Anda di halaman 1dari 8

PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)

ANTARA
PERUSAHAAN PT. SAPTA SENTOSA JAYA ABADI
DAN
TENAGA KERJA KONTRAK
No.03/A.2-SPK/SSJA-1/VII/2014

Pada hari ini Selasa tanggal Lima Belas bulan Tujuh Tahun Dua Ribu Empat Belas (15-07-
2014) telah diadakan kesepakatan bersama antara pihak pengusaha dengan pekerja
membuat Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu sebagai berikut :

I. Nama : H. Herludiansyah Pane, MBA


Jabatan : Direktur Utama
Bertindak untuk dan atas nama PT. Sapta Sentosa Jaya Abadi selanjutnya disebut Pihak
Pengusaha.

II. Nama : Agus Abri Yanto, SST


Jabatan : Asisstent Afdeling II Kebun Silaut
Alamat : Jl. Cinta Karya Gg. Muhajirin No. 11 Medan Polonia

Bertindak untuk dan atas nama pribadi sebagai tenaga kerja kontrak di PT. Sentosa
Jaya Abadi selanjutnya disebut Pihak Pekerja.

Pihak Pengusaha dan pihak pekerja sepakat mengadakan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) dengan ketentuan sebagai berikut :

BAB–I
UMUM
Pasal (1)
Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan PKWT ini adalah agar dapat diperoleh suatu kepastian hak dan
kewajiban dalam melakukan proses administrasi di Perusahaan.

Pasal (2)
Istilah – Istilah
1. Yang dimaksud dengan pengusaha adalah PT. Sapta Sentosa Jaya Abadi Kantor Medan
sebagai pemberi pekerjaan dan pemberi upah.
2. Pekerja adalah setiap orang yang mengadakan hubungan kerja pada perusahaan
sebagai penerima dan pelaksana pekerjaan dengan mendapat upah dan perintah dari
Pengusaha.
3. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu adalah Perjanjian Kerja antara Pekerja dan Pengusaha
untuk mengadakan hubungan kerja dalam waktu tertentu.

B A B – II
PENGATURAN WAKTU KERJA
Pasal (3)
Pengaturan Waktu kerja bagi pekerja adalah sebanyak 7 (tujuh) jam dalam satu hari atau
40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu.

B A B – III
PENGUPAHAN
Pasal (4)
1. Pengusaha memberikan upah bagi pekerja sebesar Rp. 3.500.000,- (tiga juta lima ratus
ribu rupiah)/bulan, dengan cara dan waktu pembayaran sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Perusahaan.
2. Pihak Pekerja bersedia melakukan pekerjaan diluar ketentuan jam kerja di atas tanpa
perhitungan upah lembur.

B A B – IV
HUBUNGAN KERJA
Pasal (5)
1. Setiap calon pekerja harus memberikan Identitas/Data Pribadi yang sebenarnya kepada
Pengusaha dan apabila dikemudian hari ternyata diketahui tidak benar atau palsu,
maka pihak pengusaha berhak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara
sepihak dengan mengacu kepada UU No. 13 Tahun 2003 Pasal 158 ayat (1)b.
2. Pekerja melakukan hubungan kerja dengan Pengusaha adalah berdasarkan PKWT
dimana statusnya adalah sebagai Tenaga Kerja Kontrak.

BAB–V
PERAWATAN DAN PENGOBATAN
Pasal (6)
1. Dalam rangka memelihara kesehatan pekerja, Perusahaan menyediakan fasilitas
perobatan pada klinik serta dokter/perawat di Perusahaan. Dan apabila
perobatan/perawatan tidak memungkinkan, akan di rujuk ke Rumah Sakit
Umum/Rumah Sakit rujukan yang di tunjuk oleh Perusahaan dan biaya yang
ditanggung adalah sebesar 100 % oleh Perusahaan. Sedangkan bila karyawan
mengadakan perobatan diluar dari Dokter/Rumah Sakit yang ditunjuk Perusahaan,
maka biaya yang ditanggung oleh Perusahaan adalah sebesar 75 % dari biaya
perobatan. Fasilitas ini tidak berlaku bagi keluarga pekerja.
2. Perusahaan tidak menanggung biaya perawatan atau biaya apapun bila pekerja
menderita penyakit akut atau bawaan seperti AIDS/HIV, Hepatitis, Indikasi Gagal
Ginjal, Indikasi Gagal Jantung, Diabetes, TBC, Kanker, Buta warna, Rabun Senja, Kusta
dan penyakit-penyakit lain yang ditemukan pada waktu pemeriksaaan sehingga yang
bersangkutan tidak memungkinkan bekerja secara maksimal.
3. Perusahaan tidak menanggung biaya untuk mempercantik diri, perobatan untuk
mendapatkan anak dan pemasangan gigi palsu.
4. Perusahaan tidak menanggung biaya perobatan Non Medis.
5. Perusahaan tidak akan menanggung biaya melahirkan untuk diri pekerja itu sendiri
ataupun anak & istri pekerja itu yang masih berstatus Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT).

B A B – VI
ISTIRAHAT TAHUNAN
Pasal (7)
1. Setiap pekerja yang bekerja secara terus-menerus selama 12 bulan tidak terputus
berhak atas istirahat tahunan 12 hari kerja dengan mendapat upah penuh (sesuai
Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1954).
2. Pengusaha dapat menunda permohonan istirahat tahunan karena kepentingan
perusahaan paling lama dalam 1 bulan, terhitung mulai saat pekerja berhak atas
istirahat.
3. Bagi pekerja yang akan menggunakan istirahat tahunannya, pekerja sebelumnya harus
telah mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada pimpinan perusahaan selambat-
lambatnya 7 hari sebelum cuti dijalani.
4. Perusahaan akan memberitahukan bila masa hak atas istirahat tahunan tiba kepada
pekerja minimal 1 (satu) kali dalam setahun melalui surat edaran dari pengusaha pada
papan pengumuman.
5. Bagi pekerja yang tidak menjalani istirahat tahunan bukan karena kemauan
Perusahaan, setelah jatuh tempo hak istirahat tahunan berikutnya, maka hak istirahat
tersebut dianggap gugur.

B A B – VII
IZIN MENINGGALKAN PEKERJAAN DENGAN UPAH/TANPA UPAH
Pasal (8)
Pengusaha memberikan izin kepada pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya dengan
mendapat upah apabila :
1. Izin meninggalkan pekerjaan dengan Upah Penuh :
a. Perkawinan karyawan sendiri : 3 Hari Kerja
b. Perkawinan anak dari karyawan : 2 Hari Kerja
c. Istri karyawan melahirkan : 2 Hari Kerja
d. Khitanan/Pembabtisan anak : 1 Hari Kerja
e. Meninggalnya anak, istri/suami, orang tua, mertua
dan saudara kandung yang tinggal serumah : 2 Hari Kerja
f. Tamu atau orang lain yang meninggal dirumah
karyawan : 2 Hari Kerja
g. Mengalami musibah bencana alam/kebakaran
yang menimbulkan kerusakan tempat tinggal : 2 Hari Kerja
2. Meninggalkan Pekerjaan Tanpa Upah :
Setiap penyimpangan dari ayat (1) diatas, ketidakhadiran pekerja tanpa
memberitahukan dan tanpa memperoleh izin dari pengusaha dianggap mangkir tanpa
alasan, dan upahnya tidak dibayar.

B A B – VIII
TATA TERTIB PERUSAHAAN
Pasal (9)
Kewajiban-Kewajiban Pekerja
1. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku di perusahaan.
2. Bersedia dipindahkan/dimutasikan dari satu unit kerja ke unit kerja lainnya dan dari
satu tempat ke tempat yang lain.
3. Menjaga dan menyimpan rahasia jabatan dan perusahaan.
4. Mentaati ketentuan jam dan hari kerja yang berlaku di perusahaan.
5. Melaksanakan pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab dengan
memperhatikan segala pedoman dan instruksi yang dikeluarkan oleh atasan yang
berwenang.
6. Bersikap sopan santun terhadap siapapun baik didalam maupun diluar dinas dan selalu
bersedia memberi pertolongan terhadap sesama pekerja demi kelancaran jalannya
perusahaan.
7. Menjaga keselamatan dirinya dan teman sekerjanya dan mempergunakan peralatan
keselamatan kerja dalam hal sifat pekerjaannya mengharuskan demikian.
8. Menyerahkan kembali kepada perusahaan semua dokumen dan barang-barang milik
perusahaan yang ada padanya saat pekerja yang bersangkutan meletakkan
jabatan/diberhentikan atau dimutasikan.

Pasal (11)
Kewajiban-Kewajiban Pengusaha
1. Pengusaha akan mengikutsertakan Pekerja dalam Program Jamsostek.
2. Pengusaha diwajibkan untuk memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan
sesuai Permenaker Nomor : 4 Tahun 1994
3. Perusahaan tidak wajib memberikan bonus kepada pekerja.

Pasal (12)
Larangan-Larangan Bagi Pekerja
1. Menyalah gunakan wewenang jabatannya untuk kepentingan pribadi, keluarga maupun
golongan yang merugikan perusahaan antara lain :
- Membawa/menggunakan barang-barang/ alat-alat milik perusahaan tanpa izin
atasan.
- Secara langsung maupun tidak langsung melibatkan diri dalam usaha yang
berkaitan dengan usaha Perusahaan
- Menerima hadiah atau pemberian dalam bentuk apapun dan dari siapapun yang
diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan dengan
jabatan atau pekerjaannya.
2. Menyediakan tenaganya dalam waktu tugas dinas secara perorangan atau bersama-
sama dengan orang lain secara langsung ataupun tidak langsung untuk kepentingan
usaha lain.
3. Menjalankan bentuk usaha yang bergerak dalam bidang yang sama ditempatnya
bekerja.
4. Membocorkan rahasia jabatan dan/atau rahasia perusahaan meliputi:
- Rahasia mengenai atau yang ada hubungannya dengan jabatan baik berupa
dokumen (surat, notulen rapat dan lain-lain), data maupun perintah atau keputusan
lain dari pimpinan perusahaan.
- Rahasia yang menyangkut kekayaan, permodalan, gaji, upah, hak milik, organisasi,
proses produksi dan kebijaksanaan.
5. Melalaikan pelaksanaan tugas pekerjaan yang seharusnya dilakukan, sehingga
mengakibatkan timbulnya kerugian bagi perusahaan atau lingkungan kerjanya.
6. Dilarang memberikan keterangan/tanggapan kepada Pers/wartawan atau pihak lain
untuk maksud dipublikasikan sehubungan dengan masalah-masalah
perusahaan/ketenagakerjaan, tanpa izin dari pimpinan Perusahaan.

B A B – IX
PELANGGARAN TATA TERTIB YANG DAPAT MENGAKIBATKAN PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA
Pasal (13)
Setiap pekerja yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib Perusahaan dan larangan-
larangan bagi pekerja atau dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan atau
merugikan perusahaan dapat dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja dan
dilaksanakan sesuai dengan prosedur Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 tahun 2003,
antara lain yang termasuk pelanggaran kesalahan berat sebagaimana yang termuat dalam
Bab – XII pasal 17 maka sisa masa kerja didalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu tersebut
dianggap gugur oleh Pengusaha.

BAB–X
HUKUMAN
Pasal (14)
Pemberian Peringatan
1. Terhadap pekerja yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan disiplin berupa
kewajiban dan larangan dalam rangka pembinaan dapat diberikan Teguran lisan dan
tertulis serta surat peringatan tertulis.
2. Teguran Lisan dan Tertulis dikenakan kepada pekerja yang melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan disiplin perusahaan yang berdasarkan penilaian atasan pekerja
yang bersangkutan patut diberikan hukuman dan dapat dilaksanakan oleh atasan
pekerja langsung.
3. Peringatan tertulis diberikan kepada pekerja yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan disiplin berupa kewajiban dan larangan tersebut pada ayat 1 dan yang
bersangkutan patut diberikan hukuman. Peringatan Tertulis dilakukan oleh Pimpinan
Perusahaan.
4. Peringatan tertulis diberikan atas dasar tahapan kesalahan yang dilakukan pekerja
yakni Peringatan Pertama, Kedua dan Ketiga. Dengan pertimbangan beratnya
kesalahan yang dilakukan pekerja dapat dilakukan penyimpangan tahapan Surat
Peringatan tersebut yaitu dapat langsung diberikan surat peringatan kedua atau ketiga.
5. Masa berlaku masing-masing surat peringatan selama 6 (enam) bulan.

Pasal (15)
Pemberian Sanksi Terhadap Pelanggaran

1. Sanksi diberikan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan yang dimaksud
sebagai tindakan korektif dan pengarahan terhadap sikap dan tingkah laku karyawan.
2. Sanksi terhadap pelanggaran merupakan upaya pembinaan yang dilakukan oleh
perusahaan melalui pimpinan terhadap bawahan/karyawan secara berdaya guna yang
diarahkan untuk meningkatkan dan mengembangkan semua kegiatan yang
berhubungan dengan ketenagakerjaan.
3. Sanksi yang didasarkan pada frekuensi (seringnya) pengulangan atas pelanggaran,
bobot pelanggaran,unsur kesengajaan,unsur kelalaian yang mengakibatkan kerugian
pada perusahaan, mengakibatkan kerugain karyawan lain sehingga tidak tercipta
hubungan kerja yang harmonis.
4. Pelanggaran tingkat Pertama
Tindakan-tindakan pelanggaran yang mendapat ancaman dengan sanksi berupa Surat
Peringatan Kesatu (SP-1), adalah sebagai berikut :
1. Datang terlambat tanpa alasan yang wajar dan telah mendapat Surat Teguran
sebanya 3 (tiga) kali dari atasan.
2. Tidak mengenakan seragam sesuai dengan ketentuan perusahaan dan telah
mendapat surat teguran sebanyak (3) kali dari atasan.
5. Pelanggaran Tingkat Kedua
Tindakan-tindakan pelanggaran yang mendapat ancaman dengan sanksi berupa Surat
Peringatan Kedua (SP-II), adalah sebagai berikut :
1. Tindakan pengulangan pelanggaran dari tingkat pertama
2. Tidak hadir kerja tanpa alasan yang wajar dan alasan tersebut tidak bisa diterima
akal sehat dari atasan/pimpinan perusahaan.
3. Meninggalkan tempat kerja atau pulang lebih awal tanpa seizin tertulis dari
atasanya.
4. Menolak untuk mentaati perintah dari atasan/pimpinan perusahaan.
5. Tidak mematuhi pengarahan dari atasan tanpa alasan yang wajar dan tidak masuk
akal.
6. Menanda tangani daftar hadir orang lain atau daftar hadir diisi orang lain dengan
sepengetahuan karyawan tersebut.
7. Dalam melaksanakan tugas, tidak menggunakan alat-alat keselamatan
kerja,sehingga bisa membahayakan karyawan tersebut atau orang lain.
6. Pelanggaran Tingkat Ketiga
Tindakan-tindakan pelanggaran yang mendapat ancaman dengan sanksi berupa Surat
Peringatan Ketiga (SP-III), atau Surat Peringatan Terakhir kriterianya adalah sebagai
berikut :
1. Tindakan pengulangan dari pelanggaran tingkat kedua (SP-II) sebelumnya masih
berlaku.
2. Tiga kali berturut-turut karyawan menolak secara lisan atau secara tertulis atas
perintah/penugasan yang layak dari atasan atau pimpinan unit usaha atau dari
pimpinan perusahaan.
3. Dengan sengaja mengakibatkan dirinya dalam keadaan sedemikian rupa,sehingga
ia tidak dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan benar.
4. Melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan prosedur kerja.
5. Menyembunyikan informasi kepada atasan atau pimpinan perusahaan mengenai
tidakan-tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh karyawan lain dan tindakan
tersebut merugikan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Tidak memenuhi standar kerja dan kinerja (job performance) dalam melaksanakan
tanggung jawab yang menjadi tugas disetiap bagian lingkup jabatan pekerjaannya.
7. Menggunakan barang-barang milik perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa
izin dari atasan.
8. Dalam hal ini terjadinya hubungan tidak harmonis atau masalah-masalah industrial
antar karyawan dengan atasan/ pimpinan perusahaan, istri /suami, anak dari
karyawan turut campur dalam upaya penyelesaian masalah-masalah tersebut.
9. Memberikan dukungan kepada organisasi/partai politik diarea atau lingkungan kerja
sehingga terganggu berlangsungnya penerapan kebijakan perusahaan untuk
bersikap netral terhadap organisasi/partai politik.

7. Surat Peringatan tidak perlu diberikan berurutan, tetapi dapat dinilai dari segi
kesalahan.

B A B – XI
PEMUTUSAN HUBUNGAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
Pasal (16)
Pengusaha dapat mengakhiri Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu apabila pekerja terbukti
melakukan :
1. Memberikan keterangan palsu kepada atasan atau kepada perusahaan atas
pertanyaan yang diajukan mengenai apa yang menjadi tugas,wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan.
2. Pengulangan pelanggaran tingkat Ketiga atau Pelanggaran Surat Peringatan Terakhir
(SP-III)
3. Pada saat diadakan perjanjian kerja memberikan keterangan palsu atau dipalsukan.
4. Mabuk,madat, memakai obat bius atau narkoba/psikotropika ditempat kerja atau
ditempat-tempat lain Yang ditetapkan perusahaan.
5. Melakukan perbuatan asusila didalam lingkungan perusahaan
6. Melakukan tindakan kejahatan misalnya mencuri,menggelapkan dan menipu barang-
barang perusahaan.
7. Memperdagangkan barang-barang terlarang (obat bius atau narkoba/psitropika dan
minuman yang memabukan) baik di dalam lingkungan perusahaan maupun diluar
perusahaan.
8. Menganiaya, berkelahi dan menghina secara kasar atau mengancam secara fisik atau
mental pengusaha atau keluarga pengusaha atau teman kerja baik didalam
lingkungan perusahaan maupun diluar perusahaan.
9. Membujuk pengusaha atau teman kerja untuk melakukan suatu yang bertentangan
dengan Hukum atau kesusilaan serta perundang-undangan yang berlaku.
10. Dengan sengaja atau ceroboh membahayakan atau membiarkan diri atau teman
sekerja dalam keadaan bahaya.
11. Melakukan kecerobohan dalam bekerja atau sengaja merusak/sengaja merugikan
atau sengaja membiarkan dalam keadaan bahaya terhadap barang-barang /asset
perusahaan.
12. Membongkar rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik pimpinan
perusahaan/pengusaha /rekan kerja dan keluarga pengusaha/keluarga rekan sekerja
yang seharusnya dirahasiakan,kecuali untuk kepentingan Negara.
13. Pemalsuan apapun yang merugikan perusahaan.
14. Perjudian dalam bentuk apapun yang dilakukan ditempat kerja atau tempat-tempat
lain yang ditetapkan perusahaan.
15. Tidak hadir kerja 5 (lima) hari kerja berturut-turut tanpa pemberitahuan secara
tertulis yang sah dan telah dipanggil 2 (dua) kali oleh perusahaan.
16. Menghilangkan barang milik perusahaan dengan sengaja atau karena kecerobohan.
17. Membawa atau mengambil barang milik perusahaan,peralatan kerja atau inventaris
tanpa izin dari atasan unit masing-masing.
18. Menawarkan atau menerima komisi atau bentuk-bentukhadiah lain dari
anggota/supplier disemua tempat tanpa kecuali sehingga merugikan perusahaan.
19. Segala bentuk penyalagunaan dan pemalsuan program bantuan pengobatan yang
dikelola oleh perusahaan atau yang mengelolanya diserahkan kepada pihak ke tiga.
20. Segala bentuk “Main Hakim Sendiri” seperti pemukulan dan pertikaian yang dilakukan
oleh karyawan terhadap sesama karyawan dan/atau karyawan pihak ketiga dan/atau
yang dilakukan terhadap pelanggan supplier /Kantor Pusat di area kerja perusahaan
atau di tempat-tempat yang telah ditentukan oleh perusahaan.
21. Segala bentuk tindakan pelecehan seksual ditempat kerja berupa:kata-
kata,komentar,bisikan,ataugambar,memegang,meraba,mencium,memeluk,menyentu
h,mencolek,sebagai suatu bentuk kejahatan terhadap kesusilaan yang dilakukan
terhadap sesama karyawan, karyawan pihak ketiga dan/atau terhadap supplier
/pengunjung ditempat kerja.
22. Memberikan keterangan/tanggapan kepada pers /wartawan atau pihak lain untuk
maksud dipublikasikan /disiarkan sehubungan dengan masalah-masalah
perusahaan/ketenagakerjaan tanpa izin dari pimpinan perusahaan atau dari pejabat
yang memiliki otoritas atas jabatan/pekerjaan tersebut.
23. Melakukan tindakan intimidasi atau menipu pengusaha atau teman sekerja dalam
lingkungan perusahaan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
24. Melakukan pelanggaran terhadap procedure keuangan dan akutansi perusahaan
yang sudah ditetapkan perusahaan.
25. Melakukan kegiatan atau usaha baik secara langsung maupun tidak langsung yang
dapat merugikan kepentingan perusahaan.
26. Melakukan tindakan dalam bentuk propokasi, hasutan, fitnah, penyebarluasan isu-isu
yang tidak benar atau hal-hal yang dapat dikategorikan sebagai suatu tindakan yang
bisa menjurus kepada keresahan karyawan.
27. Bekerja diperusahaan lain tanpa persetujuan tertulis dari Direktur Utama.
28. Menerima barang hadiah, atau bentuk penghargaan /hadiah lain yang didalamnya
mengandung konflik kepentingan tanpa persetujuan atasan atau Pimpinan
perusahaan.
29. Melakukan transaksi bisnis perusahaan di rumah.
30. Memberikan Dokumen asli kepada pihak luar atau instansi Pemerintah tanpa
persetujuan dari Pimpinan perusahaan

B A B – XII
JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
Pasal (17)
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini dibuat untuk jangka waktu selama 6 (enam) bulan
terhitung mulai tanggal Lima Belas Bulan Satu tahun Dua Ribu Empat Belas (15-01-2014).
B A B – XIII
BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT)
Pasal (18)
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini berakhir demi hukum dengan berakhirnya waktu yang
disepakati yaitu sampai dengan tanggal Empat Belas bulan Tujuh tahun Dua Ribu Empat
Belas (14-07-2014).

Mengingat perjanjian kerja ini adalah waktu tertentu, maka pada saat sebelum berakhir
perjanjian kerja dan saat berakhirnya Perjanjian Kerja, Pekerja Tidak Mendapat Hak
Pesangon, pensiun dan ganti rugi dalam bentuk apapun.

1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu berakhir karena meninggalnya pekerja yang


bersangkutan.
2. Apabila pekerja dengan waktu tertentu ternyata telah melanggar ketentuan pasal 16
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu antara PT. Sapta Sentosa Jaya Abadi dengan Tenaga
Kerja Kontrak yang menandatangani Perjanjian ini.
3. Apabila pekerja ternyata mengakhiri Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu sebelum
Waktunya berakhir atau telah melanggar ketentuan pasal 18 ayat 2, maka sisa masa
kesepakatan kerja dianggap gugur dan kepada pekerja tidak diberikan ganti rugi dalam
bentuk apapun.

B A B – XIV
PENUTUP
Pasal (17)
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini mengikat kedua belah pihak.
2. Bila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan yang belum diatur dalam perjanjian
kerja ini kedua belah pihak sepakat memusyawarahkan sesuai dengan ketentuan
undang-undang yang berlaku.
3. Dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang
masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, disetujui, ditandatangani oleh
kedua belah pihak setelah dibaca dan dimengerti akan isinya, untuk dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh tanggung jawab.
4. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ini berlaku selama 1 (satu) tahun setelah ditanda
tangani oleh kedua belah pihak.

Disepakati di : Medan
Pada Tanggal : 15-01-2014

OLEH PIHAK-PIHAK

Pihak Pengusaha, Pihak Pekerja,

H. Herludiansyah Pane, MBA Agus Abri Yanto, SST


Direktur Utama Assistent Afdeling II

Anda mungkin juga menyukai