
pengusaha dibutuhkan beberapa faktor, diantaranya yaitu minat atau bakat
pengusaha, modal usaha, waktu, laba, pengalaman, tenaga kerja, kondisi lingkungan,
perhitungan dan pendidikan. Sedangkan menurut Suparmoko (1990), teori mengenai
variabel pendapatan pedagang tidak terlepas dari faktor-faktor seperti jam/waktu
berdagang, modal yang dimiliki seorang pedagang, jumlah tanggungan dan
pengalaman berdagang/lama usaha di bidang usaha kecil yang digunakan dalam
proses kegiatan tersebut saling berkaitan dan berhubungan. Berdasarkan teori dan
penelitian terdahulu dapat diketahui dan disimpulkan variabel-variabel yang
mempengaruhi pendapatan pedagang atau pengusaha adalah modal usaha,
pengalaman usaha, jam kerja, bakat pengusaha, lokasi usaha, pendidikan, laba,
jumlah tenaga kerja dan jumlah tanggungan keluarga.
Dalam penelitian awal/ pra research yang sudah dilakukan di Pasar Seni
Sukawati, menurut Bapak Nama Artawa (Kepala Pasar Seni Sukawati) fenomena
permasalahan yang dihadapi pedagang Pasar Seni Sukawati untuk dapat bersaing
dengan pasar oleh-oleh modern adalah kurangnya modal usaha, tata letak dan lokasi
kios pedagang yang tidak sebaik pasar modern, alokasi waktu operasional yang
terbatas, pengetahuan terbatas tentang produk, pengalaman berdagang para pedagang
yang bervariasi, kurangnya teknologi yang digunakan, kurang promosi dan kualitas
produk yang rendah serta lokasi lahan parkir yang terbatas. Permasalahan ini
mengakibatkan lemahnya jaringan usaha, kemampuan penetrasi pasar dan
diversifikasi pasar sehingga wisatawan beralih ke pasar oleh-oleh modern yang
berdampak terhadap penurunan pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati di
Kabupaten Gianyar.
Melihat berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh pedagang
Pasar Seni Sukawati, maka dibutuhkan suatu strategi dengan melakukan
penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang Pasar
Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar. Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti
adalah variabel yang dominan dalam mempengaruhi pendapatan pedagang yaitu
modal usaha, lama usaha, jam kerja, lokasi usaha dan lokasi parkir. Melalui
penelitian ini permasalahan yang dihadapi pedagang Pasar Seni Sukawati dapat
diketahui dan dicarikan strategi yang terbaik dalam menghadapi persaingan yang
kompetitif dengan pasar oleh-oleh modern di Kabupaten Gianyar.
2.2.1 Faktor–faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi
pendapatan pedagang
Pada usaha perdagangan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
peningkatan produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan
yang akan diterima oleh pedagang Pasar Seni Sukawati. Adapun variabel-variabel
yang mempengaruhi tingkat pendapatan adalah : Modal usaha, Lama usaha, Jam
kerja pedagang, fasilitas parkir dan lokasi usaha.
1) Modal
Menurut Sawir (2001) modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang
dimiliki oleh perusahaan atau dapat pula dimaksudkan dana yang harus
tersedia untuk membiayai operasi perusahaan. Karena modal sangat
menunjang sekali dalam kelancaran kegiatan perusahaan, sebagai contoh
bagian produksi membutuhkan bahan baku, maka mereka harus membeli dulu
bahan tersebut atau bagian pemasaran akan melakukan kegiatan promosi guna
mengenalkan barang atau jasa yang mereka tawarkan pada konsumen atau
bagian personalia membutuhkan pegawai baru, untuk itu dilakukan kegiatan
perekrutan karyawan baru. Sedangkan Riyanto (2002) mengemukakan modal
adalah barang konkrit yang ada dalam rumah tangga perusahaan yang
terdapat di neraca debet maupun daya beli atau nilai tukar yang terdapat
diselah kredit. Menurut Sutrisno (2007) menyatakan bahwa modal kerja
adalah dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
operasional perusahaan sehari- hari, seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah buruh, membayar hutang dan pembayaran lainnya.
2) Lama Usaha
Didalam menjalankan suatu usaha, lama usaha memegang peranan penting
dalam proses melakukan usaha perdagangan (Widya Utama, 2012). Lamanya
suatu usaha dapat menimbulkan suatu pengalaman berusaha, diamana
pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam bertingkah
laku (Asmie, 2008). Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan, lama seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan
mempengaruhi produktivitasnya sehingga dapat menambah efisiensi dan
menekan biaya produksi lebih kecil daripada penjualan (Firdausa, 2013).
Semakin lama menekuni bidang usaha perdagangan akan makin
meningkatkan pengetahuan tentang selera dan perilaku konsumen serta
semakin banyak relasi bisnis dan pelanggan (Asmie dan Wicaksono,2011)
3) Jam Kerja pedagang
Analisis Jam kerja merupakan bagian dari teori ekonomi mikro, khususnya
pada teori penawaran tenaga kerja yaitu tentang kesediaan individu untuk
bekerja dengan harapan memperoleh penghasilan atau tidak bekerja
dengan konsekuensi mengorbankan penghasilan yang seharusnya didapatkan.
Kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam kerja panjang atau
pendek adalah merupakan keputusan individu (Nicholson,2011). Menurut
Ehrenberg dan Smith (1988) keputusan untuk bekerja merupakan suatu
keputusan puncak mengenai bagaimana seharusnya memanfaatkan waktu.
Cara umum lainnya bagi orang-orang untuk memanfaatkan waktunya adalah
dengan cara bekerja. Oleh karena itu dapat digolongkan pekerjaan itu
menjadi pekerjaan yang tidak mendapatkan nafkah dengan pekerjaan
mendapatkan nafkah (gaji). Jam kerja pedagang pasar seni atau jam buka kios
mempengaruhi jumlah tamu yang terlayani karena pembeli tidak pasti jam
kedatangannya (Nama Artawa, 2012).
4) Parkir
Fasilitas parkir merupakan fasilitas pelayanan umum yang merupakan faktor
sangat penting dalam sistem transportasi di daerah perkotaan (Alamsyah,
2005). Menurut keputusan Menteri Perhubungan No: 66 tahun 1993, parkir
adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara.
Terciptanya lokasi parkir yang aman dan nyaman diharapkan akan dapat
meningkatkan perekonomian di pasar-pasar seni tradisional.
5) Lokasi usaha
Merencanakan suatu usaha perlu memilih letak lokasi usaha yang strategis
untuk mudah dijangkau konsumen (Vera Laksmi Dewi, 2012). Menurut
Alcacer (2004) dengan lokasi yang berdekatan dengan pesaing usaha,
perusahaan dapat melakukan strategi kompetisi total baik dalam
kepemimpinan harga atau jasa lain yang diberikan. Seorang pengusaha harus
mengenali jumlah dan ukuran usaha lain serta situasi persaingan yang
ada di daerah tersebut, lokasi dapat mudah dijangkau dan mudah
dikenali.
2.3 Keaslian Penelitian
Hasil penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan perbandingan dan
referensi dalam suatu penulisan. Adapun studi empirik terdahulu yang mendukung
terhadap penelitian yang akan dilakukan disajikan sebagai berikut: Penelitian
yang dilakukan Vera Laksmi Dewi (2012), dengan judul tesis “ Faktor-faktor
yang mempengaruhi Pendapatan Pedagang Canang di Kabupaten Badung”
menunjukan bahwa variabel independen yaitu jumlah modal mempunyai
pengaruh signifikan positif serta jumlah jam kerja mempunyai pengaruh
signifikan dan positif terhadap besarnya pendapatan pedagang pasar tradisional.
Dimana variabel independen pengalaman dan tenaga kerja tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang
digunakan modal kerja, jam kerja dan pendapatan. Selain itu responden yang
digunakan adalah para pedagang canang di Kabupaten Badung.
Penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan untuk mengetahui
pengaruh faktor bantuan modal kerja terhadap pendapatan pedagang sudah banyak
sekali. Penelitian dari Firdausa (2013) menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga)
variabel independen (modal, lama berusaha, dan jam kerja) mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro
Demak. Dari ketiga variabel tersebut pengaruh ketiga variabel tersebut cukup
besar yang ditujukan oleh koefisien determinasi yang sebesar 70,9 persen sedangkan
sisanya 29,1 persen dipengaruhi oleh variabel diluar persamaan yangdigunakan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada
penggunaan variabel independennya yaitu modal usaha, lama usaha, jam kerja
dan variabel dependennya yaitu pendapatan pedagang.
Penelitian Fata (2010) menunjukkan bahwa variabel modal dagang, jam
berdagang, dan pengalaman berdagang berdasarkan hasil uji secara simultan
menujukkan pengaruh positif, sedangkan secara parsial variabel modal dagang
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang. Variabel jam
berdagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang.
Variabel pengalaman berdagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan pedagang. Persamaan dengan penelitian ini adalah kesamaan penggunaan
variable yaitu modal, jam berdagang dan pendapatan. Selain itu responden yang
digunakan adalah para pedagang. Tehnik analisis yang digunakan adalah regresi
linear berganda dengan menggunakan Uji t dan uji F. Perbedaan terletak pada obyek
dan tahun penelitian.
Penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan untuk mengetahui
pengaruh faktor lama berusaha terhadap pendapatan pengusaha adalah Widya
Utama (2012), penelitian ini dilaksanakan di Desa Celuk Kecamatan Sukawati
Kabupaten Gianyar yaitu Penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Pengusaha Perak Di Desa Celuk Sukawati Gianyar. Analisis data
dilakukan secara kuantitatif untuk menganalisis faktor-faktor modal, jumlah
tenaga kerja, lama berusaha dan pendidikan terhadap tingkat pendapatan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua variabel dapat berpengaruh signifikan
terhadapat pendapatan pengusaha dan faktor yang paling dominan adalah
faktormodal. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
terletak pada penggunaan variabel modal dan lama berusaha serta pendapatan
menggunakan teknik analisis linear berganda. Perbedaan terletak pada responden
yang dipakai adalah pengusaha, obyek penelitian serta tahun penelitian.
Tri Hentiani L (2012), Penelitian ini tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi Pendapatan Pedagang Informal di Pajak Sentral Medan. Teknik yang
digunakan adalah regresi linear berganda dengan jumlah pendapatan sebagai variabel
dependen dan variabel modal usaha, lama usaha dan jumlah tanggungan keluarga.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa seluruh variabel mempunyai pengaruh
positif terhadap pendapatan pedagang, tetapi variabel yang berpengaruh signifikan
hanya modal usaha dan jumlah tanggungan keluarga sedangkan jam lama usaha tidah
berpengaruh signifikan.
Penelitian tesis ini berjudul : “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Pasar Seni Sukawati Di Kabupaten Gianyar”, memiliki
persamaan dengan penelitian terdahulu terkait dengan modal usaha, jam kerja dan
lama usaha. Namun demikian penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian
sebelumnya terkait dengan variabel lokasi usaha, lama usaha dan fasilitas parkir yang
aman dan nyaman apakah berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati.
III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Pesatnya pembangunan Pasar oleh-oleh modern dirasakan oleh banyak
pihak berdampak terhadap keberadaan Pasar Tradisional. Di satu sisi, pasar oleh-
oleh modern dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap
(Hentiani, 2011). Disisi lain Pasar Tradisional masih berkutat dengan
permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional dan
ketidaknyamanan berbelanja (Isniani, 2012). Pasar modern dan tradisional
bersaing dalam pasar yang sama, yaitu Pasar ritel atau perdagangan secara ritel
(usaha atau bisnis yang menambahkan nilai kepada produk dan jasa yang dijual
kepada konsumen untuk kebutuhan sendiri atau keluarga). Hampir semua produk
yang dijual di Pasar tradisional seluruhnya dapat ditemui di pasar modern (Firdausa,
2013).
Akibat dari hal tersebut maka secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati sebagai
dampak berkembangnya pasar oleh-oleh modern di wilayah Kabupaten Gianyar.
Pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati dipengaruhi oleh faktor-faktor ekternal
dan internal dilapangan sehingga diperlukan suatu kajian yang matang untuk
mencari penyebab penurunan pendapatan sehingga untuk kedepannya dapat
diantisipasi dalam rangka mendapatkan hasil yang terbaik. Berkaitan dengan hal
tersebut kerangka berpikir dalam penelitian dapat disajikan pada Tabel 3.1.
Menurut Sugiyono (2013),kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Permasalahan pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati pada umumnya


dipengaruhi oleh faktor internal dari pedagang itu sendiri dan faktor eksternal dari
lingkungan Pasar Seni Sukawati. Faktor internal yaitu Modal usaha, Lama Usaha
dan jam kerja pedagang. Sedangkan dari faktor eksternal yaitu pengaruh dari
lingkungan sekitar dari Pasar Seni Sukawati yaitu Lokasi usaha yang strategis dan
fasiltas parkir. Jika faktor faktor tersebut dicermati secara baik baik maka Pasar Seni
Sukawati dapat terus bertahan dan berkembang walaupun dengan adanya pasar oleh-
oleh modern yang terus melakukan ekspansi.
3.2 Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati. Teori mengenai variabel
pendapatan tidak terlepas dari faktor-faktornya seperti jam/waktu berdagang, modal
yang dimiliki seorang pedagang dan pengalaman berdagang/lama usaha di bidang
usaha kecil yang digunakan dalam proses kegiatan tersebut saling berkaitan
(Suparmoko, 1990).
Hal ini selaras dengan sifat-sifat fungsi produksi, bahwa semakin banyak
input yang digunakan semakin banyak output yang dihasilkan. Berdasarkan
faktor-faktor seperti lokasi, modal, lama usaha, jam kerja pedagang dan lokasi parkir
sebagai variabel bebas memiliki pengaruh terhadap tingkat pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati. Kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian seperti
pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

Pendapatan merupakan hal yang sangat penting bagi para pedagang, oleh
karena itu tingkat keramaian pasar yang berarti permintaan cukup tinggi akan sangat
berpengaruh terhadap pendapatan. Hal ini sebagai akibat sirkulasi modal pedagang
yang relatif kecil cukup cepat, sehingga modal menjadi sangat produktif.
Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah
merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran (Samuelson dan Nordhaus,
2002). Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk
memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakanuntuk
memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha
perdagangannya.
Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan
dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan.
Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi
keluarga dalam masyarakat. Pendapatan seseorang tergantung dari pekerjaan dan jam
kerja yang dicurahkan. Tingkat pendapatan per jam yang diterima
dipengaruhi oleh pendidikan, keterampilan, dan sumber non tenaga kerja yang
dikuasai seperti tanah, modal dan teknologi.
Faktor modal usaha masuk dalam penelitian ini karena secara teoritis
modal kerja mempengaruhi peningkatan jumlah barang atau produk yang
diperdagangkan sehingga akan meningkatkan pendapatan. Pendapatan diterima
oleh masing-masing individu atau kelompok masyarakat sangat tergantung dari
kepemilikan faktor produksi. Semakin besar modal atau faktor produksi yang
dimiliki maka probabilitas pendapatan yang diterima pedagang akan semakin tinggi.
Penelitian berkaitan dengan modal usaha diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
oleh Fata (2010), Firdausa (2013) dan Widya Utama (2012).
Didalam menjalankan suatu usaha, lama usaha memegang peranan penting
dalam proses melakukan usaha perdagangan. Lamanya suatu usaha dapat
menimbulkan suatu pengalaman berusaha, diamana pengalaman dapat mempengaruhi
pengamatan seseorang dalam bertingkah laku (Asmie, 2008).
Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lama
seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan
mempengaruhiproduktivitasnya sehingga dapat menambah efisiensi dan menekan
biaya produksi lebih kecil daripada penjualan. Semakin lama menekuni
bidang usaha perdagangan akan makin meningkatkan pengetahuan tentang selera
dan perilaku konsumen serta semakin banyak relasi bisnis dan pelanggan (Asmie,
2008). Penelitian ini diperkuat oleh Hentiani (2011) dan Utama (2012).
Faktor jam kerja pedagang secara teoritis mempengaruhi pendapatan usaha
dimana semakin tinggi waktu yang digunakan dalam bekerja/buka kios maka
probabilitas pendapatan yang diterima pedagang sektor informal akan semakin
tinggi. Penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Fata
(2010), Firdausa (2013) dan Vera (2012) berkaitan dengan curahan jam kerja
yaitu waktu yang dijadwalkan untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau
waktu yang dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja bagi seseorang
sangat menentukan efisiensi dan produktivitas kerja. Semakin tinggi curahan jam
kerja atau alokasi waktu maka probabilitas pendapatan yang diterima pedagang akan
semakin tinggi.
Faktor yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan adalah fasilitas
parkir, dimana dewasa ini fasilitas parkir merupakan salah satu faktor yang
penting untuk menunjang perekonomian. Kesuksesan dan kemajuan suatu
masyarakat dapat dilihat dari sistem penataan dan kondisi prasarana umum
dimana masyarakat menjalankan perekonomian dan aktivitas bisnisnya. Fasilitas
parkir merupakan fasilitas pelayanan umum yang merupakan faktor sangat
penting dalam sistem transportasi di daerah perkotaan (Alamsyah, 2005). Pasar Seni
Sukawati saat ini terkendala masalah lahan parkir untuk itu diperlukan suatu kajian
yang ilmiah untuk menciptakan suasana parkir yang nyaman dan aman bagi
wisatawan yang berkunjung ke Pasar Seni Sukawati. Jika parkir tersedia maka
akan berdampak peningkatan kunjungan wisatawan sehingga diharapkan dapat
meningkatkan penghasilan para pedagang Pasar Seni Sukawati.
Lokasi usaha mempengaruhi pendapatan usaha. Berdasarkan teori dan
penelitian sebelumnya menyatakan bahwa dengan lokasi atau letak yang
strategis dari jangkauan konsumen meliputi transportasi, lokasi penjualan, dan
jarak antara lokasi toko dengan rumah dapat mempengaruhi pendapatan
pedagang. Penentuan lokasi juga sangat mempengaruhi pendapatan. Semakin
strategis lokasi berdagang yang ditempatinya maka probabilitas pendapatan yang
diterima pedagang akan semakin tinggi pula. Penelitian ini diperkuat oleh Natelda
(2010).
3.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan kajian pustaka diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Atau hipotesis adalah jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data (Sugiyono,2013).
Hipotesis dalam penelitian ini yang akan diuji sebagai berikut :
1.) Bahwa faktor-faktor yaitu modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan
lokasi usaha secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar.
2.) Bahwa faktor-faktor yaitu modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan
lokasi usaha secara parsial berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati Kabupaten Gianyar.
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan
proses dan hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efesien dan efektif
(Jogiyanto, 2007). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian
kuantitatif dengan bentuk eksplanasi asosiatif. Penelitian kuantitatif asosiatif
menekankan pada beberapa variabel yang bertujuan menguji teori dan menegakan
fakta-fakta untuk memperoleh hipotesis atas suatu penelitian (Sugiyono, 2013).
Dalam penelitian ini untuk mengetahui dan melihat hubungan variabel independen
yaitu modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha terhadap variabel
dependen yaitu variabel pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati. Hipotesis dalam
penelitian ini akan dianalisis menggunakan regresi linear berganda untuk menguji
pengaruh modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha terhadap
pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati.
4.2. Lokasi dan Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang variabel dan kondisi
lingkungan terkait variabel yang diteliti, maka penelitian ini berlokasi di Pasar Seni
Sukawati Desa Sukawati Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Ruang lingkup
dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer yang
dianalisis yaitu data yang diperoleh langsung dari pedagang Pasar Seni Sukawati
melalui proses wawancara dan wawancara secara mendalam. Data sekunder yang
dianalisis adalah data statistik pariwisata Provinsi Bali 2012, Data Badan Pusat
Statistik Kabupaten Gianyar (Gianyar dalam angka, 2012), Data Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, Data Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar,
Data Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Gianyar. Dipilihnya
lokasi ini sebagai lokasi penelitian karena :
1) Pasar Seni Sukawati merupakan pusat perdagangan seni di Kabupaten Gianyar
memiliki permasalahan internal modal, jam kerja dan permasalahan eksternal
yaitu parkir disamping itu saat ini sudah tersaingi dengan keberadaan pasar
oleh-oleh modern maka perlu dilakukan penelitian terhadap kecenderungan
penurunan tingkat pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati.
2) Pasar Seni Sukawati merupakan pusat kegiatan wisata belanja yang dapat
dijadikan sebagai parameter tingkat kunjungan wisatawan di Kabupaten
Gianyar, maka diperlukan suatu penelitian untuk menciptakan kenyamanan
bagi pengunjung pasar Seni Sukawati.
3) Pasar Seni Sukawati merupakan wujud perencanaan pembangunan yang
berpihak kepada industri kerakyatan dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) sesuai dengan strategi dan kebijakan Pemerintah Kabupaten Gianyar
dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
4) Keterbatasan dana, waktu dan tenaga termasuk menjadi salah satu
pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian ini.
4.3. Identifikasi Variabel Penelitian
Indentifikasi variabel adalah proses untuk mengetahui secara mendalam
terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian (Usman, 2003).
Berdasarkan hipotesis dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka dapat
diidentifikasi beberapa variabel sebagai berikut :
1) Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Usman, 2003). Variabel
dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah Pendapatan.
2) Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat) (Sugiyono, 2013).
Variabel bebas terdiri dari :
1) Modal Usaha
2) Lama Usaha
3) Jam Kerja
4) Parkir
5) Lokasi Usaha
4.4. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah pengukuran dimensi variabel penelitian
secara teoritis dan sistematis (Sugiyono, 2013). Maka dibuat definisi operasional
variabel, sehingga jelas dimensi yang diukur dari masing-masing variabel adalah
sebagi serikut :
1) Pendapatan Pedagang adalah
Hasil atau pendapatan yang diterima para pedagang dari kegiatan mencari
nafkah dari pekerjaan pokok dan sampingan dengan satuan rupiah. Dimana periode
pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati diukur selama periode 1 (satu) bulan.
2) Modal Usaha
Dana yang diperlukan oleh perusahaan atau pedagang untuk memenuhi
kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah buruh, membayar hutang dan pembayaran lainnya. Satuan modal
usaha yang digunakan adalah rupiah dan periode modal usaha yaitu 1 (satu) bulan.
3) Lama Usaha
Lama waktu yang sudah dijalani oleh pedagang dalam menjalankan usahanya.
Semakin lama pedagang menjalani usahanyam maka semakin banyak pengalaman
yang didapatkannya. Satuan variabel yang digunakan lama usaha adalah bulan.
4) Jam Kerja
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan atau
kegiatan dalam satu hari. Semakin lama jam kerja atau operasional maka akan
semakin tinggi kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang tinggi. Satuan
variabel jam kerja pedagang adalah satuan jam per hari.
5) Parkir
Fasilitas parkir merupakan fasilitas pelayanan umum yang merupakan faktor
sangat penting dalam sistem transportasi di daerah perkotaan. Fasilitas parkir yang
diharapkan di Pasar Seni Sukawati yaitu Lahan parkir yang luas, kenyamanan
parkir, dan keamanan parkir serta pelayanan yang ramah merupakan faktor yang
penting untuk mengetahui positif atau negatif pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati. Penelitian variabel parkir merupakan persepsi dari responden
6) Lokasi Usaha
Tempat usaha untuk melakukan usaha atau kegiatan yang bersifat strategis,
mudah dijangkau dan dikenali. Dalam penelitian ini lokasi usaha juga merupakan
variabel dummy dengan notasi Di. Notasi Di= 0 adalah lokasi usaha yang tidak
strategis yaitu lokasi berdagang yang tertutup dan tidak mudah dijangkau oleh
pembeli misalnya pojok belakang. Notasi Di = 1 adalah lokasi usaha yang strategis
yaitu lokasi berdagang yang mudah dijangkau pembeli, sering dikunjungi dan
mudah ditemukan pembeli misalnya di pinggir jalan, letaknya di sekitar pintu masuk
dan pintu keluar.
4.5. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini yaitu :
1) Data kuantitatif adalah data yang memenuhi kaidah ilmiah yaitu konkrit,
obyektif, rasional, terukur, dan sistematis yang berbentuk angka–angka atau
satuan hitung menggunakan statistik ( Sugiyono, 2013). Data dalam penelitian
ini menyangkut antara lain: jumlah pedagang, jumlah pendapatan setiap hari,
jumlah uang beredar rata-rata di Pasar Seni Sukawati.
2) Data kualitatif adalah data yang berupa keterangan atau uraian-uraian atas
pertanyaan yang diberikan kepada responden yang dipergunakan untuk
memberikan penjelasan tentang karakteristik dan data lainnya yang sifatnya
mendukung penelitian ini (Usman, 2003). Dalam penelitian ini menggunakan
wawancara terstruktur dan mendalam yang diberikan kepada para pedagang
Pasar Seni Sukawati dan pelaku pasar seperti pengelola pasar dan tukang
parkir Pasar Seni Sukawati.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu :
1) Data Primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data (Sugiyono, 2013). Sumber data dalam penelitian ini adalah
responden yaitu pedagang Pasar Seni Sukawati yang dipilih secara acak. Data
primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data terkait tentang
variabel modal usaha dalam satuan rupiah, lama usaha dalam satuan bulan,
jam kerja pedagang dalam satuan jam per hari. Data terkait dengan fasilitas
parkir dan lokasi usaha menggunakan persepsi responden serta pendapatan
Pedagang Pasar Seni Sukawati dengan satuan rupiah. Instrumen penelitian
yaitu dengan menggunakan angket daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
2) Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya melalui dokumen (Usman, 2003). Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui data yang
diperlukan dan bersumber dari BPS yaitu data Gianyar dalam angka 2012 dan
data distribusi PDRB Kabupaten Gianyar. Data Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Gianyar yaitu Jumlah industri kecil dan kerajinan
Kabupaten Gianyar Tahun 2012 serta jumlah pasar seni tradisional. Data
Badan pelayanan dan perijinan Terpadu Kabupaten Gianyar yaitu jumlah pasar
oleh-oleh modern di Kabupaten Gianyar. Data dari Dinas Pariwisata provinsi
Bali yaitu Perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Bali 2012.
4.6. Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel
Menurut Sugiyono (2013) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi bukan
hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi bukan
sekedar jumlah yang dipejari, tetapi meliputi karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh
subyek atau obyek itu. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Jogiyanto, 2007). Didalam penelitian ini populasi
adalah seluruh pedagang Pasar Seni Sukawati yang mempunyai tempat berjualan/kios
berjumlah sebanyak 792 pedagang. Berikut ini disajikan jumlah pedagang Pasar Seni
Sukawati, sebagai populasi sekaligus sebagai sampel yang ditunjukan dalam Tabel 3.1
Tabel 3.1
Jumlah Pedagang Pasar Seni Sukawati Kabupaten Gianyar 2012
No. Lokasi Pedagang Jumlah Pedagang
1. Blok A Lantai 1 dan 2 167
2. Blok B Lantai 1 208
3. Blok B Lantai 2 198
4. Blok C Lantai 1 dan 2 197
5. Luar gedung 22
____________________________________________________________
Jumlah 792
___________________________________________________________
Sumber : Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar 2012.
Teknik sampling adalah cara pengambilan sampel (Sugiyono, 2013). Dalam
penelitian ini, teknik pengambilan sampel responden menggunakan Nonprobability
sampling Kuota yaitu teknik untuk menentukan pengambilan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Ciri-ciri
tertentu pengambilan sampel dalam penelitian ini dikaitkan dengan lokasi usaha yaitu
lokasi strategis dan tidak strategis. Besarnya jumlah sampel yang diambil memakai
rumus Slovin dengan titik kritis 10 persen. Dengan menggunakan rumus tersebut,
maka jumlah respoden yang diperoleh 89 responden yang murni diambil dari
pedagang Pasar Seni Sukawati.
Besarnya sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus Slovin
(Sugiyono, 2013), yaitu :
𝑁
𝑛=
𝑁. 𝑑 2 + 1
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = galat pendugaan
4.7. Metode Pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah cara kerja yang akan ditempuh untuk
mendalami dan memahami objek yang akan diteliti (Sugiyono, 2013). Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1) Observasi adalah pengumpulan data observasi dilakukan ke instansi-instansi
terkait (BPS, Bappeda, BPPT, Disperindag, Dinas Pendapatan Kabupaten
Gianyar dan Dinas Pariwisata Provinsi Bali) untuk pengumpulan data
berkaitan dengan penelitian ini seperti data jumlah pedagang yang dikelola
Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar, jumlah pasar oleh-oleh modern di
Kabupaten Gianyar, Jumlah pasar seni tradisional di Kabupaten Gianyar.
2) Wawancara adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti serta untuk
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono,2013).
3) Wawancara secara mendalam adalah pengumpulan data yang dilakukan
dengan bertatap muka (face to face) antara pencacah dengan informan yang
dapat dipercaya (Usman, 2007). Dengan melakukan pendekatan-pendekatan
kepada informan sehingga informan mau memberi tahu jawaban dengan jujur
dan benar sesuai dengan kenyataannya.
4.8. Teknik Analisis Data
4.8.1. Analisis Deskriptif
4.8.2. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk mengukur besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel
tergantung dan memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan
variabel bebas. Gujarati (2009) mendefinisikan analisis regresi sebagai kajian
terhadap hubungan satu variabel yang disebut sebagai variabel yang
diterangkan (the explained variabel) dengan satu atau dua variabel yang
menerangkan (the explanatory). Variabel pertama disebut juga sebagai
variabel tergantung dan variabel kedua disebut juga sebagai variabel bebas.
Jika variabel bebas lebih dari satu, maka analisis regresi disebut regresi linear
berganda. Disebut berganda karena pengaruh beberapa variabel bebas akan
dikenakan kepada variabel tergantung. Proses analisisnya dilakukan dengan
program SPSS, menurut Ghozali (2012) formulasinya adalah :
Y =β1 X1i +β2X2i + β3X3i +β4X4i +β5Di + µt..........................(4.1)
Keterangan :
Y = Pendapatan pedagang dalam satuan rupiah
X1 = Modal Usaha dalam satuan rupiah
X2 = Lama Usaha dalam satuan bulan
X3 = Jam Kerja Pedagang dalam satuan jam per hari
X4 = Parkir (persepsi)
Di = Lokasi Usaha (variabel dummy)
Di = 0 ; lokasi usaha yang tidak strategis
Di = 1 ; lokasi usaha yang strategis
µt = Tingkat gangguan (disturbance)
4.8.3. Uji Asumsi Klasik
Tujuan dilakukannya pengujian asumsi klasik yaitu untuk mengetahui
apakah model regresi yang diperoleh mengalami penyimpangan asumsi klasik
atau tidak. Apabila model regresi yang diperoleh mengalami penyimpangan
terhadap salah satu asumsi klasik yang diujikan, maka persamaan regresi yang
diperoleh tersebut tidak efisien untuk menggeneralisasikan hasil penelitian
yang berupa sampel ke populasi karena akan terjadi bias yang artinya hasil
penelitian bukan semata pengaruh dari variabel-variabel yang diteliti tetapi ada
faktor pengganggu lainnya yang ikut mempengaruhinya. Adapun uji asumsi
yang digunakan adalah uji normalitas, multikolinearitas dan
heteroskedastisitas. Apabila model yang digunakan terjadi normalitas,
multikolinearitas dan heteroskedastisitas maka regresi penaksir tidak efisien,
peramalan berdasarkan regresi tersebut akan bias dan uji baku yang umum
untuk koefisien regresi menjadi valid (Gujarati, 2009).
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Kalau
asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil (Ghozali, 2012). Pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui residual dalam
model regresi menyebar normal atau tidak. Kriteria pengujian normalitas
menggunakan probabilitas, yaitu:
(a) Jika probabilitas > 0,05 maka residual berdistribusi normal.
(b) Jika probabilitas < 0,05 maka residual berdistribusi tidak normal.
2) Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2012) menyatakan bahwa multikolinieritas
mempunyai pengertian bahwa ada hubungan linear yang “sempurna” atau
pasti diantara beberapa atau semua variabel independen (variabel yang
menjelaskan) dari model regresi. Konsekuensi adanya multikolinearitas
adalah koefisien regresi variable tidak tentu dan kesalahan menjadi tidak
terhingga. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama
dengan nol. Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel bebas. Apabila Tolerance value lebih tinggi dari
0,10 atau Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil daripada 10 maka
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas
3) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas jika tampilan koefisien parameter
setiap variabel bebas tidak ada yang signifikan secara statistik. Uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji glejer yang
meregres absolute residual terhadap variabel bebas yang berpengaruh tidak
signifikan terhadap variabel terikat absolut Ut maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Menurut Gujarati (2009) bahwa masalah
heteroskedastisitas nampaknya menjadi lebih biasa dalam data cross
section dibandingkan dengan data time series.
4.8.4. Uji Signifikansi Koefisiensi Regresi
1) Uji F (pengujian secara serempak terhadap Y1)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas
terhadap variabel terikat secara bersama-sama atau serempak. Uji F ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑅 2 / ( 𝑘 − 1)
𝐹=
(1 − 𝑅 2 )/ (𝑛 − 𝑘)
Keterangan :
F = Fisher n = jumlah observasi
R2 = koefisien determinasi k = banyaknya variabel dalam regresi
(a) Rumusan hipotesis
Ho : β1= β2= β3= β4 =β5 = 0 berarti, variabel modal usaha, lama usaha,
jam kerja, parkir dan lokasi usaha secara serempak tidak berpengaruh
terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten
Gianyar.
Hi : minimal salah satu βi ≠ 0 berarti modal usaha, lama usaha, jam kerja,
fasilitas parkir dan lokasi usaha secara serempak berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar
(i=1,2,3,4,5).
(b) Tingkat signifikan (α) = 5 % dengan derajat bebas (k-1)(n-k).
(c) Kriteria pengujian yaitu Ho diterima bila F-hitung ≤ F-tabel.
Ho ditolak bila F-hitung > F-tabel
(d) Penarikan Kesimpulan
Bila F hitung ≤ F tabel (berada pada daerah penerimaan Ho) maka Ho
diterima dan Hi ditolak berarti variabel bebas yaitu modal usaha, lama
usaha, jam kerja, fasilitas parkir dan lokasi usaha secara serempak tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat yaitu pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati. Jika F hitung > F tabel (berada pada
daerah penolakan H0) maka H0 ditolak dengan Hi diterima berarti
variabel modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha
secara serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati.
2) Uji t (pengujian signifikansi koefisien regresi secara parsial)
Analisis koefisien regresi parsial digunakan untuk melakukan
pengujian secara parsial variabel bebas variabel modal usaha, lama usaha,
jam kerja, parkir dan lokasi usaha dan variabel terikat pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati masing-masing dengan menggunakan uji t,
yang dirumuskan sebagai berikut :

1
t 
Sei 
................................................................................................................ (4.2)
Keterangan:
t = Besarnya nilai t-hitung Se (βi ) = standar error dari
β = koefisien regresi βi i = 1,2,3,4,5
(a) Rumusan Hipotesis
Ho : βi ≤ 0 : artinya variabel modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir
dan lokasi usaha secara parsial tidak berpengaruh terhadap pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar (i = 1,2,3,4,5). Hi :
βi > 0 : artinya modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi
usaha secara parsial berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar (i=1,2,3,4,5).
(b) Tingkat signifikan (α) = 5 % dengan derajat bebas (n-k) untuk
menentukan besarnya t-tabel. Uji yang digunakan adalah uji satu sisi
sehingga α : 2 = 2 %.
(c) Kriteria pengujian :
Ho diterima bila thit ≤ tx, n-k. Ho ditolak bila thit > tx, n-k.
(d) Penarikan Kesimpulan
Jika Ho diterima bila thit ≤ tx, n-k (berada pada daerah penerimaan H0
maka H0 diterima dan Hi ditolak berarti variabel bebas secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel terikat. Jika Ho ditolak bila thit > tx, n-k
(berada pada daerah penolakan H0) maka H0 ditolak dan Hi diterima
berarti variabel modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi
usaha secara parsial berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar.
V. DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Gianyar
Kabupaten Gianyar memiliki luas wilayah 368 km2 atau sekitar 6,5 persen
dari luas wilayah Provinsi Bali, terdiri dari 7 kecamatan. Bila dilihat luas wilayah per
kecamatan, dimana luas Kecamatan Payangan memiliki luas terbesar

mencapai 75,88 km2 atau 20,2 persen dari luas kabupaten, diikuti oleh Kecamatan

Tegallalang 61,80 km2 (16,7 persen), Kecamatan Sukawati 55,02 km2 (14,95

persen), Kecamatan Gianyar 50,59 km2 (13,75 persen), Kecamatan Tampaksiring

42,63 km2 (11,58 persen), dan Kecamatan Ubud 42,38 km2 (11,52 persen),

sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Blahbatuh 39,70 km2 (10,79
persen).

Daerah di Kabupaten Gianyar juga mengacu pada pembagian zona


pengembangan wilayah Kabupaten Gianyar. Dimana dalam pembagian zona ini
Kabupaten Gianyar dibagi menjadi 5 zona pengembangan, yaitu:
Zona pengembangan wilayah Gianyar selatan yaitu Kecamatan Sukawati
dikembangkan menjadi zona pusat perdagangan seni, kegiatan wisata belanja dan
industri kerajinan rumah tangga. Hal ini dikarenakan di Kecamatan Sukawati
merupakan sentra industri kerajinan rumah tangga serta banyak terdapat pasar seni
tradisional dan pasar oleh-oleh modern serta artshop yang menawarkan berbagai
macam produk kerajinan seni sehingga menjadi destinasi kunjungan wisatawan untuk
kegiatan wisata belanja produk kerajinan seni. Salah satu pasar seni tradisional yang
sudah terkenal dan menjadi primadona wisata belanja bagi wisatawan yaitu Pasar
Seni Sukawati yang terletak di Desa Sukawati Kecamatan Sukawati Kabupaten
Gianyar.
5.1.2 Latar Belakang Berdirinya Pasar Seni Sukawati
Awal berdirinya Pasar Seni Sukawati berawal dari para pengerajin yang
setiap hari berjualan menjajagan barang kerajinan secara langsung kepada tamu
(mereka menamakan diri sebagai pedagang acung) dimana mereka berjualan di Desa
Bualu Nusa Dua Badung. Mengingat seringnya dilakukan penertiban oleh aparat
(Satpol PP) dengan alasan mengganggu ketertiban dan kenyamanan tamu yang
datang, maka para pedagang acung tersebut mempunyai inisiatif untuk menghadap
ke aparat Desa Sukawati karena pedagang acung tersebut kebanyakan dari wilayah
Sukawati disamping ada dari wilayah lain seperti : Kecamatan Tampak Siring,
Kecamatan Ubud dan Kecamatan Blahbatuh.
Pada tahun 1982 setelah mereka menyamakan tekad, mereka menunjuk
perwakilan untuk menghadap ke pihak Desa Sukawati agar pihak desa dapat
membantu mencarikan lokasi dan menyampaikan aspirasi ini ke pihak yang lebih
tinggi (pihak Kecamatan maupun ke Kabupaten). Setelah aspirasi ini diterima oleh
pihak desa maka aspirasi itu disampaikan kepada pihak Kecamatan dan lanjut ke
pihak Pemerintah Kabupaten Gianyar. Ternyata aspirasi tersebut mendapatkan
tanggapan yang positif dari pihak Pemerintah Kabupaten Gianyar, sehingga
dengan segera dapat diwujudkan tempat untuk berjualan bagi para pengerajin.
Pada pertengahan tahun 1984 para pengerajin ini dipinjamkan tempat di Br. Tebuana
dan Br. Dlodtangluk Desa Sukawati untuk berjualan sambil mencari lokasi yang
cocok untuk Pasar seni.
Untuk sementara pedagang direlokasi di Br. Tebuana dan Br. Dlodtangluk,
Pemerintah Kabupaten Gianyar aktif mencari lokasi. Dan diputuskan untuk lokasi
pedagang Pasar Seni berdampingan dengan Pasar Umum Sukawati dimana
dulunya merupakan lokasi perumahan masyarakat. Pada awal tahun 1985
dibangunlah gedung untuk pedagang. Untuk tahap pertama dibangun 1 (satu) blok
bangunan yang berlantai 2 (dua) yang dapat menampung pedagang sebanyak 408
dagang dengan ukuran luas tempat untuk masing – masing pedagang 1,20 m2.
Peresmian tempat ini dilakukan oleh Bapak Gubernur Bali pada saat itu Bapak
Prof.Dr. Ida Bagus Mantra tepatnya pada tanggal, 25 Mei 1985.
Setelah Pasar Seni Sukawati diresmikan dan banyaknya pengerajin yang
berkeinginan untuk berjualan di Pasar Seni Sukawati maka pada awal tahun 1990
Pemerintah Kabupaten Gianyar kembali membangun 2 (dua) blok yaitu blok A
dan C yang berfungsi secara efektif pada tahun 1991. Sampai dengan saat ini jumlah
pedagang di Pasar Seni Sukawati berjumlah 829 pedagang seni kerajinan.
5.2 Deskripsi Hasil Penelitian
5.2.1 Karakteristik responden
5.2.1.1 Umur responden
Umur menentukan intensitas dan jenis aktivitas yang dapat dilakukan
yang dilakukan oleh seseorang (Sukirno, 2006). Karakteristik responden
pedagang Pasar Seni Sukawati menurut umur, disajikan pada Tabel 5.1
Secara umum rata–rata umur responden dilokasi penelitian masih
berada pada kelompok usia produktif untuk bekerja, artinya secara fisik mereka
masih memiliki potensi yang besar untuk dapat menghasilkan pendapatan.
Pada Tabel
5.1 karakteristik umur pedagang Pasar Seni Sukawati diperoleh informasi bahwa
umur pedagang Pasar Seni Sukawati rata-rata berada pada usia produktif
yaitu kelompok umur 19 sampai dengan 50 tahun dengan total 68 pedagang atau
76,4 persen yang merupakan usia untuk bekerja untuk memperoleh
pendapatan (Todaro, 2006).

5.2.1.2 Jenis kelamin responden

Karakteristik menurut jenis kelamin biasanya menyebabkan


seorang individu ditempatkan secara jelas dalam salah satu kategori, yaitu
laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin penduduk suatu daerah sering
dipakai sebagai pedoman di dalam menganalisis struktur dan kondisi sosial
ekonomi penduduk (Sukirno, 2006). Diketahui responden pedagang Pasar
Seni Sukawati adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang
atau sebesar 33,7 persen. Sedangkan pedagang Pasar Seni Sukawati
yang berjenis kelamin wanita sebanyak 59 orang atau 66,3 persen dari
total responden. Dapat diketahui bahwa wanita saat ini berperan ganda yaitu
selain sebagai ibu rumah tangga mereka juga bisa menghasilkan pendapatan
dengan cara berdagang untuk menopang ekonomi keluarga (Daron, 2004).
Karakteristik responden berdasarkan atas Jenis Kelamin ditunjukan seperti
Tabel 5.2
5.2.1.3 Tingkat pendidikan responden
Tingkat pendidikan pedagang sudah memenuhi kualisifikasi yaitu
pendidikan minimal tamatan SMP. Karena semakin tinggi pendidikan
seseorang cenderung pendapatan yang diterima semakin tinggi, sehingga
kesejahteraan dapat lebih baik (Tarigan, 2012). Melalui pendidikan
pengetahuan dan wawasan pedagang menjadi lebih luas dalam membaca
situasi pasar. Selain itu tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan keluarga, karena dengan pendidikan yang lebih baik
memungkinkan responden dapat mengembangkan inovasinya sesuai dengan
prioritas usaha (Sukirno, 2006). Pedagang menjadi lebih percaya diri dalam
memberikan pelayanan kepada wisatawan dan lebih siap menghadapi
persaingan dewasa ini. Karakteristik tingkat pendidikan pedagang Pasar Seni
Sukawati, dapat dilihat pada Tabel 5.3

5.2.1.4 Modal usaha responden


Peningkatan modal usaha seperti peningkatan jumlah barang atau
produk yang diperdagangkan dan dimiliki oleh pedagang Pasar Seni
Sukawati mampu meningkatkan tingkat pendapatan. Semakin besar modal
yang dimiliki maka pendapatan yang diterima juga semakin tinggi (Samujh,
2012). Pedagang Pasar Seni Sukawati yang mempunyai modal usaha diatas
Rp 75.000.000 yaitu 13 responden sebesar 14,6 persen. Sedangkan modal
usaha pedagang Pasar Seni Sukawati yang mempunyai modal usaha
terendah yaitu Rp 2.000.000 sampai dengan Rp 25.000.000 sebesar 58,4
persen. Hal ini mencerminkan pedagang Pasar Seni Sukawati merupakan
bagian dari usaha mikro kecil dan menengah dengan jumlah modal usaha
yang terbatas yaitu rata–rata Rp 37.000.000. Menurut Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, usaha kecil termasuk mikro
mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp.250.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ( Undang-undang Nomor 20
Tahun 2008).
Berdasarkan hasil pendataan dalam penelitian ini, status
kepemilikan modal Pedagang Pasar Seni Sukawati saat ini mengandalkan
modal sendiri dan sedikit modal pinjaman hal ini disebabkan karena ketatnya
aturan jika melakukan pinjaman di Bank atau lembaga pembiayaan lainnya.
Karakteristik modal usaha pedagang Pasar Seni Sukawati dapat ditunjukan
seperti Tabel 5.4

5.2.1.5 Lama usaha responden


Lama usaha berpengaruh terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati. Lama berdagang menyebabkan para pedagang mengetahui
kapan kondisi sepi, dan ramai. Karakteristik lama usaha pedagang Pasar Seni
Sukawati, disajikan pada Tabel 5.5
Berdasarkan Tabel 5.5 tampak jelas bahwa pedagang Pasar Seni
Sukawati dengan lama usaha lebih dari 10 tahun merupakan responden
yang paling banyak sebesar 38,2 persen. Hal ini dapat menjelaskan
bahwa dengan semakin lama usaha perdagangan dilakukan maka
berpotensi mempunyai pelanggan tetap sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati.
5.2.1.6 Jam kerja responden
Jam kerja adalah lamanya pedagang melakukan aktivitas
perdagangannya dalam satu hari. Faktor jam kerja pedagang
mempengaruhi pendapatan usaha, semakin tinggi waktu yang digunakan
dalam bekerja/buka kios maka kecenderungan pendapatan yang
diterima pedagang akan semakin tinggi (Vera,2012). Jam buka Pasar
Seni Sukawati setiap harinya mulai pk. 08.00 – 16.00 Wita atau rata-rata
8 jam perhari. Dimana pedagang Pasar seni Sukawati yang mempunyai
jam kerja 5 - 8 jam perhari sebesar 60,6 persen dibandingkan dengan
pedagang yang mempunyai jam kerja diatas 9 jam perhari sebesar 39,4
persen. Sehingga rata-rata jam kerja pedagang Pasar Seni Sukawati
mengikuti jam buka– tutup Pasar Seni Sukawati yang sudah ditetapkan.
Pada Tabel 5.6 menunjukan karakteristik jam kerja yang dilakukan
pedagang Pasar Seni Sukawati.

5.2.1.7 Persepsi responden terhadap parkir


Dewasa ini lokasi parkir merupakan salah satu faktor yang penting
untuk menunjang perekonomian, semakin aman dan nyaman fasilitas
parkir serta pelayanan yang baik akan berdampak kepada peningkatan
kunjungan wisatawan (Tiasta, 2012). Beberapa kriteria lokasi parkir yang
layak dan memadai yaitu fasilitas lahan parkir yang tersedia sangat luas,
kenyamanan parkir sangat baik, keamanan parkir sangat terjamin dan
pelayanan dari petugas parkir sangat ramah. Pada Tabel 5.7 akan
menampilkan kondisi dan persepsi responden terhadap kondisi fasilitas
Parkir di Pasar Seni Sukawati.
Tabel 5.7 menunjukan persepsi responden terhadap fasilitas lahan parkir
yang tersedia di Pasar Seni Sukawati, dimana rata-rata persepsi jawaban
dari responden sebesar 66,3 persen menyatakan tidak setuju
sehingga dapat disimpulkan bahwa fasilitas lahan parkir di Pasar Seni
Sukawati tidak luas untuk dapat menampung bus dan mobil wisatawan
yang akan berkunjung ke Pasar seni Sukawati. Sedangkan pernyataan
persepsi responden terhadap kenyamanan parkir di pasar seni Sukawati
apakah sudah sangat baik. Dimana rata-rata memberikan skor jawaban
1-3 atau sebesar 54 persen, jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata
respoden memberikan kesan yang kurang baik terhadap kenyamanan
parkir di Pasar Seni Sukawati.
Pernyataan persepsi responden terhadap keamanan parkir di pasar
seni Sukawati apakah sudah sangat terjamin. Sebanyak 43 orang atau
48,3 persen menyatakan setuju dan 19 orang atau 21,3 persen
memberikan pernyataan sangat setuju terhadap keamanan pasar seni
sukawati sangat terjamin. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata
respoden memberikan pernyataan yang baik terhadap keamanan parkir di
Pasar Seni Sukawati yang merupakan salah satu syarat mutlak untuk
memberikan kesan aman bagi wisatawan yang berkunjung ke Pasar Seni
Sukawati. Pernyataan persepsi responden terhadap pelayanan petugas
parkir di pasar seni Sukawati apakah sudah ramah. Rata-rata responden
menjawab skor 4 dan 5 atau sebesar 77,7 persen, jadi dapat disimpulkan
bahwa rata-rata respoden memberikan penilain yang baik terhadap
pelayanan petugas parkir di Pasar Seni Sukawati. Hal ini patut untuk
dipertahankan agar wisatawan merasakan terlayani dengan baik dan
ramah oleh petugas Pasar Seni Sukawati.
5.2.1.8 Lokasi usaha responden
Penentuan lokasi juga sangat mempengaruhi pendapatan.
Semakin strategis lokasi berdagang yang ditempatinya maka
pendapatan yang diterima pedagang akan semakin tinggi pula. Penentuan
lokasi di Pasar Seni Sukawati dengan lokasi strategis yaitu pintu masuk
dan dipinggir jalan yaitu sebesar 56,2 persen. Sedangkan lokasi tidak
strategis bagi responden adalah di daerah pojok dan deretan belakang
yaitu sebesar 43,8 persen. Tabel 5.8 menunjukan karakteristik
lokasi usaha pedagang Pasar Seni Sukawati.

5.3 Jawaban terhadap tujuan Penelitian


5.3.1 Analisis Deskriptif
Penelitian ini dilakukan pada pasar seni Sukawati dengan
populasi seluruh pedagang Pasar Seni Sukawati yang mempunyai
tempat berjualan/kios tetap berjumlah sebanyak 792 pedagang.
Sedangkan sampel penelitian sebanyak 89 orang diambil berdasarkan
rumus Slovin dengan ttik kritis 10 persen.
Berdasarkan hasil penelitian dalam lampiran 4 dapat terlihat
bahwa sebanyak 89 orang sebagai sampel penelitian, modal usaha
pedagang yang paling rendah sebesar Rp 2.000.000,- paling tinggi
sebesar Rp 250.000.000,- dengan rata-rata modal usaha sebesar Rp
37.000.000. Lama usaha pedagang yang paling lama menjalankan usaha
yaitu 420 bulan atau 25 tahun. Sedangkan yang paling baru berjualan di
pasar seni sukawati selama 10 bulan, dengan rata-rata selama 120
bulan atau 10 tahun.
Jam kerja pedagang di Pasar Seni Sukawati paling lama adalah 12
jam kerja. Sedangkan paling pendek sebesar 6 jam, dengan rata-rata
jam kerja pedagang di pasar Seni Sukawati sekitar 8 jam.
Fasilitas parkir diukur menggunakan kuesioner dengan 4 pertanyaan
yang ditujukan untuk mengukur kondisi fasilitas parkir di Pasar Seni
Sukawati. Selanjutnya untuk analisis digunakan analisis faktor untuk
mendapatkan score factor yang digunakan untuk analisis regresi linear.
Nilai tertinggi dari score factor adalah sebesar 1,65, terendah -2,55
dengan rata-rata 0,00 (Lampiran 4).
Variabel lokasi usaha merupakan variabel dummy dengan notasi
yaitu 0 untuk lokasi usaha yang tidak strategis yaitu lokasi berdagang
yang tertutup dan tidak mudah dijangkau oleh pembeli misalnya pojok
belakang. Sedangkan 1 merupakan lokasi usaha yang strategis yaitu
lokasi berdagang yang mudah dijangkau pembeli, sering dikunjungi dan
mudah ditemukan pembeli misalnya di pinggir jalan, letaknya di sekitar
pintu masuk dan pintu keluar. Pedagang yang memili kios/lokasi usaha
tidak strategis sebanyak 39 pedagang dan lokasi usaha yang strategis
sebanyak 50 pedagang. Pendapatan pedagang di Pasar Seni Sukawati
rata-rata sebesar 5,3 juta rupiah per bulan. Pendapatan tertinggi sebesar
Rp 60.000.000 per bulan sedangkan pendapatan terendah sebesar Rp
200.000 per bulan (Lampiran 4).
5.3.2 Uji Validitas dan Reliabilitas
1) Uji Validitas
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono, 2013). Uji validitas digunakan
untuk mengukur sah atau tidaknya kuesioner. Uji validitas dapat
dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir
pertanyaan dengan skor total. Apabila koefisien korelasi (r kritis)
positif dan lebih besar dari 0,3 dengan tingkat kepatuhan alpha 0,05
maka indikator tersebut dikatakan valid (Sugiyono, 2013). Berdasarkan
analisis Anti-image Correlation (Lampiran 4) empat butir pertanyaan
semua menunjukan nilai signifikansi diatas 0,05 dan nilai korelasi (r
kritis) semua diatas 0,3. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur variabel parkir adalah
valid (Lampiran 4).
2) Uji Reliabilitas
Reliabel berarti seberapa besar suatu pengukuran dapat
dipercaya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama (Sugiyono,
2013). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
cronbach alpha lebih besar dari 0,7 (Ghozali,2013). Berdasarkan hasil
analisis pada Lampiran 2 diperoleh nilai cronbach alpha sebesar 0,864
yang lebih besar dari 0,70. Hal ini menunjukkan variabel dalam penelitian
ini adalah reliabel (Lampiran 4).
5.3.3 Uji Regresi Linear Berganda
Berdasarkan hasil uji Regresi Linear Berganda yang
diperoleh dalam penelitian ini yaitu pada lampiran 3 dapat dibuat
pelaporan sebagai berikut :
Ŷ1 = 0 , 3 8 X1 + 0,26 X2 + 0,39 X3
Se = 0,712 + 0,063 + 0,058 + 0,060
t-hitung = -2,119 + 6,079 + 4,523 + 6,594

R2 = 0,979
F = 757,629
5.3.4 Uji Asumsi Klasik
1) Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, residual memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dalam
penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui
residual dalam model regresi menyebar normal atau tidak. Berdasarkan
hasil pengujian (Lampiran 4) diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 .
2) Uji multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Pengujian ada tidaknya korelasi antar variabel
independen digunakan Tolerance value dan Variance Inflation Factor
(VIF).
Berdasarkan hasil analisis seperti ditunjukkan pada Tabel 5.9
diperoleh 4 (empat) nilai Tolerance variabel berada diatas 0,10 dan 4
(empat) variabel nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari
10, sedangkan hanya 1 (satu) variabel jam kerja nilai dibawah
Tolerance value dan VIF maka dapat disimpulkan bahwa salah satu
model variabel ortogonal yang mengandung gejala multikolinearitas yaitu
variabel jam kerja.

Tabel 5.9

Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF
Modal Usaha 0,313 3,191
Lama Usaha 0,350 2,858
Jam Kerja 0,848 1,179
Parkir 0,538 1,859

3) Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam


model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji
Glejer yang meregres absolute residual terhadap variabel bebas yang
berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel terikat absolut Ut maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Berdasarkan hasil pengujian pada
Tabel 5.10 diperoleh nilai signifikansi 4 (empat) variabel independen terhadap
variabel bebas absolut residual tidak ada yang signifikan atau nilai signifikansi
semua berada dibawah 0,05.

Tabel
5.10
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel T Sig
Modal Usaha 8,219 0,000
Lama Usaha 23,64 0,000
Jam Kerja 2,202
3 0,033
Parkir -3,174 0,003
Sumber: Lampiran 4

5.3.5 Uji Goodness of Fit

Menilai good of fit model secara statistik diukur dari koefisien


determinasi. Koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar variasi dari
variabel terikat dapat diterangkan oleh variabel bebas (Ghozali, 2013). Dari hasil
pengujian R2 diperoleh sebesar 0,986 persen yang berarti bahwa sebesar
98,60 persen variasi dari pendapatan mampu dijelaskan oleh variabel modal
usaha, lama usaha, jam kerja, parker. Sedangkan sisanya sebesar 1,40 persen
variabel yang mempengaruhi pendapatan pedagagang Pasar Seni Sukawati di luar
penelitian tidak mampu diidentifikasi dengan baik.
5.3.6 Interpretasi regresi berganda

Koefisien regresi menggambarkan besarnya pengaruh modal usaha, lama


usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha terhadap pendapatan pedagang Pasar
Seni Sukawati, maka dapat diuraikan hal – hal sebagai berikut :

Variabel internal yaitu modal usaha pedagang Pasar Seni Sukawati bertambah
positif sebesar Rp.1.000.000 maka pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati
akan mengalami peningkatan sebesar Rp.371.000,-dengan syarat variabel
lainnya bernilai konstan, sedangkan variabel lama usaha pedagang Pasar
Seni Sukawati berpengaruh positif, jika lama usaha bertambah 1 bulan maka
kontribusi pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati meningkat sebesar Rp
519.000,- dengan syarat variabel lainnya bernilai konstan. Untuk variabel
jam kerja pedagang Pasar Seni Sukawati adalah tidak berpengaruh positif atau
berlawanan arah walaupun kontribusi jam kerja ditingkatkan, jam kerja
tidak akan dapat meningkatkan pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati
dengan syarat variabel lainnya bernilai konstan.

Untuk variabel parkir Pasar Seni Sukawati tidak berpengaruh postif


terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati karena kondisi parkir saat
ini tidak memadai. Walaupun parkir ditata dengan baik tetapi tidak akan
berdampak positif kepada pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati dengan
syarat variabel lainnya bernilai konstan. Sedangkan untuk variabel lokasi usaha
jika pedagang menempati lokasi usaha yang strategis maka pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati berkontribusi positif dan lebih tinggi sebesar Rp

295.000,- jika dibandingkan dengan pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati


yang menempati lokasi yang tidak strategis dengan syarat variabel lainnya
bernilai konstan.

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian


5.4.1 Pengaruh modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha
secara simultan terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati di
Kabupaten Gianyar.

Variabel modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha
secara simultan atau serempak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati. Probabilitas yang dihasilkan jauh lebih kecil maka
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan pedagang
Pasar Seni Sukawati.

5.4.2 Pengaruh modal usaha terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni


Sukawati di Kabupaten Gianyar.
Variabel modal usaha berpengaruh positif terhadap tingkat
pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar. Modal
usaha pedagang yang paling rendah sebesar Rp 2.000.000,00, paling
tinggi sebesar Rp
250.000.000,00 dengan rata-rata modal usaha sebesar Rp 37.000.000,00,-
dengan pendapatan pedagang sebesar Rp 5.343.258,- per bulan.
Ini berarti kajian teoritis dan penelitian sebelumnya sejalan dengan
penelitian ini. Peningkatan modal usaha seperti peningkatan jumlah barang atau
produk yang diperdagangkan yang dimiliki oleh pedagang mampu meningkatkan
tingkat pendapatan. Menurut Handayani (2013) Pendapatan diterima oleh
masing- masing individu atau kelompok masyarakat sangat tergantung dari
kepemilikan faktor produksi. Semakin besar modal atau faktor produksi yang
dimiliki maka cenderung pendapatan yang diterima juga semakin tinggi
(Samujh,2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Firdausa (2013)
menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) variabel independen (modal, lama
berusaha, dan jam kerja) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak. Penelitian Vera (2012)
menunjukan variabel jumlah modal mempunyai pengaruh signifikan positif serta
jumlah jam kerja mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap
besarnya pendapatan pedagang canang di Kabupaten Badung. Persamaan dalam
penelitian ini menunjukkan penggunaan variabel modal usaha mempengaruhi
pendapatan.
Berdasarkan modal yang diperoleh tampak modal usaha pedagang Pasar
Seni Sukawati diperoleh dari modal sendiri dan sedikit pinjaman dari pihak ketiga
seperti Bank, koperasi dan lainnya karena ketatnya aturan jika melakukan
pinjaman. Dewasa ini perkembangan pedagang pasar Seni Sukawati kurang dapat
berkembang kearah yang lebih besar walaupun mempunyai daya jual yang cukup
tinggi, hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan dalam pengelolaan
usaha yang masih bersifat tradisional, tambahan modal kredit dari pihak ketiga
yang masih kecil dan informasi tentang dunia usaha sangat terbatas (Bali
Post,
2013). Menurut Bapak I Dewa Alit Merta pedagang di Blok C1 yang berhasil
dimintai keteranganya pada hari Sabtu, 2 Agustus 2014 memberi pernyataan:
“Modal usaha yang saya gunakan merupakan modal sendiri, untuk menambah
modal dagang sangat sulit, dimana proses pengajuan kredit melalui bank atau
lembaga pembiayaan harus menggunakan agunan yang disertai bunga yang
tinggi” ujarnya.
Permasalahan tersebut yang menjadi kendala para pedagang Pasar Seni
Sukawati untuk memperoleh tambahan modal kredit dalam usaha
mengembangkan usaha perdagangannya. Dengan hanya menggunakan modal
sendiri, pedagang memperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp. 3.000.000,- per
bulan. Hal ini dapat dikatakan sangat kurang untuk menopang dan meningkatkan
perekonomian keluarga karena perkembangan usaha menjadi stagnan karena
terkendala oleh modal usaha (Chu, 2006).
Melalui wawancara dengan pedagang dari blok A1, Ni Kadek Darmini
pada hari sabtu 2 Agustus 2014 yang mempunyai lokasi usaha strategis di pinggir
jalan memberanikan diri untuk mendapatkan modal usaha dengan pengajuan
kredit sebesar Rp 100.000.000,- di salah satu Bank swasta dengan bunga yang
tinggi serta agunan sebidang tanah. Manfaat yang diperoleh berbanding
lurus dengan tingkat resiko jika melakukan pinjaman, dimana produk yang
ditawarkan menjadi beraneka ragam sehingga wisatawan dapat dengan
mudah dan cepat untuk memperoleh produk yang diinginkan dengan harga yang
terjangkau dan kualitas yang baik.
“Pinjaman modal usaha dari Bank saya gunakan untuk menambah barang
dagangan agar lebih lengkap dan beragam karena wisatawan lebih suka kalau
barang yang dicari ada pada satu tempat jadi tidak keliling pasar lagi, dimana
rata- rata pendapatan yang saya peroleh sebesar Rp 15.000.000,- per bulan”
sebut bu kadek panggilan akrabrnya .
Pedagang Pasar Seni Sukawati khususnya pedagang pakaian yang menjual
dagangan di pasar ini mendapatkan produk dari grosir. Transaksi yang terjadi
antara pedagang tradisional ini dengan grosir adalah transaksi jual beli. Pedagang
membeli barang dari grosir dan menjualnya kepada wisatawan yang berkunjung.
Jika pedagang membeli secara grosir maka akan mendapatkan harga yang lebih
murah, sehingga keuntungan yang akan diperoleh dapat lebih tinggi. Tetapi hal
ini hanya bisa dilakukan bagi pedagang yang mempunyai modal usaha besar,
sedangkan pedagang dengan modal usaha kecil tetap menjual produk dengan
cara eceran. Berdasarkan hasil wawancara pada hari minggu 3 Agustus 2014
dengan Ketua paguyuban pedagang Bapak I Made Netra diperoleh informasi yaitu
: ”Pedagang Pasar Seni Sukawati rata-rata kesulitan modal jika harus membeli
barang dagangan khususnya pakaian secara grosir karena harus membeli banyak
untuk memperoleh harga yang murah” ujarnya.
Dari hal ini, dapat diketahui bahwa pedagang tradisional tersebut
membutuhkan modal usaha yang cukup besar bila ingin membeli banyak jenis
produk atau barang dagangan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
diperlukan peran serta dari masyarakat, pemerintah dan pihak ketiga dalam hal
ini Bank dan lembaga pembiayaan mikro lainnya untuk memberikan bantuan
modal usaha dengan kredit lunak dan tanpa agunan kepada para pedagang Pasar
Seni Sukawati agar dapat berkembang dan bersaing dengan pasar oleh-oleh
modern. Salah satu upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi permasalahan
modal usaha yang dihadapi sebagian besar pedagang Pasar Seni Sukawati yaitu
melalui paguyuban pedagang dan dinas pengelola Pasar Seni Sukawati dengan
mendirikan Koperasi Simpan Pinjam Pasar Seni Sukawati yang dikelola oleh
perwakilan pedagang yang berjumlah 792 pedagang. Diharapkan dengan
terbentuknya koperasi tersebut dapat memecahkan permasalahan modal
usaha yang dihadapi oleh Pedagang Pasar Seni Sukawati.
5.4.3 Pengaruh lama usaha terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati di Kabupaten Gianyar.
Variabel lama usaha berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar. Pedagang Pasar Seni
Sukawati rata-rata sudah berjualan diatas 10 tahun sehingga para pedagang
mengetahui kapan kondisi sepi dan ramai. Menurut Osmani (2007) semakin
lama usaha perdagangan dilakukan maka berpotensi mempunyai pelanggan
tetap sehingga berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan pedagang Pasar
Seni Sukawati.
Didalam menjalankan suatu usaha, lama usaha memegang peranan
penting dalam proses melakukan usaha perdagangan (Kuswantoro, 2013).
Pedagang yang menjalankan usaha sudah lama lebih memahami kondisi tentang
pasar sehingga berdasarkan pengalaman yang sudah mereka dapatkan
mereka mampu menerapkan strategi-strategi pemasaran yang nantinya
berdampak pada meningkatnya penjualan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Ibu Ni Ketut Rasmen, pedagang blok A Pasar seni Sukawati pada hari Sabtu
tanggal 2 Agustus
2014 diperoleh pernyataan sebagai berikut:
“Tiang sudah lama berjualan di Pasar Seni sejak baru dibuka dan
mempunyai pelanggan tetap ada tamu lokal dan asing mereka menjadi langganan
jika berkunjung kembali ke Pasar Seni Sukawati. Tiang sudah tau kapan kondisi
ramai atau sepi, biasanya mereka datang pas musim liburan bulan Juni-Juli ”
ujarnya.
Wanita paruh baya yang berasal dari Desa Batuan Sukawati sudah
berjualan di Pasar Seni Sukawati selama 25 tahun. Pengalamannya dalam
berdagang sudah mampu membaca situasi pasar saat kondisi ramai atau
sepi sehingga dapat menerapkan strategi yang tepat dalam berdagang agar
memperoleh pendapatan yang diharapkan. Prinsip ibu 3 anak ini dalam melayani
wisatawan harus dengan sopan, ramah dan jujur dalam memberikan penjelasan
produk dan harga, dengan demikian wisatawan yang berkunjung menjadi puas
dan nyaman.
Lama pembukaan usaha dapat mempengaruhi tingkat pendapatan, lama
seorang pelaku bisnis menekuni bidang usahanya akan mempengaruhi
produktivitasnya sehingga dapat menambah efisiensi dan menekan biaya
produksi lebih kecil daripada penjualan. Semakin lama menekuni bidang
usaha perdagangan akan meningkatkan pengetahuan tentang selera dan
perilaku konsumen serta semakin banyak relasi bisnis dan pelanggan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hentiani (2011) dan Utama (2012)
yang menemukan bahwa lama usaha berpengaruh positif terhadap tingkat
pendapatan.
5.4.4 Pengaruh jam kerja pedagang terhadap pendapatan pedagang Pasar
Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar.
Variabel jam kerja tidak berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar. Hal ini berarti bahwa jam
kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati di Kabupaten Gianyar. Kontribusi lama jam kerja dalam satu hari belum
tentu dapat meningkatkan tingkat pendapatan pedagang karena yang
menentukan jam kerja adalah para pedagang sehingga mereka dapat mengatur
sendiri jam kerja untuk memperoleh pendapatannya (Asmie, 2008).
Hal ini berlawanan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Fata (2010), Firdausa (2013) dan Vera (2012) berkaitan dengan jam kerja
yaitu variabel jam kerja pedagang mempengaruhi pendapatan usaha, semakin
tinggi waktu yang digunakan dalam bekerja/buka kios maka pendapatan yang
diterima pedagang sektor informal akan semakin tinggi. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Ibu Ni Kadek Agustini pedagang di Blok A Lantai II pada
hari Sabtu, 27 Juli 2014 di Pasar Seni Sukawati mengatakan :
“Jam kerja saya dan pedagang lainnya tidak menentu tetapi rata-rata 8 jam
per hari yaitu dari jam 8 pagi sampai dengan jam 4 sore. Pada musim liburan
kadang- kadang tutup sampai jam 6 sore sedangkan kalau ada upacara agama
atau kegiatan lainnya saya tidak berdagang” tegasnya.
Menurut Nicholson (2011) kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan
jam kerja panjang atau pendek adalah merupakan keputusan individu. Jadi
para pedagang Pasar Seni Sukawati tidak terikat dengan jam kerja, para pedagang
mempunyai cara pandang yang fleksibel dalam hal penentuan jam kerja. Para
pedagang tidak berpatokan pada jam buka-tutup yang ditetapkan oleh pengelola
Pasar Seni Sukawati. Pedagang beranggapan belum tentu jam kerja yang pendek
atau panjang akan meningkatkan pendapatan sehingga para pedagang sudah
mempunyai pengaturan jam kerja meyesuaikan kondisi dari pedagang tersebut.
Disamping itu hal ini juga dipengaruhi oleh kunjungan wisatawan yang tidak
menentu, rata-rata wisatawan yang berkunjung per hari maksimal 500 orang
dibandingkan dengan pedagang yang berjumlah 792 sehingga terkesan pedagang
lebih banyak menunggu kedatangan dan mengandalkan keberuntungan agar
wisatawan bersedia untuk proses jual beli.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Pasar Anak Agung Wibawa Putra
dimana jam kerja pedagang selama 8 jam per hari sedangkan jika hari libur
nasional atau liburan sekolah, jam kerja pedagang bisa mencapai 10 jam per hari
(Bisnis Bali, 2013). Hal ini diperjelas melalui hasil wawancara yang dilakukan di
kantor Pasar Seni Sukawati pada hari Jum’at tanggal 25 Juli 2014.
“Pedagang dapat menentukan sendiri jam kerjanya, tidak seperti pasar oleh-oleh
modern yang dipatok jam buka tutup tokonya, para pedagang diberikan
kebebasan untuk buka kios tetapi untuk jam tutup pasar maksimal jam 6 sore.
Jadi belum ada peraturan yang mengatur jam kerja pedagang, semua diserahkan
kepada para pedagang untuk menentukan jam kerjanya, ujar Gung Wibawa.

Dampak perbedaan jam kerja pedagang Pasar Seni Sukawati dengan pasar
oleh-oleh modern tentu ada. Namun dalam persaingan bisnis, adanya pasar oleh-
oleh modern ini masih dalam tahap kewajaran dan belum menggangu eksistensi
Pasar Seni Sukawati. Pasar Seni Sukawati yang merupakan pasar seni tradisional
mempunyai keunikan tersendiri terhadap jam kerja pedagangnya, para pedagang
tidak terikat oleh waktu karena sebagian besar pedagang adalah wanita sehingga
mereka disibukan oleh kegiatan rumah tangga dan masyarakat. Jadi jam
kerja untuk berdagang masih sangat fleksibel tergantung kondisi pasar Seni
Sukawati dalam kondisi ramai atau sepi.
5.4.5 Pengaruh parkir terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati di
Kabupaten Gianyar.
Kesuksesan dan kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari sistem
penataan dan kondisi prasarana umum dimana masyarakat menjalankan
perekonomian dan aktivitas bisnisnya (Tiasta, 2012). Fasilitas parkir merupakan
fasilitas pelayanan umum yang merupakan faktor sangat penting dalam sistem
transportasi di daerah perkotaan (Alamsyah, 2005). Dalam penelitian ini, variabel
parker tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati di Kabupaten Gianyar. Karena kondisi parkir di Pasar Seni Sukawati tidak
memadai dilihat dari luas, letak dan daya tampung kendaraan sehingga
kunjungan wisatawan tidak dapat diprediksi jumlah kedatangannya. Hasil
wawancara dengan Bapak I Made Wenten petugas parkir pasar seni yang
dilakukan pada hari sabtu 26 Juli 2014 memberikan pernyataan sebagai berikut :
”Lahan parkir maksimal dapat menampung 15 mobil dan 4 bus. Jika kondisi
ramai seperti liburan maka lahan parkir yang tersedia tidak mampu menampung
kendaraan, untuk itu parkir dialihkan kebadan jalan raya Gianyar–Denpasar
sehingga hal tersebut menimbulkan kemacetan lalu lintas. Wisatawan
banyak yang pergi karena mereka tidak mendapatkan parkir ” tegas lelaki paruh
baya ini.

Permasalahan infrastruktur lahan parkir di Pasar Seni Sukawati pernah


menjadi sorotan dan perhatian Bapak Presiden Republik Indonesia Ir.Joko
Widodo saat melakukan blusukan atau kunjungan ke Pasar Seni Sukawati,
menurut beliau Pasar Seni Sukawati harus mendapat perhatian lebih banyak disisi
infrastruktur seperti parkir, agar parkir dibenahi sehingga wisatawan menjadi
nyaman jika berkunjung ke Pasar Seni Sukawati ( Bisnis Bali, 2014).
Kondisi fasilitas lahan parkir di Pasar Seni Sukawati tidak ideal dalam
menampung jumlah kendaraan ataupun bus pengunjung, karena lahan parkir
yang tersedia saat ini dipergunakan bersama dengan pasar Umum Sukawati. Jadi
sulit diprediksi apakah kendaraan yang parkir di lahan parkir tersebut merupakan
pengunjung pasar seni atau pasar umum Sukawati. Sehingga dalam penelitian ini
diperoleh hasil bahwa parkir tidak berpengaruh poaitif terhadap pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati saat ini.
VI. 6.1 Kesimpulan

Review Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal usaha,


lama usaha, jam kerja, parkir dan lokasi usaha yang tidak terpakai dalam
pengolahan data secara simultan dan secara parsial terhadap pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar serta untuk mengetahui
faktor dominan yang mempengaruhi pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati di Kabupaten Gianyar. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Modal usaha, lama usaha, jam kerja, parkir secara simultan


berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni
Sukawati di Kabupaten Gianyar.

2) Modal usaha, lama usaha dan lokasi usaha berpengaruh positif terhadap
pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar.
Sedangkan variabel jam kerja dan parkir tidak berpengaruh positif
terhadap pendapatan pedagang Pasar Seni Sukawati.

3) Jam Kerja merupakan faktor yang dominan karena memiliki nilai


koefisien Beta tertinggi dibandingkan dengan variabel modal usaha, jam
kerja, parkir dan lokasi usaha yang mempengaruhi pendapatan
pedagang Pasar Seni Sukawati di Kabupaten Gianyar.
4) Pendapatan yang berkaitan dengan rumus pendapatan dan menghasilkan
grafik tidak segaris namun sudah memenuhi syarat statistik, namun jika
diterapkan tidak ada jaminan dalam penerapannya.
5) Tingkat kerugian yang diperkirakan dari data-data yang diperoleh berkisar
4,682 %.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan, dapat
diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1) Berkaitan dengan modal usaha yang dilakukan pedagang Pasar Seni
Sukawati diperlukan pengaturan manajeman modal, karena modal
pedagang sebagian besar bersumber dari modal sendiri sehingga adanya
pemisahan pendapatan dari berdagang dengan pendapatan keluarga
sehingga usaha tersebut berkelanjutan. Untuk mengatasi permasalahan
modal usaha diperlukan peran serta dari masyarakat, pemerintah dan
pihak ketiga dalam hal ini Bank dan lembaga pembiayaan mikro lainnya
untuk memberikan bantuan modal usaha dengan kredit lunak dan tanpa
agunan kepada para pedagang Pasar Seni Sukawati.
2) Berkaitan dengan lama usaha yang dilakukan pedagang Pasar Seni
Sukawati diperlukan diperlukan suatu pelatihan kepada para pedagang
tentang pelayanan prima, sehingga wisatawan akan tetap menjadi
puas dan tidak berpaling ke pasar oleh-oleh modern. Selain itu
memalui pelatihan diharapkan dapat memperbanyak relasi bisnis untuk
mengembangkan jaringan bisnis Pasar Seni Sukawati.
3) Berkaitan lokasi usaha, pemerintah hendaknya menetapkan lokasi
yang jelas dalam mengelompokkan pedagang berdasarkan produk yang
dijual, karena terlihat ada beberapa blok pasar masih terlihat tidak rapi.
4) Berkatian lahan parkir, pemerintah seharunya memberikan lahan untuk
parir jika ingin masuk dalam tempat yang diinginkan.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Agnes Sawir, 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, Cetakan Kelima, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Agus Prayogi, 2011. Dampak Perkembangan Pariwisata Di Obyek Wisata
Pengelipuran. Jurnal Perhotelan dan Pariwisata, Agustus 2011,Vol.1, No.1, hal.65.
Agyapong, 2010. Micro, Small and Medium Enterprises’ Activities, Income Level
and Poverty Reduction in Ghana – A Synthesis Of Related Literature. International Journal
of Bussiness and Management. vol.5 no.12;December 2010.
Ahiawodzi Anthony K, 2012. Access to Credit and Growth of Small and Medium
Scale Enterprises in the Ho Municipality of Ghana. British Journal of Economics, Finance
and Management Sciences November 2012, Vol.6 (2)
Albert Berry, D.C. 2011. Firm and Group Dynamics in The Small and Medium
Enterprise Sector In Indonesia. The International Bank of Renconstruction and
Development / The World Bank, 2011.
Alcacer, Juan. 2003. Location choices across the value chain: How activity and
capability influence agglomeration and competition effects. New York : Stern School
of Business New York University.
Alias Radam, D.C 2008. Technical Efficeincy of Small and Medium Enterprise In
Malaysia : A Stochastic Frontier Production Model. Journal of Economic and
Management 2(2) : 395 -408 (2008).
Anindita, Ratya, 2008, Pendekatan Ekonomi untuk Analisis Harga, Kencana,
Jakarta.
Anonim, 2007. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007
tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern.
Anonim, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 40/KMK.06/2003 tentang
Pendanaan Kredit Usaha Mikro dan Kecil
Anonim, 2003.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM).
Anonim, 2012. Pedoman Usulan Penelitian dan Tesis. Program Studi Magister
Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar.
Arnaya Yudi, 2011. Efektivitas Kegiatan Simpan Pinjam Khusus bagi Kaum
perempuan rumah tangga miskin di Kecamatan Denpasar Timur. Jurnal Piramida.7 (1)
available at: ejournal.unud.ac.id/
Asghar Afshar, D.C. 2011. The Relationship between Goverment Policy and the
growth of Entrepreneurship in the Micro, Small & Medium
Enterprises of India. Journal of Technology Management &
Innovation. J Technol.Manag. Innov 2011,volume 6 issue 1.
Asmie, Poniwati. 2008. “ Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional Di Kota Yogyakarta”. (tesis).
Yogyakarata : Universitas Gajah Mada.
Ayuningsari, Anak Agung Ketut. 2010. Analisis Pendapatan Pedagang Sebelum
dan Sesudah Program Revitalisasi Pasar Tradisional Di Kota Denpasar
(Studi Kasus Pasar Sudha Merta Desa Sidakarya. Jurnal Piramida.7 (1)
available at: ejournal.unud.ac.id/
Badan Pusat Statistik Kabupaten Gianyar, 2012. Gianyar dalam Angka 2011. BPS
Kabupaten Gianyar.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2012. BPS Provinsi Bali.
Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Gianyar, 2012. Jumlah Pasar
oleh-oleh modern di Kabupaten Gianyar.
Badan Perencanaan Dan Pembangunan Daerah Kabupaten Gianyar, 2012.
Laporan Kegiatan Dan Pertanggung Jawaban Tahun 2012.
Balipost, 2012. Turun, Kunjungan Wisatawan Ke Pasar Seni Sukawati. Edisi
tanggal 11 juli 2012. Hal 1
Balipost, 2013. Pengerajin Kini Mati Suri. Edisi tanggal 16 agustus 2013.Hal.3
Bali Promosi, 2014. Pasar Seni Sukawati ditengah Persaingan Pasar oleh-oleh
Modern. Edisi Kamis 7 Agustus 2014.Hal 3
Chunyou Wu, 2011. Green Growth as the Best Choice for Chinese Small and
Medium Enterprises in Sustainable Development.
www.ccsenet.org/ass Asian Social Science Vol.7,No.5; May 2011.
Daron Acemoglu, David H.Autor.2004. Women, War and Wages: The Effect og
Famale Labaor Supply on the Wage Structure at Midcentury, Journal
of Political 2004 Massachusetts Institute of Tecnology and National
Bureau of Economic Research.
Dewi, Surya Rustariyuni, 2010, Analisis Tingkat Pendapatan Pedagang canang di
Pasar Badung dan Kereneng, Denpasar , Laporan Penelitian Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Gianyar, 2012. Jumlah Pasar
Seni Tradisional di Kabupaten Gianyar.
Dirlanudin. "Paradigma Baru Pengembangan Usaha Kecil." Jurnal Ilmiah
Niagara 1, no. 2 (2008): 47-67.
Evers, Hans Dieters.1995. Sosiologi Perkotaan, Jakarta : Pustaka Jaya.
Fata, Zayinul. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Batik (Studi Kasus di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah).
Tesis Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.2012. Buku Pedoman Penulisan Usulan
Penelitian, Skripsi dan Mekanisme Pengujian. Denpasar : Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana.
Federico, Giovanni. 2006. Market Integration and Market Efficiency : The Case
of 19th Century Italy. Departement of History and Civillization,
European University institute.
Firdausa dan Arianti, 2013. Pengaruh Modal Awal, Lama Usaha, dan Jam Kerja
Terhadap Pendapatan Pedagang Kios Di Pasar Bintaro Demak.
Diponegoro Journal of Economics. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013.
Halaman 1-6
Hentiani Tri L, 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Informal di Pasar Sentral Medan. Tesis Jurusan Ekonomi
Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
Gujarati, Damodar. 2009. Ekonometrika Dasar. Buku I edisi 5, Salemba Empat,
Jakarta.
Ghozali, Imam., M.Com., Ak,. 2012. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program
SPSS. Cetakan IV. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang .
Handoko Hani. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan
Operasi.Yogyakarta : BPFE.
Husaini Usman. 2003. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Hill, Hal. "Small dan Medium Enterprises In Indonesia: Old Policy Challenges for
a New Administration." Asian Survey XLI, no. 2 (April 2001):
248-270.
Istiani P. Dewi dkk., 2012. Pemodelan Pendapatan Pendapatan Pedagang Pasar
Tradisional di Surabaya Selatan Terkait Keberadaan Supermarket,
Hypermarket dan Minimarket. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol 1, no. 1,
(Sept 2012) ISSN : 2301.
Jogiyanto H.M, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis: “Salah kaprah dan
Pengalaman-pengalaman”. Edisi ke enam : BPFE Yogyakarta.
Juan Zhao, 2008. Research on the Financing of Small and Medium Enterprises.
International Journal of Business an Management. Vol.3, no.11
november 2008.
Kuswantoro, Ferri, 2012. Innovation in Distribution Channel, Cost Efficiency &
Firm Performance: The Case of Indonesian Small & Medium Enterprise
Scales. International Journal of Business, Humanities and Technology Vol. 2
No. 4; June 2012
Lisiani, Tri Prihatinah, 2005. Women and Income Generating Projects: The
gender Impacts of Indonesian Government Policies, Pholosophy at
Murdoch University.
Mudradjad, Kuncoro. 2008. Strategi Pengembangan Pasar Modern dan
Tradisional.
Munandar, M. 2006. Pokok-pokok Intermediate Accounting, Universitas Gadjah
Mada.
Nanga, Muana: 2001. Makro Ekonomi Teori, Masalah dan Kebijakan, Edisi
Pertama: Rajawali Press
Nata, Wirawan. 2002. Statistik II. Edisi Kedua. Denpasar : Keraras Emas.
Nama, Artawa. 2012, Pasar Seni Sukawati Orientasi Sekolah Tinggi Pariwisata
Nusa Dua, Dinas Pendapatan Kabupaten Gianyar.
Natelda R. Timisela, Stephen F. W. Thenu dan Junianita F. Sopamena, 2009
Analysis of Factors Affecting the Time Spent and Income of Women
Craftsmen from Sago Home Industry in Saparua District. Jurnal
Budidaya Pertanian, Vol. 5. No 2, Desember 2009.
Nilakusmawati, Desak Putu Eka. 2009. Kajian Aktivitas Ekonomi Pelaku Sektor
Informal di Kota Denpasar (Studi Kasus Wanita Pedagang Canang
Sari), dalam Piramida (Jurnal Kependudukan dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia). Vol.V No.2 Desember 2009, hal 1-27.
Onakoya & Fasanya, 2013. Small and Medium Scale Enterprises Financing and
Economic Growth in Nigeria. European Journal of Bussiness and
Management Vol.5. No 4 2013.
Olaitan, M.A, 2011. Finance for small and medium enterprises in Nigeria,
Agricultural credit guarantee scheme fund. Journal of International
Farm Management Vol.3. No.2 - January 2006
Pardiana Wijayanti, 2012. “Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha
Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket ( Studi Kasus di
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang )” (tesis). Semarang:
Universitas Diponegoro.
Paramita Pradnya, AA Mirah. 2013. “Efektivitas dan Dampak Program Revitalisasi
Pasar Tradisional Di Pasar Agung Peninjoan” Jurnal Piramida.7 (1)
available at: ejournal.unud.ac.id/ E Jurnal EP Unud, 2 (
5) 233-243.
Kantor Pasar Seni Sukawati Kabupaten Gianyar . 2012. Data Pedagang Pasar
Seni Sukawati Kabupaten Gianyar.
Kasmir, 2006. Kewirausahaan. Jakarta. Penerbit Raja Grafindo Persada.
Radar Bali, 2013. Pasar Seni, Kian Sepi Wisman. Edisi minggu 8 Desember 2013.
Republika, 2013. Perkembangan pasar oleh-oleh di Kabupaten Gianyar.
Republika.co.id/mediadetail.php?module=detailberita&kid=6&kid.
Diunduh tanggal 17 april 2013.
Riyanto, Bambang. 2002. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Tiga
Cetakan Ketujuh belas, Yogyakarta. Penerbit Yayasan Penerbit
Gadjah Mada.

Samuelson, Paul A. & William D. Nordhaus. 2002. Makro Ekonomi. Edisi 12 jilid

2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Santoso, Singgih. 2004. SPSS Statistika Multivariat, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.

Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan

Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sejati K Wahyuning dkk., 2006. Analisis Karakteristik dan Kelembagaan Pasar Modern
dan Konvensional Komoditas Telur Ayam Ras Di Provinsi Jawa Barat.
Jurnal SeminarNasional Teknologi Peternakan dan Veteriner

2006. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Sherly Purnama, Ida Ayu Made. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan
Wisatawan Domestik Berbelanja di Pasar Oleh-oleh Modern (Studi
Kasus di Kota Denpasar) Jurnal Piramida.7 (1) available at:
ejournal.unud.ac.id/

Sheng Tai, Chu. 2006. Market Integration and Currency Risk in Asian Emerging
Market. Journal Departement of Accounting and Finance, Jesse H.
Jones School Of Business, Texas Southern University.

Sofia, Hanni. Memperkuat Struktur Permodalan UMKM. Laporan diunduh dari


http://www.pelita.or.id/cetakartikel.php?id=33124 pada tanggal 6
Juni

2009.

Sri Susilo & Edi Sutarta. 2004. Masalah dan Dinamika Industri Kecil Pasca Krisis
Ekonomi. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.9 No.1, juni 2004 Fakultas
Ekonomi Universitas Atmajaya.

Sri Yuniartini. 2013. Pengaruh Modal, Tenaga Kerja dan Tekonologi terhadap Produksi
Industri Kerajinan Ukiran Kayu di Kecamatan Ubud. available at:
ejournal.unud.ac.id/ Vol.2, No.2, Februari 2013.

Struyk Raymond J. 2011. Which Indonesian Small and Medium Firms Use Formal
Financial Services ?. Journal of Economic and Finance. Vol.3, No.4;
September 2011.
Siska Febriani, 2012. Kajian Potensi Pasar Seni Sukawati Sebagai Obyek Wisata
Budaya Di Desa Sukawati Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar (
Tinjauan Geografi Pariwisata). Jurusan Pendidikan Geografi, Undiksha
Singaraja.

Stice ,Earl K Stice, James D and Skaousen, K. Fred. 2011. Intermediate Accounting,
Edisi ke 15, Cetakan Pertama diterjemahkan oleh Palupi Wariati, Penerbit :
Palupi Wariati, Salemba Empat, Jakarta.

Sudha Venkatesh. 2006. SMEs In India : Importance an Contribution. Asian Journal of

Management Research. Research Article ISSN 222- 3795.

Sukarsa, I Made. 2011 . Biaya Ritual di Bali Rp 1,8 Triliun Pertahun Potensi yang
Perlu Digarap Masyarakat Bali dalam http://majalahhinduraditya.
blogspot.com/2011/05/biaya-ritual-di-bali-rp

Sukirno, Sadono. 2000. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Jakarta : PT. Rai

Grafindo Persada.

Sukadi dkk., 2013. Pengembangan Potensi Pariwisata Spiritual Berbasis


Masyarakat Lokal Di Bali. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol.2,
No.1, April 2013. Universitas Pendidikan Ganesha.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Enam belas. CV Alfabeta.

Bandung.

Sukirno, Sadono. 2006. Makro Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudirmansyah, 2011.Pengertian dan Jenis-Jenis Pasar. Diakses dari


http://www.sudirmansyah.com/artikel-ekonomi/pengertian-dan-jenis-
jenis pasar.html. Diunduh tanggal 30 maret 2013.

Suparmoko, 1990. Pengantor Ekonomi Mikro, Edisi Pertama BPFE Yogyakarta.

Statistik Pariwisata Bali 2012. Dinas Pariwisata Provinsi Bali.

Todaro, Michael P., 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi

Ketujuh, terjemahan, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Todaro, Michael P., 2006, Pembangunan Ekonomi jilid satu, Edisi Kesembilan
terjemahan, Jakarta, Penerbit Erlangga.

Tambunan, Tulus TH. DR, 2002. Usaha Kecildan Menengah di Indonesia:


Beberapa Isu Penting, Penerbit Salemba Empat Tahun 2002, hai 61.
Tambunan, T. "The Role of Small Firms in Indonesia." Small Business Economics

(Springer) 4, no. 1 (March 1992): 59-77.

Tambunan, Tulus TH. 2009. UMKM di Indonesia. Ghalia Indonesia. Ciawi-Bogor.

Tiasta dkk., 2012. Analisis Kebutuhan Parkir Di Pasar Seni Guwang Kabupaten

Gianyar. available at: ejournal.unud.ac.id/ Jurnal Ilmiah Elektronik

Infrastruktur Teknik Sipil Universitas Udayana.

Tri Hentiani, 2011. “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan


Pedagang Informal Di Pajak Sentral Medan” (tesis). Medan :
Universitas Sumatra Utara.

Tuanakota, M Theodurus., 2000. Teori Akuntansi, Jakarta, Lembaga Penerbit FE-


UI.

Vera Laksmi Dewi, Anak Agung Ayu, 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pendapatan Pedagang Canang di Kabupaten Badung. Jurnal Piramida.7
(1) available at: ejournal.unud.ac.id/

Wahyuning K. Sejati dkk., 2006. Analisis Karakteristik Dan Kelembagaan Pasar


Modern Dan Konvensional Komoditas Telur Ayam Ras Di Provinsi
Jawa Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan Dan Veterinier,
Institut Pertanian Bogor, 2006.

Winardi, 2006, Ekonomi Internasional, Erlangga, Jakarta.

Wirautama. 2012. Tourism Field Study 2012: Tradisional vs Modern Dalam


Pengelolaan Pasar seni http://news.stpbali.ac.id/2012/12/tourism-
field-study-2012/.Diunduh tanggal 3, bulan Desember, tahun 2012.

Widya Utama, I Gst Bagus Adi, 2012. “Faktor-faktor yang mempengaruhi


Pendapatan Pengusaha Perak di Desa Celuk Kecamatan Sukawati
Kabupaten Gianyar” (tesis). Denpasar : Universitas Udayana.

Wengel, Jan ter, dan Edgard Rodriguez. "SME Export Performance in Indonesia

After The Crisis." Small Business Economics (Springer) 26 (2006):

25-37.

Yusuf Yusbar dkk.,2010. Implikasi Program Nasional Pemberdayaan


Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan Terhadap Pendapatan
Pedagang Kecil Di Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan
Propinsi Riau Tahun 2007-2010. Journal of Economics. Fakultas
Ekonomi Universitas Riau.
VIII. LAMPIRAN

DATA :

jam lokasi
lama kerja parkir pendapatan (juta)
no. modal usaha
usaha usaha

13 12 0.60319 1 12
1 11
27 25 1.65485 1 26
2 25
14 12 1.13074 1 11
3 10
46 47 0.01636 1 45
4 34
35 34 -1.77689 1 33
5 32
22 26 0.37077 1 24
6 23
19 18 0.37077 0 17
7 16
32 32 0.60319 1 31
8 30
39 37 0.37077 1 38
9 37
41 41 -0.1329 1 40
10 39
30 41 -1.42591 1 29
11 30
12 28 0.37077 0 14
12 15
22 12 -0.1329 0 21
13 22
28 30 0.37077 0 29
14 28
35 32 -0.40415 0 34
15 33
16 14 -0.40415 1 15
16 14
38 16 -0.40415 1 17
17 18
23 23 0.85949 0 22
18 23
20 17 1.0919 1 19
19 20
39 38 1.0919 1 37
20 38
27 30 0.37077 1 28
21 29
44 42 -0.93376 1 43
22 42
35 28 0.09952 1 36
23 35
18 15 0.09952 1 16
24 15
24 25 0.87444 1 23
25 22
33 48 0.37077 0 46
26 45
36 36 0.37077 0 35
27 34
24 26 -1.40546 0 25
28 24
11 12 0.16223 0 10
29 11
15 14 0.09952 0 13
30 12
48 50 0.60319 1 48
31 47
42 30 0.60319 1 41
32 42
21 21 -0.15678 0 20
33 19
28 25 -0.15678 0 27
34 26
43 43 -0.15678 0 44
35 43
20 19 -1.26772 0 18
36 17
38 40 -0.64549 0 39
37 38
43 43 1.65485 1 42
38 43
45 45 0.11104 1 47
39 48
40 38 0.37077 1 39
40 40
34 31 0.4096 1 32
41 33
49 48 -1.40546 1 50
42 49
32 29 -1.40546 1 30
43 31
50 47 -1.45581 0 49
44 50
37 39 1.36315 0 38
45 39
45 45 -0.89286 0 44
46 45
25 27 0.37077 1 26
47 27
34 34 -2.55181 0 35
48 36
19 19 -1.73256 0 20
49 36
16 16 -2.28056 1 15
50 16

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00004 29.8600 11.61985 50

VAR00001 29.8400 11.45953 50

VAR00002 30.5400 11.05498 50

VAR00003 30.1000 11.46823 50

Correlations

VAR00004 VAR00001 VAR00002 VAR00003

Pearson Correlation VAR00004 1.000 .968 .948 .967

VAR00001 .968 1.000 .912 .926

VAR00002 .948 .912 1.000 .904

VAR00003 .967 .926 .904 1.000

Sig. (1-tailed) VAR00004 . .000 .000 .000

VAR00001 .000 . .000 .000

VAR00002 .000 .000 . .000

VAR00003 .000 .000 .000 .

N VAR00004 50 50 50 50

VAR00001 50 50 50 50

VAR00002 50 50 50 50

VAR00003 50 50 50 50

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 x4, x3, x2, x1b . Enter


a. Dependent Variable: y

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Adjusted R Std. Error Change Statistics


Squar Square of the
e Estimate R Square F Change df df2 Sig. F
Change 1 Chang
e

1 ,993a ,986 ,984 ,82662 ,986 774,994 4 45 ,000

Model Summaryb

Model Durbin-
Watson

1 2,301a
a. Predictors: (Constant), x4, x3, x2, x1

b. Dependent Variable: y

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 2118,239 4 529,560 774,994 ,000b

1 Residual 30,749 45 ,683

Total 2148,988 49

a. Dependent Variable: y

b. Predictors: (Constant), x4, x3, x2, x1


Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize t Sig. 95,0% Confidence Interval


Coefficients d for B
Coefficients

B Std. Error Beta Lower Upper


Bound Bound

(Constant
3,095 ,559 5,532 ,000 1,968 4,222
)

x1 ,087 ,011 ,262 8,219 ,000 ,065 ,108

1
x2 ,060 ,003 ,713 23,643 ,000 ,055 ,066

x3 ,247 ,112 ,043 2,202 ,033 ,021 ,474

x4 -,297 ,093 -,077 -3,174 ,003 -,485 -,108

Coefficientsa

Model Correlations Collinearity Statistics

Zero-order Partial Part Tolerance VIF

(Constant)

x1 ,873 ,775 ,147 ,313 3,191

1 x2 ,973 ,962 ,422 ,350 2,858

x3 ,325 ,312 ,039 ,848 1,179

x4 -,647 -,428 -,057 ,538 1,859

a. Dependent Variable: y

Coefficient Correlationsa
Model x4 x3 x2 x1

x4 1,000 -,145 ,117 ,439

x3 -,145 1,000 -,343 ,079


Correlations
x2 ,117 -,343 1,000 -,640

x1 ,439 ,079 -,640 1,000


1
x4 ,009 -,002 2,783E-005 ,000

x3 -,002 ,013 -9,847E-005 9,341E-005


Covariances
x2 2,783E-005 -9,847E-005 6,523E-006 -1,722E-005

x1 ,000 9,341E-005 -1,722E-005 ,000

a. Dependent Variable: y

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalu Condition Variance Proportions


e Index
(Constant) x1 x2 x3 x4

1 4,135 1,000 ,00 ,00 ,01 ,00 ,01

2 ,672 2,480 ,00 ,01 ,04 ,00 ,18

1 3 ,087 6,883 ,07 ,03 ,65 ,17 ,44

4 ,078 7,281 ,03 ,31 ,09 ,55 ,06

5 ,027 12,317 ,90 ,65 ,21 ,27 ,32

a. Dependent Variable: y

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual y Predicted Value Residual


1 -1,666 2,50 3,8774 -1,37739

2 1,892 6,00 4,4356 1,56438

3 -,492 4,00 4,4064 -,40641

4 2,595 7,00 4,8553 2,14475

5 ,850 5,80 5,0970 ,70302

6 -3,020 2,50 4,9962 -2,49624

7 ,558 6,00 5,5387 ,46133

8 -,863 4,00 4,7136 -,71360

9 1,475 7,00 5,7810 1,21901

10 ,355 5,80 5,5067 ,29332

11 -,225 5,00 5,1861 -,18614

12 -,644 5,50 6,0328 -,53275

13 -1,485 6,00 7,2278 -1,22775

14 -1,160 6,50 7,4587 -,95873

15 -,069 7,00 7,0567 -,05671

16 ,351 7,50 7,2095 ,29053

17 -,852 8,00 8,7042 -,70423

18 ,863 8,50 7,7864 ,71361

19 -,677 9,00 9,5595 -,55950

20 -,183 9,50 9,6513 -,15125

21 ,204 10,00 9,8317 ,16831

22 ,692 10,50 9,9278 ,57219

23 ,355 11,00 10,7063 ,29366

24 1,317 13,00 11,9114 1,08864

25 -1,051 11,90 12,7692 -,86916

26 -,039 12,80 12,8327 -,03265


27 -,713 13,00 13,5895 -,58953

28 -,704 13,50 14,0818 -,58183

29 ,092 14,00 13,9238 ,07619

30 ,342 14,50 14,2176 ,28235

31 ,663 15,00 14,4515 ,54845

32 ,814 15,50 14,8273 ,67269

33 ,608 16,00 15,4973 ,50273

34 ,295 16,50 16,2565 ,24350

35 -,908 17,00 17,7509 -,75087

36 1,270 17,50 16,4499 1,05010

37 -,800 18,00 18,6617 -,66165

38 ,582 19,00 18,5188 ,48118

39 ,989 20,00 19,1821 ,81790

40 -,353 21,00 21,2922 -,29218

41 -,390 20,00 20,3227 -,32269

42 -,656 20,50 21,0419 -,54191

Casewise Diagnosticsa

Case Number Std. Residual y Predicted Value Residual

43 -,191 21,00 21,1582 -,15825

44 ,245 21,50 21,2971 ,20291

45 ,249 22,00 21,7944 ,20559

46 ,618 22,50 21,9889 ,51112

47 -,626 23,00 23,5172 -,51716

48 -,035 23,50 23,5292 -,02922

49 -,105 24,00 24,0864 -,08638


50 -,367 24,50 24,8033 -,30329

a. Dependent Variable: y

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 3,8774 24,8033 12,9060 6,57490 50

Residual -2,49624 2,14475 ,00000 ,79217 50

Std. Predicted Value -1,373 1,809 ,000 1,000 50

Std. Residual -3,020 2,595 ,000 ,958 50

a. Dependent Variable: y

Charts
Y dan Y RUMUS
30

20

10

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49

y y rumus
X1+X2+X3+X4+Y
300

250

200

150

100

50

0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 45 47 49

lama usaha jam kerja parkir lokasi usaha pendapatan (juta)


X1 dan Y
27.5 y = 0.2798x + 1.9187
R² = 0.8345
25
24 24.5
22.5 23 23.5
22.5
22
21.5 21 20.5 21
20 20
20
19
17.5 17.5 17 18
16.5
16
15 15.5
15 pendapatan (juta)
1414.5
13.5
12.5 13 12.8
13 Linear (pendapatan (juta))
11.9
11 Linear (pendapatan (juta))
10 10.5
10
9.5
88.59
7.5
77 77.5
6.5
6 5.8
65.85.5 6
5 5
44
2.5 2.52.5

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
X2 dan Y
27.5
y = 0.0824x + 4.2217
25 R² = 0.9461 24.5
24
23.5
22.5 23
22.5
22
21.5
21 21
20 20.5
20 20
19
17.5 18
17.5
17
16.5
16
15 15.5
15 pendapatan (juta)
14.5
14
13.5 Linear (pendapatan (juta))
12.5 1312.8
13
11.9
11 Linear (pendapatan (juta))
10 10.5
10
9.5
9
8.5
7.5 8
7.5
7 77
6.5
6 5.8
6 5.8
6
5 5.5
5
4 4
2.5 2.5 2.5

0
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300
X3 dan Y
30
y = 1.0397x + 2.7795
27.5 R² = 0.7473

25
24.5
24
23.5
23
22.5 22.5
21.5 22
21 21
20.5
20 20 20
19
17.5 18
17.5
17 16.5
16 pendapatan (juta)
15 15.5
15
14.5
14 Linear (pendapatan (juta))
12.5 1313.5
1312.8
11.9 Linear (pendapatan (juta))
11
10.5
10 10
9.5
9
8 8.5
7.5
7 7.5
7 7 6.5
6 5.8 6 6
5.8
5.5
5 5
4 4
2.5 2.5 2.5

0
0 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 22.5 25 27.5

X4 dan Y
25

22.5
21.5
21 21
20 20.5
20
20
19
17.5 18
17.5
17
16.5
16
15 15.5
15
14.5
14 pendapatan (juta)
13.5
12.5 13
12.8
11.9 Linear (pendapatan (juta))
11
10 10.5 Linear (pendapatan (juta))
10
9.5
9
8.5
7.5 8
7.5
7 7
6.5
6 5.8 6 6
5 5.55.8
5
4 4
2.5 2.5 y = -2.5813x
2.5 + 17.772
R² = 0.7047
0
0 1 2 3 4 5 6 7

Anda mungkin juga menyukai