Disusun Oleh :
Kelompok 9
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga kami bisa
menyusun makalah yang bejudul “Pelanggaran Hak Cipta Atas Lagu Lagi Syantik Milik
Pedangdut Siti Badriah yang Dibawakan Ulang Gen Halilintar Tanpa Izin” ini. Kami juga
menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan motivasi dan
dorongan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Bisnis yang
dibimbing oleh Ibu Friztina Anisa, SE, MBA. Dalam penyusunan makalah ini kami
mengambil dari sumber referensi buku dan internet. Kami menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kami harap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca maupun kami sebagai penyusun makalah.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hak cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau peneriima hak untuk
mengumumkan atau memperbanyak atau memberi izin ciptaannya dalam bidang
pengetahuan, kesenia, dan kesusastraan, dengan pembatasan-pembatasan tertentu. Ketentuan
pokok tentang hak cipta terdapat dalam suatu Undang-Undang khusu tentang hak cipta.
Bentuk-bentuk pelanggaran, misalnya terdapat bagian-bagiannya telah disalin secara
sinstantif, memiliki kesamaan, diperbanyak atau diumumkan tanpa izin.
Begitu banyaknya kasus pelanggaran hak cipta yang terjadi di Indonesia merupakan
suatu hal yang meresahkan para pencipta karya. Suatu bentuk karya atas kreativitas sesorang
yang selayaknya dihargai justru dijadikan sebagai kesempatan oleh berbagai pihak yang tidak
bertanggungjawab untuk mencari keuntungan semata. Semakin hari, kasus pelanggaaran hak
cipta di Indonesia semakin meningkat.
Belum lama ini, perusahaan rekaman sekaligus label musik Nagaswara melayangkan
gugatan perdata kepada keluarga Gen Halilintar terkait terkait dengan pelanggaran hak cipta
di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gen Halilintar dianggap melanggar hak cipta karena
tanpa izin telah memproduksi ulang lagu Lagi Syantik yang dipopulerkan oleh Siti Badriah.
Gen Halilintar juga diketahui telah mengaransemen dan mengubah lirik lagu Lagi Syantik.
Nagaswara adalah pemilik izin lagu tersebut. Gugatan tercatat di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dengan nomor 82/Pdt.Sus HakCipta/2019/PN.Niaga.Jkt.Pst. Nagaswara menuntut Gen
Halilintar untuk membayar ganti rugi sebesar Rp 9,5 miliar. Kasus ini berawal sejak akhir
tahun 2018 dan telah berakhir pada akhir Maret 2020.
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)
2. Untuk mengetahui pengertian hak cipta
3. Memahami kronologi atas kasus yang terjadi
4. Mengetahui pelanggaran hukum yang terjadi di dalam kasus pelanggaran hak cipta
5. Mengetahui bagaimana penyelesaian kasus pelanggaran hak cipta
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan demikian, objek dari pengaturan tentang hak cipta adalah ciptaan di bidang
pengetahuan, kesenian, dan kesusastraan, yang meiputi beberapa hal sebagai berikut :
1. Buku
2. Program komputer, pamflet, perawajahan (layout) karya tulis yang diterbitkan
dan semua hasil karya tulis lain
3. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain sejenis itu
4. Alat peraga yang dibut untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan
5. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks
6. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim
7. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar seni ukir, seni kaligrafi,
seni pahat, seni patung, kolassedan seni terapan
8. Arsitektur
9. Peta
10. Seni batik, fotografi
11. Sinamatografi
12. Terjemahan, tafsir saduran, bunga rampai, database dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan.
Pada akhir tahun 2018, Gen Halilintar mengcover lagu Siti Badriah yang berjudul
"Lagi Syantik" di akun YouTube mereka tanpa izin pihak label musik Nagaswara. Pihak
Nagaswara selaku label musik yang menaungi pedangdut Siti Badriah menduga Gen
Halilintar telah melanggar hak cipta. Keduanya kemudian melakukan mediasi dan pihak
Nagaswara meminta pertanggungjawaban pihak Gen Halilintar. Akan tetapi pertemuan
tersebut tidak membuahkan hasil. Demi mendapatkan kepastian, Nagaswara menempuh jalur
hukum dengan mengajukan gugatan. (sumber : www.kompas.com)
Kuasa hukum Nagaswara mengungkapkan bahwa kliennya mengalami kerugian
materiel dan imateriel atas kasus dugaan pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh Gen
Halilintar. Gen Halilintar melanggar hak cipta karena mengubah lirik dan aransemen ulang
lagu milik Siti Badriah itu. Hal itu dilakukan oleh keluarga Gen Halilintar karena permintaan
subscriber-nya untuk mengcover lagu tersebut. Agar pihak Gen Halilintar memenuhi
panggilan, tim kuasa hukum Nagaswara memasang surat panggilan melalui salah satu media
cetak dan memampang surat panggilan di kantor Wali Kota Jakarta Selatan. Pengadilan juga
telah melayangkan surat pemanggilan sebanyak tiga kali kepada keluarga Gen Halilintar
untuk menghadiri sidang.
(sumber : www.kompas.com)
Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2014 pasal 5 ayat 1 tertera bahwa “Hak moral
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri
pencipta untuk tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan
sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum, menggunakan nama aliasnya atau
samarannya, mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat, mengubah
judul dan anak judul Ciptaan, dan mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan,
mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau
reputasinya”. Sedangkan pasal 9 menyatakan bahwa “(1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 memiliki hak ekonomi untuk melakukan penerbitan
Ciptaan, Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya, penerjemahan Ciptaan,
pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan, Pendistribusian Ciptaan
atau salinannya, pertunjukan Ciptaan, Pengumuman Ciptaan Komunikasi Ciptaan, dan
penyewaan Ciptaan. (2) Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. (3)
Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan
Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan”.
(sumber : pusatdatahukumonline.com)
Karena pihak dari Nagawara merasa dirugikan atas pembawaan ulang (cover) lagu
Lagi Syantik oleh Gen Halilintar yang kemudian mengunggahnya dalam akun YouTube
mereka. Menurut pelapor, pihak terkait telah melanggar Undang-Undang tentang Hak Cipta
Nomor 28 Tahun 2014. Pasal 5 terkait 'hak moral' yang melekat abadi pada diri pencipta
karya seperti pencantuman nama pada salinan karya, sementara pasal 9 terkait hak ekonomi
pencipta atau pemegang hak cipta.
Pihak yang bersengketa dan diketahui keberadannya dan atau berada diwilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian sengketa
melalui mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana. Akan tetapi karena kedua belah pihak
(Nagaswara dan Gen Halilintar) tidak menemukan kesepakatan pada saat mediasi, maka
kasus dilanjutkan ke meja hijau dengan pihak Nagawara menuntut Gen Hlilintar ganti rugi
senilai Rp 9,5 Miliar karena mengklaim mengalami kerugian materiil dan imateriil.
Pencipta, pemegang hak cipta dan atau pemegang hak terkait disini adalah pihak
Nagaswara yang mengalami kerugian hak ekonomi berhak memperoleh ganti rugi apabila
Gen Halilintar terbukti melakukan pelanggaran hak cipta. Gugatan ganti rugi dapat berupa
permintaan untuk menyerahkan seluruh maupun sebagian penghasilan yang diperoleh dari
pelanggaran hak cipta atau produk hak terkait. Dalam kasus ini, gugata Nagawara ditolak
oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Hakim mengambil pertimbangan
keputusan berdasarkan keterangan saksi dari pihak Gen Halilintar, sehingga pihak Nagaswara
merasa keberatan dengan keputusan hakim. Pihaknya pun diketahui akan mengajukan kasasi
ke Mahkamah Agung sebagai langkah selanjutnya dari kasus tersebut. Namun dari pihak Gen
Halilintar merasa bersyukur karena gugatan yang dilayangkan telah ditolak dan menjadikan
kasus ini sebagai pembelajaran agar harus lebih menjaga dan membesarkan industri musik di
Indonesia.
(sumber : kompas.com)
BAB II
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) adalah hak yang berasal dari hasil kegiatan
kretif suatu kemampuan daya berpikir manusia yang mengepresikan kepada khalayak umum
dalam berbagai bentuk, yang memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan
manusia, juga mempunyai nilai ekonomis yang melindungi karya-karya intelektual manusia
tersebut. Sedangkan hak cipta adalah adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta
untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi tertentu.
Contoh nyata atas pelanggaran HAKI adalah kasus Gen Halilintar yang digugat oleh
perusahaan musik Nagaswara. Gen Halilintar dilaporkan atas dasar Undang-Undang No.28
Tahun 2014 tentang Hak Cipta pasal 5 dan pasal 9. Pihaknya digugat karena telah
mengcover lagu Lagi Syantik yang dipopulerkan oleh pedangdut Siti Badriah. Penyelesaian
kasus pelanggaran hak cipta tersebut diselesaikan melalui pengadilan negeri. Keputusan
akhirnya adalah gugatan dari Nagaswara ditolak oleh majelis hakim karena pertimbangan-
pertimbangan tertentu sehingga membuat pihak Nagaswara keberatan dan akan melakukan
kasasi ke Mahkamah Agung.
DAFTAR PUSTAKA
Fuady, Munir. 2019. Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era. Global.
Bandung : Citra Aditya Bakti.
https://www.kompas.com/hype/read/2020/03/31/095914666/gugatan-rp-95-m-nagaswara-
ditolak-dan-respons-gen-halilintar?page=all
https://trademarkpatent.wordpress.com/2015/05/18/penyelesaian-sengketa-hak-cipta/
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt5460681737444/undang-undang-nomor-28-
tahun-2014#