Tentang
PERATURAN PERUSAHAAN
MEMUTUSKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
1
Pasal 2
Maksud dan Tujuan
1. Untuk memberikan arahan rencana kerja dan syarat - syarat dilaksanakan sesuai
dengan Undang - Undang / Peraturan Ketenagakerjaan yang berlaku.
2. Menciptakan dan membina suatu hubungan kerja yang sinergis dan harmonis antara
perusahaan dan karyawan sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja
maksimal , yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup pekerja dan keluarganya.
3. Memberikan kepastian hukum atas hak dan kewajiban masing-masing, perusahaan
maupun karyawan.
4. Menjamin terpeliharanya etika, disiplin dan kinerja perusahaan termasuk
karyawannya .
5. Dapat menjaga kepentingan bersama antara perusahaan dan karyawan .
Pasal 3
Ruang Lingkup
1. Peraturan Perusahaan ini mengatur hal-hal yang bersifat umum, hal-hal yang bersifat
khusus dan hal lainnya yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan ini akan
diatur dengan Surat Keputusan Direksi .
2. Sepanjang hal yang tidak diatur dalam Peraturan Perusahaan ini dan atau peraturan
lain yang dikeluarkan perusahaan, maka berlaku ketentuan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah .
BAB II
HUBUNGAN KERJA
Pasal 4
Perjanjian Kerja
1. Hubungan kerja terjadi karena adanya ikatan perjanjian kerja antara perusahaan
dengan pekerja/ karyawan.
2. Perjanjian Kerja dibuat secara tertulis dan dilaksanakan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku
3. Perjanjian Kerja terdiri
(a). Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(b). Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
Pasal 5
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, didasarkan atas jangka waktu dan atau selesainya
suatu pekerjaan tertentu .
2. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan
kerja
2
.
3. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat
tetap
4. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, dapat diperpanjang dan diperbaharui .
5. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis, sifat dan atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertentu, yaitu ;
(a). Pekerjaan yang sekali selesai atau sifatnya sementara
(b). Pekerjaan yang diperkiraan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama 3 (tiga) tahun
(c). Pekerjaan yang sifatnya musiman , atau
(d) Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan
6. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali
untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun .
Pasal 6
Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
1. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu, dapat mensyaratkan masa percobaan kerja
paling lama 3 (tiga) bulan
2. Masa percobaan dihitung sebagai masa kerja karyawan .
3 Dalam masa percobaan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang
membayar upah di bawah upah minimum yang berlaku .
Pasal 7
Penerimaan Karyawan
1. Penerimaan karyawan dilakukan sesuai dengan rencana kebutuhan, yang syarat dan
pengaturannya ditentukan oleh perusahaan.
2. Penerimaan karyawan melalui prosedur yang ditetapkan perusahaah
3. Calon karyawan yang diterima adalah yang memenuhi persyaratan usia, pendidikan
dan keakhlian sesuai dengan jabatan yang ditetapkan .
4. Calon karyawan yang terikat Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu yang dapat
menyelesaikan masa percobaan dan dinyatakan lulus dapat menjadi karyawan tetap
jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan perusahaan
5. Karyawan tetap diangkat dan ditetapkan melalui Surat Keputusan Direktur.
3
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN KARYAWAN
Pasal 8
Hak Karyawan
Pasal 9
Kewajiban Karyawan
Pasal 10
Tata Tertib Kerja
4
3. Setiap karyawan wajib bersikap, berperilaku dan berpakaian yang pantas dan sopan.
Bagi mereka yang bekerja pada bagian tertentu karena sifat pekerjaannya yang
memerlukan keseragaman dan atau alat pelindungan diri (APD) , diharuskan memakai
pakaian kerja dan alat pengaman yang telah ditentukan dan disediakan oleh
perusahaan .
4. Apabila karyawan menemui dan atau mengetahui hal-hal yang dapat membahayakan
orang, karyawan dan atau perusahaan harus segera melaporkan kepada atasannya
dan atau bidang/ pihak terkait lainnya .
Pasal 11
Rahasia Jabatan
BAB IV
LARANGAN BAGI KARYAWAN
Pasal 12
Penggunaan Milik Perusahaan
Pasal 13
Pencegahan Bahaya Kebakaran
1. Setiap karyawan tidak boleh merokok ditempat-tempat/ area dilarang merokok yang
ditentukan oleh perusahaan.
2. Setiap karyawan dilarang melakukan perbuatan/ kegiatan yang dapat menimbulkan
kebakaran dilingkungan perusahaan dan atau di lokasi pekerjaan .
3. Pelanggaran terhadap ketentuan dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 sehingga
menimbulkan kerugian akan dikenakan sanksi pemutusan hubungan kerja, tanpa
mengurangi kewajiban untuk membayar kerugian berdasarkan perundang-undangan
yang berlaku .
5
Pasal 14
Larangan Menerima Pemberian
1. Setiap karyawan dilarang menerima komisi dari pembelian atau jasa untuk
kepentingan pribadi.
2. Setiap karyawan dilarang untuk meminta dan atau menerima hadiah yang diketahui
dan atau diduga ada hubungannya dengan kedudukan dan jabatannya di perusahaan
atau hadiah tersebut merupakan imbalan langsung maupun tidak langsung dari
pelaksanaan tugas perusahaan .
3. Hadiah sebagaimana dimaksud ayat diatas adalah pemberian dalam bentuk uang,
barang maupun fasilitas lainnya, termasuk pemberian potongan harga dan komisi.
Pasal 15
Kerja Rangkap diluar Perusahaan
BAB V
JABATAN
Pasal 16
Penetapan Jabatan
1. Direksi menetapkan jabatan-jabatan yang perlu ada, sesuai dengan kebutuhan dan
atau pengembangan perusahaan yang dituangkan ke dalam struktur organisasi .
2. Persyaratan batasan dan ruang lingkup setiap jabatan ditetapkan oleh direksi
berdasarkan usulan bagian terkait.
3. Direksi menempatkan karyawan dalam suatu jabatan tertentu sesuai dengan
kualifikasinya agar karyawan dapat bekerja sesuai dengan bidang kemampuannya .
6
Pasal 17
Perubahan Jabatan
1. Direksi dapat mengalih tugaskan karyawan setelah berkonsultasi dengan atasan yang
bersangkutan dan Bagian Sumber Daya Manusia ke jabatan lain, sesuai dengan
prestasi kerjanya dan tersedia posisi dalam perusahaan .
2. Perubahan jabatan, terdiri dari :
(a). Promosi , yaitu perubahan jabatan ke jenjang yang lebih tinggi, berdasarkan
pertimbangan prestasi yang baik dan posisi yang ada
(b). Mutasi, yaitu perubahan jabatan pada jenjang yang setara, berdasarkan
pertimbangan kebutuhan perusahaan dan untuk kelancaran pekerjaan .
(c). Demosi, yaitu perubahan jabatan ke jenjang yang lebih rendah berdasarkan
pertimbangan turunnya prestasi dan kondite kerja karyawan yang bersangkutan.
3. Promosi, mutasi dan demosi diusulkan oleh atasan karyawan yang bersangkutan dan
disetujui oleh direksi .
4. Dalam usulan dicantumkan dasar pertimbangan mengenai prestasi dan kondite
karyawan maupun kebutuhan dari bagian terkait .
5. Apabila usulan disetujui direksi maka Bagian SDM akan menyiapkan administrasi dan
menuangkan keputusan tersebut dalam Surat Keputusan Direksi .
6. Surat Keputusan Direksi disampaikan oleh atasan karyawan yang bersangkutan.
7. Karyawan yang dipromosikan atau dimutasi menjalani masa orientasi selama 3 (tiga)
bulan .
8. Apabila karyawan gagal menjalani masa orientasi maka akan dikembalikan pada posisi
semula.
9. Untuk karyawan yang dipromosikan, selama masa orientasi mendapatkan gaji yang
sama dengan sebelumnya namun tunjangan disesuaikan dengan jabatan baru.
Penyesuaian gaji dilakukan setelah karyawan yang bersangkutan berhasil menjalani
masa orientasi.
BAB VI
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KARYAWAN
Pasal 18
Penilaian Prestasi Kerja
Pasal 19
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
7
2. Biaya pendidikan ditanggung oleh perusahaan
3. Selama menjalani pendidikan yang ditugaskan oleh perusahaan, karyawan
bersangkutan tetap mendapatkan gaji penuh dengan semua fasilitas dan tunjangan
yang menjadi haknya .
4. Karyawan yang bersangkutan menandatangani sebuah surat perjanjian yang berisi
ketentuan pendidikan .
BAB VII
PENGUPAHAN
Pasal 20
Sistem dan Penetapan Pengupahan
1. Kebijakan dan pengaturan upah karyawan merupakan hak dan wewenang penuh
Pimpinan Perusahaan.
2. Penetapan upah karyawan dengan memperhatikan atas bobot pekerjaan, golongan
jabatan dan kemampuan yang dimiliki sesuai persyaratan jabatan.
3. Penetapan upah terendah tidak akan kurang dari ketentuan Upah Minimum
Kabupaten Pandeglang (UMK) yang ditetapkan Pemerintah.
4. Upah dibayarkan sebulan sekali pada akhir bulan selambat - lambatnya 1 (satu) hari
kerja sebelum akhir bulan berjalan.
5. Berdasarkan kemampuan perusahaan, Pimpinan Perusahaan dapat mengadakan
peninjauan upah dan sebagai dasar perhitungan untuk peninjauan upah tersebut
adalah upah pokok.
Pasal 21
Komponen Upah
8
5. Tunjangan makan diberikan kepada karyawan untuk satu kali makan dalam satu hari
kerja .
6. Tunjangan transport diberikan kepada karyawan untuk perjalanan berangkat dan
pulang kerja .
7. Untuk tunjangan makan dan tunjangan transport Karyawan PT. Mahkota Angka
Wijaya berlaku ketentuan sebagai berikut :
(a) Untuk makan siang dan extra fooding pada hari kerja disediakan oleh perusahaan
(b) Perjalanan berangkat dan pulang kerja menggunakan kendaraan operasional
(antar-jemput) milik perusahaan .
8. Tunjangan operasional/ komunikasi diberikan khusus kepada karyawan yang
menjalankan tugas tertentu dari perusahaan dimana dalam pelaksanaannya memiliki
mobiltas tinggi dan banyak melakukan/ menjalin komunikasi dengan relasi
perusahaan, untuk besarnya tunjangan disesuaikan dari aktivitas karyawan tersebut.
Pasal 22
Struktur dan Skala Upah
Ketentuan mengenai struktur dan skala upah diatur tersendiri dalam Surat Keputusan
Direksi.
Pasal 23
Pembayaran Upah
Pasal 24
Upah Selama Sakit Berkepanjang
1. Yang dimaksud dengan upah selama sakit berkepanjangan adalah upah yang
dibayarkan pada karyawan yang mengalami sakit yang lama dan terus menerus yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Dokter.
2. Besarnya pembayaran gaji tersebut berpedoman pada Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Pasal 93 , sebagai berikut :
(a) untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100 % dari upah.
(b) untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75 % dari upah.
(c) untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50 % dari upah.
(d) untuk bulan selanjutnya, dibayar 25% dari upah sebelum pemutusan hubungan
kerja dilakukan oleh perusahaan.
3. Apabila setelah lewat 12 (dua belas) bulan karyawan belum juga sembuh, perusahaan
dapat memutuskan hubungan kerjanya sesuai dengan Undang - undang / Peraturan
Ketenagakerjaan yang berlaku.
9
BAB VIII
KESEJAHTERAAN
Pasal 25
Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Pasal 26
Program Jaminan Sosial Kesehatan
Pasal 27
Tunjangan Hari Raya Keagamaan
1. Yang berhak mendapat Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THR) adalah Karyawan
Tetap dengan ketentuan sebagai berikut :
(a) THR diberikan pada saat karyawan akan merayakan Hari Raya Idul Fitri
(b) Ketentuan pemberian THR adalah sebagai berikut :
1) Karyawan masa kerja 1 – 3 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 1 x upah
pokok yang diterima terakhir
2) Karyawan masa kerja 4 – 6 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 1,5 x
upah pokok yang diterima terakhir
3) Karyawan masa kerja 7 – 9 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 2 x upah
pokok yang diterima terakhir
4) Karyawan masa kerja 10 – 13 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 2,5 x
upah pokok yang diterima terakhir
5) Karyawan masa kerja 14 – 17 tahun pada saat Hari Raya mendapatkan 3 x
upah pokok yang diterima terakhir
2. Bagi karyawan honorer dan kontrak diberikan THR yang besarnya akan ditentukan
oleh direksi dan sesuai kemampuan perusahaan.
Pasal 28
Tunjangan Perawatan Kesehatan
10
2. Fasilitas kesehatan yang disediakan BPJS Kesehatan, sesuai dan atas dasar upah yang
dilaporkan perusahaan .
Pasal 29
Tunjangan Kematian dan Uang Duka
1. Bila Karyawan meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, selain menerima uang
pesangon dan uang jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku, kepada keluarga atau
akhli warisnya diserahkan :
(a) Upah dalam bulan yang sedang berjalan
(b) Uang duka
(c) Santunan kematian yang dilaksanakan melalui program Jamsostek sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku (UU No. 03 tahun 1992 jo PP No. 79 tahun
1998)
2. Bila Karyawan meninggal dunia karena kecelakaan kerja, selain menerima uang
pesangon dan uang jasa sesuai dengan peraturan yang berlaku, kepada keluarga atau
akhli warisnya diserahkan :
(a) Upah dalam bulan yang sedang berjalan
(b) Uang duka
(c) Santunan kecelakaan kerja yang dilaksanakan melalui program Jamsostek sesuai
ketentuan perundangan yang berlaku (UU No. 03 tahun 1992 jo PP No. 79 tahun
1998)
3. Bila yang meninggal dunia adalah istri/ suami, anak dan atau orang tua karyawan
(bukan mertua) maka akan diberikan uang duka .
4. Besarnya uang duka ditetapkan tersendiri berdasarkan keputusan direksi.
Pasal 30
Hadiah Pernikahan
1. Perusahaan memberikan hadiah pernikahan kepada karyawan yang baru pertama kali
melangsungkan pernikahan dan karyawan tersebut telah bekerja selama 12 bulan
berturut-turut .
2. Untuk mendapatkan hadiah pernikahan, karyawan bersangkutan harus menyerahkan
salinan (copy) akte nikah/ buku nikah kepada bagian SDM
3. Besarnya tunjangan pernikahan ditetapkan tersendiri berdasarkan keputusan direksi .
Pasal 31
Hadiah Kelahiran
1. Perusahaan memberikan hadiah kelahiran kepada karyawan yang anaknya baru lahir
dan karyawan tersebut telah bekerja selama 12 bulan berturut-turut .
2. Untuk mendapatkan hadiah kelahiran, karyawan bersangkutan harus menyerahkan
salinan (copy) akte kelahiran kepada bagian SDM
3. Besarnya hadiah kelahiran ditetapkan tersendiri berdasarkan keputusan direksi .
11
Pasal 32
Pinjaman
Pasal 33
Bonus Akhir Tahun
1. Perusahaan akan memberikan bonus tahunan kepada karyawan, yang diambil dari
keuntungan perusahaan yang besarnya tergantung kebijakan perusahaan .
2. Waktu pembagian bonus disesuaikan dengan likuiditas perusahaan, paling lambat dua
bulan setelah akhir tahun.
Pasal 34
Insentif
1. Perusahaan akan memberikan insentif kepada karyawan dalam tim proyek sebesar 2%
(dua persen) dari laba proyek apabila tima dapat menyelesaikan proyek dengan hasil
memuaskan dan sebelum tenggat waktu yang ditentukan.
2. Pembagian besarnya insentif terhadap karyawan anggota tim tersebut ditentukan
oleh ketua tim dengan persetujuan direksi .
3. Insentif akan diberikan jika proyek tersebut dibayar lunas oleh klien .
Pasal 35
Tunjangan Masa Kerja
Karyawan berhak mendapatkan dua kali upah total untuk setiap masa kerja tujuh tahun
secara terus menerus sebagai karyawan tetap .
BAB IX
PERJALANAN DINAS
Pasal 36
1. Perjalanan dinas adalah perjalanan keluar daerah, kota atau keluar negeri yang
dilakukan dalam rangka tugas dan atas perintah atau persetujuan dari atasan yang
berwenang .
2. Besarnya biaya perjalanan dinas tersebut dan petunjuk pelaksanaannya ditetapkan
tersendiri dengan keputusan direksi .
12
BAB X
WAKTU KERJA DAN JAM KERJA
Pasal 37
Hari Kerja dan Jam Kerja
Pasal 38
Hari Libur
Pasal 39
Kerja Lembur
13
Pasal 40
Upah Lembur
Upah lembur dihitung sesuai dengan Kepmen No. 102 tahun 2004, sebagai berikut :
1. Perhitungan upah lembur didasarkan pada gaji bulanan. Bagi karyawan yang dibayar
harian yang bekerja 6 hari dalam seminggu maka perhitungan besarnya honor sebulan
adalah honor sehari dikalikan 25 (duapuluh lima) dan karyawan yang bekerja 5 hari
kerja dalam seminggu adalah honor sehari dikalikan 21 (duapuluh satu)
2. Yang dimaksud gaji sebulan untuk perhitungan upah lembur sesuai Kepmen No. 102
Tahun 2004 pasal 10 adalah :
(a) Upah Pokok + Tunjangan tetap
(b) Apabila upah pokok + tunjangan tetap lebih kecil dari 75% total upah (upah pokok
+ tunjangan tetap + tunjangan tidak tetap) maka dasar perhitungan lembur perjam
adalah 75% dari total upah.
3. Untuk menghitung upah per jam adalah : 1/173 x upah sebulan
4. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja biasa ;
(a) Untuk jam lembur pertama dibayar sebesar 1,5 x upah per jam
(b) Untuk jam lembur selebihnya dibayar sebesar 2 x upah per jam
5. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari libur resmi
untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja seminggu maka ;
(a) Perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2 (dua) kali
upah per jam
(b) Jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah per jam
(c) Jam kerja lembur ke sembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah per jam
(d) Apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek, perhitungan upah lembur
5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah per jam, jam keenam 3 (tiga) kali
upah per jam dan jam kerja lembur ke tujuh dan kedelapan 4 (empat) kali upah
per jam .
6. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan atau hari libur resmi
untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja seminggu maka ;
(a) Perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama dibayar 2 (dua) kali
upah per jam
(b) Jam kerja lembur ke sembilan dibayar 3 (tiga) kali upah per jam, jam kesepuluh
dan kesebelas dibayar 4 (empat) kali upah per jam
7. Karyawan menerima uang makan apabila lembur dilakukan selama minimal 3 (tiga)
jam (diluar waktu jam istirahat 1 jam) .
8. Upah lembur yang dibayarkan diketahui dan atau diinstruksikan oleh atasan yang
berwenang sesuai pada lembar jam lembur .
Pasal 41
Tidak Hadir Karena Sakit
1. Apabila karyawan tidak hadir kerja karena kesehatannya terganggu, maka secepatnya
yang bersangkutan/ keluarganya wajib memberitahu atasan langsung dan Bagian
SDM secara lisan atau tertulis .
2. Karyawan yang tidak hadir kerja karena sakit pada hari kerjanya 2 (dua) hari atau
lebih diharuskan membawa/ menyerahkan surat keterangan dokter .
14
Pasal 42
Ijin Meninggalkan Pekerjaan dengan Upah Penuh
Pasal 43
Tidak Hadir Tanpa Izin
1. Karyawan yang tidak masuk kerja tanpa adanya pemberitahuan tertulis atau tanpa
ijin perusahaan dianggap mangkir dan upahnya tidak dibayar. Besarnya upah yang
tidak dibayar adalah 1/21 (untuk 5 hari kerja) dan 1/25 (untuk 6 hari kerja) kali upah
sebulan untuk setiap hari mangkir.
2. Karyawan yang mangkir selama 1 (satu) hari penuh atau lebih seperti dimaksud pada
ayat (1) tersebut di atas baik berturut - turut atau tidak berturut - turut dalam 30
(tiga puluh) hari kerja akan diberikan sanksi.
3. Karyawan yang masuk kerja tetapi tidak bersedia melaksanakan tugasnya dengan
alasan yang tidak dapat diterima oleh perusahaan maka karyawan tersebut dapat
dianggap mangkir.
4. Apabila karyawan tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari kerja berturut - turut tanpa
keterangan tertulis disertai bukti - bukti yang sah dan telah dipanggil secara tertulis
sebanyak 2 (dua) kali, maka karyawan tersebut dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri.
15
BAB XI
CUTI
Pasal 44
Pengertian
1. Yang dimaksud dengan cuti ialah istirahat kerja yang diberikan kepada karyawan tetap
setelah masa kerja tertentu dengan menerima upah penuh .
2. Yang dimaksud dengan cuti diluar tanggungan adalah istirahat kerja yang diambil oleh
karyawan tetap diluar istirahat kerja yang menjadi haknya, dengan ketentuan :
(a) Selama masa cutinya tidak menerima upah, fasilitas dan tunjangan kesejahteraan
lainnya .
(b) Masa cutinya tidak dihitung sebagai masa kerja .
Pasal 45
Cuti Tahunan
1. Sesuai dimaksud pada Pasal 44 ayat 1 , karyawan yang telah bekerja minimum 12
bulan berturut-turut berhak cuti selama 12 hari kerja dengan mendapat upah penuh.
2. Karyawan dengan masa kerja 3 tahun atau lebih berhak cuti selama 14 hari kerja
dengan mendapat upah penuh .
3. Karyawan yang bekerja lebih dari 1 tahun dapat mengambil hak cutinya 3 bulan lebih
awal sebelum hari jatuhnya cuti berdasarkan tahun masa kerjanya .
4. Hak cuti tahunan karyawan diberikan dalam batas waktu 1 tahun setelah hari
jatuhnya cuti .
5. Hak cuti yang tidak diambil setelah 1 tahun dari hari jatuhnya cuti dianggap hapus
(gugur) haknya .
6. Cuti yang belum diambil sama sekali dan masih berlaku untuk tahun yang berjalan,
dapat digabung pengambilannya dengan ccuti tahun berikutnya dengan ijin khusus
direksi, lamanya cuti gabungan maksimal 18 hari kerja .
7. Perusahaan dapat menunda permohonan cuti tahunan paling lama 6 bulan terhitung
sejak hari jatuhnya cuti tahunan. Bila penundaan lebih dari 6 bulan maka cuti dapat
diganti dengan uang .
8. Perusahaan akan memberitahu karyawan apabila tiba hari jatuhnya cuti .
9. Bagi karyawan yang sakit berkepanjangan lebih dari 3 bulan, maka kepada yang
bersangkutan tidak dapat diberikan hak cuti tahunan .
Pasal 46
Cuti Besar/ Istirahat Panjang
1. Karyawan berhak cuti besar/ istirahat panjang setelah minimum bekerja 6 tahun
berturut-turut sebagai karyawan tetap .
2. Sesuai Pasal 79 UU No. 13 Tahun 2003, lamanya cuti besar/ istirahat panjang
ditetapkan 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-
masing 1 (satu) bulan .
3. Pada tahun ke-7 dan ke-8, karyawan tidak berhak atas cuti/ istirahat tahunan.
16
4. Hak cuti besar/ istirahat panjang, karyawan diberikan dalam batas waktu 6 tahun
setelah hari jatuhnya cuti .
5. Hak cuti besar yang tidak diambil setelah 6 tahun dari hari jatuhnya cuti dianggap
hapus (gugur) haknya .
Pasal 47
Prosedur Cuti
BAB XII
SANKSI
Pasal 48
Ketentuan Umum
1. Setiap ucapan, tulisan, perbuatan atau tindakan karyawan yang melanggar ketentuan
yang diatur dalam perjanjian kerja dan peraturan perusahaan dapat dikenakan sanksi.
2. Apabila pelanggaran dimaksud pada ayat 1 pasal ini, mengakibatkan kerugian bagi
perusahaan maka selain dikenakan sanksi, karyawan wajib mengganti kerugian
kepada perusahaan.
3. Jenis sanksi pemberian Surat Peringatan Pertama, Kedua dan Ketiga
4. Setelah surat peringatan ketiga, perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan
kerja sesuai pasal 161 UU No. 13 Tahun 2003 .
Pasal 49
Pemberian Surat Peringatan
1. Surat Peringatan pertama, kedua dan ketiga tidak diberikan menurut urutannya, tapi
dinilai dari besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan karyawan, termasuk dampak
dari pelanggarannya .
2. Tingkatan surat peringatan ditentukan bersama oleh atasan langsung dengan bagian
SDM dan disetujui direksi .
3. Dalam hal surat peringatan diterbitkan secara berurutan maka surat peringatan
pertama berlaku untuk jangka 6 (enam) bulan
4. Apabila karyawan melakukan pelanggaran sebelum berakhir masa berlaku surat
peringatan pertama, maka perusahaan dapat menerbitkan surat peringatan kedua,
yang juga mempunyai jangka waktu berlaku selama 6 (enam) bulan sejak
diterbitkannya surat peringatan kedua.
17
5. Apabila karyawan masih melakukan pelanggaran sebelum berakhir masa berlaku surat
peringatan kedua, maka perusahaan dapat menerbitkan surat peringatan ketiga
(terakhir) yang berlaku selama 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat peringatan
ketiga .
6. Apabila karyawan masih melakukan pelanggaran sebelum surat peringatan kedua
habis masa berlaku, maka perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja.
7. Dalam hal jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat peringatan, maka
apabila karyawan yang bersangkutan melakukan pelanggaran maka surat peringatan
yang diterbitkan oleh perusahaan kembali sebagai peringatan pertama, kedua atau
ketiga, sesuai besar kecilnya pelanggaran yang dilakukan karyawan, termasuk dampak
dari pelanggarannya .
8. Tenggang waktu 6 (enam) bulan dimaksudkan sebagai upaya mendidik karyawan agar
dapat memperbaiki kesalahannya dan disisi lain waktu 6 (enam) bulan ini waktu yang
cukup bagi perusahaan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan yang
bersangkutan.
Pasal 50
Skorsing
1. Selama proses PHK, baik perusahaan maupun karyawan harus tetap melaksanakan
segala kewajibannya .
2. Perusahaan dapat melakukan tindakan skorsing kepada karyawan yang sedang dalam
proses PHK dengan tetap membayar upah dan hak-hak lainnya yang biasa diterima
karyawan (sesuai Pasal 155 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003)
BAB XIII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 51
Ketentuan Umum
18
Pasal 52
PHK Karena Karyawan Mengundurkan Diri
Pasal 53
PHK Karena Mencapai Usia Pensiun
1. Seorang karyawan yang telah mencapai usia 50 tahun, akan diputus hubungan
kerjanya dengan hormat oleh/ dari perusahaan
2. Untuk pemutusan hubungan kerja tersebut, perusahaan menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis kepada karyawan bersangkutan sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun sebelumnya dan diulangi 11 (sebelas) bulan kemudian .
3. Pemutusan hubungan kerja tersebut dilakukan pada akhir tahun
Pasal 54
PHK Karena Pelanggaran Peraturan Perusahaan dan
Kesepakatan Kerja
Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja jika karyawan tetap melakukan
pelanggaran pada saat surat peringatan ketiga (terakhir) belum habis masa berlakunya .
Pasal 55
PHK Karena Terjadi Pernikahan Sesama Karyawan
Apabila terjadi pernikahan antar karyawan, maka salah seorang harus mengundurkan diri,
kecuali ditentukan lain oleh direksi .
19
Pasal 56
PHK Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan
Pasal 57
PHK Karena Karyawan Meninggal Dunia
Apabila karyawan meninggal dunia, maka hubungan kerja secara otomatis putus
Pasal 58
PHK Karena Perusahaan Menyalahi Aturan
Pasal 59
PHK Karena Karyawan Mangkir
Karyawan yang tidak masuk kerja selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut tanpa izin
resmi sebelumnya dan karyawan tidak dapat memberikan keterangan dengan bukti yang
sah yang dapat diterima perusahaan, dan telah dipanggil oleh perusahaan 2 (dua) kali
secara patut dan tertulis, dapat diputus hubungan kerjanya karena dikualifikasikan
mengundurkan diri
Pasal 60
PHK Karena Karyawan Ditahan Pihak Berwajib
1. Dalam hal karyawan ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak
pidana bukan atas pengaduan perusahaan, maka perusahaan tidak wajib membayar
upah tetapi wajib memberikan bantuan kepada keluarga karyawan yang menjadi
tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut :
20
(a) untuk 1 (satu) orang tanggungan 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah
(b) untuk 2 (dua) orang tanggungan 35% (tiga puluh lima perseratus) dari upah
(c) untuk 3 (tiga) orang tanggungan 45% (empat puluh lima perseratus) dari upah
(d) untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih 50% (lima puluh perseratus) dari
upah
2. antuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam)
bulan takwin terhitung sejak hari pertama karyawan ditahan pihak yang berwajib.
3. Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan yang
setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya
karena dalam proses perkara pidana ;
4. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidananya sebelum masa 6 (enam) bulan
sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini berakhir dan karyawan dinyatakan tidak
bersalah, maka perusahaan wajib mempekerjakan karyawan kembali .
5. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidananya sebelum masa 6 (enam) bulan
sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini berakhir dan karyawan dinyatakan bersalah,
maka perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan
yang bersangkutan .
Pasal 61
PHK Karena Kesalahan Berat
21
Pasal 62
PHK Karena Perusahaan Mengalami Perubahan Status
Pasal 63
PHK Karena Perusahaan Melakukan Efisiensi
Pasal 64
PHK Karena Perusahaan Tutup/ Pailit
Pasal 65
Kompensasi Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja
Dan Penggantian Hak
1. Uang pesangon adalah pemberian oleh Perusahaan kepada karyawan sebagai akibat
terjadinya pemutusan hubungan kerja ;
2. Uang Penghargaan Masa Kerja, pemberian oleh Perusahaan kepada karyawan sebagai
penghargaan berdasarkan masa kerja, akibat adanya pemutusan hubungan kerja ;
3. Penggantian Hak adalah pemberian uang dari perusahaan kepada karyawan sebagai
pengganti istirahat tahunan, istirahat panjang, biaya perjalanan pulang ketempat
dimana karyawan diterima bekerja, fasilitas pengobatan, fasilitas perumahan sebagai
akibat adanya pemutusan hubungan kerja .
Pasal 66
Tabel PHK dan Besar Kompensasi
Sesuai UU No. 13 tahun 2003 besar kompensasi yang diberikan menurut jenis penyebab
Pemutusan Hubungan Kerja , sebagai berikut :
1. Mengundurkan diri ; Ganti Hak 1 kali
2. Memasuki usia pensiun (50 tahun) ; Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ;
Ganti Hak 1 kali
3. Karyawan melakukan pelanggaran peraturan perusahaan ; Pesangon 1 kali ;
Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
4. Terjadi pernikahan antar karyawan ; Ganti Hak 1 kali
22
5. Karyawan sakit berkepanjangan dan tidak dapat melakukan pekerjaan setelah 12
bulan ; Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 2 kali ; Ganti Hak 1 kali
6. Karyawan meninggal dunia ; Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti
Hak 1 kali
7. Karyawan mengundurkan diri karena perusahaan menyalahi aturan ; Pesangon 2 kali ;
Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
8. Mangkir selama 5 hari berturut-turut ; Ganti Hak 1 kali
9. Ditahan pihak yang berwajib ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
10. Melakukan kesalahan berat ; Ganti Hak 1 kali
11. Status perusahaan berubah dan karyawan tidak mau melanjutkan hubungan kerja ;
Pesangon 1 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
12. Status perusahaan berubah dan perusahaan tidak mau melanjutkan hubungan kerja ;
Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1 kali
13. Perusahaan melakukan efisiensi ; Pesangon 2 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ;
Ganti Hak 1 kali
14. Perusahaan tutup karena rugi terus menerus selama 2 tahun dan atau force meajure
atau perusahaan pailit ; Pesangon 1 kali ; Penghargaan Masa Kerja 1 kali ; Ganti Hak 1
kali
Pasal 67
Besarnya Uang Pesangon, Uang Penghargaan
dan Penggantian Hak
1. Uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan penggantian hak dibayarkan sekali
yang dilakukan pada saat pemutusan hubungan kerja berlaku yang besarnya adalah
kelipatan gaji bulanan berdasarkan lamanya masa kerja pada saat pemutusan
hubungan kerja tersebut ;
2. Ketentuan besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan penggantian
hak sesuai Undang-Undang No. 13 tahun 2003, sebagai berikut :
(a) Besarnya uang pesangon ditetapkan paling sedikit ;
(a.1) Masa kerja kurang dari 1 tahun 1 bulan upah
(a.2) Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun 2 bulan upah
(a.3) Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun 3 bulan upah
(a.4) Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun 4 bulan upah
(a.5) Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun 5 bulan upah
(a.6) Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun 6 bulan upah
(a.7) Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun 7 bulan upah
(a.8) Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun 8 bulan upah
(a.9) Masa kerja 8 tahun atau lebih 9 bulan upah
(b) Besarnya uang penghargaan masa kerja ditetapkan ;
(b.1) Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun 2 bulan upah
(b.2) Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun 3 bulan upah
(b.3) Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun 4 bulan upah
(b.4) Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun 5 bulan upah
(b.5) Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun 6 bulan upah
(b.6) Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun 7 bulan upah
(b.7) Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun 8 bulan upah
23
(b.8) Masa kerja 24 tahun atau lebih 10 bulan upah
(c) Penggantian hak ditetapkan sekurang-kurangnya meliputi ;
(c.1) Cuti/ istirahat tahunan yang belum diambil dan belum gugur
(c.2) Cuti/ istirahat panjang yang belum diambil dan belum gugur
(c.3) Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ketempat dimana
karyawan diterima bekerja
(c.4) Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15%
dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat .
3. Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak terdiri atas upah pokok dan
tunjangan tetap ;
4. Dalam hal penghasilan karyawan dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka
penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali penghasilan sehari ;
5. Dalam hal penghasilan dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil, potongan/
borongan atau komisi, maka penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan
rata-rata per hari selama 12 bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari
ketentuan upah minimum provinsi atau kabupaten/ kota ;
6. Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan penghasilan didasarkan
pada upah borongan, maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12
bulan terakhir .
BAB XIV
PENUTUP
Pasal 68
Interpretasi dan Amandemen
Pasal 69
Penutup
1. Hal - hal yang belum tercantum di dalam Peraturan Perusahaan ini akan diatur
dikemudian hari dengan memperhatikan Peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
2. Peraturan Perusahaan ini berlaku untuk masa 2 (dua) tahun terhitung sejak disahkan
oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pandeglang
3. Peraturan Perusahaan ini tetap berlaku sampai dengan disahkannya Peraturan
Perusahaan yang baru.
4. Peraturan Perusahaan ini akan diumumkan kepada seluruh karyawan untuk diketahui
dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
24
5. Demikian Peraturan Perusahaan ini ditetapkan, apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan, akan dilakukan perubahan dan atau perbaikan semestinya dan ditetapkan
dengan keputusan tersendiri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Perusahaan ini
Ditetapkan di : Pandeglang
Pada tanggal :
ENDANG SUPRIADI
Direktur
25