Anda di halaman 1dari 15

PERATURAN PERUSAHAAN

HOTEL GREEN DUTA RESORT


BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
1. Latar Belakang
Bahwa keberadaan karyawan pada suatu perusahaan merupakan mata
rantai dalam proses usaha yang berfungsi sebagai kawan mencari
keuntungan, partner dalam usaha dan mitra dalam tanggung jawab.
Dengan diatur peraturan perusahaan ini, diharapkan kepada masing-masing
karyawan akan tumbuh rasa ikut handarbeni, rasa ikut berperan serta timbul
kehendak untuk menumbuh kembangkan perusahaan dengan cara
meningkatkan efektifitas dan produktifitas kerja untuk mencapai tujuan
meningkatnya kesejahteraan bersama.
2. Latar Belakang

Maksud dan tujuan utama dibuatnya Peraturan Perusahaan adalah untuk


mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajiban antara Pengusaha dan
Karyawan. Dengan demikian akan memudahkan dalam menciptakan
hubungan kerja yang baik dan serasi serta terwujudnya kepuasan/
ketenangan kerja serta dengan meningkatkan produktifitas.
Peraturan dalam memimpin karyawan selalu beruasaha untuk memberikan
kesempatan yang sama dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
jabatan, keahlian maupun bidangnya masing-masing dan hanya
memberikan penilaian atas dasar kemampuan, kreativitas, tingkah laku dan
prestasi kerja.
Kemungkinan adanya keluhan-keluhan karyawan akan dilakukan
penyelesaiannya secara wajar dengan mendasarkan hubungan industrial.
Karyawan diharapkan berupaya untuk memberikan prestasi kerja yang layak
dan menyadari bahwa untuk mengurus dan mengelola unit-unit perusahaan
dan penempatan atau pengangkatan seorang karyawan dalam suatu
jabatan adalah wewenanag pimpinan perusahaan.

BAB II
PERATURAN UMUM
Pasal 2
1. Perusahaan bertindak kepada semua karyawan tanpa membedakan
golongan, suku, agama, dan lain-lain dengan peraturan yang berlaku.

2. Perusahaan memberikan kebebasan kepada setiap karyawan dan


mendorong untuk mengembangkan bakatnya unuk mencapai karier dalam
bidangnya menurut kemampuan masing-masing.

3. Karyawan diberi kesempatan secukupnya untuk menjalankan ibadah agama


pada hari kerja tanpa melalaikan tugas masing-masing.

4. Perusahaan memberikan kesempatan pada karyawan untuk mengikuti


pendidikan ketenagakerjaan yang diselenggarakan oleh pemerintah, baik
yang akan dilaksanakan didalam perusahaan maupun diluar perusahaan.

5. Dengan itikat baik masing-masing berusaha mendorong terbentuknya


kepentingan dan perkembangan perusahaan.

BAB III
HUBUNGAN KERJA
Pasal 3
1. Hubungan kerja timbul saat perusahaan secara sah menerima karyawan
yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan perusahaan.

2. Bagi calon karyawan yang telah diterima berlaku masa percobaan maksimal
3 (tiga) bulan dihitung sejak timbulnya hubungan kerja.

3. Hubungan kerja selama masa percobaan dapat diputuskan oleh masing-


masing pihak tanpa syarat kecuali hak gaji yang seharusnya diterima.

4. Perusahaan memperkerjakan karyawan musiman / tidak tetap (kontrak)


yang lamanya tergantung dari produksi yang diperlukan dan diatur lebih
lanjut dalam perjanjian kerja waktu tertentu dengan berpedoman pada
peraturan yang berlaku.

5. Perusahaan dapat melakukan mutasi karyawan bilamana dipandang perlu


dengan alasan bertambahnya pekerjaan di suatu bagian atau dengan
mempertimbangkan kecakapan dan kemampuan karyawan atau karyawan
yang karena kesehatannya menurut nasehat dokter tidak memungkinkan ia
bekerja dalam jabatan/ pekerjaan yang didudukinya.

BAB IV
WAKTU KERJA DAN KERJA LEMBUR
Pasal 4
1. Yang dimaksud dengan waktu kerja adalah waktu dimana karyawan
melakukan pekerjaan dalam 1 (satu) minggu adalah 6 (enam) hari dan atau
40 jam seminggu.

2. Jam kerja diatur sesuai dengan bagian masing-masing.

3. Jam kerja selebihnya dari ketentuan tersebut diatas adalah jam lembur dan
mendapatkan uang lembur yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

4. Ketentuan jam kerja sehari-hari dalam ayat (2) mtersebut diatas sewaktu-
waktu dapat diubah sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan
mengindahkan peraturan yang berlaku.

Pasal 5
1. Kerja lembur adalah kerja atas perintah perusahaan yang dilakukan sesudah
bekerja melebihi 7 (tujuh) jam sehari atau 40 (empat puluh) jam seminggu.
Kelebihan jam kerja dihitung sebagai lembur, yang pembayaranya diberikan
menurut peraturan yang berlaku.

2. Apabila pekerjaan menumpuk, pelaksanaan lembur tetap dibicarakan


karyawan dan dengan persetujuan karyawan..

Pasal 6
1. Perhitungan upah lembur disesuaikan dengan Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor Kepmenakertrans RI Nomor : KEP. 102/MEN/2004.

2. Besarnya upah lembur berdasarkan upah per jam adalah 1/173 x upah
sebulan.

3. Perhitungan upah lembur :


- Untuk lembur pada hari biasa : jam lembur pertama dibayar 1 x upah sejam
- Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya dibayar 2 x upah sejam.

4. Lembur pada hari raya/libur resmi atau mingguan :


- 7 jam pertama atau hari kerja terpendek (5 jam pertama) = 2 x upah sejam
- Jam kedelapan atau hari kerja terpendek (keenam) = 3 x upah per jam
- Jam kesembilan atau hari kerja terpendek (ketujuh) = 4 x upah per jam

BAB V
PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN BEKERJA
Pasal 7
Waktu Istirahat
1. Setelah bekerja 6 (enam) hari kerja setiap karyawan diberi hak 1 (satu) hari
istirahat, dalam keadaan biasa istirahat mingguan diberikan tiap hari minggu.

2. Untuk karyawan yang bertugas sebagai penjaga maka hari istirahatnya


ditentukan oleh pengusaha setelah bekerja 6 (enam) hari berturut-turut
diberikan istirahat selama 1 (satu) hari.

3. Disamping istirahat mingguan dan tahunan karyawan berhak istirahat pada


hari-hari libur menurut kententuan peraturan pemerintah.

Pasal 8
Cuti Tahunan
Cuti tahunan diberikan kepada karyawan, dengan pengaturannya sebagai
berikut :
1. Karyawan berhak istirahat tahunan setelah bekerja selama 12 )dua belas)
bulan berturut-turut, berhak mendapatkan cuti sebanyak 12 (dua belas) hari
dengan menerima upah penuh.
2. Pelaksanaan istirahat tahunan dibagi menjadi beberapa bagian
menyesuaikan keadaan pekerjaan di masing-masing bagian.

Pasal 9
Cuti Haid
1. Karyawan wanita mendapatkan cuti haid untuk hari pertama dan hari kedua,
apabila merasa sakit tanpa mengurangi hak upahnya.

2. Dalam pelakasanaannya yang bersangkutan wajib mengajukan ijin untuk


keperluan tersebut dan mendapatkan persetujuan oleh poliklinik yang telah
ditunjuk oleh perusahaan.

3. Bagi karyawan yang mendapatkan ijin cuti haid tetapi tidak menggunakan
haknya maka perusahaan akan memberikan premi yang
besarnya disesuaikan dengan kesepakatan bersama dengan karyawan.

Pasal 10
Cuti Hamil/ Melahirkan dan Gugur Kandungan
1. Karyawan wanita menjelang melahirkan anaknya mendapat hak cuti 1
bulan sebelum dan 1 bulan sesudah melahirkan dengan mendapatkan
upah penuh.

2. Dalam pelaksanaannya yang bersangkutan wajib mengajukan ijin untuk


keperluan tersebut dengan menunjukkan surat keterangan dokter / bidan
yang merawatnya.

3. Bagi karyawan wanita yang keguguran kandungan mendapat cuti 1 bulan


dengan menunjukkan surat keterangan dokter / bidan yang merawatnya

Pasal 11
Ijin Meninggalkan Pekerjaan Dengan Mendapat Upah
1. Dengan tidak mengurangi hak cuti tahunan perusahaan memberikan ijin
meninggalkan pekerjaan dengan mendpatkan upah / gaji penuh kepada
karyawan, yang :
a. Sakit dengan keterangan dokter
b. Memenuhi kebutuhan hukum
c. Menikah : 3 Hari
d. Menikahkan anak : 2 Hari
e. Menyunatkan / membaptiskan anak : 2 Hari
f. Kematian istri / suami : 2 Hari
g. Kematian ayah / ibu / mertua : 2 Hari
h. Kematian anak / menantu : 2 Hari
i. Isteri melahirkan / keguguran : 2 Hari
j. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia : 1 Hari
k. Ijin lain yang telah disetujui perusahaan

2. Semua permohonan ijin selain yang disebutkan dalam ayat (1) akan
dikurangi dari hak cuti tahunan.

3. Permohonan ijin nikah, menikahkan anak atau ijin yang lain yang tidak
mendadak harus diajukan sekurang-kurangnya satu minggu sebelumnya.

4. Karyawan yang jumlah ijin selain tersebut dalam ayat (1)) melebihi cuti
tahunan kelebihannya harus diganti dengan mengurangi sepertiga puluh gaji
satu bulan untuk satu hari kelebihan ijin.

BAB VI
PENGUPAHAN

Pasal 12
1. (Achteruit Betallen). Upah tidak dibayarkan bila karyawan tidak melakukan
pekerjaan.
Upah karyawan dibayarkan dalam bentuk uang. Upah terendah bagi
karyawan disesuaikan dengan ketetapan Upah Minimum Kabupaten.

2. Besarnya Upah Minimum Kabupaten adalah mengacu pada penetapan surat


keputusan Gubernur Jawa Tengah.

3. Peninjauan berkala upah karayawan dilakukan oleh perusahaan sesuai


dengan pengaturan pengupahan yang ada sekurang-kurangnya satu tahun
sekali.

Pasal 13
1. Karyawan yang melaksanakan tugas perusahaan untuk dinas luar mendapat
tunjangan dinas luar uang transport dan uang makan.

2. Tunjangan dinas luar diberikan saat melaksanakan tugas keluar kota untuk
sehari atau lebih.

3. Tugas luar maupun dinas luar yang memerlukan uang transport dan uang
makan akan diperhitungkan dan ditanggung perusahaan.
4. Cara pemberian maupun besarnya uang dinas luar, uang transport dan uang
makan ditentukan oleh perusahaan dengan mengingat macam tugas dan
tanggung jawab masing-masing karyawan.

BAB VII
JAMINAN SOSIAL, PENGOBATAN DAN PERAWATAN

Pasal 14
Kecelakaan Kerja
1. Karyawan yang tertimpa kecelakaan dalam menjalankan tugas, pengobatan
maupun perawatan yang diperlukan sepenuhnya ditanggung perusahaan.

2. Dalam hal kecelakaan sampai dengan mengakibatkan meninggal dunia


maka biaya penguburan dan biaya lain untuk keperluan almarhum
ditanggung perusahaan.
3. Bagi karyawan yang menderita sakit dan memerlukan rawat inap harus
mendapat surat rujukan terlebih dahulu dari dokter yang ditunjuk
perusahaan
.

Pasal 15
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Perusahaan mengikut sertakan karyawan dalam program BPJS, yang


berpedoman Undang-undang Nomor : 40/2004 tentang sistem Jaminan
Sosial Nasional dan UU No : 24/2011 tentang BPJS.

Pasal 16
Pengobatan dan Perawatan
1. Karyawan yang menderita sakit dan dinyatakan dengan keterangan dokter
mendapat upah, yaitu sebagai berikut.

a. Untuk 4 bulan pertama di bayar : 100% dari upah sebulan


b. Untuk 4 bulan kedua dibayar : 75% dari upah sebulan
c. Untuk 4 bulan ketiga dibayar : 50% dari upah sebulan
d. Untuk 4 bulan ketiga dibayar : 25% dari upah sebulan
2. Apabila setelah lewat 12 (dua belas) bulan karyawan masih sakit (belum
mampu bekerja kembali) maka pengusaha dapat mengajukan Pemutusan
Hubungan Kerja dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

3. Ketentuan tersebut diatas tidak berlaku apabila ditentukan lain oleh


ketentuan atau kesepakatan lebih baik dari pekerja.

BAB VIII
KESELAMATAN KERJA DAN PERLENGKAPAN KERJA

Pasal 17
1. Setiap pekerja wajib menjaga keselamatan dirinya dan pekerja lainnya serta
wajib memakai alat alat keselamatan kerja yang telah disediakan oleh
perusahaan serta mengikuti / mematuhi ketentuan-ketentuan mengenai
keselamatan kerja dan perlindungan kerja yang berlaku.

2. Apabila pekerja menemui hal-hal yang dapat membahayakan terhadap


keselamatan pekerja dan perusahaan, harus segera melaporkan kepada
pimpinan (atasannya).

3. Diluar waktu kerja yang telah ditentukan oleh perusahaan, setiap pekerja
tidak diperbolehkan memakai/ menggunakan alat-alat perlengkapan kerja
milik perusahaan untuk keperluan pribadi.

4. Setiap pekerja wajib memelihara alat-alat/ perlengkapan kerja dengan baik


dan teliti.

Pasal 18
Pakaian Seragam dan Perlengkapan Kerja
1. Perusahaan memberikan pakaian seragam kerja selama setahun sekali
kepada seluruh karyawan / karyawati sebanyak ....... stel..

2. Apabila pada waktu kerja tidak dipakai dikenakan sanksi disiplin.

BAB IX
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN
Pasal 19
1. Perusahaan akan memberikan tunjangan hari raya keagamaan 1 x gaji
kepada setiap pekerja yang bekerja minimal 1 (satu) tahun, dan apabila
belum ada 1 (satu) tahun tapi lebih dari 3 (tiga) bulan diberikan THR secara
proporsional dengan rumus :

Masa kerja x 1 bulan gaji pokok sebulan


12

2. Bahwa THR tersebut diberikan satu minggu sebelum menjelang Hari raya
Idul Fitri.

BAB X
KESEJAHTERAAN SOSIAL
Pasal 20
Tempat Ibadah
Perusahaan memberikan waktu yang cukup bagi karyawan untuk beribadah
mneurut agamanya masing-masing, dan bagi yang beragama Islam
disediakan tempat sholat.

Pasal 21
Koperasi
Untuk menumbuhkan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan seta
meningkatkan kesejahteraan pekerja, perusahaan mendukung terbentuknya
kegiatan di bidang koperasi karyawan.
Pasal 22
Bantuan Kematian
Perusahaan memberikan uang duka, kepada karyawan/ ahli waris
berdasarkan kemampuan perusahaan, dalam hal :
1. Karyawan meninggal dunia
2. Keluarga (anak, isteri/ suami) karyawan meninggal dunia
3. Orang tua/ mertua karyawan meninggal dunia

BAB XI
TATA TERTIB KERJA
Pasal 23
Karyawan wajib berdaya upaya melaksanakan tugas sebaik mungkin sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Setiap karyawan dalam
melaksanakan tugasnya wajib berbuat sebagaimana layaknya seorang
karyawan yang baik, teliti, cermat, kreatif, dan berusaha menghindari
timbulnya kerugian perusahaan.

Pasal 24
Sangsi Terhadap Pelanggaran Peraturan
Karyawan yang melanggar peraturan atau tata tertib dapat dikenakan
sangsi, sebagai berikut :
1. Surat Peringatan
2. Scorsing
3. Pemberhentian/ Pemutusan Hubungan Kerja

Pasal 25
Prosedur Pembuktian Kesalahan
Pembuktian kesalahan dengan cara :
1. Pengakuan dan atau pernyataan dari yang bersangkutan
2. Dibuktikan oleh Kepala Bagian yang bersangkutan
3. Dibuktikan melalui suatu proses Berita Acara Pemeriksaan oleh bagian
keamanan.
4. Dibuktikan oleh tim yang ditunjuk oleh perusahaan.

Pasal 26
Ketetapan dan Peraturan Pemberian Sangsi Terhadap Karyawan
Dalam memberikan peringatan tertulis/ sangsi kepada karyawan,
perusahaan akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Macam dan ringannya kesalahan / pelanggaran
b. Seringnya pengulangan / frekuensi kesalahan/ pelanggaran
c. Ada tidaknya unsur kealpaan/ kesengajaan
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesalahan/ pelanggaran
e. Jasa-jasa dan loyalitas karyawan pada perusahaan

Pasal 27
Kesalahan / pelanggaran Dengan Surat Peringatan Pertama
1. Datang terlambat pada waktu yang sudah ditentukan dan atau pulang
sebelum waktunya dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
2. Tidak hadir bekerja 2 hari berturut-turut atau 3 hari tidak berturut-turut dalam
satu bulan tanpa pemberitahuan dan atau ijin tetapi alasan tidak bisa
dipertanggung jawabkan
3. Sering tidak mengisi daftar absensi yang telah disediakan.
4. Melakukan pekerjaan pribadi pada waktu sedang bertugas
5. Bertindak tidak sopan, berteriak, membuat gaduh atau sejenisnya yang
mengganggu kegiatan kerja.
6. Mengendarai kendaraan bermotor atau mobil ke kawasan perusahaan tanpa
dilengkapi dengan ijin resmi

7. Menulis dan mencorat-coret atau mengotori lingkungan perusahaan.


8. Merokok di areal/ kawasan perusahaan yang ada tanda larangan.

Pasal 28
Kesalahan / pelanggaran Dengan Surat Peringatan Kedua
1. Meninggalkan tempat kerja atau pulang lebih awal untuk kepentingan pribadi
tanpa ijin dari atasan.
2. Menempatkan barang milik perusahaan tidak pada tempatnya
3. Membuat coretan-coretan, tulisan-tulisan atau melakukan perbuatan lainnya
yang mengotori dinding/ lantai perusahaan.
4. Bersifat malas-malasan dalam melakukan perintah kerja dari atasan
5. Tidak masuk kerja selama 3 hari berturut-turut atau 4 hari tidak berturut-turut
dalam satu bulan tanpa pemberitahuan.
6. Melalaikan perlengkapan kerja yang harus dipakai pada waktu kerja
7. Keluar masuk lingkungan perusahaan tanpa melalui pintu yang ditentukan.
8. Mengabsenkan kartu absen yang bukan miliknya.
9. Membawa barang-barang serta melakukan transaksi di lokasi perusahaan.
10. Menempelkan atau menyobek / mengambil pengumuman di papan
pengumuman tanpa seijin dari bagian personalia.
11. Mengijinkan orang yang tidak berhak untuk memasuki perusahaan.
12. Tidur pada waktu jam kerja.

Pasal 29
Kesalahan / pelanggaran Dengan Surat Peringatan Ketiga
1. Menyalahgunakan barang/ fasilitas milik perusahaan untuk kepentingan
pribadi.
2. Selama 3 (tiga) kali berturut-turut karyawan tetap menolak untuk mentaati
perintah atau penugasan yang layak sebagaimana tercantum
dalam peraturan perusahaan.
3. Dengan sengaja atau lalai mengakibatkan dirinya dalam keadaan tidak
dapat melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya.

4. Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah diuji coba di bidang


tugas yanga da.
5. Merokok di tempat yang di larang perusahaan.
6. Menolak perintah atasan.
7. Berkelahi dengan teman sekerja.

Pasal 30
Kesalahan / pelanggaran Dengan Sangsi Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK)
I.
1. Melakukan penipuan, pencurian dan penggelapan barang/ uang milik
perusahaan atau teman sekerja atau milik teman pengusaha.
2. Memberikan keterangan palsu laporan palsu yang dipalsukan sehingga
merugikan perusahaan atau kepentingan perusahaan.
3. Mabok, minum-minuman keras yang memabokkan, madat, memakai obat
bius atau menyalahgunakan obar-obatan terlarang atau obat-obatan
perangsang lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan di
lingkungan perusahaan.
4. Melakukan perbuatan asusila atau melakukan perjudian dalam bentuk
apapun di lingkungan perusahaan.
5. Melakukan tindak kejahatan misalnya menyerang, mengintimidasi atau
menipu pengusaha atau teman sekerja.
6. Menganiaya, mengancam secara physic atau mental, menghina secara
kasar pengusaha atau keluarga pengusaha atau teman sekerja.
7. Membujuk pengusaha atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu
perbuatan yang bertentangan dengan hukum.
8. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan diri dalam
keadaan bahaya baranbg milik perusahaan.
9. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan diri atau teman
sekerja dalam keadaan bahaya.
10. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau mencemarkan
nama baik pengusaha dan atau keluarga pengusaha yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara.
11. Menyalahgunakan kepercayaan pengusaha/ perusahaan dengan
menerima suap / sogokan baik dalam bentuk uang maupun barang.
12. Memiliki atau menyimpan senjata tajam atau bahan peledak atau
melakukan sabotase untuk mengacaukan lingkungan perusahaan.

13. Menyalahgunakan kewenangan yang berakibat perusahaan dirugikan.


14. Melakukan perbuatan pidana lainnya dilingkungan perusahaan diancam
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
II.
Bahwa pekerja yang diputus hubungan kerja sesuai dengan pasal 30 tidak
berhak atas pesangon dan penghargaan. Masa kerja akan diberikan haknya
atas penggantian hak sesuai pasal 156 ayat 4 UU No: 13 tahun 2002 tentang
ketenagakerjaan.

BAB XII
PENYELESAIAN MASALAH
Pasal 31
Pada prinsipnya fungsi perusahaan dan karyawan adalah sama, sehingga
setiap terdapat kesalahpahaman atau ketidak puasan/ keluhan karyawan,
secara keseluruhan harus diselesaikan secepatnya dan seobyektif mungkin
.dengan cara musyawarah dan kekeluargaan sesuai dengan prosedur.

BAB XIII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Pasal 32
Prinsip Dasar PHK serta Pelaksanaannya
1. Sangsi yang dijatuhkan atas pelanggaran dapat berupa :
- Surat Peringatan Pertama
- Surat Peringatan Kedua
- Surat Peringatan Ketiga
- Scorsing dan
- Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

2. Tahap-tahap pemberian sangsi disesuaikan besar kecilnya kesalahan.


3. Pemberian surat peringatan tidak harus berurutan dengan
mempertimbangkan tingkat dan bobot kesalahan.

Pasal 33
PHK Karena Meninggal Dunia
Apabila karyawan meninggal dunia maka pengusaha melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja dengan memberikan uang santunan kematian, uang
pesangon, uang jasa yang diterima kepada ahli warisnya yang besarnya
sesuai dengan Undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku.

Pasal 34
PHK Karen Pengalihan Management / Rasionalisasi
1. Apabila perusahaan hendak melaksanakan PHK akibat pengalihan
management atau rasionalisasi atau relokasi atau kondisi perusahaan, maka
pengusaha harus melakukan perundingan terlebih dahulu dengan
karyawan.

2. Dalam hal terpaksa dilakukan PHK maka kompensasi yang diberikan


karyawan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 35
PHK Karen pengunduran Diri
1. Bagi karyawan yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh
uang penggantian hak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Bagi karyawan yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas
dan fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung,
selain menerima uang penggantian hak, diberikan uang pisah.

3. Karyawan yang mengundurkan diri sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2)
harus memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Mengajukan permohonan 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai


pengunduran diri.
b. Tidak terkait ikatan dinas, dan
c. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.

4. Karyawan yang selama 5 (lima) hari jam kerja atau lebih berturut-turut tidak
masuk kerja tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan
bukti yang sah dan telah dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut
dan tertulis dapat di PHK karena dikualifikasikan mengundurkan diri.

Pasal 36
Aturan Tambahan
Segala peraturan yang dikeluarkan oleh pimpinan perusahaan yang belum
diatur dalam peraturan perusahaan ini sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan, maka berlaku sebagai peraturan
perusahaan yang harus ditaati oleh seluruh karyawan, staf kantor,
pengemudi dan kernet.

BAB XiV
PENUTUP
Pasal 37
1. Peraturan perusahaan beserta aturan tambahan dan segala lampiran yang
telah berlaku ini sebagai peraturan tertulis. Hal lain yang diatur dilaksanakan
menurut kebiasaan yang telah berlaku dengan mengingat peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.

2. Apabila kemudian hari ada ketentuan yang bertentangan dengan peraturan


perundang-undangan maka peraturan perusahaan ini tetap berlaku kecuali
bagian-bagian yang bertentangan.

3. Peraturan perusahaan ini dapat diketahui oleh semua karyawan, akan


diumumkan di papan pengumuman yang mudah dibaca oleh para karyawan.

4. Peraturan perusahaan ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
mendapatkan pengesahan dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Semarang.

Bandunagn, 1 Desember 2015


Hotel Green Valley

Soegiat Legono Kiato


Direktur

Anda mungkin juga menyukai