Anda di halaman 1dari 10

E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031

Available online at:


http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia Pada Kawasan Wisata


Batu Kuda, Jawa barat
Fandi Ahmad, Reka Sulistya Ningrum, Adiva Fristasya

Politeknik STIA LAN Bandung, Manajemen Sumberdaya Manusia Aparatur, Jl. Hayam Wuruk No.34-38,
Citarum, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40115.

Email: ahmad_fandi@rocketmail.com

Abstract

Keterbatasan yang terjadi akibat adanya pandemi COVID-19, mematikan hampir seluruh sektor
atau bidang penghidupan bagi masyarakat, termasuk dan tidak dapat dipungkiri adalah sektor
pariwisata yang selama ini menjadi sektor ‘primadona’ di Indonesia. Namun, akhir-akhir ini tren
angka penularan seakan mulai melandai, oleh karena itu diperlukan SDM yang berkompetensi dan
dapat beradaptasi dengan cepat sesuai dengan perubahan lingkungan. Pengelola pariwisata juga
diarahkan untuk memanfaatkan momentum penutupan kawasan wisata akibat Pandemi COVID-19
untuk dapat mengevaluasi dan menata ulang tempat wisatanya. Penelitian ini mencoba menyusun
strategi pengembangan SDM terutama dalam hal pengelolaan objek Wisata Batu Kuda dengan
SDM yang dimaksud yaitu mencangkup organisasi masyarakat, masyarakat sekitar objek wisata,
serta pengelola objek wisata menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yang datanya
didapatkan melalui observasi lapangan dengan mewawancarai narasumber kemudian dibantu
dengan studi literasi dari beberapa objek wisata yang berada di Kabupaten dalam Provinsi Jawa
Barat, kemudian dari data dan informasi yang diperoleh selanjutnya diolah kembali dengan
analisis SWOT, dari hasil analisis diketahui terdapat sumber daya yang cukup dan kerjasama yang
baik antara Perhutani, LPI dan masyarakat setempat dalam mengelola objek wisata. Namun tak
dipungkiri masih terdapat beberapa aspek yang secara keseluruhan perlu diperbaiki dimulai dari
penguatan modal, pengelolaan SDM berkelanjutan, serta penambahan arena untuk pelajar.

Keyword: Peningkatan Sumber Daya Manusia, Pengelolaan Pariwisata, Pandemi.

PENDAHULUAN

Pariwisata telah lama menjadi sektor ‘primadona’ di Indonesia, negara dengan banyaknya
kebudayaan, flora dan fauna cukup menjadi modal yang potensial untuk membuka suatu objek
wisata. Pariwisata di indonesia seakan menjadi sektor yang menjanjikan, mengingat dalam
pengelolaan pariwisata banyak sektor yang kemudian data dikembangkan sehingga menghidupkan
perekonomian daerah, hal ini juga selaras dengan angka pertumbuhan ekonomi di daerah wisata,
karena melalui keberadaan objek wisata di daerah secara langsung ataupun tidak dapat
menimbulkan terciptanya peluang kerja bagi masyarakat setempat sehingga dapat membantu
pergerakan ekonomi daerah tersebut. Dalam pengelolaan tempat wisata, optimalnya haruslah dapat
direncanakan dengan baik agar dapat menimbulkan sensasi yang berbeda apabila dibandingkan
dengan tempat wisata lainnya, sehingga dapat berimplikasi pada minat kedatangan pengunjung
yang semakin tinggi, upaya dalam menciptakan dan mendukung daya tarik tempat wisata agar
dapat diperhitungkan salah satu cara di antaranya adalah dengan penataan lokasi wisata dan
pembangunan infrastruktur pendukung yang baik, sehingga dapat menciptakan kemudahan menuju
tempat wisata dan kondisi masyarakat sekitar wilayah wisata menjadi lebih berkembang karena
alur logistik yang lebih cepat.

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 403


E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031
Available online at:
http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

Gambar 1. Salah Satu Spot Pemandangan Batu Kuda


Sumber: Dokumen Pribadi

Bandung sebagai kota yang mengunggulkan sektor pariwisata juga terus berbenah, karena proporsi
ekonomi kawasan Bandung lebih banyak bergantung pada sektor pariwisata, keindahan alam
dimiliki. Letak geografis yang diapit oleh pegunungan dan perbukitan menjadikan udara di daerah
Bandung menjadi lebih sejuk dan menjadi salah satu alasan bagi warga kota lain, khususnya
Jakarta sebagai destinasi tujuan wisata favorit, Salah satu objek pariwisata yang terdapat di
wilayah adalah kawasan Batu Kuda yang berlokasi di kabupaten Bandung tepatnya di daerah
Ujungberung, Desa Cibiru Wetan sekitar lereng Gunung Manglayang. Batu Kuda sebagai salah
satu objek wisata dengan status wana wisata, yang pada dasarnya adalah hutan lindung dan hutan
produksi yang ditata sedemikian rupa dan dimanfaatkan sebagai obyek wisata (Putri & Eviana,
n.d.).

Namun, saat ini adanya penyebaran wabah pandemi COVID-19 membuat pemerintah
mengeluarkan kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat dalam upaya mencegah dan
meminimalisir penyebaran wabah COVID-19. Tentunya hal ini sangat berisiko bagi masyarakat
apabila sampai terpapar COVID-19 dimana hal ini sangat berpengaruh kepada berbagai hal yang
ada pada kehidupan (Samadipour et al., 2020). Pergerakan ekonomi daerah-daerah di indonesia
yang lebih banyak bertumpu pada sektor pariwisata yang tersebar hampir di seluruh provinsi
seakan harus menanggung pil pahit akan keadaan saat ini, karena adanya peningkatan kasus
masyarakat yang terkonfirmasi positif sehingga memaksa hampir seluruh tempat wisata ditutup,
dan ketergantungan pemasukan atas kunjungan turis asing seakan sirna karena beberapa negara
memilih untuk memulangkan warga negaranya dari indonesia, terlebih indonesia sempat
menduduki peringkat teratas dalam penyebaran virus di indonesia, dan mau tak mau saat ini
pengelola pariwisata seakan hanya berharap atau mengandalkan pada kunjungan wisatawan
domestik saja.

Gambar 2. Perbandingan Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2010-2020


Sumber: (Badan Pusat Statistik, 2020)

Dari gambar grafik di atas dari tahun ke tahun kunjungan wisatawan mancanegara mengalami
pertumbuhan dan keadaan tersebut seakan berbalik pada tahun 2020, di mana terdapat penurunan
yang amat signifikan yaitu hampir mencapai 75% dari tahun sebelumnya, oleh karena itu optimasi
kunjungan wisatawan domestik diharapkan dapat menjadi alternatif jalan keluar dalam upaya

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 404


E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031
Available online at:
http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

membantu pemulihan sektor pariwisata dari keadaan ini seakan mencerminkan bahwa sektor
pariwisata seakan menjadi pihak yang paling merasakan imbasnya dan membutuhkan waktu yang
tidak sebentar serta usaha yang tidak mudah untuk bisa kembali seperti keadaan sebelum pandemi,
oleh karena itu perlu adanya strategi stimulus kebijakan serta usaha dalam penataan ulang dan
penguatan potensi wisata dalam menghadapi kondisi pascapandemi, karena pengembangan pasti
tidak dapat diseparasi dengan langkah strategi (Bagus Sanjaya, 2018).

Gambar 3. Dampak Pandemi pada Sektor Pariwisata


Sumber: (Tempo 2021)

Sebagai salah satu contoh menurut data PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia yang
dirangkum oleh Tempo 2021 diketahui bahwa, terdapat 1500 hotel yang berhenti beroperasi
dengan batas waktu yang masih belum jelas dan ini memberikan efek domino terhadap beberapa
usaha yang tergantung di dalamnya, kemudian dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa
terdapat kondisi yang sangat mengkhawatirkan yang dihadapi oleh sektor pariwisata indonesia saat
ini.

Namun hal ini bukan sebuah akhir, masih dapat beberapa upaya yang dapat dijalankan pemerintah
dan pengelola objek wisata dalam meningkatkan tercapainya tujuan atau efektivitas kerja yaitu
dengan mengembangkan SDM yang kompeten sehingga dapat meningkatkan nilai serta potensi
yang ada pada kawasan pariwisata tersebut. Kompetensi SDM terhadap efektivitas kerja organisasi
adalah kompetensi yang meliputi: komitmen atas pembelajaran yang sustainable, berorientasi
terhadap pelayanan masyarakat, atensi terhadap detil dan ketepatan, kerangka berpikir kreatif dan
inovatif, fleksibilitas, high-standard professionalism, perencanaan, koordinasi dan
pengorganisasian, problem solving, serta kerja sama tim dan keseragaman (Rukmini &
Murniyanti, 2015). Selain itu keberhasilan implementasi strategis harus dikembangkan dengan
jelas, menunjukkan bahwa ada kebutuhan yang lebih tinggi dari keterlibatan dari pemangku
kepentingan (Afandi et al., 2018). Upaya ini dapat diwujudkan dengan cara mencoba mendorong
perbaikan dan memperkuat keterkaitan antara sektor yang saling terhubung mulai dari hulu hingga
hilir.

Jika suatu organisasi memiliki SDM yang berkompeten maka organisasi akan lebih mudah dalam
melihat peluang dan tantangan seperti pada penelitian (Aulia et al., 2021) yang menyebutkan peran
penting dari SDM yang berkualitas dalam mendukung organisasi, karena mampu berpikir kreatif
dan inovatif, serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu mengembangkan diri
yang berorientasi pada kemajuan organisasi. Kemudian dalam Dakhi (2016) disebutkan bahwa
salah satu langkah yang dapat dilakukan secara cepat utuk memajukan organisasi, salah satunya
dengan cara mencoba mengakselerasi peningkatan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
yang terdapat pada daerah wisata. SDM yang unggul merupakan salah satu kunci keberhasilan
pada organisasi (Garavan, 2007), dan hal ini juga berlaku pada organisasi daerah wisata. Salah
satu langkah yang dapat dilakukan secara cepat untuk memajukan organisasi adalah dengan
melakukan akselerasi peningkatan Manajemen Sumber Daya Manusia (Becker & Huselid, 2006)
yang juga terdapat pada daerah wisata. Keunggulan SDM yang dimiliki dapat dijadikan sebagai
salah satu kunci strategis dari keberhasilan organisasi (Allen & Wright, 2007), dan hal ini penting

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 405


E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031
Available online at:
http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

bagi pengelola daerah wisata untuk keluar dari keadaan yang menyulitkan. Ruhana (2012)
menyatakan peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: 1)
Melalui pendidikan formal. Hal ini bertujuan untuk membekali SDM dengan pengetahuan dasar,
pengetahuan umum, logika dan teori, analytical thinking, serta penmubuhkembangan kepribadian
dan karakter. 2) Melalui pelatihan kerja. Dalam hal ini bertujuan meningkatkan keterampilan atau
skill profesional dan berbasis pada praktik lapangan. 3) Melalui alur pengalaman kerja. Artinya
peningkatan pengetahuan teknis dan keterampilan kerja SDM adalah melalui dari mengamati
orang lain, meniru, dan melakukan tugas pekerjaannya sendiri sehingga seseorang akan mahir
dalam melakukan pekerjaannya hingga akhirnya dapat mengeksplorasi metodenya yang lebih
praktis, efektif, efisien, dan lebih berkompeten dalam pekerjaan mereka.

Keadaan pandemi yang saat ini berlangsung menuntut setiap SDM yang terkait dengan pariwisata
dapat lebih berfokus pada perbaikan serta peningkatan kompetensi sehingga apabila pandemi ini
telah selesai akan memberikan peluang yang lebih besar bagi tempat wisata karena telah siap
dalam menghadapi lonjakan pengunjung kembali dengan pengelolaan yang sesuai dengan adaptasi
kebiasaan baru. Untuk mengetahui keadaan dari suatu organisasi dalam hal ini tempat wisata,
organisasi dapat memanfaatkan pendekatan SWOT yang dapat menghasilkan analisis strategi
(Shamadiyah, 2017).

SWOT merupakan akronim dari Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats merupakan
pendekatan untuk mengetahui suatu rancangan identifikasi yang menghasilkan strategi sistematis
dalam sebuah pengambilan keputusan (Rangkuti, 2013). Pendekatan SWOT dalam hal ini
dilakukan untuk mengembangkan SDM pengelola wisata dengan memaksimalkan potensi dari
strengths (kekuatan) dan opportunities (peluang) serta menekan weaknesses (kelemahan) dan
threats (ancaman). Rahmi Setyawati (2019) menjelaskan bahwa analisis SWOT adalah alat
strategis untuk perencanaan untuk membandingkan kekuatan dan kelemahan internal organisasi
dengan kesempatan dan ancaman dari eksternal organisasi. Pemanfaatan pendekatan SWOT dalam
penelitian kami juga tidak terlepas dari beberapa pertimbangan di antaranya yaitu ketersediaan dan
kemudahan akses teori-teori SWOT yang diperlukan, hasil yang akan sistematis, penjelasan
strategi yang logis dan deskriptif. Sedangkan menurut (Putri & Eviana, n.d.) fungsi dari
dilakukannya analisis SWOT itu sendiri adalah untuk melakukan perbandingan faktor eksternal
(ancaman dan peluang) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan), sehingga dari hasil
analisisnya dapat diambil suatu keputusan strategis bagi pengelola organisasi.

Dalam beberapa penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa perkembangan dan efektivitas kerja
organisasi erat kaitannya dengan kualitas SDM yang dimiliki dan peneliti masih belum
menemukan penelitian yang terkait dengan pengembangan SDM di Komplek Wisata Batu Kuda.
Oleh karena itu, penelitian kami mencoba untuk menajamkan konsentrasi pada pengembangan
SDM pariwisata dengan fokus di Batu Kuda, Kabupaten Bandung, Jawa Barat sehingga dengan
penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan bagi organisasi dalam rangka upaya peningkatan
kualitas pariwisata khususnya yang ada di Jawa Barat. Karena merupakan suatu hal yang penting
SDM di suatu wilayah untuk terus dikelola secara berkelanjutan agar masyarakat kemudian dapat
berdaya saing sehingga lebih siap menyambut kondisi persaingan pascapandemi.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan berfokus pada
kawasan wisata Batu Kuda yang terdapat di kabupaten bandung, dimana peneliti mencoba turun
untuk melakukan observasi di lapangan dengan sampel pada pegawai perhutani, LSM, Pedagang,
pengunjung dan masyarakat sekitar yang berada di sekitar lokasi tersebut untuk mendapatkan data
serta fenomena riil yang ada di lapangan kemudian ditambah dengan studi literasi dan analisis
data, karena pada saat observasi dan pengumpulan data penelitian terdapat kebijakan PPKM
sehingga tidak memungkinkan bagi peneliti untuk turun kelapangan dan berinteraksi secara
langsung kepada narasumber, selanjutnya berdasarkan data yang telah diperoleh peneliti mencoba
mengolah data dengan menggunakan pendekatan SWOT dalam rangka untuk mengetahui
kelemahan hingga kepada ancaman yang ada pada kawasan Batu Kuda saat ini, sehingga

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 406


E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031
Available online at:
http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

organisasi juga dapat mengetahui kondisi yang ada dan dapat lebih optimal dalam menentukan
strategi yang akan dilakukan, selanjutnya berangkat dari strategi SWOT tersebut peneliti kembali
menggunakan pendekatan POAC dengan harapan strategi yang akan diambil nantinya dapat dapat
lebih terukur dan terarah sehingga organisasi terus bergerak secara konsisten, Terlebih dalam
upaya peningkatan SDM pada kawasan pariwisata batu templek dan akan menimbulkan budaya
perbaikan keberlanjutan dalam perbaikan organisasi kedepan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti mencoba turun kelapangan untuk melakukan observasi dalam upaya mencari informasi
lebih lanjut mengenai keadaan riil yang ada ada di batu muda yang pertama peneliti mencoba
mewawancarai Bapak Aan Basuni selaku petugas Perhutani yang ada di Kawasan Wisata Batu
Kuda, dari sana diketahui bahwa terdapat beberapa Informasi penting seperti Perhutani bekerja
sama dengan masyarakat untuk saling bersinergi menjaga kawasan pariwisata meski pada awalnya
terdapat kesulitan resistensi dari masyarakat terhadap program-program yang ditawarkan oleh
Perhutani, akan tetapi dengan pendekatan-pendekatan perlahan-lahan masyarakat menerima dan
mendukung program-program Perhutani. Perhutani juga memberikan keleluasaan bagi masyarakat
untuk menggunakan lahan sebaik-baiknya, namun dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan, sehingga saat ini masyarakat banyak yang memanfaatkan lahan Perhutani selain untuk
objek wisata digunakan juga untuk menanam tanaman untuk pakan Ternak sapi.

Selain itu Perhutani juga bekerjasama dengan LSM dalam rangka menjaga lingkungan dengan cara
memberikan edukasi terhadap LSM sehingga menjaga pariwisata atau pengelolaan pariwisata
LSM tersebut saling mengawasi terutama terhadap sampah yang dibuang pengunjung, kemudian
LSM juga diberikan informasi mengenai bagaimana caranya untuk mengolah sampah jadi pupuk.
Jika dilihat dari banyaknya pengunjung, pihak Perhutani juga melihat adanya penurunan
wisatawan yang berkunjung di Batu Kuda, Hal ini dikarenakan adanya larangan untuk berkemah
di masa pandemi, sehingga secara langsung maupun tidak, sangat berpengaruh pada turunnya
minat masyarakat yang ingin berkunjung, namun ke depan masih terdapat peluang wisatawan,
yaitu itu dengan cara bekerja sama dengan komunitas pecinta sepeda, karena jalur akses wisata
menuju Batu Kuda merupakan salah satu jalur favorit dari komunitas sepeda, dan masyarakat
sekitar juga dapat memperkenalkan produk olahan susu dan kopi yang dimiliki kepada wisatawan
sehingga dapat menggerakkan kembali denyut ekonomi pada kawasan pariwisata Batu Kuda ini.
Kemudian selanjutnya peneliti mencoba untuk mengobservasi lebih dalam terhadap masyarakat
yang bekerja di dalam kawasan Wisata Batu Kuda. Dari sana diketahui bahwa omset ataupun
pendapatan yang yang diterima turun drastis hingga mencapai lebih dari 50%, para masyarakat dan
pedagang berharap Setelah pandemi ini pemerintah dapat membantu di dalam memberi sponsor
akan lebih menarik pengunjung akan datang ke Batu Kuda. Selanjutnya dalam proses observasi
lapangan peneliti mendapatkan kendala yaitu adanya kebijakan pemerintah tentang PPKM
sehingga peneliti tidak bisa untuk turun ke lapangan secara langsung di dalam mencari data dan
karena juga objek wisata Batu Kuda ditutup hingga pada waktu yang belum ditentukan, oleh
karena itu peneliti mencoba mencari data gunakan data statistik untuk mengetahui seberapa jauh
efek dari pandemi ini kondisi pariwisata isinya di Indonesia.

Dari data (BPS 2021) diketahui bahwa Dampak COVID-19 terhadap peningkatan jumlah
pengangguran sudah terbukti Berdasarkan data Sakernas pada bulan Agustus 2020, Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) laki-laki lebih tinggi dari perempuan (7,46% dibandingkan 6,46%).
Selanjutnya BPS juga merilis beberapa sektor yang berhubungan dengan pariwisata yang
mengalami keterpurukan pada masa pandemi seperti: 1) Sektor akomodasi dan penyediaan makan
minum mengalami penyusutan karena bayak dari wisatawan mancanegara, membatalkan berbagai
kegiatan di neegara luar dan adanya larangan penyelenggaraan acara seperti rapat di hotel dari
instansi pemerintah dan bisnis. 2) Sektor Industri Makanan dan Minuman juga mengalami
pelemahan perekonomian karena menurunnya permintaan dari luar negeri, hal ini dapat diketahui
dari berkontraksinya nilai ekspor komoditas makanan dan minuman apabila dibandingkan tahun
sebelumnya pada periode yang sama. 3) Angkutan umum seperti kereta dan pesawat terbang yang

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 407


E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031
Available online at:
http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

mengalami turbulensi dikarenakan turunnya minat penumpang akibat dari pembatalan perjalanan
dalam rangka menekan penyebaran COVID-19.
Dari sejumlah sektor tersebut, sektor akomodasi dan penyediaan makan minum paling banyak
mempekerjakan perempuan (hampir 60%). Kontribusi Sektor Akomodasi dan Makan Minum
dalam penyerapan tenaga kerja pada Agustus 2020 adalah 6,65%. Sedangkan dalam PDB, sektor
ini menyumbang 2,78%.

Berdasarkan data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil wawancara yang didapatkan di
kawasan Wisata Batu Kuda, kemudian peneliti mencoba mengolah kembali dengan menggunakan
analisis SWOT dalam rangka mengetahui apa saja kelebihan kekurangan kan yang ada di dalam
kawasan Wisata Batu Kuda. Hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran strategi terkait hal
apa yang perlu ditingkatkan dalam pengelolaan kawasan Wisata Batu Kuda, seperti yang terdapat
pada tabel 1

Tabel 1. Matriks TOWS


INTERNAL S (Strengths) W (Weaknesses)
1. Adanya simbiosis 1. Kurangnya campur
mutualisme dalam tangan penduduk dalam
rangka pemanfaatan memperkenalkan budaya
lahan dan produk lokal.
2. Dalam pengelolaan 2. Masih kurangnya jumlah
pariwisata berbasis personil terutama di hari
pada masyarakat lonjakan pengunjung.
3. Etos kerja 3. Tingkat pendidikan yang
masyarakat yang masih rendah membuat
cukup tinggi sosialisasi program
4. Keterbukaan berjalan lambat
perhutani dalam 4. Masih lemahnya
pengelolaan lahan kolaborasi dan sinergi
5. Masyarakat daerah antara pihak pemerintah,
yang memiliki LSM, dan masyarakat
EKSTERNAL tenggang rasa yang sekitar
tinggi 5. Kurangnya kesadaran
dan pengetahuan
masyarakat dalam
pemanfaatan sektor
wisata
O (Opportunities) SO WO
1. Masyarakat dapat diberdayakan 1. Pengelolaan 1. Adanya FGD/program
dalam pengelolaan pariwisata pariwisata berbasis training dari pihak
2. Adanya kerja sama dari pihak masyarakat (S1, S2, terkait dalam
akademisi, perusahaan, S3, O1, O2, O3) pengelolaan pariwisata
pemerintah, dan komunitas 2. Program optimalisasi (W4, W5, O2, O4)
masyarakat potensi yang dimiliki 2. Adanya program
3. Program berkelanjutan untuk kawasan wisata (S3, beasiswa dari eksternal
peningkatan skill O3) pihak swasta kepada
masyarakat pengelola
(W3, O2, O3)
3. Adanya seleksi dari
pemerintah untuk
penyaluran hasil panen
masyarakat sekitar
kawasan wisata (W4,
W5, O1, O2)

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 408


E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031
Available online at:
http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

T (Threat) ST WT
1. Adanya ketidakselasaran 1. Keterlibatan 1. Adanya program
antara kebijakan perhutani dan masyarakat dalam sukarelawan untuk
keinginan masyarakat penyusunan program penambahan SDM (W1,
2. Keadaan pandemi yang belum yang akan W2, T3, T5)
menemui titik terang dilaksanakan (S1, S2,
3. Memerlukan waktu yang lama T1)
untuk meyakinkan dan 2. Adanya alokasi
membuat penduduk paham. waktu yang jelas
4. Hasil program yang tidak dalam pelaksanaan
langsung dirasakan program (S2, T3)
manfaatnya 3. Pembuatan forum
5. Belum terbentuknya untuk saling
kepercayaan masyarakat menguatkan mental
terhadap program eksternal dalam masa pandemi
(S5, T2, T4)
Sumber: Data Diolah

Strategi SO
Strategi SO (Strengths - Opportunities) merupakan penggunaan kekuatan-kekuatan internal yang
terdapat disuatu organisasi dalam hal ini adalah Wana Wisata Batu Kuda untuk mencapai peluang
yang ada diluar organisasi dalam hal ini kaitannya adalah keikutsertaan pemerintah, masyarakat,
LSM dan program-program pelatihan.

Pengelolaan ini bertumpu pada peran serta masyarakat dalam pengelolaan keberlangsungan objek
wisata. Partisipasi masyarakat setempat dalam perencanaan dan pengembangan potensi yang ada
pada destinasi wisata. Semua tindakan atau kegiatan wisata yang dimiliki, dikelola dan dijalankan
oleh masyarakat akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi melalui
terbukanya peluang mata pencarian yang terdapat pada objek wisata. Contoh konkrit pengelolaan
pariwisata berbasis masyarakat disini ialah dengan cara memberdayakan dan melibatkan
masyarakat baik dari segi pengelolaan objek wisata misalnya dengan pelibatan pemuda untuk
dijadikan pemandu atau juru parkir, hingga pada pembuatan produk khas Batu Kuda oleh
masyarakat setempat

Adanya etos kerja yang dimiliki masyarakat dengan adanya peluang untuk pengadaan program
berkelanjutan untuk meningkatkan skill dapat menghasilkan formulasi strategi berupa optimalisasi
potensi baik yang dimiliki SDM ataupun wilayah objek wisata. Contoh implementasi yang dapat
diterapkan adalah dengan pemberdayaan profesi masyarakat sekitar yaitu petani kopi dan peternak
sapi yang kemudian dapat diberikan tambahan kompetensi sehingga menjadi sumber objek wisata
baru yang potensial untuk objek wisata dan pengunjung dan menguntungkan secara ekonomi bagi
masyarakat

Strategi WO
Strategi WO (Weaknesses - Opportunities) adalah strategi yang ditujukan untuk mengurangi
segala bentuk kelemahan internal objek wisata menggunakan peluang-peluang yang tersedia.
Dalam usaha strategi peningkatan SDM objek wisata tentu tak terlepas dari pengadan program
pelatihan untuk meningkatan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki agar dapat mengelola
objek wisata dengan lebih baik ataupun Forum diskusi terbuka untuk memungkinkan pihak baik
dari akademisi, perusahaan, pemerintah, dan komunitas masyarakat dapat berkerjasama dengan
baik. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penjadwalan rutin terkait sharing mengenai kontribusi
apa saja yang dapat dilakukan semua pihak untuk keberlangsungan area wisata.

Tingkat pendidikan masyarakat setempat yang rendah membuat sosialisasi program berjalan
lambat (W3), untuk mengatasi kelemahan itu, maka menghasilkan strategi untuk mengadakan
program beasiswa kepada masyarakat setempat sebagai bentuk kerja sama dari pihak eksternal
baik dari akademisi, perusahaan swasta, komunitas masyarakat, maupun dari pemerintah (O2). Hal

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 409


E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031
Available online at:
http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

ini pun dapat menjadi program yang berkelanjutan dalam rangka peningkatan keterampilan SDM
(O3) untuk pengelolaan pariwisata yang lebih baik dalam rangka persiapan era pascapandemi.

Ketepatan dalam penyaluran hasil tani penduduk setempat akan dirasa sangat penting mengingat
hal tersebut akan membantu perekonomian masyarakat sekitar. Tidak semua petani dapat mencari
tengkulak yang tepat, dan tidak semua tengkulak dapatt adil dan memikirkan imbalan yang pantas
untuk petani. Sehingga disini diperlukan peran serta pemerintah dalam mencari stakeholder yang
tepat dan secara keuntungan dapat menghasilkan simbiosis mutualisme yang baik.

Strategi ST
Strategi ST (Strengths-Threats) merupakan strategi yang ditujukan untuk menghindari ancaman
pariwisata menggunakan kekuatan yang ada di SDM pariwisata. Strategi yang pertama adalah
melibatkan masyarakat sebagai SDM dalam penyusunan program yang akan dilaksanakan dengan
memanfaatkan simbiosis mutualisme dalam rangka pemanfaatan pengelolaan lahan berbasis
masyarakat (S1, S2) sekaligus untuk menghindari ancaman ketidakselarasan kebijakan perhutani
dengan keinginan masyarakat. Dengan adanya strategi ini membuat masyarakat dapat memberikan
insight maupun saran dan masukan terkait kebijakan maupun program yang sedang dibutuhkan
oleh masyarakat saat ini.

Dengan pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat (S2) dapat membantu meningkatkan efisiensi
waktu untuk membuat penduduk paham (T3) dengan strategi alokasi waktu yang jelas dalam
pelaksanaan program berkelanjutan untuk meningkatkan pariwisata. Strategi ini dapat
dikembangkan contohnya dengan cara membuat susunan agenda kegiatan atau rundown program
yang dapat disosialisasikan kepada penduduk agar SDM berbasis masyarakat dapat lebih bersiap
untuk melakukan eksekusi program tersebut.

Masyarakat daerah di kawasan wisata dikenal memiliki tenggang rasa yang tinggi dengan sesama
penduduk daerahnya (S1). Seperti yang telah diketahui bahwa keadaan pandemi saat ini belum
menemui titik terang yang pasti (T2) sehingga keadaan psikologis masyarakat pun ikut terdampak,
maka strategi selanjutnya adalah dengan mengadakan program forum di kalangan masyarakat
untuk saling menguatkan mental untuk meningkatkan semangat bertahan masyarakat di tengah
pandemi yang melanda. Forum ini dapat dilakukan melalui sistem online dengan anggotanya
adalah masyarakat setempat maupun masyarakat daerah lain yang memiliki masalah serupa untuk
saling memberi dukungan secara psikologis dan peningkatan harapan bahwa pandemi ini akan
berakhir. Program ini pun dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program
eksternal (T5) dengan harapan pikiran masyarakat dapat lebih terbuka terhadap peluang-peluang di
depan mata yang menunggu untuk digali potensinya.

Strategi WT
Strategi WT (Weaknesses-Threats) merupakan perencanaan strategi untuk meminimalisir
kelemahan dan menghindari ancaman pariwisata. Pada perencanaan strategi ini menghasilkan
adanya program sukarelawan dari masyarakat agar mengatasi kurangnya partisipasi penduduk
dalam memperkenalkan budaya dan penduduk lokal (W1) dan untuk menambah personil yang
memiliki kekurangan (W2) serta meningkatkan efisiensi waktu untuk meyakinkan penduduk (T3)
sekaligus membentuk kepercayaan masyarakat terhadap program-program eksternal (T5).
Sukarelawan ini dapat dimanfaatkan untuk membantu baik dari perancangan program
pemberdayaan hingga dalam pelaksanaannya.

KESIMPULAN

Efek dari pandemi COVID -19 terutama pada sektor pariwisata memberikan dampak yang
signifikan dari mulai pengelola pariwisata dan masyarakat yang bergantung di sekitarnya, kondisi
PPKM membuat diharapkan tetap Survive dengan keadaan ini, seperti diketahui sektor Pariwisata
merupakan sektor yang turut menyumbang peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia oleh karena itu itu fokus kepada pemulihan pariwisata merupakan hal yang mutlak untuk
dilakukan, karena dapat membantu Indonesia agar dapat keluar dari jurang Resesi, meskipun

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 410


E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031
Available online at:
http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

dalam pembukaan pariwisata tidak bisa dilakukan seperti sebelum pandemi, karena perlu adanya
sumber daya yang kompeten di dalam pengelolaan kawasan pariwisata yang sesuai konsep
kebiasaan baru.

Dari penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwasannya sektor pariwisata adalah sektor
yang paling besar terdampak akibat dari adanya pandemi COVID-19 ini, hal tersebut dapat
tercerminkan dari penurunan yang sangat signifikan pada jumlah pengunjung setiap tahunnya,
tepatnya hamper 75% mengalami penurunan. Terkait hal tersebut maka dilakukan metode analisis
SWOT untuk mengetahui secara rinci kelemahan apa yang sebenarnya terdapat pada objek wisata
Batu Kuda. Secara keseluruhan kelemahan objek wisata ini yaitu masih kurangnya campur tangan
penduduk setempat dalam melakukan pengelolaan serta promosi daerah wisata, kurangnya jumlah
pengelola wisata, hingga pada pendidikan penduduk setempat yang tergolong rendah. Kelemahan
tersebut menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan objek wisata, maka terkait hal tersebut akan
dirasa perlu untuk dilakukan strategi peningkatan SDM. Pemilihan SDM dipilih karena manusia
itu sendiri merupakan modal krusial bagi organisasi dalam melakukan pengelolaan/ manajemen,
SDM yang berkualitas akan mampu menjaga dan mengembangkan eksistensi objek wisata. Dalam
merumuskan formulasi strategi peningkatan SDM diharapkan kedepannya semua SDM yang
tersedia baik dari perhutani, LSM dan masyarakat dapat meningkatkan kemungkinan kolaborasi
pada setiap step pengelolaan objek wisata, baik dimulai dari perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan hingga pada pengawasan yang semuanya dapat harmonis dikelola bersama terutama
dengan masyarakat setempat, hingga kemungkinan yang paling optimal adalah menjadikan objek
wisata Batu Kuda menjadi objek pariwisata berbasis masyarakat. selanjut nya untuk penelitian ke
depan ada baiknya memanfaatkan penvariabel apa saja yang memiliki pengaruh

REFERENSI

Afandi, M. N., Anwar, S., & Ahmad, F. (2018). Mediating Role of Managerial and Stakeholder
Involvement in the Effect of Formal Strategic Planning on Strategic Implementation
Success: Case of Municipal Government in Cirebon, West Java. International Journal of
Academic Research in Business and Social Sciences, 8(3), 654–667.
https://doi.org/10.6007/ijarbss/v8-i3/3955
Allen, M. R., & Wright, P. (2007). Strategic Management and HRM. In J. Boxall P. Purcell & P.
Wright (Eds.), The Oxford Handbook of Human Resource Management. Oxford University
Press.
Aulia, S., Pathony, T., Henri, I., Ade, K., & Sri, N. (2021). Human Resource Development Of
Tourism Driving Group ( Indonesian : KOMPEPAR ) In Supporting Tourist Visits In Ciater
Area Subang ( Case Study : Kompepar Motekar Jaya Ciater Subang ). 591–610.
Badan Pusat Statistik. (2020). Indeks Pembangunan Manusia 2020. In INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA 2020 (Issue Badan Pusat Statistik).
Bagus Sanjaya, R. (2018). Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat Di Desa
Kemetul, Kabupaten Semarang. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 05, 91.
https://doi.org/10.24843/jumpa.2018.v05.i01.p05
Becker, B. E., & Huselid, M. A. (2006). Strategic human resource management: where do we go
from here? Journal of Management, 32, 898–925.
Dakhi, Y. (2016). Implementasi POAC terhadap Kegiatan Organisasi dalam Mencapai Tujuan
Tertentu. Jurnal Warta, 53(9), 1679–1699.
Garavan, T. N. (2007). A Strategic Perspective on Human Resource Development. Advances in
Developing Human Resources, 9(1), 11–30. https://doi.org/10.1177/1523422306294492
Putri, M. E., & Eviana, N. (n.d.). POTENSI WANA WISATA ALAM BATU KUDA
UJUNGBERUNG BANDUNG.
Rahmi Setyawati, K. A. S. (2019). Pengembangan Wisata Di Kabupaten Buru Menggunakan
Analisis Swot. Jurnal Sosial Humaniora Terapan, 1(2), 4–8.
https://doi.org/10.7454/jsht.v1i2.56
Ruhana, I. (2012). Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia Vs Daya Saing Global.
PROFIT : Jurnal Administrasi Bisnis, 6(1), 50–56.
Rukmini, R., & Murniyanti, S. (2015). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 411


E-ISSN : 2622-304X, P-ISSN : 2622-3031
Available online at:
http://proceedings.stiewidyagamalumajang.ac.id/index.php/progress

Efektivitas Kerja Karyawan Pada Pt. Kawasan Wisata Pantai Cermin Theme Park Dan
Resort Hotel. Ekonomikawan : Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 14(1), 69.
Samadipour, E., Ghardashi, F., & Aghaei, N. (2020). Evaluation of Risk Perception of Covid-19
Disease: A Community-based Participatory Study. Disaster Medicine and Public Health
Preparedness, 1–8. https://doi.org/10.1017/dmp.2020.311
Shamadiyah, N. (2017). Analisis Swot Strategi Pemberdayaan Masyarakat Program Penataan
Lingkungan Permukiman Komunitas Di Kelurahan Suryatmajan, Kota Yogyakarta. Agrifo :
Jurnal Agribisnis Universitas Malikussaleh, 2(1), 28. https://doi.org/10.29103/ag.v2i1.506

Progress Conference Volume 4 , Number 1 , September 2021| 412

Anda mungkin juga menyukai