Anda di halaman 1dari 2

BAB VI

CUTI DAN IZIN RESMI


Pasal 26
Cuti Tahunan
1. Setiap karyawan berhak atas cuti tahunan selama 12 hari kerja apabila telah mempunyai masa
kerja 12 bulan berturut-turut dalam perusahaan, dengan mendapat upah penuh.
(Undang – Undang No. 13 tahun 2003).
2. Hak cuti bagi karyawan, baru dapat diambil dalam 1 (satu) tahun berjalan setelah timbulnya hak
cuti tersebut, hak cuti tahunan dapat diperpanjang paling lama 3 (tiga) bulan setelah timbulnya
hak cuti tersebut.
3. Hak atas cuti tahunan termaksud ayat 1 dan ayat 2 akan gugur, bilamana dalam waktu 3 (tiga)
bulan setelah lahirnya hak itu, karyawan tidak mempergunakan haknya.
4. Demi kepentingan operasional perusahaan, maka cuti tahunan dapat ditunda/diatur oleh pihak
perusahaan dengan tidak mengurangi hak cuti karyawan yang bersangkutan dengan penambahan
jangka waktu 3 (tiga) bulan dari 3 bulan setelah jatuh tempo dan harus disertai surat keterangan
dari Kepala Bagian masing-masing.
5. Apabila setelah perpanjangan masa jatuh tempo tersebut berakhir namun tetap tidak diambil
maka hak cuti tahunan dinyatakan tidak dapat diperpanjang lagi dan dinyatakan gugur/hangus.
6. Hak cuti yang tidak diambil tidak dapat diganti dengan uang, atau dapat ditentukan lain jika yang
bersangkutan didalam pekerjaan mengharuskannya untuk tetap masuk, dengan disertai surat
keterangan dari Kepala Bagian masing-masing.
7. Penentuan waktu dan jangka waktu cuti karyawan harus disesuaikan dengan kepentingan
perusahaan.
8. Permohonan untuk cuti tahunan harus diajukan 1 (satu) bulan sebelum tanggal hak cuti
dilaksanakan, atau paling lambat 2 minggu sebelumnya, dengan mengisi formulir cuti tahunan yang
telah disediakan.
Pasal 27
Cuti Besar
1. Cuti Besar sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan,
masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara
terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja tersebut tidak berhak lagi
atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap
kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun (ps 79 ayat 2 huruf d UU No. 13 tahun 2003 Jo. Kep.
51/Men/2004).

2. Hak cuti besar tidak dapat diganti dengan uang atau dapat ditentukan lain jika yang
bersangkutan didalam pekerjaan mengharuskannya untuk tetap masuk. Dan yang dapat diuangkan
hanya Hak cuti tahunannya saja yang disertai dengan surat keterangan dari kepala bagian
masing-masing.
3. Pengambilan cuti besar tidak dapat diambil secara sekaligus tetapi secara bertahap, pengaturan
cuti diatur oleh kepala bagian masing-masing. Hak cuti besar akan gugur/hangus apabila tidak
diambil oleh karyawan, sementara hak cuti besar berikutnya sudah jatuh tempo.
Pasal 28
Cuti Sakit
1. Cuti sakit adalah cuti yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan yang harus dibuktikan
dengan surat keterangan dari dokter.
2. Lamanya cuti sakit harus sama dengan jumlah hari istirahat sakit yang diberikan oleh dokter.
3. Surat keterangan sakit yang diberikan oleh dokter harus ditandatangani oleh kepala bagian yang
bersangkutan.
4. Selama karyawan menjalankan cuti sakit, upah tetap dibayarkan.
Pasal 29
Istirahat Melahirkan
1. Karyawan wanita yang akan melakukan persalinan diberikan istirahat melahirkan selama 1,5 bulan
sebelum saat persalinan dan 1,5 bulan setelah saat persalinan menurut perhitungan ahli, dengan
tetap mendapatkan upah, (Pelaksanaannya dilengkapi dengan surat dokter ahli kandungan/Bidan
yang merawatnya).
2. Karyawan wanita yang mengalami gugur kandungan, diberikan hak atas istirahat untuk paling lama
1,5 bulan, dengan tetap mendapatkan upah, (UU no. 13 tahun 2003). Pelaksanaannya dilengkapi
dengan surat keterangan dokter ahli kandungan/Bidan yang merawatnya.
3. Permohonan istirahat melahirkan harus diajukan 1 (satu) bulan sebelum masa istirahat itu akan
dilaksanakan, dibuat secara tertulis dutujukan kepada HRD, melalui kepala bagian masing-masing
dengan melampirkan surat keterangan dokter/bidan yang merawat.
Pasal 30
Ijin Resmi
1. Dalam hal-hal tertentu, perusahaan dapat memberikan ijin meninggalkan pekerjaan dengan
mengajukan ijin tertulis terlebih dahulu, antara lain :
a. Perkawinan karyawan/anak karyawan : 3 hari
b. Suami/istri/anak karyawan meninggal dunia : 3 hari
c. Orang tua/mertua, saudara kandung karyawan meninggal dunia : 2 hari
d. Istri karyawan melahirkan / keguguran : 2 hari
e. Mengkhitankan/pembaptisan anak karyawan : 2 hari

f. Bencana alam, kebakaran : 2 hari


2. Untuk, ayat 1. b,c,d, dan f dalam pasal ini, dapat dilakukan pertelepon, surat atau lisan. Surat
pernyataan berikut pendukung secara tertulis harus disusulkan kemudian.
3. Ijin meninggalkan pekerjaan/pulang cepat karena alasan lainnya, harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada kepala bagian masing-masing dan harus bekerja sekurang-kurangnya 4 jam
pertama pada hari yang bersangkutan.
4. Karyawan yang meninggalkan tugas tanpa ijin pimpinan perusahaan dianggap meninggalkan tugas
tanpa ijin/alpa, dan akan diperhitungkan dengan cuti tahunan atau diijinkan tanpa mendapat upah.

Anda mungkin juga menyukai