Anda di halaman 1dari 25

KEPUTUSAN DIREKSI

Tentang
PERATURAN PERUSAHAAN

Menimbang : a. bahwa untuk dapat tercapainya tujuan-tujuan perusahaan


dipandang perlu disusun pedoman dan landasan struktural,
konsepsional dan operasional
b. bahwa sesuai dimaksud huruf “a” dituangkan dalam Peraturan
Perusahaan

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan
2. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan
Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama
Memperhatikan : 1. Anggaran Dasar PT. Mahkota Angka Wijaya
2. Masukan, saran dan pertimbangan dari Wakil Karyawan

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN PERUSAHAAN PT. MAHKOTA ANGKA WIJAYA


TAHUN 2021 - 2023

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian

Dalam Peraturan Perusahaan ini, yang dimaksud dengan :


1. Perusahaan, PT. Mahkota Angka Wijaya adalah Badan Hukum yang bergerak dalam
Bidang Jasa dan perdagangan yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik
Indonesia , Akta Nomor .. dibuat dihadapan Notaris...................................
tertanggal ..................................
2. Direksi, dan atau anggota direksi adalah unsur perusahaan yang nama-namanya
tercantum dalam Akta Pendirian Perusahaan .
3. Pimpinan Perusahaan, adalah dari salah seorang direksi dengan sebutan
jabatan ................................. (Direktur Utama/ Direktur) *
4. Karyawan, adalah tenaga kerja yang diterima dan dipekerjakan di perusahaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku .
5. Pekerjaan, adalah kegiatan usaha perusahaan yang dijalankan oleh karyawannya,
dalam suatu ikatan hubungan kerja yang telah disepakai bersama .
6. Peraturan Perusahaan, adalah aturan yang mengikat semua unsur dalam perusahaan
yang mencakup hak dan kewajiban perusahaan, hak dan kewajiban karyawan,
sebagai pedoman/ garis besar haluan perusahaan,
7. Upah, pembayaran berupa uang merupakan HAK yang diterima karyawan atas
pelaksanaan pekerjaan (KEWAJIBAN), upah terdiri dari Upah Pokok dan Insentif

1
Pasal 2
Maksud dan Tujuan

1. Untuk memberikan arahan rencana kerja dan syarat - syarat dilaksanakan sesuai
dengan Undang - Undang / Peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.
2. Menciptakan dan membina suatu hubungan kerja yang sinergis dan harmonis antara
perusahaan dan karyawan sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja
maksimal , yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup pekerja dan keluarganya.
3. Memberikan kepastian hukum atas hak dan kewajiban masing-masing, perusahaan
maupun karyawan.
4. Menjamin terpeliharanya etika, disiplin dan kinerja perusahaan termasuk
karyawannya .
5. Dapat menjaga kepentingan bersama antara perusahaan dan karyawan .

Pasal 3
Ruang Lingkup

1. Peraturan Perusahaan ini mengatur hal-hal yang bersifat umum, hal-hal yang bersifat
khusus dan hal lainnya yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan ini akan
diatur dengan Surat Keputusan Direksi .
2. Sepanjang hal yang tidak diatur dalam Peraturan Perusahaan ini dan atau peraturan
lain yang dikeluarkan perusahaan, maka berlaku ketentuan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah .

BAB II
HUBUNGAN KERJA
Pasal 4
Perjanjian Kerja

1. Hubungan kerja terjadi karena adanya ikatan perjanjian kerja antara perusahaan
dengan pekerja/ karyawan.
2. Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis dan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku
3. Perjanjian Kerja terdiri
(a). Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(b). Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu

Pasal 5
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, didasarkan atas jangka waktu dan atau selesainya
suatu pekerjaan tertentu .
2. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan
kerja

2
.
3. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat
tetap
4. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, dapat diperpanjang dan diperbaharui .
5. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis, sifat dan atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertentu, yaitu ;
(a). Pekerjaan yang sekali selesai atau sifatnya sementara
(b). Pekerjaan yang diperkiraan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama 3 (tiga) tahun
(c). Pekerjaan yang sifatnya musiman , atau
(d) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan
6. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali
untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun .

Pasal 6
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu

1. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu, dapat mensyaratkan masa percobaan kerja
paling lama 3 (tiga) bulan
2. Masa percobaan dihitung sebagai masa kerja karyawan .
3 Dalam masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku .

Pasal 7
Penerimaan Karyawan

1. Penerimaan karyawan dilakukan sesuai dengan rencana kebutuhan, yang syarat dan
pengaturannya ditentukan oleh perusahaan.
2. Penerimaan karyawan melalui prosedur yang ditetapkan perusahaah
3. Calon karyawan yang diterima adalah yang memenuhi persyaratan usia, pendidikan
dan keakhlian sesuai dengan jabatan yang ditetapkan .
4. Calon karyawan yang terikat Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang dapat
menyelesaikan masa percobaan dan dinyatakan lulus dapat menjadi karyawan tetap
jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan perusahaan
5. Karyawan tetap diangkat dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur.

3
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN KARYAWAN
Pasal 8
Hak Karyawan

Setiap Karyawan memiliki Hak :


1. Mendapatkan tugas dan pekerjaan sesuai posisinya yang ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Direksi .
2. Menerima imbalan berupa gaji, tunjangan dan pendapatan lain yang ditetapkan
sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya .
3. Waktu dan hari istirahat kerja serta cuti
4. Atas penggantian biaya perawatan dan pengobatan penyakit yang diderita sesuai
peraturan yang berlaku
5. Diikut sertakan dalam BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan, serta mengikuti
peraturan yang berlaku didalamnya .
6. Pembelaan hukum, karena terancam dan atau terkena tindakan hukum yang
berwajib dalam rangka menjalankan tugas yang diberikan perusahaan

Pasal 9
Kewajiban Karyawan

Setiap Karyawan memiliki Kewajiban


1. Melaksanakan seluruh tugas, fungsi dan kewajiban-kewajibannya dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab .
2. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk kepentingan perusahaan
3. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, kesatuan dan persatuan
sesama karyawan perusahaan .
4. Menciptakan dan memelihara suasana lingkungan kerja yang baik (kondusif) .
5. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik perusahaan dengan sebaik-
baiknya .
6. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya .
7. Menjadi teladan dan memberikan contoh yang baik terhadap bawahannya dan atau
terhadap sesama karyawan perusahaan lainnya .
8. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya .
9. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan kariernya .

Pasal 10
Tata Tertib Kerja

1. Setiap karyawan wajib memeriksa peralatan kerjanya masing-masing sebelum dan


sesudah bekerja dan atau meninggalkan tempat kerja, sehingga tidak akan
menimbulkan kerusakan atau bahaya yang dapat menggangu dan atau menghambat
pekerjaan.
2. Setiap karyawan wajib memelihara ketertiban dan kebersihan dilingkungan kerja,
menjaga dan memelihara kondisi serta keselamatan barang inventaris yang berada
di bawah tanggung jawabnya .

4
3. Setiap karyawan wajib bersikap, berperilaku dan berpakaian yang pantas dan sopan.
Bagi mereka yang bekerja pada bagian tertentu karena sifat pekerjaannya yang
memerlukan keseragaman dan atau alat pelindungan diri (APD) , diharuskan memakai
pakaian kerja dan alat pengaman yang telah ditentukan dan disediakan oleh
perusahaan .
4. Apabila karyawan menemui dan atau mengetahui hal-hal yang dapat membahayakan
orang, karyawan dan atau perusahaan harus segera melaporkan kepada atasannya
dan atau bidang/ pihak terkait lainnya .

Pasal 11
Rahasia Jabatan

1. Karyawan diwajibkan menyimpan semua rahasia yang terkait dengan perusahaan .


2. Karyawan tidak dibenarkan menyimpan diluar kantor, memperlihatkan kepada pihak
ketiga dan atau membawa keluar catatan maupun dokumen-dokumen yang bersifat
rahasia tanpa ijin khusus dari direksi.
3. Pada saat terjadinya pemutusan hubungan kerja semua surat-surat, catatan atau
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pekerjaan dan perusahaan wajib
diserahkan oleh karyawan bersangkutan kepada atasannya.

BAB IV
LARANGAN BAGI KARYAWAN
Pasal 12
Penggunaan Milik Perusahaan

1. Setiap karyawan dilarang menyalahgunakan, memiliki, menjual, menggadaikan,


menyewakan atau meminjamkan data, fasilitas, barang, dokumen atau surat berharga
milik perusahaan .
2. Setiap karyawan dilarang membawa ke luar lingkungan perusahaan, barang inventaris
tanpa ijin tertulis dari penanggungjawab
3. Setiap karyawan dilarang menggunakan barang inventaris untuk kepentingan pribadi
maupun kepentingan lainnya, selain kepentingan perusahaan .
4. Yang dimaksud dengan barang inventaris diatas termasuk barang-barang bekas pakai
atau barang-barang yang tidak dipergunakan lagi .

Pasal 13
Pencegahan Bahaya Kebakaran

1. Setiap karyawan tidak boleh merokok ditempat-tempat/ area dilarang merokok yang
ditentukan oleh perusahaan.
2. Setiap karyawan dilarang melakukan perbuatan/ kegiatan yang dapat menimbulkan
kebakaran dilingkungan perusahaan dan atau di lokasi pekerjaan .
3. Pelanggaran terhadap ketentuan dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 sehingga
menimbulkan kerugian akan dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja, tanpa
mengurangi kewajiban untuk membayar kerugian berdasarkan perundang-undangan
yang berlaku .

5
Pasal 14
Larangan Menerima Pemberian

1. Setiap karyawan dilarang menerima komisi dari pembelian atau jasa untuk
kepentingan pribadi.
2. Setiap karyawan dilarang untuk meminta dan atau menerima hadiah yang diketahui
dan atau diduga ada hubungannya dengan kedudukan dan jabatannya di perusahaan
atau hadiah tersebut merupakan imbalan langsung maupun tidak langsung dari
pelaksanaan tugas perusahaan .
3. Hadiah sebagaimana dimaksud ayat diatas adalah pemberian dalam bentuk uang,
barang maupun fasilitas lainnya, termasuk pemberian potongan harga dan komisi.

Pasal 15
Kerja Rangkap diluar Perusahaan

1. Setiap karyawan dilarang menjalankan usaha, menjadi karyawan, direksi, komisaris


atau pimpinan perusahaan lain yang ada kaitan (sejenis) dengan bidang usaha
perusahaan dan atau bidang usaha yang dapat menimbulkan conflict of interest
(konflik kepentingan) , kecuali mendapat ijin tertulis dari direksi .
2. Setiap karyawan dilarang bekerja rangkap di instansi/ perusahaan lain kecuali untuk
hal-hal yang dapat pertimbangan seperti :
(a). Pengajar atau Dosen tidak tetap
(b). Menurut penilaian direksi mempunyai fungsi sosial dan kebudayaan yang dapat
mengangkat nama karyawan dan perusahaan .
(c). Bekerja dikelompok perusahaan
3. Bagi yang bekerja rangkap dimaksud pada ayat 2, berlaku ketentuan sebagai berikut :
(a). Harus sepengetahuan dan ijin tertulis direksi .
(b). Penggunaan waktu tidak lebih dari 6 (enam) jam dalam satu minggu

BAB V
JABATAN
Pasal 16
Penetapan Jabatan

1. Direksi menetapkan jabatan-jabatan yang perlu ada, sesuai dengan kebutuhan dan
atau pengembangan perusahaan yang dituangkan ke dalam struktur organisasi .
2. Persyaratan batasan dan ruang lingkup setiap jabatan ditetapkan oleh direksi
berdasarkan usulan bagian terkait.
3. Direksi menempatkan karyawan dalam suatu jabatan tertentu sesuai dengan
kualifikasinya agar karyawan dapat bekerja sesuai dengan bidang kemampuannya .

6
Pasal 17
Perubahan Jabatan

1. Direksi dapat mengalih tugaskan karyawan setelah berkonsultasi dengan atasan yang
bersangkutan dan Bagian Sumber Daya Manusia ke jabatan lain, sesuai dengan
prestasi kerjanya dan tersedia posisi dalam perusahaan .
2. Perubahan jabatan, terdiri dari :
(a). Promosi , yaitu perubahan jabatan ke jenjang yang lebih tinggi, berdasarkan
pertimbangan prestasi yang baik dan posisi yang ada
(b). Mutasi, yaitu perubahan jabatan pada jenjang yang setara, berdasarkan
pertimbangan kebutuhan perusahaan dan untuk kelancaran pekerjaan .
(c). Demosi, yaitu perubahan jabatan ke jenjang yang lebih rendah berdasarkan
pertimbangan turunnya prestasi dan kondite kerja karyawan yang bersangkutan.
3. Promosi, mutasi dan demosi diusulkan oleh atasan karyawan yang bersangkutan dan
disetujui oleh direksi .
4. Dalam usulan dicantumkan dasar pertimbangan mengenai prestasi dan kondite
karyawan maupun kebutuhan dari bagian terkait .
5. Apabila usulan disetujui direksi maka Bagian SDM akan menyiapkan administrasi dan
menuangkan keputusan tersebut dalam Surat Keputusan Direksi .
6. Surat Keputusan Direksi disampaikan oleh atasan karyawan yang bersangkutan.
7. Karyawan yang dipromosikan atau dimutasi menjalani masa orientasi selama 3 (tiga)
bulan .
8. Apabila karyawan gagal menjalani masa orientasi maka akan dikembalikan pada posisi
semula.
9. Untuk karyawan yang dipromosikan, selama masa orientasi mendapatkan gaji yang
sama dengan sebelumnya namun tunjangan disesuaikan dengan jabatan baru.
Penyesuaian gaji dilakukan setelah karyawan yang bersangkutan berhasil menjalani
masa orientasi.

BAB VI
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KARYAWAN
Pasal 18
Penilaian Prestasi Kerja

1. Untuk membantu karyawan dalam meningkatkan prestasi kerja, atasan langsung


secara berkala menilai prestasi kerja karyawan menurut ketentuan perusahaan .
2. Hasil penilaian prestasi kerja dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi kenaikan
gaji dan atau promosi jabatan karyawan yang bersangkutan .

Pasal 19
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

1. Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan, perusahaan


memberikan kesempatan kepada karyawan yang dianggap perlu oleh direksi untuk
mendapatkan tambahan pengetahuan teori/ praktek melalui pendidikan pelatihan
di dalam maupun diluar perusahaan

7
2. Biaya pendidikan ditanggung oleh perusahaan
3. Selama menjalani pendidikan yang ditugaskan oleh perusahaan, karyawan
bersangkutan tetap mendapatkan gaji penuh dengan semua fasilitas dan tunjangan
yang menjadi haknya .
4. Karyawan yang bersangkutan menandatangani sebuah surat perjanjian yang berisi
ketentuan pendidikan .

BAB VII
PENGUPAHAN
Pasal 20
Sistem dan Penetapan Pengupahan

1. Kebijakan dan pengaturan upah karyawan merupakan hak dan wewenang penuh
Pimpinan Perusahaan.
2. Penetapan upah karyawan dengan memperhatikan atas bobot pekerjaan, golongan
jabatan dan kemampuan yang dimiliki sesuai persyaratan jabatan.
3. Penetapan upah terendah tidak akan kurang dari ketentuan Upah Minimum
Kabupaten Pandeglang (UMK) yang ditetapkan Pemerintah.
4. Upah dibayarkan sebulan sekali pada akhir bulan selambat - lambatnya 1 (satu) hari
kerja sebelum akhir bulan berjalan.
5. Berdasarkan kemampuan perusahaan, Pimpinan Perusahaan dapat mengadakan
peninjauan upah dan sebagai dasar perhitungan untuk peninjauan upah tersebut
adalah upah pokok.

Pasal 21
Komponen Upah

1. Komponen upah terdiri atas :


(a) Upah Pokok
(b) Tunjangan Tetap
 Tunjangan Jabatan
 Tunjangan Fungsional/ keakhlian
(c) Tunjangan Tidak Tetap
 Tunjangan makan
 Tunjangan trasport
 Tunjangan operasional/ komunikasi
2. Tunjangan jabatan diberikan kepada karyawan yang menempati jabatan struktural
dalam perusahaan .
3. Tunjangan Fungsional/ keakhlian diberikan kepada karyawan yang memiliki
kemampuan teknis dan atau ketrampilan sesuai bidang kerjanya yang dinilai baik oleh
direksi sehingga menghasilkan kualitas hasil kerja yang prima .
4. Pemberian tunjangan keakhlian dievaluasi setiap 6 (enam) bulan, jika dari evaluasi
tersebut karyawan dinilai tidak dapat mempertahankan kemampuannya maka untuk
selanjutnya tidak mendapat tunjangan keakhlian .

8
5. Tunjangan makan diberikan kepada karyawan untuk satu kali makan dalam satu hari
kerja .
6. Tunjangan transport diberikan kepada karyawan untuk perjalanan berangkat dan
pulang kerja .
7. Untuk tunjangan makan dan tunjangan transport Karyawan PT. Mahkota Angka
Wijaya berlaku ketentuan sebagai berikut :
(a) Untuk makan siang dan extra fooding pada hari kerja disediakan oleh perusahaan
(b) Perjalanan berangkat dan pulang kerja menggunakan kendaraan operasional
(antar-jemput) milik perusahaan .
8. Tunjangan operasional/ komunikasi diberikan khusus kepada karyawan yang
menjalankan tugas tertentu dari perusahaan dimana dalam pelaksanaannya memiliki
mobiltas tinggi dan banyak melakukan/ menjalin komunikasi dengan relasi
perusahaan, untuk besarnya tunjangan disesuaikan dari aktivitas karyawan tersebut.

Pasal 22
Struktur dan Skala Upah

Ketentuan mengenai struktur dan skala upah diatur tersendiri dalam Surat Keputusan
Direksi.

Pasal 23
Pembayaran Upah

Upah Karyawan dibayarkan selambat-lambatnya pada tanggal 28 pada bulan tersebut

Pasal 24
Upah Selama Sakit Berkepanjang

1. Yang dimaksud dengan upah selama sakit berkepanjangan adalah upah yang
dibayarkan pada karyawan yang mengalami sakit yang lama dan terus menerus yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Dokter.
2. Besarnya pembayaran gaji tersebut berpedoman pada Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Pasal 93 , sebagai berikut :
(a) untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100 % dari upah.
(b) untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75 % dari upah.
(c) untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50 % dari upah.
(d) untuk bulan selanjutnya, dibayar 25% dari upah sebelum pemutusan hubungan
kerja dilakukan oleh perusahaan.
3. Apabila setelah lewat 12 (dua belas) bulan karyawan belum juga sembuh, perusahaan
dapat memutuskan hubungan kerjanya sesuai dengan Undang - undang / Peraturan
Ketenagakerjaan yang berlaku.

9
BAB VIII
KESEJAHTERAAN
Pasal 25
Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan

1. Sesuai dengan Undang–Undang RI No.24 tahun 2011, Peraturan Pemerintah RI No.


44 tahun 2015, Peraturan Pemerintah RI No.45 tahun 2015, dan Peraturan
Pemerintah No. 46 tahun 2015 yang berlaku. Perusahaan mengikutsertakan seluruh
karyawan ke dalam Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan
2. Program BPJS Ketenagakerjaan yang diikuti perusahaan adalah ; Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua dalam hubungan kerja .

Pasal 26
Program Jaminan Sosial Kesehatan

Perusahaan mendaftarkan dirinya dan pekerjanya sebagai peserta Jaminan Kesehatan


kepada Badan Penyelengara Jaminan Sosial Kesehatan dengan membayar iuran sesuai
dengan ketentuan Peraturan Presiden RI Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan.

Pasal 27
Tunjangan Hari Raya Keagamaan

1. Yang berhak mendapat Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THR) adalah Karyawan
Tetap dengan ketentuan sebagai berikut :
(a) THR diberikan pada saat karyawan akan merayakan Hari Raya Idul Fitri
(b) Ketentuan pemberian THR adalah sebagai berikut :
1) Karyawan masa kerja 1 – 3 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 1 x upah
pokok yang diterima terakhir
2) Karyawan masa kerja 4 – 6 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 1,5 x
upah pokok yang diterima terakhir
3) Karyawan masa kerja 7 – 9 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 2 x upah
pokok yang diterima terakhir
4) Karyawan masa kerja 10 – 13 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 2,5 x
upah pokok yang diterima terakhir
5) Karyawan masa kerja 14 – 17 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 3 x
upah pokok yang diterima terakhir
2. Bagi karyawan honorer dan kontrak diberikan THR yang besarnya akan ditentukan
oleh direksi dan sesuai kemampuan perusahaan.

Pasal 28
Tunjangan Perawatan Kesehatan

1. Perusahaan menjamin terpeliharanya kesehatan karyawan dengan mengikutsertakan


dalam program BPJS Kesehatan

10
2. Fasilitas kesehatan yang disediakan BPJS Kesehatan, sesuai dan atas dasar upah yang
dilaporkan perusahaan .

Pasal 29
Tunjangan Kematian dan Uang Duka

1. Bila Karyawan meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, selain menerima uang
pesangon dan uang jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku, kepada keluarga atau
akhli warisnya diserahkan :
(a) Upah dalam bulan yang sedang berjalan
(b) Uang duka
(c) Santunan kematian yang dilaksanakan melalui program Jamsostek sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku (UU No. 03 tahun 1992 jo PP No. 79 tahun
1998)

2. Bila Karyawan meninggal dunia karena kecelakaan kerja, selain menerima uang
pesangon dan uang jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku, kepada keluarga atau
akhli warisnya diserahkan :
(a) Upah dalam bulan yang sedang berjalan
(b) Uang duka
(c) Santunan kecelakaan kerja yang dilaksanakan melalui program Jamsostek sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku (UU No. 03 tahun 1992 jo PP No. 79 tahun
1998)
3. Bila yang meninggal dunia adalah istri/ suami, anak dan atau orang tua karyawan
(bukan mertua) maka akan diberikan uang duka .
4. Besarnya uang duka ditetapkan tersendiri berdasarkan keputusan direksi.

Pasal 30
Hadiah Pernikahan

1. Perusahaan memberikan hadiah pernikahan kepada karyawan yang baru pertama kali
melangsungkan pernikahan dan karyawan tersebut telah bekerja selama 12 bulan
berturut-turut .
2. Untuk mendapatkan hadiah pernikahan, karyawan bersangkutan harus menyerahkan
salinan (copy) akte nikah/ buku nikah kepada bagian SDM
3. Besarnya tunjangan pernikahan ditetapkan tersendiri berdasarkan keputusan direksi .

Pasal 31
Hadiah Kelahiran

1. Perusahaan memberikan hadiah kelahiran kepada karyawan yang anaknya baru lahir
dan karyawan tersebut telah bekerja selama 12 bulan berturut-turut .
2. Untuk mendapatkan hadiah kelahiran, karyawan bersangkutan harus menyerahkan
salinan (copy) akte kelahiran kepada bagian SDM
3. Besarnya hadiah kelahiran ditetapkan tersendiri berdasarkan keputusan direksi .

11
Pasal 32
Pinjaman

1. Untuk meringankan beban karyawan menghadapi kebutuhan, penting dan mendesak


perusahaan memberikan bantuan keuangan berupa pinjaman tanpa bunga .
2. Pinjaman diberikan kepada karyawan yang telah bekerja minimal dua tahun berturut-
turut .
3. Besarnya pinjaman maksimal adalah tiga kali dari gaji total dan harus lunas paling
lambat dalam jangka waktu sesuai dengan yang tertera dalam perjanjian pinjaman .
4. Pinjaman dapat diberikan atau ditolak oleh direksi tergantung kondisi keuangan
perusahaan .
5. Permintaan pinjaman berikutnya akan diproses apabila pinjaman sebelumnya telah
dibayar lunas tiga sebelum permohonan pinjaman baru diajukan .

Pasal 33
Bonus Akhir Tahun

1. Perusahaan akan memberikan bonus tahunan kepada karyawan, yang diambil dari
keuntungan perusahaan yang besarnya tergantung kebijakan perusahaan .
2. Waktu pembagian bonus disesuaikan dengan likuiditas perusahaan, paling lambat dua
bulan setelah akhir tahun.

Pasal 34
Insentif

1. Perusahaan akan memberikan insentif kepada karyawan dalam tim proyek sebesar 2%
(dua persen) dari laba proyek apabila tima dapat menyelesaikan proyek dengan hasil
memuaskan dan sebelum tenggat waktu yang ditentukan.
2. Pembagian besarnya insentif terhadap karyawan anggota tim tersebut ditentukan
oleh ketua tim dengan persetujuan direksi .
3. Insentif akan diberikan jika proyek tersebut dibayar lunas oleh klien .

Pasal 35
Tunjangan Masa Kerja

Karyawan berhak mendapatkan dua kali upah total untuk setiap masa kerja tujuh tahun
secara terus menerus sebagai karyawan tetap .

BAB IX
PERJALANAN DINAS
Pasal 36

1. Perjalanan dinas adalah perjalanan keluar daerah, kota atau keluar negeri yang
dilakukan dalam rangka tugas dan atas perintah atau persetujuan dari atasan yang
berwenang .
2. Besarnya biaya perjalanan dinas tersebut dan petunjuk pelaksanaannya ditetapkan
tersendiri dengan keputusan direksi .

12
BAB X
WAKTU KERJA DAN JAM KERJA
Pasal 37
Hari Kerja dan Jam Kerja

1. Hari Kerja , di perusahaan adalah 6 (enam) hari dalam seminggu.


2. Jam Kerja , diatur sebagai berikut ;
(a). Hari Senin sampai dengan Hari Jum’at Jam 07.00 sd 16.00
Istirahat Jam 11.00 sd 13.00
(b). Hari Sabtu Jam Kerja 07.00 sd 12.00
(c). Jumlah Jam Kerja dalam seminggu 40 (Empat puluh) Jam

Pasal 38
Hari Libur

1. Hari istirahat mingguan adalah pada hari Minggu


2. Demi kepentingan perusahaan, pengaturan hari istirahat mingguan dapat diubah
oleh perusahaan dengan mengikuti ketentuan jumlah jam kerja dalam seminggu.
3. Hari libur resmi adalah hari libur berdasarkan ketetapan Pemerintah.
4. Hari libur perusahaan adalah hari kerja yang ditetapkan oleh Pimpinan Perusahaan
sebagai hari libur.
5. Upah pada ayat (1), (2), (3), dan (4) tersebut di atas dibayar penuh.

Pasal 39
Kerja Lembur

1. Apabila perusahaan memerlukan maka karyawan bersedia untuk melakukan kerja


lembur dengan mengikuti peraturan yang berlaku .
2. Pekerjaan yang dilakukan seminggu lebih dari 40 jam, adalah kerja lembur dan
mendapatkan upah lembur .
3. Karyawan yang tidak mendapat upah lembur, karena lembur untuk karyawan tersebut
dianggap telah diperhitungkan sebagai salah satu komponen upah yang diterimanya
yaitu :
(a) Karyawan yang sedang dalam perjalanan dinas
(b) Karyawan yang karena sifat dari pekerjaan sedemikian rupa sehingga tidak terikat
oleh peraturan jam kerja .
(c) Karyawan dengan golongan upah tertentu .

4. Karyawan dimaksud pada ayat 3 diatas, apabila melaksanakan kerja lembur


mendapatkan uang makan dan transport dengan ketentuan sebagai berikut :
(a) Kerja lembur minimal satu jam (diluar waktu istirahat 1 jam) akan mendapatkan
setengan kali uang makan
(b) Kerja lembur minimal enam jam (diluar waktu istirahat 2 jam) akan mendapatkan
satu kali uang makan
(c) Apabila lembur dilakukan diluar hari kerja, selain uang makan juga mendapatkan
satu kali uang transport .

13
Pasal 40
Upah Lembur

Upah lembur dihitung sesuai dengan Kepmen No. 102 tahun 2004, sebagai berikut :
1. Perhitungan upah lembur didasarkan pada gaji bulanan. Bagi karyawan yang dibayar
harian yang bekerja 6 hari dalam seminggu maka perhitungan besarnya honor sebulan
adalah honor sehari dikalikan 25 (duapuluh lima) dan karyawan yang bekerja 5 hari
kerja dalam seminggu adalah honor sehari dikalikan 21 (duapuluh satu)
2. Yang dimaksud gaji sebulan untuk perhitungan upah lembur sesuai Kepmen No. 102
Tahun 2004 pasal 10 adalah :
(a) Upah Pokok + Tunjangan tetap
(b) Apabila upah pokok + tunjangan tetap lebih kecil dari 75% total upah (upah pokok
+ tunjangan tetap + tunjangan tidak tetap) maka dasar perhitungan lembur perjam
adalah 75% dari total upah.
3. Untuk menghitung upah per jam adalah : 1/173 x upah sebulan
4. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja biasa ;
(a) Untuk jam lembur pertama dibayar sebesar 1,5 x upah per jam
(b) Untuk jam lembur selebihnya dibayar sebesar 2 x upah per jam
5. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari libur resmi
untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja seminggu maka ;
(a) Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali
upah per jam
(b) Jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah per jam
(c) Jam kerja lembur ke sembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah per jam
(d) Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan upah lembur
5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah per jam, jam keenam 3 (tiga) kali
upah per jam dan jam kerja lembur ke tujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah
per jam .
6. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari libur resmi
untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja seminggu maka ;
(a) Perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2 (dua) kali
upah per jam
(b) Jam kerja lembur ke sembilan dibayar 3 (tiga) kali upah per jam, jam kesepuluh
dan kesebelas dibayar 4 (empat) kali upah per jam
7. Karyawan menerima uang makan apabila lembur dilakukan selama minimal 3 (tiga)
jam (diluar waktu jam istirahat 1 jam) .
8. Upah lembur yang dibayarkan diketahui dan atau diinstruksikan oleh atasan yang
berwenang sesuai pada lembar jam lembur .

Pasal 41
Tidak Hadir Karena Sakit

1. Apabila karyawan tidak hadir kerja karena kesehatannya terganggu, maka secepatnya
yang bersangkutan/ keluarganya wajib memberitahu atasan langsung dan Bagian
SDM secara lisan atau tertulis .
2. Karyawan yang tidak hadir kerja karena sakit pada hari kerjanya 2 (dua) hari atau
lebih diharuskan membawa/ menyerahkan surat keterangan dokter .

14
Pasal 42
Ijin Meninggalkan Pekerjaan dengan Upah Penuh

1. Karyawan diberikan ijin meninggalkan pekerjaan untuk keperluan - keperluan tersebut


di bawah ini :

a Pernikahan karyawan...................... 3 hari


b Pernikahan anak sah karyawan....... 2 hari
c Istri sah karyawan melahirkan / keguguran 2 hari
d Anggota keluarga (yaitu suami / istri, orang tua / mertua, atau anak / 2 hari
menantu karyawan sah) meninggal dunia.....
e Anggota keluarga yang tinggal dengan karyawan dalam 1 (satu) rumah 1 hari
meninggal dunia
f Pemakaman saudara kandung karyawan yang sah dan terdaftar pada 1 hari
bagian HRD........................
g Khitanan anak ............................................................................ 2 hari
h Memenuhi panggilan instansi pemerintah yang dibuktikan dengan surat resmi dari
instansi yang bersangkutan yang lamanya sesuai dengan isi surat tersebut
i Mendapat musibah (kebakaran, kebanjiran, atau hal - hal lain) yang lamanya akan
ditetapkan berdasarkan pertimbangan perusahaan
2. Bila keperluan-keperluan sebagaimana disebut pada ayat 1 berlangsung diluar kota,
maka ijin tidak hadir dapat ditambah dengan waktu perjalanan tercepat.
3. Untuk keperluan-keperluan sebagaimana disebut pada ayat 1, kecuali untuk kematian
dan kelahiran, karyawan diharuskan mengajukan permohonan ijin kepada atasannya
selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelumnya .
4. Atas pertimbangan perusahaan, ijin meninggalkan pekerjaan diluar ketentuan-
ketentuan pada ayat 1 pasal ini dapat diberikan tanpa upah

Pasal 43
Tidak Hadir Tanpa Izin

1. Karyawan yang tidak masuk kerja tanpa adanya pemberitahuan tertulis atau tanpa
ijin perusahaan dianggap mangkir dan upahnya tidak dibayar. Besarnya upah yang
tidak dibayar adalah 1/21 (untuk 5 hari kerja) dan 1/25 (untuk 6 hari kerja) kali upah
sebulan untuk setiap hari mangkir.
2. Karyawan yang mangkir selama 1 (satu) hari penuh atau lebih seperti dimaksud pada
ayat (1) tersebut di atas baik berturut - turut atau tidak berturut - turut dalam 30
(tiga puluh) hari kerja akan diberikan sanksi.
3. Karyawan yang masuk kerja tetapi tidak bersedia melaksanakan tugasnya dengan
alasan yang tidak dapat diterima oleh perusahaan maka karyawan tersebut dapat
dianggap mangkir.
4. Apabila karyawan tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari kerja berturut - turut tanpa
keterangan tertulis disertai bukti - bukti yang sah dan telah dipanggil secara tertulis
sebanyak 2 (dua) kali, maka karyawan tersebut dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri.

15
BAB XI
CUTI
Pasal 44
Pengertian

1. Yang dimaksud dengan cuti ialah istirahat kerja yang diberikan kepada karyawan tetap
setelah masa kerja tertentu dengan menerima upah penuh .
2. Yang dimaksud dengan cuti diluar tanggungan adalah istirahat kerja yang diambil oleh
karyawan tetap diluar istirahat kerja yang menjadi haknya, dengan ketentuan :
(a) Selama masa cutinya tidak menerima upah, fasilitas dan tunjangan kesejahteraan
lainnya .
(b) Masa cutinya tidak dihitung sebagai masa kerja .

Pasal 45
Cuti Tahunan

1. Sesuai dimaksud pada Pasal 44 ayat 1 , karyawan yang telah bekerja minimum 12
bulan berturut-turut berhak cuti selama 12 hari kerja dengan mendapat upah penuh.
2. Karyawan dengan masa kerja 3 tahun atau lebih berhak cuti selama 14 hari kerja
dengan mendapat upah penuh .
3. Karyawan yang bekerja lebih dari 1 tahun dapat mengambil hak cutinya 3 bulan lebih
awal sebelum hari jatuhnya cuti berdasarkan tahun masa kerjanya .
4. Hak cuti tahunan karyawan diberikan dalam batas waktu 1 tahun setelah hari
jatuhnya cuti .
5. Hak cuti yang tidak diambil setelah 1 tahun dari hari jatuhnya cuti dianggap hapus
(gugur) haknya .
6. Cuti yang belum diambil sama sekali dan masih berlaku untuk tahun yang berjalan,
dapat digabung pengambilannya dengan ccuti tahun berikutnya dengan ijin khusus
direksi, lamanya cuti gabungan maksimal 18 hari kerja .
7. Perusahaan dapat menunda permohonan cuti tahunan paling lama 6 bulan terhitung
sejak hari jatuhnya cuti tahunan. Bila penundaan lebih dari 6 bulan maka cuti dapat
diganti dengan uang .
8. Perusahaan akan memberitahu karyawan apabila tiba hari jatuhnya cuti .
9. Bagi karyawan yang sakit berkepanjangan lebih dari 3 bulan, maka kepada yang
bersangkutan tidak dapat diberikan hak cuti tahunan .

Pasal 46
Cuti Besar/ Istirahat Panjang

1. Karyawan berhak cuti besar/ istirahat panjang setelah minimum bekerja 6 tahun
berturut-turut sebagai karyawan tetap .
2. Sesuai Pasal 79 UU No. 13 Tahun 2003, lamanya cuti besar/ istirahat panjang
ditetapkan 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-
masing 1 (satu) bulan .
3. Pada tahun ke-7 dan ke-8, karyawan tidak berhak atas cuti/ istirahat tahunan.

16
4. Hak cuti besar/ istirahat panjang, karyawan diberikan dalam batas waktu 6 tahun
setelah hari jatuhnya cuti .
5. Hak cuti besar yang tidak diambil setelah 6 tahun dari hari jatuhnya cuti dianggap
hapus (gugur) haknya .

Pasal 47
Prosedur Cuti

1. Prosedur pengambilan cuti dilakukan melalui atasannya langsung


2. Permohonan cuti diajukan paling lambat 2 minggu sebelumnya, dengan mengisi
formulir yang tersedia di Bagian Personalia/ SDM
3. Penundaan cuti hanya diberikan atas persetujuan direksi
4. Untuk kepentingan perusahaan, direksi dapat menunda waktu cuti karyawan, dalam
hal ini kepada karyawan yang bersangkutan diberikan kompensasi berupa cuti
tambahan yang lamanya ditentukan oleh direksi .

BAB XII
SANKSI
Pasal 48
Ketentuan Umum

1. Setiap ucapan, tulisan, perbuatan atau tindakan karyawan yang melanggar ketentuan
yang diatur dalam perjanjian kerja dan peraturan perusahaan dapat dikenakan sanksi.
2. Apabila pelanggaran dimaksud pada ayat 1 pasal ini, mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan maka selain dikenakan sanksi, karyawan wajib mengganti kerugian
kepada perusahaan.
3. Jenis sanksi pemberian Surat Peringatan Pertama, Kedua dan Ketiga
4. Setelah surat peringatan ketiga, perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan
kerja sesuai pasal 161 UU No. 13 Tahun 2003 .

Pasal 49
Pemberian Surat Peringatan

1. Surat Peringatan pertama, kedua dan ketiga tidak diberikan menurut urutannya, tapi
dinilai dari besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan karyawan, termasuk dampak
dari pelanggarannya .
2. Tingkatan surat peringatan ditentukan bersama oleh atasan langsung dengan bagian
SDM dan disetujui direksi .
3. Dalam hal surat peringatan diterbitkan secara berurutan maka surat peringatan
pertama berlaku untuk jangka 6 (enam) bulan
4. Apabila karyawan melakukan pelanggaran sebelum berakhir masa berlaku surat
peringatan pertama, maka perusahaan dapat menerbitkan surat peringatan kedua,
yang juga mempunyai jangka waktu berlaku selama 6 (enam) bulan sejak
diterbitkannya surat peringatan kedua.

17
5. Apabila karyawan masih melakukan pelanggaran sebelum berakhir masa berlaku surat
peringatan kedua, maka perusahaan dapat menerbitkan surat peringatan ketiga
(terakhir) yang berlaku selama 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat peringatan
ketiga .
6. Apabila karyawan masih melakukan pelanggaran sebelum surat peringatan kedua
habis masa berlaku, maka perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja.
7. Dalam hal jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat peringatan, maka
apabila karyawan yang bersangkutan melakukan pelanggaran maka surat peringatan
yang diterbitkan oleh perusahaan kembali sebagai peringatan pertama, kedua atau
ketiga, sesuai besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan karyawan, termasuk dampak
dari pelanggarannya .
8. Tenggang waktu 6 (enam) bulan dimaksudkan sebagai upaya mendidik karyawan agar
dapat memperbaiki kesalahannya dan disisi lain waktu 6 (enam) bulan ini waktu yang
cukup bagi perusahaan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan yang
bersangkutan.

Pasal 50
Skorsing

1. Selama proses PHK, baik perusahaan maupun karyawan harus tetap melaksanakan
segala kewajibannya .
2. Perusahaan dapat melakukan tindakan skorsing kepada karyawan yang sedang dalam
proses PHK dengan tetap membayar upah dan hak-hak lainnya yang biasa diterima
karyawan (sesuai Pasal 155 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003)

BAB XIII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 51
Ketentuan Umum

Hubungan Kerja antara karyawan dengan perusahaan putus karena :


1. Karyawan mengundurkan diri
2. Karyawan mencapai usia pensiun (50 tahun)
3. Karyawan melakukan pelanggaran terhadap peraturan perusahaan dan kesepakatan
kerja .
4. Karyawan sakit berkepanjangan .
5. Karyawan meninggal dunia
6. Karyawan tidak hadir tanpa izin/ mangkir selama 5 (lima) hari berturut-turut .
7. Karyawan ditahan oleh pihak berwajib .
8. Perusahaan melakukan perubahan status dan karyawan tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja .
9. Perusahaan melakukan perubahan status, dan perusahaan tidak bersedia melanjutkan
hubungan kerja .
10. Perusahaan melakukan efisiensi karena mengalami kerugian .
11. Perusahaan tutup/ pailit .

18
Pasal 52
PHK Karena Karyawan Mengundurkan Diri

1. Karyawan yang ingin memutuskan hubungan kerjanya dengan perusahaan, wajib


mengajukan permintaan berhenti secara tertulis sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan
sebelumnya, permohonan tersebut diajukan kepada atasan langsungyang
bersangkutan dengan tembusan kepada atasan yang lebih tinggi dan Bagian SDM/
Personalia .
2. Sebelum berhenti karyawan tersebut harus memenuhi syarat :
(a) Menyerahkan kembali semua barang/ milik perusahaan yang berada dalam
penguasaannya dan atau di bawah tanggung jawabnya, yang meliputi seluruh
barang inventaris, surat-surat dan naskah-naskah lain baik dalam bentuk asli
maupun rekaman ,
(b) Melakukan serah terima pekerjaan dengan atasannya atau dengan karyawan lain
yang ditunjuk oleh atasannya tersebut .
(c) Menyelesaikan hutang piutang dan kewajiban-kewajiban keuangan lainnya
dengan perusahaan .
(d) Tidak dalam ikatan dinas
(e) Tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal pengunduran diri

Pasal 53
PHK Karena Mencapai Usia Pensiun

1. Seorang karyawan yang telah mencapai usia 50 tahun, akan diputus hubungan
kerjanya dengan hormat oleh/ dari perusahaan
2. Untuk pemutusan hubungan kerja tersebut, perusahaan menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada karyawan bersangkutan sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun sebelumnya dan diulangi 11 (sebelas) bulan kemudian .
3. Pemutusan hubungan kerja tersebut dilakukan pada akhir tahun

Pasal 54
PHK Karena Pelanggaran Peraturan Perusahaan dan
Kesepakatan Kerja

Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja jika karyawan tetap melakukan
pelanggaran pada saat surat peringatan ketiga (terakhir) belum habis masa berlakunya .

Pasal 55
PHK Karena Terjadi Pernikahan Sesama Karyawan

Apabila terjadi pernikahan antar karyawan, maka salah seorang harus mengundurkan diri,
kecuali ditentukan lain oleh direksi .

19
Pasal 56
PHK Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan

Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja setelah melampaui batas 12


(dua belas) bulan kepada karyawan yang :
1. Mengalami sakit berkepanjangan dan keterangan dokter menyatakan bahwa yang
bersangkutan tidak sehat jasmani dan atau rohani untuk melanjutkan pekerjaan .
2. Mengalami cacat akibat kecelakaan lain dan atau akibat lainnya sehingga tidak dapat
melakukan pekerjaannya .

Pasal 57
PHK Karena Karyawan Meninggal Dunia

Apabila karyawan meninggal dunia, maka hubungan kerja secara otomatis putus

Pasal 58
PHK Karena Perusahaan Menyalahi Aturan

Karyawan dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja, dalam hal


perusahaan melakukan perbuatan sebagai berikut :
1. Menganiaya, menghina secara kasar dan atau mengancam karyawan ;
2. Membujuk dan atau memerintahkan karyawan untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan ;
3. Pembayaran gaji/upah tidak tepat waktu dari yang telah ditentukan selama 3 (tiga)
bulan berturut-turut atau lebih ;
4. Tidak melakukan kewajiban sebagaimana yang telah dijanjikan kepada karyawan ;
5. Memerintahkan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan diluar perjanjian kerja, atau
6. Memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan dan
kesussilaan karyawan sedangkan pekerjaan tersebut tidak tercantum dalam perjanjian
kerja .

Pasal 59
PHK Karena Karyawan Mangkir

Karyawan yang tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut tanpa izin
resmi sebelumnya dan karyawan tidak dapat memberikan keterangan dengan bukti yang
sah yang dapat diterima perusahaan, dan telah dipanggil oleh perusahaan 2 (dua) kali
secara patut dan tertulis, dapat diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan
mengundurkan diri

Pasal 60
PHK Karena Karyawan Ditahan Pihak Berwajib

1. Dalam hal karyawan ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak
pidana bukan atas pengaduan perusahaan, maka perusahaan tidak wajib membayar
upah tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga karyawan yang menjadi
tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut :

20
(a) untuk 1 (satu) orang tanggungan 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah
(b) untuk 2 (dua) orang tanggungan 35% (tiga puluh lima perseratus) dari upah
(c) untuk 3 (tiga) orang tanggungan 45% (empat puluh lima perseratus) dari upah
(d) untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih 50% (lima puluh perseratus) dari
upah
2. antuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam)
bulan takwin terhitung sejak hari pertama karyawan ditahan pihak yang berwajib.
3. Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan yang
setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya
karena dalam proses perkara pidana ;
4. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidananya sebelum masa 6 (enam) bulan
sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini berakhir dan karyawan dinyatakan tidak
bersalah, maka perusahaan wajib mempekerjakan karyawan kembali .
5. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidananya sebelum masa 6 (enam) bulan
sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini berakhir dan karyawan dinyatakan bersalah,
maka perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan
yang bersangkutan .

Pasal 61
PHK Karena Kesalahan Berat

1. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja terhadap karyawan dengan alasan


telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut :
(a) Melakukan penipuan, pencurian atau penggelapan barang dan atau uang milik
perusahaan ;
(b) Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan ;
(c) Meminum minuman keras, menggunakan dan atau mengedarkan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya baik dilingkungan kerja maupun secara umum ;
(d) Melakukan perbuatan asusila dan atau perjudian, menyerang, menganiaya,
mengancam dan atau intimidasi terhadap rekan kerja atau perusahaan/pengusaha
baik dilingkungan kerja maupun ditempat umum ;
(e) Membujuk sesama karyawan atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan ;
(f) Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan barang perusahaan
dalam keadaan bahaya yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan ;
(g) Dengan ceroboh atau sengaja membiarkan rekan kerja atau pengusaha dalam
keadaan bahaya di tempat kerja ;
(h) Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara, atau melakukan di lingkungan
perusahaah yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih .
2. Kesalahan berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harus didukung
dengan bukti sebagai berikut :
(a) Karyawan tertangkap tangan
(b) Ada pengakuan dari karyawan yang bersangkutan atau bukti lain berupa laporan
kejadian yang dibuat oleh pihak yang berwenang diperusahaan dan didukung oleh
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi

21
Pasal 62
PHK Karena Perusahaan Mengalami Perubahan Status

1. Pemutusan Hubungan Kerja dapat terjadi apabila adanya perubahan status,


penggabungan, peleburan atau perubahan kepemilikan perusahaa, dan ;
2. Karyawan tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja atau ;
3. Perusahaan tidak bersedia menerima karyawan di perusahaannya

Pasal 63
PHK Karena Perusahaan Melakukan Efisiensi

Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karena


perusahaan tutup bukan karena mengalami kerugian (dua tahun berturut-turut) atau
bukan karena keadaan memaksa (force meajure) tetapi perusahaan melakukan efisiensi

Pasal 64
PHK Karena Perusahaan Tutup/ Pailit

Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karena


perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian terus menerus
selama dua tahun atau keadaan memaksa (force meajure), dan atau perusahaan pailit .

Pasal 65
Kompensasi Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja
Dan Penggantian Hak

1. Uang pesangon adalah pemberian oleh Perusahaan kepada karyawan sebagai akibat
terjadinya pemutusan hubungan kerja ;
2. Uang Penghargaan Masa Kerja, pemberian oleh Perusahaan kepada karyawan sebagai
penghargaan berdasarkan masa kerja, akibat adanya pemutusan hubungan kerja ;
3. Penggantian Hak adalah pemberian uang dari perusahaan kepada karyawan sebagai
pengganti istirahat tahunan, istirahat panjang, biaya perjalanan pulang ketempat
dimana karyawan diterima bekerja, fasilitas pengobatan, fasilitas perumahan sebagai
akibat adanya pemutusan hubungan kerja .

Pasal 66
Tabel PHK dan Besar Kompensasi

Sesuai UU No. 13 tahun 2003 besar kompensasi yang diberikan menurut jenis penyebab
Pemutusan Hubungan Kerja , sebagai berikut :
1. Mengundurkan diri ; Ganti Hak 1 kali
2. Memasuki usia pensiun (50 tahun) ; Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ;
Ganti Hak 1 kali
3. Karyawan melakukan pelanggaran peraturan perusahaan ; Pesangon 1 kali ;
Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
4. Terjadi pernikahan antar karyawan ; Ganti Hak 1 kali

22
5. Karyawan sakit berkepanjangan dan tidak dapat melakukan pekerjaan setelah 12
bulan ; Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 2 kali ; Ganti Hak 1 kali
6. Karyawan meninggal dunia ; Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti
Hak 1 kali
7. Karyawan mengundurkan diri karena perusahaan menyalahi aturan ; Pesangon 2 kali ;
Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
8. Mangkir selama 5 hari berturut-turut ; Ganti Hak 1 kali
9. Ditahan pihak yang berwajib ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
10. Melakukan kesalahan berat ; Ganti Hak 1 kali
11. Status perusahaan berubah dan karyawan tidak mau melanjutkan hubungan kerja ;
Pesangon 1 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
12. Status perusahaan berubah dan perusahaan tidak mau melanjutkan hubungan kerja ;
Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
13. Perusahaan melakukan efisiensi ; Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ;
Ganti Hak 1 kali
14. Perusahaan tutup karena rugi terus menerus selama 2 tahun dan atau force meajure
atau perusahaan pailit ; Pesangon 1 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1
kali

Pasal 67
Besarnya Uang Pesangon, Uang Penghargaan
dan Penggantian Hak

1. Uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan penggantian hak dibayarkan sekali
yang dilakukan pada saat pemutusan hubungan kerja berlaku yang besarnya adalah
kelipatan gaji bulanan berdasarkan lamanya masa kerja pada saat pemutusan
hubungan kerja tersebut ;
2. Ketentuan besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan penggantian
hak sesuai Undang-Undang No. 13 tahun 2003, sebagai berikut :
(a) Besarnya uang pesangon ditetapkan paling sedikit ;
(a.1) Masa kerja kurang dari 1 tahun 1 bulan upah
(a.2) Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun 2 bulan upah
(a.3) Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun 3 bulan upah
(a.4) Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun 4 bulan upah
(a.5) Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun 5 bulan upah
(a.6) Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun 6 bulan upah
(a.7) Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun 7 bulan upah
(a.8) Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun 8 bulan upah
(a.9) Masa kerja 8 tahun atau lebih 9 bulan upah
(b) Besarnya uang penghargaan masa kerja ditetapkan ;
(b.1) Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun 2 bulan upah
(b.2) Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun 3 bulan upah
(b.3) Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun 4 bulan upah
(b.4) Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun 5 bulan upah
(b.5) Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun 6 bulan upah
(b.6) Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun 7 bulan upah
(b.7) Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun 8 bulan upah

23
(b.8) Masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah
(c) Penggantian hak ditetapkan sekurang-kurangnya meliputi ;
(c.1) Cuti/ istirahat tahunan yang belum diambil dan belum gugur
(c.2) Cuti/ istirahat panjang yang belum diambil dan belum gugur
(c.3) Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ketempat dimana
karyawan diterima bekerja
(c.4) Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15%
dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat .
3. Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak terdiri atas upah pokok dan
tunjangan tetap ;
4. Dalam hal penghasilan karyawan dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka
penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali penghasilan sehari ;
5. Dalam hal penghasilan dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, potongan/
borongan atau komisi, maka penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan
rata-rata per hari selama 12 bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari
ketentuan upah minimum provinsi atau kabupaten/ kota ;
6. Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan penghasilan didasarkan
pada upah borongan, maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12
bulan terakhir .

BAB XIV
PENUTUP
Pasal 68
Interpretasi dan Amandemen

1. Perusahaan berhak untuk menafsirkan seluruh ketentuan - ketentuan yang termuat


dalam pasal dan ayat - ayat Peraturan Perusahaan ini sesuai dengan makna, arti, dan
maksud tujuannya dalam pembinaan Hubungan Industrial Pancasila.
2. Peraturan Pelaksanaan yang sekiranya diperlukan sehubungan dengan Peraturan
Perusahaan ini akan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direksi.

Pasal 69
Penutup

1. Hal - hal yang belum tercantum di dalam Peraturan Perusahaan ini akan diatur
dikemudian hari dengan memperhatikan Peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Peraturan Perusahaan ini berlaku untuk masa 2 (dua) tahun terhitung sejak disahkan
oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pandeglang
3. Peraturan Perusahaan ini tetap berlaku sampai dengan disahkannya Peraturan
Perusahaan yang baru.
4. Peraturan Perusahaan ini akan diumumkan kepada seluruh karyawan untuk diketahui
dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

24
5. Demikian Peraturan Perusahaan ini ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan, akan dilakukan perubahan dan atau perbaikan semestinya dan ditetapkan
dengan keputusan tersendiri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Perusahaan ini

Ditetapkan di : Pandeglang
Pada tanggal :

PT. MAHKOTA ANGKA WIJAYA

ENDANG SUPRIADI
Direktur

25

Anda mungkin juga menyukai