Diajukan Oleh :
KADEK DITA PRAMANA
1707512035
PENDAHULUAN
wisata yang menarik untuk dikunjungi dan terkenal akan keindahan alamnya,
Luas wilayah provinsi Bali adalah 5.636,66 Km2. Provinsi Bali terbagi
atas 8 kabupaten, dan 1 kota, serta terdiri dari 55 kecamatan, dan 701
wisatawan. Menurut Mostafa dan Shah Alam Kabir Pramanik (2015), sektor
infrakstuktur.
1
Menurut Purwanti dan Dewi (2014), pengaruh jumlah kunjungan
jumlah kamar yang terjual, jika dibandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang
mampu untuk dijual (Austriana, 2005). Menurut Abdullah dan Mohd Hairil
Hamdan (2012), untuk dapat bertahan dalam persaingan, sangat penting bagi
operator hotel untuk secara kontisten meningkatkan faktor internal mereka untuk
tersedianya kamar hotel yang memadai, para wisatawan tidak segan untuk
berkunjung ke suatu daerah, terlebih jika hotel tersebut nyaman untuk disinggahi.
Oleh karena itu, industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan dengan
apabila wisatawan tersebut semakin lama menginap (Rudi, 2001). Para wisatawan
akan merasa lebih aman, nyaman, dan betah untuk tinggal lebih lama di daerah
Sarbagita disajikan pada pada Tabel 1.1. Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dijelaskan
2
tingkat penghunian kamar hotel/akomodasi di Kawasan Sarbagita, tahun 2014-
2019 pada hotel bintang tertinggi pada tahun 2018 dimana di Kabupaten Badung
tingkat hunian hotel sebesar 67,64 dan hotel non bintang tertinggi pada tahun
2017 di Kabupaten Badung sebesar 51,81. Tingginya tingkat hunian hotel akan
mempengaruhi tingkat pendapatan yang diterima pihak hotel. Hal ini diharapkan
tersedia di hotel.
Tabel 1.1 Tingkat Hunian Hotel Bintang dan Non Bintang di Kawasan
Sarbagita Tahun 2014-2019
Hotel Bintang (%)
Kabupaten/Kota
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Badung 61.43 62.33 63.38 66.75 67.64 63.93
Gianyar 56.3 50.7 57.22 47.68 53.69 49.85
seni, budaya dan keindahan alamnya didalamnya ada keragaman produk dan
3
yang memadai seperti penginapan, fasilitas rekreasi, tempat dan atraksi wisata,
Undang Nomor 10 tahun 2009). Jadi dalam pengertian ini wisatawan adalah
sosial ekonomi masyarakat lokal dikelompokan oleh Cohen (Pitana dan Diarta,
kontrol, (7) dampak terhadap pembangunan pada umumnya, (8) dampak terhadap
pemerintah daerah.
sektor lain seperti sektor industri dan jasa. Melonjaknya kunjungan wisatawan ke
Provinsi Bali berpotensi memberikan pengaruh bagi sektor lain. Dengan adanya
4
utama bagi wisatawan berkunjung. Menurut Sudibya (2004:262) Daya Tarik
Wisata dibedakan menjadi 3 macam, yaitu daya tarik alam, daya tarik budaya dan
kontribusi yang dapat diberikan terhadap Pendapatan Asli daerah (PAD). Ini
pendapatan asli daerah di kabupaten Gianyar dan penelitian yang dilakukan oleh
5
terhadap PAD. Pendapatan sektor pariwisata merupakan pendapatan yang
diperoleh daerah melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak dan
retribusi. Seperti retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran,
diketahui bahwa tingkat hunian hotel, jumlah wisatawan, jumlah daya tarik wisata
penulis tertarik untuk melihat pengaruh tingkat hunian hotel, jumlah wisatawan
dan jumlah daya tarik wisata terhadap pendapatan sektor pariwisata di kawasan
Sarbagita.
1) Apakah tingkat hunian hotel, jumlah kunjungan wisatwan dan jumlah daya
jumlah daya tarik wisata secara parsial terhadap pendapatan sektor pariwisata
di Kawasan Sarbagita?
6
1) Untuk menganalisis pengaruh tingkat hunian hotel, jumlah kunjungan
wisatwan dan jumlah daya tarik wisata secara simultan terhadap pendapatan
wisatwan dan jumlah daya tarik wisata secara parsial terhadap pendapatan
maupun praktis. Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
pengaruh Tingkat hunian hotel, jumlah kunjungan wisatwan dan jumlah daya
Sarbagita.
2) Manfaat Praktis
jumlah kunjungan wisatwan dan jumlah daya tarik wisata secara parsial
7
BAB II
pariwisata adalah proses perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka
waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana mereka biasa hidup dan
Menurut Mathieson dan Wall dalam Pitana dan Gayatri (2005), bahwa
diluar tempat tinggal dan tempat bekerjanya dan melaksanakan kegiatan selama di
mereka.
sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk obyek dan daya tarik wisata
perjalanan wisata, (2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, (3) Pengusahaan
8
tersebut adalah: 1) Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan dan
meningkatkan mutu obyek dan daya tarik wisata; 2) Memupuk rasa cinta tanah air
2.1.2 Wisatawan
tertentu menjadi salah satu bukti bahwa daerah tersebut mempunyai daya tarik
wisata yang besar. Ada beberapa ahli yang mencoba untuk mendefinisikan kata
9
dikunjunginya”.
jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana
Ada beberapa manfaat jika banyak wisatawan mengunjungi suatu tujuan wisata
tertentu, salah satunya melalui penerimaan berbagai retribusi dan pajak yang
pernyataan dari Ramdani yang pada intinya berisi mengenai pengaruh langsung
lama wisatawan menginap dalam setiap kunjungan wisata maka secara langsung
Salah satu pengaruh ekonomi dalam kegiatan pariwisata di suatu daerah terletak
1
0
banyak uang daripada yang dilakukan wisatawan tersebut di daerah asalnya.
berbagai jenis pajak dan retribusi dari dunia usaha yang terkait dengan pariwisata.
Hal ini sejajar dengan peningkatan yang diharapkan dari jumlah wisatawan yang
berkunjung di Indonesia. Hal ini dapat diasumsikan bahwa jika wisatawan banyak
berkunjung, semakin besar pula pendapatan dari berbagai retribusi dan pajak
pariwisata yang diperoleh. Wisatawan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
berapa jalur( Brida et al, 2010). Pertama sektor pariwisata sebagai penghasil
devisa untuk memperoleh barang modal yang digunakan dalam proses produksi
indirect dan induced effect (Spurr, 2006). Keempat, pariwisata ikut berkontribusi
1
1
Chang, 2008). Kelima, pariwisata menyebabkan positive economies of scale
(weng dan wang 2004). Pariwisata juga faktor penting dalam penyebaran
pariwisata merupakan salah satu sektor strategis yang harus dimanfaatkan untuk
ekonomi suatu wilayah, pariwisata dianggap sebagai suatu aset yang strategis
potensi objek wisata. Hal ini disebabkan karenan pariwisata memiliki tiga aspek
(penciptaan lapangan kerja) dan aspek budaya. Selanjutnya, Samimi et al., (2011)
karena itu dapat memicu pertumbuhan ekonomi, terlebih ini yang mendorong dii
1
2
2.1.4 Occupancy/Tingkat Hunian Kamar
Tujuan utama dari sebuah industri atau usaha perhotelan adalah untuk
mendapatkan sebanyak mungkin tingkat hunian kamar namun tidak terlepas dari
kepuasan wisatawan yang akan menghuni kamar tersebut, karena semakin tinggi
tingkat hunian kamar akan menunjukan semakin besar keuntungan yang akan
atau usaha perhotelan perlu adanya manajemen yang baik dan terorganisir.
sampai sejauh mana jumlah kamar yang terjual jika dibandingkan dengan seluruh
jumlah kamar yang mampu untuk dijual. Tingkat hunian kamar yang tinggi di
sebuah hotel maka akan dapat memberikan keuntungan dan pengasilan yang
diukur secara persentase yaitu membandingkan jumlah kamar yang terisi dengan
jumlah kamar yang tersedia pada periode tertentu. Meningkatnya tingkat hunian
kamar tidak hanya tergantung pada tamu yang datang menginap di hotel tersebut,
tetapi juga melalui sistem pelayanan yang mengusahakan kepuasan tamu secara
meningkatkan hunian kamar antara lain adalah lokasi hotel, fasilitas hotel,
pelayanan kamar, harga kamar dan promosi. Berikut ini penjelasan tentang faktor-
13
faktor yang mempengaruhi tingkat hunian kamar yaitu, :
Lokasi ini berperan sangat besar dalam keberasilan menarik minat tamu yang
posisi tawar yang lebih baik dalam menetapkan harga kamarnya sehingga
lokasi yang strategis membuat tamu menjadi lebih lama tinggal. Hal ini dapat
memberikan kontribusi yang besar bagi tingkat hunian kamar hotel tentunya.
Baik hotel ataupun villa menetapkan standar pelayanan kepada tamu yang
istimewa. Standar pelayanan harus bersifat unik dan khas sehingga dapat
yang maksimal. Namun sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa maka
(4) Promosi
14
Promosi pada dasarnya bertujuan untuk menginformasikan kepada banyak
orang bahwa ada produk yang ditawarkan untuk dijual. Pernyataan ini dapat
keberhasilan menjual kamar dari sebuah hotel, villa atau pun resort melalui
usaha hotel dalam tujuan penjualannya dalam Pleanggra (2012) pada umumnya
1) Penyewaan kamar.
Secara teoritis semakin tinggi tingkat hunian hotel, maka secara langsung
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
15
kunjungan wisatawan.
1985 menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang
lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang
“Ilmu Pariwisata” tahun 1994 mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik, keunikan
dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke suatu daerah
tertentu.
olahraga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, dan lainnya dengan satuan
yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, yang
a. Pajak hotel
Pungutan wajib yang di bebankan kepada tiap-tiap hotel yang telah memenuhi
16
yang telah memenuhi syarat untuk dikenakan pajak.
c. Pajak hiburan
Pungutan wajib yang dibebankan kepada tiap-tiap tempat hiburan yang telah
d. Retribusi kios
Pungutan daerah yang dikenakan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
f. Retribusi iklan
Pungutan wajib yang diberikan keada tiap-tiap hotel dan restoran yang telah
17
Penerimaan daerah yang didapat dari dinas pariwisata.
penerimaan retribusi karena masih mendapat dana dari pemerintah pusat. Upaya
pengelolaanya untuk mengetahu berapa besar potensi yang riil atau wajar, tingkat
keefektifan dan efisiensi. Peningkatan retribusi yang memiliki potensi yang baik
melalui kegiatan pariwisata yang di pungut melalui pajak dan retribusi. Seperti
retribusi obyek rekreasi dan olahraga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan dan
Surabaya, tingkat hunian kamar hotel (okupansi hotel) adalah banyaknya kamar
yang dihuni dibagi kamar yang tersedia dikalikan 100%. Tingkat okupansi
Tingkat hunian kamar adalah suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar-
kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang mampu
hotel dalam menjual produk utamanya, salah satunya yaitu kamar (Vicky,
18
Hanggara, 2009).
jurnalnya, menyatakan bahwa ketika jumlah kamar hotel yang tersedia memadai,
maka jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat dan semakin banyak pula
permintaan terhadap kamar hotel. Saat hotel tersebut terasa nyaman untuk
disinggahi, mereka akan semakin nyaman untuk tinggal lebih lama lagi.Sehingga
industri pariwisata dan kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel,
akan lepas dari kebutuhan dalam hidup yang paling pokok, yaitu makan
dan tidur. Hotel menyediakan jasa penginapan, makan, dan minum serta
wisatawan.
2) Hotel menggantikan fungsi rumah “di luar rumah” (away home from
memberikan:
19
b. Rasa kenyamanan yang menyenangkan (comfort).
c. Kesendirian (privacy).
Hotel sebagaimana rumah adalah tempat awal atau basis seseorang dalam
memenuhi kebutuhan ini hotel menyediakan fasilitas serta sarana yang diperlukan
seperti televisi, telepon, lobby, aula, computer, dan lain-lain. Dengan demikian,
semakin banyak fasilitas yang dimiliki oleh hotel semakin besar daya tarik
wisatawan untuk menginap di hotel tersebut. Semakin banyak umlah hotel dalam
pemerintah daerah.
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pemerintah daerah.
20
d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti asuhan,
e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel
f. Jasa pelayanan hotel untuk kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing, dan
Oleh karena itu semakin banyak jasa yang dinikmati wisatawan di suatu
hotel akan menambah penerimaan atau pendapatan hotel, dan selanjutnya akan
Penerimaan sektor pariwisata tidak terlepas dari peran pajak dan retribusi.
Dengan menjumlahkan pajak seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan
tempat penginapan, retribusi tempat rekreasi dan pendapatan lain yang sah maka
daerah tujuan wisata tentunya akan membawa dampak positif terhadap tingkat
hunian kamar hotel. Semakin banyak kamar hotel yang terjual, maka semakin
besar pula pendapatan yang akan diterima oleh pengelola hotel tersebut ( Sada
21
sektor pariwisata berpotensi meningkatkan pendapatan asli daerah melalui
semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut,
paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di
daerah tujuan wisata. Hal ini dapat diasumsikan bahwa jika wisatawan banyak
berkunjung, semakin besar pula pendapatan dari berbagai retribusi dan pajak
asli daerah di kabupaten Gianyar. Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan
daerah adalah karena adanya daya tarik wisata yang menarik untuk dikunjungi
didaerah tersebut. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah, swasta dan
masyarakat untuk menciptakan atau membuka daya tarik wisata yang menarik
sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut.
Dengan demikian, jumlah daya tarik wisata yang ada diharapkan dapat
22
meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pariwisata, baik melalui pajak
Pendapatan Daerah
Sektor Pariwisata (Rp)
Y
Gambar 2.1
Kerangka Konsep Pengaruh Tingkat Hunian Hotel, Jumlah Kunjungan
Wisatawan Asing, Jumlah Daya Tarik Wisata Terhadap Pendapatan Sektor
Pariwisata Di Kawasan Sarbagita
Keterangan :
: pengaruh secara simultan
: pengaruh secara parsial
23
Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban atau pernyataan sementara dari
1) Tingkat hunian hotel, jumlah kunjungan wisatwan dan jumlah daya tarik
2) Tingkat hunian hotel, jumlah kunjungan wisatwan dan jumlah daya tarik
24
BAB III
METODE PENELITIAN
(X2), dan Jumlah Daya Tarik Wisatawan (X3) terhadap variabel terikat yaitu
Gianyar, Tabanan dan Kota Denpasar dan Dinas Pariwisata Kabupaten Badung,
Gianyar, Tabanan dan Kota Denpasar serta dari sumber-sumber lainnya yang
mendukung.
utama yang akan dilakukan penelitian, dalam hal ini yang menjadi objek
25
penelitian tingkat hunian hotel, jumlah wisatawan, jumlah daya tarik wisata dan
Desain penelitian yang telah diuraikan maka terdapat dua jenis variabel
bebas adalah Tingkat Hunian Hotel, Jumlah Wisatawan dan Jumlah Daya
Tarik Wisata.
berikut:
Tingkat hunian (X1) adalah suatu keadaan sampai sejauh mana jumlah
kamar yang terjual jika dibandingkan dengan seluruh jumlah kamar yang
mampu untuk dijual. Tingkat hunian hotel dihitung dalam satuan persen
26
2) Kunjungan Wisatawan
orang.
Daya Tarik Wisata (X3) segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu. Daya tarik wisata dihitung dalam satuan
buah.
olahraga, pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, dan lainnya. Pendapatan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu data
1) Data kuantitatif, menurut Sugiyono (2014), data kuantitatif adalah data dalam
27
2) Data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka-angka dan tidak dapat
keterangan yang berbentuk kata, kalimat dan gambar tetapi diperlukan untuk
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
perantara, seperti orang lain atau dokumen (Sugiyono, 2014). Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil publikasi dari data yang sudah
ada di kumpulkan antara lain dari Badan Pusat Statistik, melalui jurnal, jumlah
daya tarik wisata diperoleh dari Dinas pariwisata Kabupaten Badung, Gianyar,
Tabanan dan Kota Denpasar, buku tentang ekonomi pembangunan dan melalui
media internet.
dengan mengunakan metode observasi non perilaku yang diambil dari berbagai
refrensi, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca, menyalin dan mengolah
dokumen, serta catatan tertulis yang ada (Sugiyono, 2002). Adapun berbagai
refrensi atau publikasi dari berbagai pihak berwenang dan instansi terkait seperti
data dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pariwisata dan Dinas Pendapatan
Kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan dan Kota Denpasar Buku dan Internet.
28
3.8 Teknik Analisis Data
menggabungkan data runtut waktu (time series) dan data sialang (cross section).
dengan menggunakan data panel dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara
lain:
Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena hanya
mengombinasikan data time series dan data cross section. Pada model ini tidak
data perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa
terkecil untuk mengestimasi model data panel. Dengan model yang sebagai
berikut :
Y it =α + X 1 it βit + ε it .......................................................................................(3.1)
Dimana:
Y : Variabel Dependen
α : Konstanta
X1 : Variabel Independen 1
β : Koefisien Regresi
ε : Error Terms
t : Periode Waktu/Tahun
i : Cross Section (Individu)/Perusahaan RDS
29
2) Fixed Effect Model
dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effect
ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).
1
Y it =α +i α 1 + X it βit + ε it ......................................................................... (3.2)
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin
saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model random effect
Model ini juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik
Generalized Least Squar (GLS). Dengan model yang sebagai berikut (Rosadi,
2012:273) :
b) Pemilihan Model
Menurut Basuki (2016: 277), untuk memilih model yang paling tepat
30
dalam mengelola data panel, terdapat beberapa pengujian yang dapat dilakukan,
yakni :
1) Uji Chow
Merupakan pengujian untuk menentukan model fixed effect atau Common Effect
Apabila nilai F hitung lebih besar dari F kritis maka hipotesis nul ditolak yang
artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect.
2) Uji Hausman
Merupakan pengujian statistik untuk memilih apakah model Fixed Effect atau
Apabila nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai kritis Chi-Square maka
artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Fixed Effect.
Apabila nilai LM hitung lebih besar dari nilai kritis Chi-Squares maka artinya
31
model yang tepat untuk regresi data panel adalah model Random Effect. Hipotesis
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua
atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan
positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen
apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang
Y t =α + β1 X 1 + β 2 X 2+ β3 X 3 ......................................................................(3.5)
Keterangan:
Yt = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1,X2,X3 = Variabel independent
α ..................................................................= Konstanta (nilai
Y’ apabila X1, X2 Xn = 0)
β = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
Penelitian ini menguji asumsi klasik yang melekat pada persamaan model regresi
sehingga data-data yang digunakan dalam pengujian hipotesis bebas dari asumsi
klasik untuk mendapatkan model yang layak diteliti. Pengujian asumsi klasik
32
meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji
heterokedastisitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji residual dari model regresi yang
model sudah normal atau tidak, pertama dapat dilakukan dengan melihat
2) Uji Multikolinearitas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebas atau bebas dari
antar sesama variabel bebas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai
inflation factor (VIF), dan bila nilai tolerance lebih dari 10 persen atau
33
yang signifikan, tapi variabel bebas mungkin sedikit atau tidak ada yang
3) Uji Heteroskedastisitas
pengamatan yang lain suatu model regresi. Salah satu cara untuk menguji
a. Formulasi Hipotesis
c. Kriteria pengujian
34
d. Perhitungan Statistik. (1–R2/ (n–k)
R2 (k–1) .................................................................(3.6)
F=
Keterangan :
R2 = koefisien determinasi n = jumlah observasi
k = banyaknya variabel dalam regresi
e. Menarik kesimpulan.
Jika F hitung lebih kecil dari F tabel atau seginifkansi lebih besar dari 0,05
maka Ho diterima, dan jika F hitung lebih besar dari F tabel atau signifikansi
a) Rumusan Hipotesis
b) Taraf Nyata
Dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% dengan
c) Kriteria Pengujian
35
H0 ditolak jika t-hitung > t-tabel
b 1−β 1
t 1= ............................................................................................(3.7)
Sb 1
Keterangan:
t1 = t hasil perhitungan
b1 = koefisien regresi parsial yang ke-1 dari regresi
sampel β1 = koefisien parsial yang ke-1 dari regresi populasi
Seβ1 = standar error dari b1
e) Simpulan
yang berarti variabel Tingkat Hunian Hotel tidak berpengaruh nyata terhadap
diperoleh t-hitung > t-tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, ini berarti
a) Rumusan Hipotesis
36
b) Taraf Nyata
Dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% dengan
c) Kriteria Pengujian
b 2−β 2
t 2= ......................................................................................(3.8)
Sb 2
Keterangan:
t2 = t hasil perhitungan
b2 = koefisien regresi parsial yang ke-2 dari regresi sampel
β2 = koefisien parsial yang ke-2 dari regresi populasi
Seβ2 = standar error dari b2
e) Simpulan
a) Rumusan Hipotesis
37
H0 : β3 ≤ 0, berarti variabel Daya Tarik Wisata tidak berpengaruh terhadap
pendapatan sektor pariwisata di Kawasan Sarbagita.
b) Taraf Nyata
Dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5% dengan
c) Kriteria Pengujian
b 2−β 2
t 2= ..........................................................................................(3.9)
Sb 2
Keterangan:
t3 = t hasil perhitungan
b3 = koefisien regresi parsial yang ke-3 dari regresi sampel
β3 = koefisien parsial yang ke-3 dari regresi populasi
Seβ3 = standar error dari b3
e) Simpulan
yang berarti variabel Daya tarik Wisata tidak berpengaruh nyata terhadap
ditolak dan H1 diterima, ini berarti variabel Daya Tarik Wisata berpengaruh
38
positif terhadap pendapatan sektor pariwisata di ditolak dan H 1 diterima, ini
39
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Agus Tri and Prawoto, Nano. 2016. Analisis Regresi Dalam Penelitian
Ekonomi & Bisnis : Dilengkapi Aplikasi SPSS & EVIEWS. Depok : PT
Rajagrafindo Persada
Blundell E., V. Schaffer dan B. D. Moyle. 2020. Dark sky tourism and the
sustainability of regional tourism destinations. Tourism Recreation
Research 45(4): 1-8.
40
Dariah, A. R. dan Y. Sundaya. 2012. Pengaruh Perkembangan Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran Kota Bandung terhadap Sektor
Pertanian Daerah Lainnya di Jawa Barat. Jurnal Ekonomi Kuantitatif
Terapan 5(2): 134-140.
41
Horbin Normal University. www.ikorea.ac.kr. Diakses tanggal 8
Desember 2020.
Rosadi, Dedi. 2012. Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan
Eviews. Yogyakarta : ANDI
Rudi, Badruin. 2001. Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Daerah
Istimewa Yogyakarta Melalui Pembangunan Industri Pariwisata. Kompak.
Ekonomi, Universitas Diponegoro.
42
Spillane, J. J. DR. 2001. Ekonomi Pariwisata (Sejarah dan Prospeknya).
Yogyakarta: Kanisius.
Taufik, M., E. Rochaida, Fitriadi. 2014. Pengaruh Investasi dan Ekspor Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Serta Penyerapan Tenaga Kerja Provinsi
Kalimantan Timur. Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan 7(2): 90-101.
43
Yasa, I. K. A. dan S. Arka. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas
Pendapatan Antar Daerah terhadap Kesejahteraan Masyarkat Provinsi bali.
Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan 8(1): 63-71.
44