Anda di halaman 1dari 3

Jakarta, 27 September 2021

Perihal : Tanggapan atas Surat No.: 375/HCD-ASM/IX/2021 tertanggal 17 September 2021

Yth.
PT Asuransi Sinar Mas
Plaza Simas, Jl. Fachrudin No. 18
Jakarta Pusat – 10250

Up.: Bapak/Ibu Direksi

Dengan hormat,

Sehubungan dengan surat pihak Bapak/Ibu No.: 375/HCD-ASM/IX/2021 tertanggal 17 September


2021 (“Surat Tanggapan ASM”) sebagaimana tersebut pada perihal di atas, maka dapat saya
sampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa saya menyampaikan terima kasih kepada pihak Bapak/Ibu atas Surat Tanggapan ASM
tersebut di atas yang telah saya terima dengan baik pada hari Selasa, 21 September 2021,
namun karena satu dan lain hal, saya baru dapat memberikan tanggapan tertulis saya per
tanggal surat ini saya buat;

2. Bahwa pada hari Kamis, 16 September 2021 Bapak N. Parulian Simamora telah menginisiasi
suatu pertemuan informal dengan saya di kawasan Setia Budi, yang pada pokoknya di dalam
pertemuan tersebut saya telah menyampaikan pokok permasalahan sehubungan dengan surat-
surat saya tertanggal 2 September 2021 dan surat saya tertanggal 6 September 2021 (“Surat
Permohonan Klarifikasi dan Proses Bipartit”);

3. Bahwa dapat saya katakan Surat Tanggapan ASM tersebut sama sekali tidak menyentuh
materi pokok yang menjadi permintaan saya di mana pihak Bapak/Ibu hanya mengafirmasi
bagian-bagian Surat Permohonan Klarifikasi dan Proses Bipartit pada bagian preliminary
statement dan sifatnya hanya mengulang (repetitf) sesuatu yang umum, padahal Surat
Permohonan Klarifikasi dan Proses Bipartit tersebut telah saya buat dengan sangat JELAS dan
GAMBLANG sehingga hal tersebut menjadi pertanyaan bagi saya mengenai kemampuan dan
kompetensi pihak Bapak/Ibu dalam menguasai suatu peraturan perundang-undangan terutama
terkait dengan hukum ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia;

4. Bahwa untuk itu saya kembali menegaskan hal-hal yang menjadi pokok permintaan saya
sebagaimana tersebut di dalam Surat Permohonan Klarifikasi dan Proses Bipartit, yakni saya
meminta pihak Bapak/Ibu untuk mengklarifikasi terhadap 3 (tiga) hal sebagai berikut :

- Mengenai jenis/klasifikasi Perjanjian Kerja saya dengan PT Asuransi Sinar Mas


(“Perusahaan”) berdasarkan Surat Perjanjian Kerja No.: 192/ODP/II/2018 tertanggal 15
Februari 2018 (“Perjanjian Kerja”) DENGAN MEMPERHATIKAN ketentuan yang terdapat
di Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (“UU
Ketenagakerjaan”) jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor KEP.100/MEN/VI/2004 serta peraturan teknis terkait lainnya;
- Mengenai kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan saya yang baru didaftarkan per bulan Mei
2021 DENGAN MEMPERHATIKAN ketentuan yang terdapat di Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial jo. UU Ketenagakerjaan;

- Mengenai ditahannya gaji saya di bulan Agustus 2021 oleh Perusahaan DENGAN
MEMPERHATIKAN ketentuan yang terdapat di UU Ketenagakerjaan dan peraturan teknis
terkait lainnya ;

5. Bahwa untuk menjawab Surat Tanggapan ASM tersebut, khususnya untuk butir 1 yang akan
berimplikasi terhadap butir 6 dan 7, saya merasa perlu untuk mengetahui terlebih dahulu
keabsahan daripada Perjanjian Kerja antara saya dan Perusahaan. Apabila alasan hukum
pihak Bapak/Ibu menyatakan bahwa Perjanjian Kerja tersebut sah terbatas pada adanya tanda
tangan saya di dalam Perjanjian Kerja yang diartikan sebagai pemenuhan syarat sepakat,
dengan menggunakan logika hukum yang sama (yang mana menurut saya cara berpikir
tersebut termasuk sesat berpkir/logical fallacy), maka setiap masyarakat Indonesia yang masih
berjuang untuk keluar dari garis kemiskinan sudah melakukan perikatan dalam suatu perjanjian
jual beli organ tubuh hanya dengan bermodalkan tanda tangan sebagai tanda telah terjadinya
pertemuan kehendak atau kesepakatan. Sungguh mengerikan dan sangat tragis jika setiap
orang di Indonesia memiliki logika serta berpandangan hukum yang demikian;

6. Bahwa benar saya telah menandatangani Perjanjian Kerja tersebut, namun perlu untuk
diketahui syarat telah terjadinya pertemuan kehendak atau kesepakatan tidak sesederhana
dengan adanya pembubuhan tanda tangan. Dalam usaha mencapai pertemuan kehendak atau
kesepakatan tersebut perlu untuk melihat ada/tidaknya kedudukan yang seimbang di antara
Pemberi Pekerja (Perusahaan) dan Pekerja (saya) serta ada/tidaknya asas kebebasan dalam
berkontrak di antara Pemberi Kerja (Perusahaan) dan Pekerja (saya). Konsekuensi logis dari
keadaan-keadaan demikian akan membuat Pekerja (saya) memilih untuk menandatangani
Perjanjian Kerja MESKIPUN telah mengetahui ada ketentuan-ketentuan yang tidak memiliki
unsur fairness di dalam Perjanjian Kerja, namun karena alasan humanis yakni agar Pekerja
(saya) bisa mendapatkan upah secara reguler, maka pada akhirnya akan merasa tak berdaya
dan mau membubuhkan tanda tangannya;

7. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mohon kepada Bapak/Ibu Direksi yang terhormat dan
yang saya muliakan untuk dapat menanggapi surat saya, khususnya sebagaimana tersebut
pada butir 4 dan 5 di atas dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak tertanggal surat ini atau
selambat-lambatnya tanggal 5 Oktober 2021. Akhir kata, saya hendak menyampaikan
adagium yang berbunyi “Qui tacet consentire videtur” dan “Ignorantia juris non excusat”
yang mana saya harap pihak Bapak/Ibu dapat merefleksikan kedua adagium tersebut dalam
menanggapi surat saya ini.
Demikian surat tanggapan ini saya sampaikan, atas perhatian Bapak/Ibu Direksi yang terhormat
dan yang saya muliakan, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Hezekiel Patrick Poncan Padang

Cc : - Yth. Kepala Suku Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kota Administrasi Jakarta Pusat, di tempat ;
- File.

Anda mungkin juga menyukai