Before the Covid-19 virus outbreak entered Indonesia, the tourism sector in Indonesia
showed an increase in tourist visits every year. However, after the policy of restricting
people's movements emerged, there was a significant decrease of up to 75.3%, so
preparations were needed for recovery, therefore this article was created to analyze the
opportunities and challenges with the post-pandemic recovery policy strategy through
stakeholder collaboration focusing on the District. Wonosobo was compiled using descriptive
qualitative research methods and data collection techniques in the form of literature studies
and document studies related to collaboration in the tourism sector. The decline in tourists in
Dieng Wonosobo which reached 80% must be addressed by analyzing opportunities and
challenges to determine the strategy to be taken. The conclusion of the problems that
occurred came up with the idea of recovery with a good collaboration strategy between local
government, stakeholders, media and society.
Abstrak
Sebelum wabah virus Covid-19 ini masuk ke Indonesia sektor pariwisata di Indonesia
memperlihatkan peningkatan kunjungan wisatawan setiap tahunnya. Namun setelah muncul
kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat, terjadi penurunan signifikan mencapai 75,3 %,
sehingga perlu adanya persiapan yang dilakukan untuk pemulihan, oleh karena itu artikel ini
dibuat untuk menganalisis peluang dan tantangan dengan strategi kebijakan pemulihan pasca
pandemi melalui kolaborasi stakeholder yang berfokus di Kabupaten Wonosobo, artikel ini
disusun dengan metode penelitian kualitatif deskriptif serta teknik pengumpulan data berupa
studi kepustakaan dan studi dokumen yang berkaitan dengan kolaborasi di ranah pariwisata.
Penurunan wisatawan di Dieng Wonosobo yang mencapai 80% ini harus dibenahi dengan
cara analisis peluang dan tantangan untuk menentukan strategi yang akan diambil.
Kesimpulan dari permasalahan yang terjadi munculah ide pemulihan dengan strategi
Kolaborasi yang baik antara Pemerintah daerah, Stakeholder, Media dan Masyarakat.
1 2015 10.230.775
2 2016 11.519.275
3 2017 14.039.799
4 2018 15.810.000
5 2019 16.106.954
Namun sejak awal mula penyebaran virus Covid-19 mulai masuk ke kawasan
Indonesia kebijakan pemerintah mengenai pergerakan masyarakat berupa larangan untuk
berkumpul dan berkerumun berdampak signifikan terhadap pertumbuhan sektor pariwisata,
berdasarkan data BPS ( 2021) terjadi penurunan jumlah yang sangat curam baik dari
kunjungan wisatawan lokal maupun wisatawan asing, pada tahun 2020 tercacat wisatawan
asing yang berkunjung ke Indonesia hanya pada angka 4,02 juta saja, jumlah ini jika
dibandingkan dengan kunjungan turis pada tahun 2019 tercatat penurunannya sampai
menyentuh 75,03 persesn. Berdasarkan data tersebut penurunan drastis kunjungan wisatawan
yang disebabkan oleh penyebaran Covid-19 ini adalah penurunan yang terburuk sepanjang
sejarah
Kemudian selanjutnya berdasarkan catatan baru dari BPS ( 2021) data jumlah
wisatawan asing yang datang ke Indonesia pada bulan Juni 2021 menurun sampai 10,04
persen jika dibandingkan dengan catatan data kunjungan yang ada pada bulan Juni tahun
2020. Data penurunan yang lain juga terlihat pada keadaan bulanannya yaitu perbandingan
dari bulan Mei 2021 dengan jumlah pengunjung wisatawan asing pada bulan Juni 2021 yang
mengalami penurunan hingga mencapai 7,71 persen. Setelah dihitung secara keseluruhan
(Januari–Juni 2021), jumlah kunjungan wisatawan hanya mencapai 802,38 ribu kunjungan
yang berarti turun drastis sebesar 74,33 persen jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan
wisatawan pada kurun waktu yang sama tahun 2020 yang mencapai angka 3,13 juta
kunjungan,
Bencana pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama kurang lebih 1 tahun 6
bulan ini juga ternyata telah mengikis jumlah kunjungan dan pendapatan sektor pariwisata di
berbagai daerah salah satunya Kabupaten Wonosobo hingga yang sampai menyentuh level
terparah sepanjang masa, tercatat tidak kurang dari 98 destinasi objek wisata di Wonosobo
harus terpaksa tutup seiring dengan penerapan kebijakan untuk upaya pencegahan penyebaran
wabah Covid. -19. Dampak yang didapatkan akhirnya berpengaruh pada jumlah wisatawan
yang anjlok sampai 80% jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya
Edy Santoso selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga mengatakan
kemungkinan penurunan wisatawan bisa mencapai 90% hingga akhir tahun 2020 jika
mengacu pada perkiraan yang dibuat Kementerian Pariwisata RI, Kondisi tersebut sangat
mengkhawatirkan dan berdampak pada banyak pelaku industri, rencana upaya yang akan
dilakukan pasca pemberlakuan PPKM berlevel oleh pemerintah mendorong sektor pariwisata
di Kabupaten Wonosobo sebagai salah satu harapan untuk mendongkrak kembali roda
perekonomian untuk terus mencari solusi agar pariwisata bisa mendapatkan pemasukan yang
maksimal termasuk melalui upaya kolaborasi dengan menentukan peluang dan tantangan pada
kawasan wisata di Kabupaten Wonosobo
Penelitian selanjutnya yang ditulis oleh Dewi Restu Mangeswuri, menurut artikel ini
pelaku UMKM adalah salah satu jenis bisnis yang terdampak dari bencana pandemi Covid19
yang mulai bergejolak pada maret 2020 ini. Isi dari artikel ini juga berasumsi bahwa pandemi
Covid19 akan menjadi salah satu pergeseran besar besaran berupa perubahan aturan corak
usaha pariwisata dan inovatif industri di Indonesia yang mengharuskan adaptasi dengan
regulasi new normal yang berlaku dengan memperhatikan sudut pandang keamanan,
kebersihan, dan penerapan protokol kesehatan. Dokumen ini juga memiliki tujuan berupa
kajian yang berisi kemungkinan peningkatan daya pariwisata nasional kembali ke strategi
yang positif di tengah kesulitan pandemi Covid19 . Perubahan corak usaha di industri kreatif
bisa menjadi probabilitas sekaligus peluang dalam memberikan keikutsertaan yang lebih luas
bagi industri kreatif. Pariwisata seharusnya menjadi solusi, bukan masalah, di tengah hiruk
pikuk pandemi., selain memberikan vaksin kepada peminat pariwisata, upaya lain yang perlu
dilakukan adalah dengan melakukan pengawasan untuk memastikan penerapan protokol
kesehatan di industri (Mangeswuri, Dewi Restu, 2021 )
Sejalan dengan dua artikel di atas penelitian selanjutnya yang ditulis oleh Rizqi
Rahmawati, dan Kaukabilla Alya Parangu berbicara mengenai pentingnya adaptasi pasca
pandemi Covid-19 melalui kebijakan Penelitian ini fokus pada upaya pembenahan rekreasi
wisata dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitis. Mengacu pada data yang telah
diolah, strategi ditentukan dengan menerapkan protokol kesehatan merujuk CHSE yaitu
kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan,. Strategi pada kurun waktu yang pendek
memprioritaskan dukungan kepada pemerintah daerah, dimulai dengan dukungan anggaran
dan langkah-langkah dukungan. Strategi selanjutnya adalah dengan menggabungkan peran
dari aktor lain seperti pendidikan, pemerintah dan media. Strategi yang terstruktur ini dibuat
agar pariwisata di Ponorogo dapat membaik seperti sedia kala. hasil yang didapat adalah
wisata di Ponorogo sudah cukup membaik, tetapi masih kurang maksimal, maka diperlukan
dukungan lebih dari pemerintah daerah, stakeholder, media maupun masyarakat
( Rahmawati, Rizqi, Kaukabilla, Alya Parangu, 2021)
Berbeda dengan tiga artikel yang telah dijabarkan di atas, penelitian selanjutnya yang
ditulis oleh Fitri Aulia, Herijanto Bekti, dan Elisa Susanti memuat mengenai permasalahan
pengembangan sektor pariwisata yang disebabkan oleh aspek kolaborasi di Desa Wisata Kubu
Gadang, permasalahan komunikasi dalam kolaborasi ini rupanya menyebabkan kendala dalam
pengembangan pariwisata. Berdasarkan penelitian ini bisa di tarik hasil bahwa kerjasama
pengembangan di Desa Wisata Kubu Gadang sudah cukup baik, namun jika dilihat dari enam
faktor penentu kesuksesan kerjasama yang dicetuskan oleh Paul W. Mattessich dan Barbara
R. Monsey, permasalahan yang datang berasal faktor sumber daya kolaboratif dari aspek
sumber dana yang masih sangat rendah dan juga anggota keterampilan yang tidak merata.
(Aulia, Fitri Herijanto Bekti, Elisa Susanti, 2021 )
Dari semua penjabaran mengenai pariwisata dan merujuk pada literatur penelitian-
penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka akan diuraikan tentang persiapan sektor
pariwisata di daerah Dieng Kabupaten Wonosobo untuk kembali melakukan pemulihan
mobilisasi kunjungan wisatawan pasca pandemi, hal yang sering terjadi adalah kesalahan
langkah dalam menentukan keputusan kebijakan karena kurangnya analisis mendalam
sehingga pembenahan kurang berjalan dengan maksimal, oleh karena itu perlu adanya
pemilihan strategi yang tepat melalui analisis peluang dan tantangan.
Melihat dari kacaunya dampak pandemi Covid-19 ini pemulihan sektor pariwisata di
Dieng Kabupaten Wonosobo tidak hanya mengandalkan peran dari sektor publik yang tangani
oleh pemerintah, namun juga melibatkan sektor privat seperti campur tangan pihak swasta dan
peran masyarakat serta stakeholder lain yang terkait. Dari sini kami akhirnya memutuskan
untuk menyusun artikel dengan judul “Analisis Peluang dan Tantangan Dalam Strategi
Kebijakan Pemulihan Pariwisata Pasca Pandemi Melalui Kolaborasi Stakeholder “
METODE PENELITIAN
Artikel tentang Analisis Peluang dan Tantangan Dalam Strategi Kebijakan Pemulihan
Pariwisata Pasca Pandemi Melalui Kolaborasi Stakeholder ini disusun dengan metode
penelitian kualitatif deskriptif yang berarti memiliki ciri khas dengan menekankan deskripsi
tentang fenomena yang terjadi di sekitar objek penelitian, selain itu metode kualitatif
merupakan metode yang fokus pada pengamatan yang lebih mendalam dengan penjabaran-
penjabaran terperinci mengenai bagaimana solusi pemulihan sektor pariwisata pasca pandemi
covid-19 dengan sudut pandang kacamata menggunakan ilmu sosial dan politik dengan
spesifikasi ranah Administrasi publik. Oleh karena itu, penggunaan metode kualitatif dalam
penelitian dapat mengarah pada kajian yang lebih lengkap terhadap suatu fenomena.
Penelitian kualitatif juga peduli dengan nurani manusia sebagai makhluk sosial artinya
tanggapan tanggapan yang datang dari tingkah laku manusia merupakan bukti atas
pemahaman bahwa segala sebab akibat tindakan manusia dipengaruhi oleh aspek internal
individu yang sebenarnya terjadi. Aspek internal seperti keyakinan, opini politik dan latar
belakang sosial orang yang bersangkutan.Selanjutnya, keunggulan dari penggunaan
pendekatan metode penelitian kualitatif dalam artikel Analisis Peluang dan Tantangan Dalam
Strategi Kebijakan Pemulihan Pariwisata Pasca Pandemi Melalui Kolaborasi Stakeholder ini
bisa dilihat dari kelengkapan deskripsinya
Dalam Artikel tentang Analisis Peluang dan Tantangan Dalam Strategi Kebijakan
Pemulihan Pariwisata Pasca Pandemi Melalui Kolaborasi Stakeholder teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan Studi kepustakaan dan studi dokumen yang merupakan
salah satu teknik pengumpulan data yang juga sering dipakai oleh peneliti. Teknik
pengumpulan data studi kepustakaan dan studi dokumen dilakukan dengan mengumpulkan
data yang relevan atau sesuai yang diperlukan untuk ulasan dari buku-buku yang akurat,
artikel ilmiah, berita dan sumber lain yang dapat dipercaya dan juga sesuai dengan topik
ulasan yang dideskripsikan
PEMBAHASAN
1. Peluang dan Hambatan Pariwisata di Desa Pariwisata Dieng
Dieng merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di jawa tengah khususnya
wonosobo yang masih menjadi andalan di wilayah ini. Secara geografis dieng ini dibagi
menjadi dua wilayah bagian yaitu wilayah desa dieng kulon yang terletak di di kabupaten
banjarnegara dan desa dieng wetan yang terletak di daerah kabupaten wonosobo. Dengan
sebutan negeri di atas awan ini, kawasan dieng menjadi wisata primadona nomor 2 di jawa
tengah setelah borobudur.
Kawasan dieng yang terletak antara kabupaten wonosobo dan kabupaten banjarnegara
memiliki sebanyak 18 obyek pariwisata dari keseluruhan 52 obyek wisata di Dataran Tinggi
Dieng. Meskipun beberapa obyek wisata di Dieng seperti Telaga Warna dan Telaga Pengilon
di Kecamatan Kejajar berada dibawah pengelolaan Departemen Kehutanan yaitu Balai
Konservasi dan Sumberdaya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, namun keberadaannya
memberikan kontribusi positif bagi perekonomian warga sekitar, termasuk menyediakan
lapangan pekerjaan.
Demikian juga beberapa destinasi baru seperti Bukit Sikunir yang dikelola oleh
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di masing-masing desa mampu menjadi sektor ekonomi
alternatif selain pertanian. Keseluruhan obyek wisata ini telah menjadi sektor andalan bagi
perkembangan kegiatan ekonomi berbasis pariwisata, sekaligus masuk dalam klaster destinasi
pariwisata di Dataran Tinggi Wonosobo yang bertumpu kepada wisata alam, wisata sejarah
serta agrowisata.
Dengan adanya pandemi covid 19 yang diikuti oleh berbagai pembatasan pergerakan
serta interaksi antar manusia sebagai cara untuk menanggulangi penyebaran covid 19
mengakibatkan kolapsnya sektor wisata yang ada di dieng ini .Karakter utama kegiatan
pariwisata adalah adanya pergerakan manusia sedangkan upaya pencegahan serta respon
terhadap penyebaran COVID-19 membutuhkan berbagai pembatasan dalam berbagai skala
termasuk lockdown atau karantina wilayah. Hal ini menjadikan mobilitas wisatawan
sebagai kunci kegiatan pariwisata yang ada di dieng manjadi terhenti. Pandemi juga
membuat standar pelayanan wisata, manajemen pariwisata serta motivasi wisatawan,
maka pelaku pariwisata akan beradaptasi selama era pandemi.
Bagi Kabupaten Wonosobo pandemi telah memukul pariwisata di Dieng sebagai salah
satu sumber pendapatan penting. Selain PAD, dampak pandemi ini dirasakan oleh para
pelaku wisata yaitu, wisatawan, pekerja bidang pariwisata dengan industri yang terkait
maupun UMKM pendukung kegiatan pariwisata pada berbagai skala. Salah satu
akibat dari pandemi adalah kunjungan wisatawan ke Dieng yang mengalami penurunan
signifikan. Hal ini juga berdampak pada penurunan pendapatan pariwisata bagi Kabupaten
Wonosobo. Aktivitas wisata di Telaga Warna yang biasanya dikunjungi 300-500
wisatawan dengan total pendapatan mencapai sekitar Rp.10.000.000/ per hari yang dibagi
antara BKSDA Jawa Tengah, Desa Jojogan dan Desa Dieng Wetan menjadi terhenti.
Akibatnya, puluhan pedagang, guide, tukang jasa foto hingga pedagang di area parkir juga
kehilangan pendapatan. Wonosobo khususnya dieng, merupakan salah satu sumber
pendapatan penting.
Selain dampak yang sudah diketahui berupa penurunan jumlah kunjungan wisatawan
dan pendapatan pariwisata selama pandemi COVID-19, dampak lain yang lebih bersifat
psikologis juga dirasakan oleh pelaku kegiatan pariwisata adalah ketidakpastian hingga kapan
pandemi akan berlangsung. Kondisi ini membuat seluruh perencanaan dan pengembangan
wisata di kawasan tersebut juga mengalami ketidakpastian. Bagi para pengelola destinasi,
pemilik UMKM pendukung sektor wisata, penyedia jasa yang terkait kegiatan wisata maupun
pekerja harian di obyek wisata, bisa dikatakan ketidakpastian ini adalah bencana kedua
setelah virus itu sendiri.
Pada sisi lain, untuk mengantisipasi terhentinya kegiatan pariwisata yang dapat
berpengaruh terhadap pereknomian masyarakat dan negara, pemerintah melalui Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengembangkan kampanye Cleanliness, Hygiene, Safety dan
Environment (CHSE). Hal ini merupakan bagian dari protokol kesehatan yang wajib
diterapkan sesuai Surat Edaran Dirjen P2P Nomor: HK.02.02/II/753/2020 Tentang Revisi ke-
3 Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi COVID-19 (Yurianto, 2020). Kampanye CHSE juga
diharapkan dapat mencegah destinasi wisata maupun aktifitas pariwisata sebagai kluster baru
penyebaran COVID-19. Pada sisi lain, prinsip CHSE ini juga membutuhkan edukasi untuk
membangun budaya baru baik bagi wisatawan maupun pelaku wisata. Di Kawasan Dieng,
penerapan CHSE merupakan tantangan berat karena diberlakukan tanpa proses edukasi yang
cukup disamping budaya menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak sebagai
protokol wajib adalah sesuatu yang relatif baru.
Para pelaku pariwisata yang sudah tidak mampu membiayai modal usahanya terpaksa
harus mengatur strategi baru agar usahanya tetep eksis dan tidak bangkrut. Berbagai event
wisata penting di Dieng seperti Dieng Culture Festival pun harus dilaksanakan tanpa
kemeriahan seperti biasanya, padahal festival ini bisa dianggap sebagai saat “panen raya” bagi
para pelaku wisata di Dieng. Tak kurang dari 98 destinasi pariwisata yang ada di Wonosobo
khususnya di Dataran Tinggi Dieng selama pencegahan penyebaran wabah COVID-19
terpaksa ditutup. Hal ini bisa menjadi gambaran bagaimana dampak langsung maupun tidak
langsung pandemi COVID-19 terhadap struktur ekonomi yang berbasis pariwisata di
Kawasan Wisata Dieng.
Desa Dieng telah menjadi desa wisata yang memiliki daya Tarik yang tinggi di
kalangan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Data dari Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo tercatat bahwa pada tahun 2015 jumlah
wisatawan yang berkunjung ke Desa Dieng sebanyak 216.500 wisatawan yang mana
jumlahnya terus mengalami peningkatan hingga tahun 2018 terdapat 313.283 wisatawan
berkunjung ke Desa Wisata Dieng dengan rincian 312.209 wisatawan merupakan wisatawan
domestik dan 1.074 wisatawan merupakan wisatawan asing. Dengan datangnya wisatawan
tersebut tentunya berdampak pada masuknya pendapatan daerah Kabupaten Wonosobo yang
hingga tahun 2018 pendapatan dari sektor pariwisata Desa Dieng mencapai Rp.
1.867.873.200. Dari data tersebut menunjukkan bahwa potensi pariwisata di Desa Dieng
potensial untuk dikembangkan.
Kolaborasi yang akan dianalisis disini menggunakan teori kolaborasi oleh Morse &
Stephen (2012) dimana tahapan kolaborasi dibagi menjadi empat tahapan
berikut:Assessment (Penilaian), merupakan tahapan yang berkaitan dengan kondisi awal
objek kolaborasi yang sangat mempengaruhi kemungkinan keberhasilan kemitraan dan
menilai apakah dalam menyelesaikan permasalahan yang ada membutuhkan kolaborasi.
Dalam penerapannya, aspek penilaian ini membahas mengenai siapa saja stakeholder
yang memiliki kepentingan dalam menyelesaikan permasalahan public. Pada umumnya
aktor kolaborasi terdiri dari pemerintah, masyarakat dan sektor swasta.
Pada pengembangan pariwisata di Desa Dieng maka kolaborasi yang ada dilakukan oleh
pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo, pihak swasta, masyarakat Desa Dieng, dan
media. Untuk mewujudkan kolaborasi yang mampu menuntaskan pembangunan
pariwisata di desa Dieng maka tiap stakeholder memiliki komitmen yang kuat agar
pariwisata di Desa Dieng mampu bertahan dan dapat lebih berdaya guna pasca pandemi.
Dalam rangka pengembangan dan pemulihan pariwisata, masyarakat Desa Dieng dapat
berperan dalam menyediakan sarana pendukung pariwisata seperti tempat penginapan, tempat
makan, toko oleh-oleh dan lainnya. Dalam rangka pemulihan pariwisata ini masyarakat Desa
Dieng dapat berpartisipasi dalam mensosialisasikan penerapan protokol kesehatan agar dapat
mempercepat ketiadaan pandemi. Selain itu masyarakat dapat mensosialisasikan protokol
kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan kepada para wisatawan yang
memanfaatkan sarana yang dimiliki masyarakat Desa seperti masjid, tempat penginapan,
tempat makan, dan lainnya. Selain itu masyarakat dapat berpartisipasi dengan ikut serta
mempromosikan pariwisata Desa Dieng secara kreatif melalui media sosial. Hal tersebut
sebagai suatu strategi dimana pada masa pandemic ini masyarakat luas lebih banyak
menggunakan media sosial karena masih dibatasinya mobilitas untuk keluar rumah maupun
mengunjungi obyek pariwisata.
3. Pihak Swasta
Pihak swasta merupakan adalah lembaga yang bebas dari pemerintah suatu negara atau
organisasi nasional. Pelaku sektor swasta aktif dalam interaksi sistem pasar yang di dalamnya
mencakup perusahaan atau lembaga atau organisasi. Salah satu pihak swasta yang berperan
dalam pengembangan pariwisata Desa Dieng dalam mempersiapkan pemulihan pasca
pandemi adalah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). PHRI merupakan
organisasi tingkat nasional, dimana memiliki cabang di berbagai daerah di seluruh
Indonesia. Salah satunya adalah pengurus cabang Wonosobo. Organisasi ini merupakan
perkumpulan dari pengusaha hotel dan restoran. Tugas dari organisasi ini adalah
menyalurkan informasi kepada wisatawan mengenai hotel dan restoran. Dalam
memulihkan pariwisata, PHRI memberikan berbagai layanan melalui website untuk
memudahkan wisatawan mencari informasi terkait hotel dan restoran yang dapat diakses
melalui www.phrionline.com, sehingga pada era teknologi seperti sekarang ini agar sektor
pariwisata dapat bertahan dan terus berkembang maka dapat memanfaatkan peran swasta
untuk menyediakan berbagai layanan berbasis teknologi mengingat saat ini teknologi sudah
mudah diakses oleh sebagian besar masyarakat.
4. Media
Media memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan dan pemulihan pariwisata
Desa Dieng. Dimana peran media ini yaitu dapat memberikan branding kepada masyarakat
luas mengenai pariwisata Desa Dieng sehingga masyarakat akan memperoleh informasi
mengenai pariwisata di Desa Dieng dan tertarik mengunjungi pariwisata di Desa Dieng.
Nantinya jika pandemic telah usai, harapannya akan terjadi peningkatan wisatawan yang ingin
tahu dan terkesan dengan pariwisata di Desa Dieng yang diketahui melalui media. Contoh
media ini seperti media berita lokal Kabupaten Wonosobo seperti wonosobozone,
radarsemarang, wonoosbosorot, dan lainnya maupun berita nasional seperti detik.com,
kompas, dan lainnya.
KESIMPULAN
Pada proses kolaborasi, dilakukan analisis tahapan kolaborasi yang dikemukakan oleh
Morse & Stephen (2012) didapatkan hasil bahwa tahapan kolaborasi pemulihan pariwisata
Desa dieng pasca pandemi yaitu pada tahap penilaian, memungkinkan untuk dilakukan
kolaborasi antar stakeholder yang terlibat karena sulit dilaksanakan jika dilakukan oleh satu
lembaga saja. Pada tahap inisiasi, sudah memiliki kejelasan tugas pokok dan fungsi untuk
setiap stakeholder yang terlibat. Pada tahapan pertimbangan sudah dilaksanakan musyawarah
bersama pemangku kepentingan dan telah ditentukan strategi dan program yang dilakukan
dalam rangka pemulihan pariwisata Desa Dieng pasca pandemi. Dan pada tahapan
implementasi belum adanya pengawasan yang maksimal dalam pelaksanaan program-
program pemulihan pariwisata tersebut dan belum maksimalnya partisipasi masyarakat dalam
memberikan masukan dan pengawasan terhadap keberjalanan serangkaian kegiatan
pengembangan dan pemulihan pariwisata Desa Dieng.
DAFTAR PUSTAKA
Afriana, Ferita N. & Widiyanto, Nur. (2021). PANDEMI COVID-19 DAN ADAPTASI
PELAKU PARIWISATA DI DATARAN TINGGI DIENG. Kepariwisataan : JurnalI
Ilmiah, Vol.15, No.1, Januari, 55-68.
Monika, Rianita, Wahyu Indra Sakti. 2018. “ Persepsi dan Peran Serta Masyarakat Dalam
Proyek Percepatan Pembangunan Infrastruktur Kawasan Pariwisata Tanjung Lesung ”
jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran, dan Ilmu Kesehatan. Vol.2 No. 1, April
2018: hlm 332-345
Nelindya, Ferita, dkk. 2021. Pandemi Covid 19 dan Adaptasi Pelaku Pariwisata Di Dataran
Tinggi Dieng
Rahmawati, Rizqi, Alya Parangu, Kaukabilla. 2021. “Potensi Pemulihan Pariwisata Halal di
Ponorogo ( Analisis Strategi Pada Masa Pandemi-Covid 19 ), Journal Of Islamic
Economics. Vol 1 No 1 : 97-110
Saputro, Pramitama Bayu. (2011). “Tata Kelola Wisata di Dataran Tinggi Dieng Provinsi
jawa Tengah”. Theses. Institut Pertanian Bogor.
Tilano, Fawwaz Aldi & Suwitri, Sri. (2019). COLLABORATIVE GOVERNANCE DALAM
UPAYA KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA
SEMARANG. Jurnal Administrasi Publik, 1-18.