Untuk penghitungan gaji karyawan yang ,mengajukan cuti sakit antara lain sebagai
berikut:
1. Untuk 4 bulan pertama, dibayar 100% dari upah.
2. Untuk 4 bulan kedua, dibayar 75% dari upah.
3. Untuk 4 bulan ketiga, dibayar 50% dari upah, dan.
4. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25% dari upah sebelum pemutusan hubungan
kerja dilakukan oleh pengusaha.
3. Cuti Melahirkan
1. Karyawan perempuan berhak memperoleh istirahat atau cuti melahirkan
selama 60 hari dan pengajuan cuti tersebut dapat di ajukan baik sebelum
melahirkan dan sesudah melahirkan.
2. Apabila istirahat karena melahirkan waktunya bersamaan dengan cuti kolektif,
maka istirahat karena melahirkan dengan demikian cuti kolektif tersebut tidak
diperhitungkan.
3. Karyawan perempuan yang menjalankan istirahat karena melahirkan
sebagaimana dimaksud diatas maka berhak mendapatkan gaji/upah penuh.
4. Karyawan perempuan yang akan mengambil hak istirahat karena melahirkan
harus mengajukan permohonan cuti secara tertulis kepada pimpinan unit dan
setelah disetujui, diserahkan ke Bagian personalia dan untuk cuti ini sendiri di
atur oleh Undang-Undang yang berlaku dan sama sekali tidak mengurangi cuti
tahunan karyawan.
5. Karyawan perempuan yang telah mengakhiri istirahat karena melahirkan
diwajibkan melaporkan diri kepada bagian personalia untuk bertugas kembali.
4. Cuti Besar
Cuti besar adalah hak istirahat panjang bagi seorang pekerja yang telah
lama bekerja di sebuah perusahaan. Dalam pasal 79 ayat (2) huruf d UU
Ketenagakerjaan 13/2003 jo. Kepmenaker No. KEP.51/MEN/IV/2004 tentang
Istirahat Panjang pada Perusahaan Tertentu, dijelaskan bahwa yang dimaksud
istirahat panjang adalah istirahat sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan
dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan
yang diberikan kepada pekerja/buruh setelah masa kerja 6 (enam) tahun secara
terus menerus pada perusahaan yang sama. Perusahaan yang sama adalah
perusahaan yang berada dalam satu badan hukum. Dengan ketentuan pekerja
tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunan dalam 2 (dua) tahun berjalan dan
selanjutnya istirahat panjang berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam)
tahun.
Namun melalui UU Cipta Kerja 21/2020 jo PP 35/2021 aturan ini diubah,
demikian:
“Perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat panjang yang diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Ketentuan lebih lanjut mengenai perusahaan tertentu diatur dengan Peraturan
Pemerintah.”
Atau dengan kata lain aturan istirahat panjang sekurang-kurangnya 2
(dua) bulan telah dihapus dan selanjutnya ketentuan istirahat panjang dapat
diatur/dinegosiasikan di masing-masing perusahaan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Cuti Besar dimaksudkan untuk memberikan istirahat dalam rangka
pembinaan kesegaran jasmani dan rohani karyawan termasuk dalam
menjalankan ibadah agama serta untuk kepentingan pribadi yang tidak dapat
dipenuhi oleh Cuti Tahunan dan atau Cuti Karena Alasan Penting.
Berdasarkan PP 35/2021 pasal 35 dijelaskan bahwa Perusahaan tertentu
dapat memberikan istirahat panjang dan pelaksanaannya diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.
Pasal 3 Kepmenaker No. KEP.51/MEN/IV/2004 tentang Istirahat Panjang
pada Perusahaan Tertentu menegaskan bahwa selama menjalankan hak
istirahat panjang, pekerja berhak atas upah penuh yang wajib dibayar oleh
pengusaha namun dengan pengambilan cuti ini karyawan tidak berhak atas cuti
tahunan pada tahun tersebut.
Kategori untuk cuti besar ialah sebagai berikut :
1. Setiap karyawan yang telah bekerja sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
secara terus-menerus dan setiap kelipatan 5 (lima) tahun berikutnya berhak
atas cuti besar selama 1 (satu) bulan kalender.
2. Cuti besar harus diambil sekaligus secara penuh 1 (satu) bulan atau diambil
2 (dua) kali masing-masing 2 (dua) minggu pada tahun yang sama.
3. Dalam hal karyawan mengambil cuti besar, maka pada tahun tersebut tidak
berhak atas cuti tahunan.
4. Cuti besar yang tidak diambil dinyatakan kadaluwarsa pada akhir tahun ke-
7 (tujuh).
5. Tata cara mengajukan cuti besar diatur dalam instruksi kerja.
5. Cuti Karena Alasan Penting
1. Cuti alasan penting diberikan kepada karyawan dengan maksud untuk
memenuhi kepentingan pribadi dan atau kepentingan lainnya di luar keputusan
yayasan.
2. Cuti Alasan Penting: Maksimal 2 bulan. Cuti alasan penting ini diberikan ketika
ibu, bapak, istri, suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu yang sedang
sakit keras atau meninggal dunia.
3. Karyawan mengalami musibah kebakaran dan bencana alam lainnya, maka
dengan ini karyawan berhak atas cuti karena alasan penting.
4. Untuk cuti karena alasan penting karyawan akan tetap menerima gaji/upah dari
perusahaan dengan penuh atau tanpa pemotongan gaji pokok sama sekali.
5. Keperluan melaksanakan Ibadah Haji dan Umroh/Perjalanan Religi lainnya
bukan merupakan kategori Cuti Alasan Penting.
6. Cuti Karena Alasan Lain-lain.
B. Hak Ijin Karyawan
1. Izin Sakit
Izin sakit di berikan kepada karyawan yang terganggu kesehatannya atau
tidak dapat menjalankan pekerjaannya sehingga pihak perusahaan memberikan
izin sakit dengan melampirkan surat keterangan dokter yang merawat.
Untuk pengisian formulir izin sakit dapat di ambil pada bagian personalia, diisi
dengan baik dan benar, dilengkapi dengan tanda tangan pemohon dan atasan
langsung, kemudian di setor kembali pada bagian personalia sebagai arsip/laporan
kepegawaian.
Untuk karyawan yang sakit dan melaporkan ke bagian personalia dengan ini
tidak akan mengurangi gaji pokok, dengan kata lain tetap menerima gaji pokok
sesuai dengan yang telah di tentukan oleh perusahaan.
5. Izin Haid/Menstruasi
Untuk izin haid/mesntruasi diberikan selama 2 hari dan karyawan yang
berhalangan masuk kerja dikarenakan alsaan haid/menstruasi tidak di wajibkan
untuk melampirkan surat ketengan dokter.