WAKTU KERJA
Setiap pengusaha wajib wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja yang diatur dalam
UU no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Waktu kerja dalam UU Ketenagakerjaan diatur
dalam pasal 77 sampai dengan pasal 85. Setiap perusahaan dapat memiliki waktu kerja yang
berbeda dengan perusahaan lainnya. Waktu kerja dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Waktu kerja 6 hari kerja dalam satu minggu, satu harinya 7 jam dan dalam satu minggu 40 jam
2. Waktu kerja 5 hari kerja dalam satu minggu, satu harinya 8 jam dan dalam satu minggu 40 jam.
Apabila pengusaha memepekerjakan pekerja atau buruh melebihi dari ketentuan tersebut,
maka waktu kerja tersebut disebut waktu kerja lembur. Waktu kerja bagi pekerja perempuan
yang berusia kurang dari 18 tahun dilarang dipekerjakan pada pukul 23,00 sampai dengan pukul
07.00 hal tersebut diatur dalam pasal 76 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, selain itu aturan tersebut
juga berlaku pekerja wanita yang hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi
kesehatan dan keselamatan kandungannya, aturan tersebut diatur dalam pasal 76 ayat (2).
Pembagian waktu kerja yang diatur dalam pasal 77 ayat (2) tidak berlaku untuk semua
sektor usaha atau pekerjaan tertentu, misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai,
sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau penebangan
hutan.
Pasal 3 Kep. 233/Men/2003 Tahun 2003 mengatur tentang jenis dan sifat pekerjaan yang
harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus menerus yaitu sebagai berikut :
Pekerjaan di bidang pelayanan jasa kesehatan
Pekerjaan di bidang pelayanan jasa transportasi
Pekerjaan di bidang pelayanan jasa perbaikan alat transportasi
Pekerjaan di bidang jasa pos dan telekomunikasi
Pekerjaan di bidang penyediaan tenaga listrik, jaringan pelayanan air bersih (PAM), dan penyedia
bahan bakar minyak dan gas bumi.
Pekerjaan di usaha swalayan, pusat perbelanjaan, dan sejenisnya
Pekerjaan di bidang media masa
Pekerjaan di bidang pengamanan
Pekerjaan di lembaga konservasi
Pekerjaan-pekerjaan yang apabila dihentikan akan mengganggu proses produksi, merusak bahan,
termasuk pemeliharaan/perbaikan alat produksi.
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi
wajib membayar upah kerja lembur.
UPAH LEMBUR
Pasal 8 dan 9 keputusan No. 102/Men/VI/2004 mengatur perhitungan upah sebagai berikut :
Perhitungan lembur :
Upah satu bulan = Rp3.000.000
Upah per jam = 1/173 x Rp3.000.000
= Rp 17.341
Lembur = 3 jam/bulan
Penyelesaian :
Jam ke-1 = 1/173 x Rp3.000.000 x 1,5
= Rp26.011,5
Jam ke-2 s/d ke-3 = 1/173 x Rp3.000.000 x 2 x 2
= Rp69.364
2. Perhitungan upah lembur 5 jam pertama dibayar 2 kali upah sejam, jam keenam dibayar 3 kali
upah sejam, sedangkan jam lembur ketujuh dan kedelapan 4 kali upah sejam.
Pekerja yang termasuk dalam jabatan tertentu, tidak berhak atas upah lembur dengan
ketentuan mendapatkan upah yang lebih tinggi, yang termasuk dalam jabatan tertentu adalah
yang memiliki tanggung jawab sebagai pemikir, perencana, pelaksana, dan pengendali jalannya
perusahaan yang waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menuruyt waktu kerja yang telah
ditetapkan.
Daftar Pustaka :
Undang-Undang Nomor13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Kep. 233/Men/2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Harus Dilaksanakan Atau Dijalankan
Secara Terus Menerus
Kep.102/Men/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan Edisi Kedua, Ghalia Indonesia, Bogor, 2011.
Rukiyah L, Darda Syahrizal, Undang-undang Ketenagakerjaan & Aplikasinya, Dunia Cerdas,
Jakarta Timur, 2013.