Anda di halaman 1dari 2

KETENTUAN LARANGAN PENGGUNAAN RUMAH

TEMPAT TINGGAL UNTUK KANTOR ATAU TEMPAT USAHA

Pertanyaan :
Apakah ada ketentuan yang mengizinkan penggunaan rumah tempat tinggal untuk kantor
atau tempat usaha?

Jawaban:
Menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman, dilihat
dari artinya, rumah merupakan bangunan yang mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan adalah kelompok
rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang
dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Pemda DKI Jakarta sudah membuat aturan yang pada dasarnya dibuat untuk mengatur
peruntukan fungsi rumah. Tahun 1972, dikeluarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. Bd. 3/24/19/1972 tentang Larangan Penggunaan Rumah
Tempat Tinggal untuk Kantor atau Tempat Usaha. Dalam Keputusan Gubernur tersebut
secara jelas menetapkan pelarangan menggunakan rumah tempat tinggal untuk kantor
ataupun tempat usaha. Namun, terdapat ketentuan bahwa yang tidak termasuk pengertian
usaha dalam keputusan ini adalah tempat praktik dokter, apotik, dan tempat-tempat lain
untuk kepentingan umum yang menurut kebijaksanaan Gubernur telah mendapat izin dari
instansi yang berwenang.

Tahun 1977 dikeluarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.
203 Tahun 1977 tentang Ketentuan Pelaksanaan Larangan Penggunaan Rumah Tempat
Tinggal untuk Kantor atau Tempat Usaha, untuk mengatur pelaksanaan Keputusan
Gubernur No. Bd.3/24/19/1972. Keputusan Gubernur ini menyebutkan bahwa jenis
kegiatan usaha yang diperkenankan dalam perumahan adalah:
a. praktik keahlian perorangan yang tidak merupakan badan usaha/usaha gabungan
beberapa orang ahli (dokter, bidan, pengacara, notaris, akuntan, perencana, seniman,
dan ahli pengobatan tradisional);
b. usaha pelayanan lingkungan yang kegiatannya langsung melayani kebutuhan
lingkungan yang bersangkutan dan tidak mengganggu/merusak kelestarian
lingkungan (penjualan makanan & minuman dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari,
boutique, salon kecantikan, pemangkas rambut, binatu, penjualan bunga tanaman
hias, reparasi ringan, perpustakaan lingkungan, dan apotik);
c. kegiatan sosial yang tidak mengganggu/merusak kelestarian lingkungan (taman
kanak-kanak, kursus-kursus, klinik, kantor yayasan sosial, dan kegiatan sosial
lainnya).
Selain itu, Keputusan Gubernur ini juga mengatur mengenai jumlah karyawan maksimum
dan persentase luas maksimum penggunaan terhadap luas lantai dasar yang
diperkenankan sebagai tempat usaha.

Pelaksanaan Keputusan Gubernur No. 203 Tahun 1977 disempurnakan dengan Instruksi
Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 135 Tahun 1988. Instruksi
Gubernur tersebut berisi larangan penggunaan rumah tinggal untuk kantor ataupun
tempat usaha. Selain itu juga instruksi untuk tidak memberikan izin perpanjangan untuk
kantor atau tempat usaha yang sudah berada di daerah pemukiman atau hunian. Melalui
instruksi ini, Pemda juga memberikan peringatan terakhir bagi pemilik usaha atau kantor
tersebut untuk mengalihkan lokasi usahanya ke tempat yang diperbolehkan sesuai dengan
peraturan yang berlaku.

Kesimpulan:
Penggunaan rumah tempat tinggal untuk kantor atau tempat usaha diperbolehkan apabila
memenuhi ketentuan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 203 Tahun 1977 mengenai jenis kegiatan usaha yang diperbolehkan, jumlah
karyawan maksimum, dan persentase luas maksimum penggunaan terhadap luas lantai
dasar yang diperkenankan.

Anda mungkin juga menyukai