Anda di halaman 1dari 14

1. PERJANJIAN KERJASAMA PT.

ALBAMAS SINAR PURNAMA


1.1 ISI PERJANJIAN KERJASAMA
Perjanjian Kerjasama anatara Pemerintah DKI Jakarta dengan PT. ALBAMAS Sinar
Purnama (PT. Albamas) tentang Pembangunan dan Pengelolaan Bisnis Center di
Perkampungan Industri Kecil Pulogadung Jalan Raya Penggilingan Jakarta Timur.
Perjanjian tersebut ditanda-tangani path hari Rabu, Tanggal Satu bulan Desember tahun
Dua Ribu Empat (1-12-2004).
Yang bertanda-tangan dalam perjanjian tersebut adalah ;
1) Drs. MH. Zainuddin, MM., Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan
Industri dan Pemukiman Pulogadung, berkantor di Jalan Raya Pengilingan
Kompleks Perkampungan Industri Kecil Jakarta 13940. Dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama Gubernur Provinsi DKI Jakarta
berdasarkan Surat Kuasa Nomor 3048/085 tanggal 24 November 2004
berdasarkan Pasal 37 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah, oleh karenanya sah bertindak untuk dan atas nama
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
2) Machzum Baisa, Swasta beralamatkan di Jalan Pahiawan Revolusi Nomor
100 Kotamadya Jakarta Timur. Dalam hal ini menjalankan jabatannya
selaku Direktur Utama oleh karenanya berwenang bertindak untuk dan
atas nama perseroan terbatas PT. Albamas Sinar Purnama yang didirikan
berdasarkan Akta Nomor 70 tanggal 20 Februari 1995, dibuat dihadapan
Notaris Chufran Hamal, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta yang telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman sesuai dengan Surat Keputusan Nomor
C2-6062 HT.01.01 tahun 1995 tanggal 16 Mei 1995 dan diumumkan
dalam Berita Negara Nomor 68 tanggal 25 agustus 1995, dan Akta
Perubahan Nomor 65 tanggal 25 November 2002 yang dibuat dihadapan
Notaris Haji Dana Sasmita, SH. yang telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Nomor C00062.HT.01.04.TH 2003 tanggal 3 Januari 2003.
Untuk melakukan tindakan hukum dengan telah mendapat persetujuan dari
Quraisy Muhammad Balsa dalam kedudukannya selaku Komisaris
Persernan, sesuai surat persetujuan Nomor 045/SPK/ASP/VII/04 tanggal
28 Juli 2004.
3) Maksud dari Perjanjian Kerjasama adalah mengembangkan dan
mengoptimalkan pemanfaatan ruang Kawasan PIK Pulogadung dan
lingkungannya dengan tujuan untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Ibukota Jakarta.
1.2 OBYEK, BENTUK DAN 1NVESTASI DALAM KERJASAMA
Obyek dalam Perjanjian Kerjasama ini untuk mengembangkan dan mengoptimalkan
Kawasan PIK Pulogadung di atas bidang tanah seluas 10.506 m2 milik Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta termasuk bagian tanah sertifikat Hak Pengelolaan (HPL) Nomor
00001 seluas 37, 148 Ha yang terletak di Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung,
Kotamadya Jakarta Timur untuk Pembangunan Bisnis Center, berupa ;
1. Pembangunan Bisnis Center tiga lantai berikut sarana dan prasarana penunjang
berupa ;
i. Lantai 1 dibangun kios, sebanyak 254 unit seluas 1.862 m2 dan atrium
seluas 300m2,
Lantai 2 dibangun kios, sebanyak 311 unit seluas 2.286 m2,
iii. Lantai 3 dibangun kios, sebanyak 97 unit seluas 1218 m2.
2. Pengelolaan bangunan Bisnis Center terdiri dari ;
a. Sewa Beli sebanyak 663 unit kios seluas 5.366 m2,
b. Sewa Kontrak seluas 1.328 m2 (termasuk atrium seluas 300 m2),
c. Sarana penunjang seluas 757 m2 antara lain : toilet, eskalator, tangga,
tangga kebakaran, mushola dan gudang,
d. Fasilitas parkir sebanyak 169 SRP.
Bentuk Kerjasama adaiah Bangun-Serah-Kelola (Build Transfer Operate).
Nilai Investasi untuk pembangunan bisnis center ini adalah Rp.59.428.959.000,-
Nilai Ekonomi yang didapat Pemprov DKI Jakarta berupa Goodwill di tahun 1 senilai
Rp.1.000.000.000,- dan Kontribusi sebesar Rp.1.500.000.000,- pada tahun 2 sd. 5.
Sudah dibayarkan Rp.1000.000.000,- pada tahun pertama.
Pemprov DKI Jakarta menerima uang pemasukan atas pemberian Hak Guna Bangunan
(HGB) atas nama PT. Albamas di atas Hak Pengelolaan (HPL) atas nama Pemprov DKI
Jakarta sesual beraturan perundang-undangan yang berlaku.
Masa Berlaku Kerjasama effektif saat ditanda-tangani sampai dengan berakhirnya
massa pengelolaan pada hari dan tanggal sebagaimana tercantum dalam Berita Acara
Serah Terima.
1.2 ADDENDUM KERJASAMA YANG DIHARAPKAN
Alasan diminta dilakukan addendum adalah ;
· Kondisi perpasaran dan pemasaran kios untuk UKM di DKI Jakarta masih
akan lesu dalam 2-3 tahun mendatang, sementara dari 600 kios untuk
UKM yang tersedia ban) 101 unit kios yang telah terjual (uang muka
maupun cash). Persediaan ini (sisa 499 unit) di luar rentable area milik
BPLIP Pulogadung seluas 900 m2 yang masih memerlukan waktu dalam
operasinya,
· Untuk mendukung pemasaran, dengan dilakukan secara professional oleh
Building Management,
· Building Management mengharuskan untuk mengubah layout bangunant
dan fasilitas lingkungan (parkir, d11) sehingga membuat waktu
pembangunan lebih lama dan penambahan biaya investasi,
· Biaya konstruksi yang meningkat tajam sejak tahun 2004 saat dimulal
pembangunan tidak diimbangi dengan naiknya harga jual karena daya bell
masyarakat turun,
· Pembiayaan pembangunan yang semula mengandaikan dana sendiri (60%)
dan sisanya dari unit yang terjual, namun akhirnya menggunakan dana
perbankan (BTN) untuk menyeiesaikan pembangunan yang berakibat
'harus menanggung bunga bank yang relatif tinggi.
· Addendum vane diharankan dapat dilalaikan nlPh PT Athammc unto(
pAria
Pemprov DKI Jakarta meliputi ;
1. MASA KERJASAMA
BTO yang diberikan 5 tahun terlalu pendek untuk mencapai keuntungan yang
memadai. Diajukan dapat diberikan sampai dengan konsesi 20 tahun pengelolaan.
2. DENDA KETERLAMBATAN PEMBANGUNAN
a. Denda terhadap keterlambatan pembangunan tidak tepat arti, karena
dibangun tanpa menggunakan dana PemProv dan HGB tidak diagunkan.
b. Bersedia dikenakan sanksi apabila terdapat keterlambatan penyerahan
bangunan kepada PemProv.
3. KEPASTIAN TENTANG INVESTASI BARU
a. Investasi baru pada areal parkir tambahan + 10.000m2. Areal parkir berada
di luar areal kerjasama
b. Penambahan lugs pada lantai 4 (amusement center)
c. Perombakan kios2 dan fasilitas travelator
d. Bangunan2 penunjang seperti kantin UKM, dli.
Dengan pembiayan dan pelaksanaan mendapatkan Ijin penambahan lantai
bangunan dan perluasan parkir dibenbankan biaya pada PT. Albamas.
2. TUJUAN REVIEW PROPOSAL ADDENDUM PEMBANGUNAN BISNIS
CENTRE
Tujuan dari penyusunan dokumen Review Proposal Addendum ini adalah untuk
Pemprov. DKI Jakarta diwakili BPMPKUD dibantu oleh staf ahli untuk dapat
menuangkan hasil review dan pendapat terhadap Proposal Addendum Pembangunan
Pusat Grosir Pulogadung BPLIP oleh PT. ALBAMAS SINAR PURNAMA.
Penyusunan dokumen ini dimaksudkan juga untuk melakukan penawaran atas besaran
Kontribusi dan Bagi Hasil Usaha yang ditawarkan oleh PT. ALBAMAS SINAR
PURNAMA sehingga didapat besaran nilai Kontribusi dan Bagi Hasil Usaha bagi
Pemprov. DKI Jakarta yang optimal, yang bemilai guna secara langsung bagi
Pemerintah tanpa membebani usaha dan investor sehingga peningkatan ekonomi bagi
masyarakat secara umum juga akan lebih baik.
Dokumen ini juga dimaksudkan membantu Pemprov. DKI Jakarta dalam pengambilan
keputusan atas addendum kerjasama yang ditawarkan.
3. FAKTOR-FAKTOR PENTING YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM
MENGAMBIL KEPUTUSAN
3.1 Asset Pemprov DKI Jakarta dalam penelolaan BPLIP
Kawasan industri kecil yang dikelola oleh Badan Pengelola Lingkungan Industri dan
Pemukiman (BPLIP) Pulogadung itu dibangun pada tahun 1972. Semula kawasan ini
merupakan proyek daerah perluasan bernama otorita. Dengan Surat Keputusan
Gubernur, proyek otorita diubah menjadi BPLIP.
Gagasan awai adalah untuk memanfaatkan lahan. Pada saat itu otorita diberi lahan
seluas 91 hektar dan Pemerintah Daerah memberi Dana melalui Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah. Sesuai perkembangannya, lahan diperluas hingga menjadi 100
hektar, yang sekitar 44 hektar dimanfaatkan untuk PIK. Dasar Hukum BPLIP adalah
dengan adanya SK Gubernur KDKI Jakarta No. 1058 dan No. 1180 tahun 1989. Tugas
Pokok BPLIP adalah melaksanakan pengembangan Lingkungan Industri dan
Pemukiman Pulogadung, serta melakukan Pengelolaan atas Hasil Pembangunannya.
Dengan Visi BPLIP Pulogadung menjadi Kawasan terpadu sebagai Pusat Bisnis,
Industri dan Permukiman UKM.
Dengan pengelolaan asset lahan yang relatif sangat luas dengan nilai trilyun rupiah,
dengan mendapatkan anggaran yang juga relatif optimal mendekati sepuluh milyar
rupiah setiap tahunnya, tetapi BPLIP masih memberikan kontribusi PAD yang relatif
sangat kecil, hanya menyumbangkan nilai ratusan juta atau dibawah dua milyar rupiah.
Seperti contoh, pendapatan dari pembagian laba BPLIP Pulogadung pada tahun
anggaran 2005 diproyeksikan sebesar Rp.450.670.000 dan teiah direalisasikan senilai
Rp.450.000.000,-. Ketidak-optimalan ini sudah menjadi hal yang diperhatikan di jajaran
lembaga eksekutif dan legislatif, sehingga sangat diperlukan cara baru untuk
memperhaikinya,
Salah satunya adalah dengan menyusun Rencana Induk Pengembangan Kawasan BPLIP
dan juga mengundang investor untuk memanfaatkan lahanlahan tersebut sehingga dapat
didayagunakan lebih tinggi. Dengan open tender investor diharapkan didapat penawaran
pemanfaat lahan yang paling
tinggi, dengan tetap memperhatikan pembinaan pengusaha menengah dan kecil supaya
berorientasi ekonomi tinggi dan tanpa perlu melepas kepemilikan lahan tersebut atas
Pemprov. DKI Jakarta.
Sehingga sangat diharapkan setelah pembangunan Pusat Grosir Pulogadung ini akan
memacu pergerakan ekonomi sekitarnya, sehingga nilai asset/ lahan yang dikelola
BPLIP akan menjadi bemilai lebih tinggi dibandingkan sebelum terbangunnya Business
Centre Mi.
Asset Pemprov. DKI Jakarta dalam pengelolaan BPLIP untuk dibangun Business
Centre.
3.2 Konsep STRATA TITLE BUSINESS CENTRE
Berdasarkan asas pemisahan horizontal, dimungkinkan dalam satu bidang tanah yang
sama terdapat beberapa hak kepemilikan atas tanah secara bersamaan. Misalnya ada
tanah hak milik individu, di atasnya dibuat perjanjian dengan pihak konstruktor agar
dapat dibangun gedung perkantoran yang
dilekatkan Hak Guna Bangunan (HGB) selama 30 tahun dan bisa diperpanjang 20
tahun.
Asas pemisahan horizontal adalah kebalikan dari asas pelekatan yang mengatakan
bangunan dan tanaman merupakan satu kesatuan dengan tanah. Sebaliknya, asas
pemisahan horizontal menyatakan bangunan dan tanaman bukan merupakan bagian dari
tanah. Konsekuensinya hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi pemilikan
bangunan dan tanaman yang ada di atasnya.
Sehingga dalam sebidang tanah, ada dua hak yang melekat. Hak primer yaitu hak milik
(individu ataupun hak menguasai negara), dan hak sekunder (Hak Pakai, Hak
Pengelolaan, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan lain-lain).
Apabila bangunan gedung dimaksudkan sebagai rumah susun/ kondominium ataupun
pertokoan, dan dibagi menjadi unit-unit apartemen atau kios-kios. Maka masing-masing
pemilik unit apartemen atau kios memegang hak yang dinamakan strata title yang
berdasarkan hukum, kekuatannya sama dengan hak milik pada rumah biasa. Seharusnya
tidak ada yang boleh mencabut hak tersebut, kecuali terbukti hak tersebut diperoleh
secara melawan hukum atau pun pencabutan dilakukan untuk kepentingan sosial.
Bagaimana mempertimbangkan strata title dalam kasus pemilik dari tanah tersebut
adalah Pemda. Pemda memutuskan untuk tidak memberikan perpanjangan terhadap hak
sekunder (misalnya hak pakai, karena tanah negara hanya dapat dilekatkan hak pakai
atau hak pengelolaan) tersebut. Dengan pertimbangan bahwa Pemda bermaksud untuk
mendayagunakan tanah dan bangunan tersebut sendiri atau ada investor yang dapat
membayar untuk pemberian hak sekunder tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari
yang ditawarkan pengelola q/q Perhimpunan Penghuni/ Pemilik Kios. Sehingga
pengelola yang lama akan kehilangan haknya atas gedung.
Apabila terjadi kasus seperti ini, maka developer apartemen atau toko dan Pemda
setempat dapat digugat oleh perhimpunan penghuni atau pemilik kios. Dasar hukumnya
adalah telah melakukan perbuatan melawan hukum karena memperdaya konsumen
dengan menjual unit kios/apartemen dengan strata title, padahal unit tersebut berada
pada tanah hak pakai.
Sebagai contoh kasus di DKI Jakarta terakhir ini adalah kasus ITC mangga dua
dibangun di atas tanah yang dikuasai oleh negara, dapat didirikan bangunan seperti ITC
mangga dua, pihak ITC tidak dapat membeli lahan tersebut dari negara langsung, karena
negara bukan sebagai pemilik, tapi penguasa yang memberikan izin untuk
memberdayakan tanah tersebut. Jika akan membangun diatas tanah yang dikuasai oleh
negara, maka harus mengurus
HGB, jika tanah yang dikusai negara tersebut ingin digunakan untuk perkebunan,
maka izin peruntukannya berupa HGU.
Kasus di ITC Mangga Dua karena berdiri diatas tanah negara yang hak nya diberikan
kepada Pemprov. DKI Jakarta yaitu berupa Hak Pengelolaan. Dimana kemudian
Pemprov. DKI Jakarta bekerjasama dengan swasta (PT. Duta Pertiwi Tbk) yang
membangun gedung ITC Mangga Dua dan sebelum membangun gedung tersebut
dimintakan izin mendirikan bangunan dan diberikanlah Hak Guna Bangunan ke PT.
Duta Pertiwi Tbk ini.
Jadi ITC Mangga Dua status hak atas tanahnya adalah HGB diatas HPL Pemprov. DKI
Jakarta. Permasalahannya timbut karena PT. Duta Pertiwi ini tidak menjelaskan sama
sekali mengenai atas hak yang HPL ini balk secara lisan maupun tulisan dan didalam
dokumen yang diberikan kepada konsumen baik IMB, MB dart sertifikat tidak ada
sama sekali keterangan mengenai HPL ini. Begitu pula PPAT tidak tahu tanah di ITC
Mangga Dua HPL Pemprov. DKI Jakarta karena yang melakukan batik nama ke
konsumen adalah PT tersebut ke BPN. Dan didalam sertifikat juga tidak ada satupun
petunjuk yang menunjukan HPL ini.
Kasus ITC Mangga Dua perlu dihindari karena banyak menimbuikan masalah.
Sehingga Konsep Strata The untuk Pusat Grosir Pulogadung BPLIP belum bisa
dipenuhi pada saat
Serta mempertimbangkan surat-surat resmi yang telah dikeluarkan Pemprov DKI
Jakarta yang tidak menyetujui pelepasan asset, diantaranya adalah ;
1. Sertifikat Tanah BPN Hak Guna Bangunan No. 02776 Flak Guna Bangunan
atas PT. Albamas Sinar Purnama diterbitkan tanggal 4 Mei 2005 dan berakhir
tanggal 3 Mei 2035.
2. Perjanjian Kerjasama antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT. Albamas Sinar
Utama tanggal 1 Desember 2004 tentang Pembangunan dan Pengelolaan Bisnis
Center di Perkampungan Industri Kecil Pulogadung Jalan Raya Penggilingan
Jakarta Timur dalam Pasal 3 Ayat (4) atas Pemberian Inzin sebagaimana
dimaksud apada ayat (1) Pihak Pertama (Pemprov DKI Jakarta) memberikan
hak kepada Pihak Kedua (PT. Albamas) untuk memohonkan Hak Guna
Bangunan (HGB) atas nama Pihak Kedua di atas Hak Pengelolaan (HPL) atas
nama Pihak pertama.
3. Surat No. 250/072 tanggal 5 Februari 2004 kepada Dirut PT. Albamas Sinar
Purnama, Hal Persetujuan kerjasama Pembangunan Business Centre di
Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, ditandatangani oleh Bp.
Sutiyoso, Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada Butir 2 bahwa Kerjasama
pembangunan business centre dalam bentuk Bangun-Serah-Guna (Build-
Transfer-Operate).
4. Surat No. 1062/072 tanggal 24 Desember 2003, Kepada Gubernur
Provinsi DKI Jakarta, Hal Permohonan persetujuan Kerjasma Business Centre
di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, ditandatangani oleh H.
Agung Imam Sumanto, SIP, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
DKI Jakarta, pada Butir IV.1 adalah Aset Pemda berupa tanah yang akan
digunakan sebagai lokasi pembangunan Business Centre di PIK Pulogadung
yang dikerjasamakan dengan pihak swasta agar diamankan secara balk dan
tercatat di Biro Perlengkapan sehingga aset tersebut tidak menjadi hilang atau
pindah tangan dikemudian hari.
5. Surat No. 5/072 tanggal 2 Desember 2003, kepada Ketua DPRD Provinsi DKI
Jakarta, Hal Permohonan Persetujuan Kerjasama Pembangunan Business
Center di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, ditanda-tangani oleh
H. Muhammad Suwardi, Ketua Panitia Khusus Peneliti Permohonan
Persetujuan Kerjasama Pembangunan Business Centre di Perkampungan
Industri Kecil (PIK) Pulogadung, pada Butir 8 yang berbunyai bahwa Kanwil
Badan Pertanahan Nasional (BPN) DKI Jakarta dalam suratnya nomor
1.711.2/926/926/09/HT/2003 tanggal 29 Mei 2003 yang disampaikan kepada
BPLIP Pulogadung, antara lain menyatakan hal-hal sebagai berikut :
a. HGB/HP yang berada diatas HPL pada prinsipnya sama dengan HGB/HP
pada umumnya, akan tetapi perbedaan yang mendasar bagi HGB/HP
yang berada diatas HPL ialah bahwa apabila HGB/HP tersebut telah
berakhir jangka waktunya maka tanahnya tidak menjadi tanah negara
yang bebas melainkan menjadi tanah negara berada dalam penguasaan
pemegang HPL.
b. Pemegang HPL tidak akan kehilangan asetnya walaupun sebagian
tanahnya diserahkan penggunaannya kepada pihak lain dengan diberikan
HGB atau Hak Pengelola.
3.3 Inflasi Ekonomi
Dalam perhitungan nilai Investasi oleh PT. Albamas terdapat kenaikan atas nilai
Investasi yang telah dilakukan senilai Rp.17.828.687.700,- dari nilai Investasi
Rp.59.428.959.000,- dengan mempertimbangkan nilai Inflasi rata-rata per tahun 10%
selama tiga tahun terakhir.
Nilai Inflasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai berikut ;
LAPORAN INFLASI (Indeks Harga Konsumen)
Berdasarkan perhitungan inflasi tahunan
BuIan Tabun Tingkat Inflasi
Juli 2008 11.90 °Jo
Juni 2008 11.03 °/o
Mei 2008 10.38 %
April 2008 8.96 °Jo
Maret 2008 8.17 °Jo
Februari 2008 7.40 %
Januari 2008 7.36 0/0
Desember 2007 6.59 °/0
November 2007 6.71 %
Oktober 2007 6.88 0/0
September 2007 6.95 °Jo
Agustus 2007 6.51 °Jo
Juli 2007 6.06 %
Juni 2007 5.77 %
Mei 2007 6.01 %
April 2007 6.29 °Jo
Maret 2007 6.52 °Jo
Februari 2007 6.30 %
Januari 2007 6.26 %
Desember 2006 6.60 %
November 2006 5.27 %
Oktober 2006 6.29 °Jo
September 2006 14.55 °Jo
Agustus 2006 14.90 °Jo
Juli 2006 15.15 °Jo
Juni 2006 15.53 °Jo
Mei 2006 15.60 %
April 2006 15.40 %
Maret 2006 15.74 %
Februari 2006 17.92 %
Januari 2006 17.03 °Jo
Desember 2005 17.11 °Jo
November 2005 18.38 %
Oktober 2005 17.69 3/0
September 2005 9.06 %
Agustus 2005 8.33 %
Juli 2005 7.84 %
Juni 2005 7.42 %
Mei 2005 7.40 °Jo
April 2005 8.12 °Jo
Maret 2005 8,81 %
Februari 7.15 %
Januari 2005 7.32 °/0
Desember 2004 6.40 0/0
Dengan pertumbuhan inflasi rata-rata per tahun adalah 9,85%.

3.4 Konsep Pengembangan Kawasan Ekonomi Kecil


Sesuai peran tugas dan fungsi BPLIP sehingga dalam pengelolaan asset yang ada dalam
managemnet BPLIP akan selalu memprioritaskan pembinaan Usaha Kecil Menengah.
Sebagai salah satu wujudnya pembinaan adalah menyediakan sarana dan prasarana
pusat perdagangan yang lebih balk dan lebih modern.
REKOMENDASI PENGEMBANGAN pada kawasan ini adalah untuk Pengembangan
Sentra Promosi dan Ekshibisi UKM, dan atau pusat pelatihan UKM, Penataan sarana
perbelanjaan dan pusat jajan bertema khusus, Pengembangan bangunan pabrik/gudang
bertingkat siap pakai serta Pengembangan rumah susun dan fasilitasnya.
Sehingga dilakukan kerjasama dengan mitra swasta dalam pembangunan gedung, sarana
dan prasarana serta fasilitas penunjang. Salah satu yang sedang dilakukan adalah
bekerjasama dengan PT. Albamas Sinar Purnama untuk membnagun Pusat Grosir
Pulogadung.
Beberapa hal lain yang menjadi pertimbangan pentingnya pengembangan sarana dan
prasarana perdagangan bagi pengusaha kecil dan menengah adalah sudah sadarnya
masyarakat pelaku usaha kecil menengah untuk turut aktif meminta dan memberi saran
pada Pemerintah untuk melakukan tindakan nyata dalam pengembangan usaha kecil
menengah.
Pengusaha Mikro Minta Pemerintah Bantu Pemasaran Barang Produksinya, Kalangan
pengusaha mikro, kecil dan 'menengah (UMKM) di Perkampungan Industri Kecil
(PIK), Pulogadung, Jakarta Timur, meminta pemerintah provinsi (Pemprov) DKI
Jakarta membantu membuka pasar bagi barang produksinya
anar hica hcwItc,rnhann Inkik Inenenr lam;
PT. Albamas Sinar Purnama
Pembangunan Pusat Grosir Pulogadung, BPLIP

Namun penyediaan bangunan Pusat Grosir Pulogadung ini masih belum mencukupi,
sehingga masih banyak tindakan nyata BPLIP dalam membina usaha kecil menengah
yang ditunggu, mempertimbangkan juga selama ini Pemasaran saya saat ini masih
terbatas, hanya menunggu konsumen datang saja. Untuk mencari keluar masih ada
kesulitan.
Badan Pengelola Lingkungan Industri dan Pemukiman Pulogadung (BPLIP) PIK
Pulogadung, sudah pernah melakukan berbagai upaya untuk memasarkan barang-
barang produksi para pengusaha kecil di kawasan ini. Namun, usaha itu hanya bersifat
sementara saja yakni berupa penggelaran pameran dan bazar. Masyarakat yang datang
memang banyak, tetapi yang berminat dan membeli barang produksi hanya sedikit saja.
Kalau hanya sekedar pameran dan bazar, hat itu tidak akan membawa dampak yang
besar karena setiap hari pun para pengusaha di kawasan ini sudah membuka tokonya
masing-masing.
Saat ini serbuan pakalan jadi impor seperti dari China dan Korea sudah merusak
pasaran pakaian jadi di Indonesia. Para pengusaha konveksi Iainnya di PIK, meminta
BPLIP PIK untuk membuka jaringan pemasaran Iebih luas bagi barang produksi para
pengusaha di kawasan ini. Pasar dan Pemerintah daerah di berbagai provinsi lainnya di
Indonesia tentunya akan Iebih percaya kepada BPLIP karena BPLIP merupakan wakil
dari kalangan pemerintahan.
Saat ini sangat diharapkan dengan Pembangunan Pusat Grosir Pulogadung akan
mampu meningkatkan kenyamanan pada perdagangan usaha kecil menengah sehingga
dmset penjualan akan naik, sehingga nilai ekonomi yang didapat Pemprov DKI Jakarta
bukan hanya secara langsung berupa nilai Kontribusi dan Bagi Hasil Usaha namun juga
nilai ekonomi meningkatnya kesejahteraan para pelaku usaha kecil dan menengah
setempat. Selanjutnya pada waktu mendatang Pusat Grosir Pulogadung juga bisa
menjadi pusat bazar promosi produk usaha kecil menengah dan Iebih jauhnya dapat
menerapkan informasi teknologi untuk memasarkan produk-produk unggulan usaha
kecil menengah melalui internet untuk memperkenalkan dan melakukan perluasan
penjualan ke luar daerah dan bahkan ke luar negeri.

PROFILE PROYEK

4.1 Pembangunan Business Centre


Pembangunan Business Centre Pusat Grosir Pulogadung merupakan proyek unggulan
BPLIP untuk menyediakan sarana dan prasarana perdagangan bagi para pengusaha
kecil dan menengah yang menjadi binaan BPLIP supaya dapat berkembang dengan
meningkatkan penjual lebih tinggi.
Serta pembangunan business centre ini akan meningkatkan estetika dan perbaikan
Iingkungan Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung.
4.2 Tujuan Proyek
Merupakan program Pemprov DKI Jakarta melalui BPLIP untuk melakukan pembinaan
Usaha Kecil Menengah dengan salah satunya menyediakan sarana dan prasarana tempat
berdagangan yang lebih balk dan modem sehingga dibangunlah Businesss Centre Pusat
Grosir Pulogadung dengan harapan akan terisi kios-kiosnya oleh para pedagang yang
saat ini ada di sekitamya yang hPrriAgang Hnc yang ,,,,nrinn inn rnasih tersohr setcarn
trarlis;r,rr!.
Serta mempertimbangkan surat-surat resmi yang telah dikeluarkan Pemprov
DKI Jakarta yang tidak menyetujui pelepasan asset, diantaranya adalah ;
1. Surat No. 06/SK/ASP/V/08, taanggal 9 Mei 2008, kepada Bp. Dr. H. Fauzi
Bowo Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Hal Addendum PKS Bisnis Center,
ditanda-tangani Machzum Baisa Direktur Utama PT. Albamas Sinar Purnama.
2, Sertifikat Tanah BPN Hak Guna Bangunan No. 02776 Hak Guna Bangunan
atas PT. Albamas Sinar Purnama diterbitkan tanggal 4 Mei 2005 dan berakhir
tanggal 3 Mei 2035.
3. Perjanjian Kerjasama antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT. Albamas Sinar
Utama tanggal 1 Desember 2004 tentang Pembangunan dan Pengelolaan
Bisnis Center di Perkampungan Industri Kecil Pulogadung Jalan Raya
Penggilingan Jakarta Timur.
4. Surat No. 250/072 tanggal 5 Februari 2004 kepada Dirut PT. Albamas Sinar
Purnama, Hal Persetujuan kerjasama Pembangunan Business Centre di
Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, ditandatangani oleh Bp.
Sutiyoso, Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada Butir 2 bahwa Kerjasama
pembangunan business centre dalam bentuk Bangun-Serah-Guna (Build-
Transfer-Operate).
5. Surat No. 1062/072 tanggal 24 Desember 2003, Kepada Gubemur Provinsi
DKI Jakarta, Hal Permohonan persetujuan Kerjasma Business Centre di
Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, ditandatangani oleh H.
Agung Imam Sumanto, SIP, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
DKI Jakarta.
4.4 Investasi Proyek
Luas Bangunan Pusat Grosir Pulogadung Gross Area adalah 17.203m2 dengan
Sellable Area 9.402m2.
Nilai Investasi Pembangunan Pusat Grosir Pulogadung BPLIP yang telah dilakukan
dan penambahan investasi sebagai berikut ;
1 PERHITUNGAN NILAI PROYEK Rp. 59,428,959,000
Nitai investasi dalam perjanjian
kerjasama
2 Perubahan kenaikan harga (30%) Rp. 17,828,687,700
3 Tambahan pembangunan lantai 4 Rp. 9,000,000,000
4 Hidrant,speaker,telepone lantai 4 Rp. 200,000,000
5 Tambahan lift , escalator & travdator Rp. 2,000,000,000
6 Tambahan ornamen /finishing GRC Rp. 900,000,000
7 Perubahan keramik ke granite tile Rp. 250,000,000
8 Pembangunan, pengurugan,pemadatan &
Rp. 3,240,000,000
pematangan lahan parkir

Anda mungkin juga menyukai