Anda di halaman 1dari 48

PERJANJIAN KERJA BERSAMA

ANTARA

DENGAN

PENGURUS UNIT KERJA


SERIKAT PEKERJA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN – SERIKAT
PEKERJA SELURUH INDONESIA (PUK SPPP – SPSI)

DAFTAR ISI
PERJANJIAN KERJA BERSAMA (PKB)
PERIODE 2023-2025

ISI Halaman
DAFTAR ISI 2
MUKADIMAH 5

BAB I : RUANG LINGKUP/CAKUPAN 6


Pasal 1 : Ruang lingkup / Cakupan Perjanjian Kerja Bersama 6

BAB II : PENGERTIAN / ISTILAH 6


Pasal 2 : Definisi dan istilah 6

BAB III : HAK DAN KEWAJIBAN 9


Pasal 3 : Hak dan Kewajiban 9
Pasal 4 : Fasilitas untuk Serikat Pekerja 11

BAB IV : HUBUNGAN KERJA 11


Pasal 5 : Penerimaan karyawan 11
Pasal 6 : Masa Percobaan dan Penetapan Karyawan 12
Pasal 7 : Karyawan Harian Tetap 12
Pasal 8 : Karyawan Bulanan 13
Pasal 9 : Karyawan Kontrak 13
Pasal 10 : Data – Data Pribadi 13
Pasal 11 : Penggolongan Pekerja 13
Pasal 12 : Pengelolaan Karier 14
Pasal 13 :Promosi Jabatan 14
Pasal 14 : Mutasi Jabatan 15
Pasal 15 : Demosi Jabatan 15

BAB V : HARI KERJA, JAM KERJA & KERJA LEMBUR 16


Pasal 16 : Hari Kerja & Hari Istirahat 16
Pasal 17 : Jam Kerja & Jam Istirahat 16
Pasal 18 : Kerja Lembur 18
Pasal 19 : Perhitungan Upah Lembur 18
Pasal 20 : Pekerjaan diwaktu hari-hari hujan untuk pekerja yang bekerja
Diluar 19

BAB VI : ISTIRAHAT & MENINGGALKAN PEKERJAAN DENGAN


MENDAPAT UPAH 19
Pasal 21 : Izin meninggalkan pekerjaan dengan mendapat upah 19
Pasal 22 : Cuti Tahunan 20
Pasal 23 : Ijin Istirahat Haid 21
Pasal 24 : Istirahat Melahirkan 21
Pasal 25 : Ijin Menjalankan Ibadah 22
Pasal 26 : Istirahat Dokter 22

BAB VII : PENGUPAHAN 23


Pasal 27 : Sistem Pengupahan 23
Pasal 28 : Kenaikan Upah 23
Pasal 29 : Bantuan Biaya atas PPH 25
Pasal 30 : Upah karyawan Dalam Masa Skorsing 25
Pasal 31 : Upah karyawan selama Dirumahkan 26
Pasal 32 : Upah Tidak dibayar (meninggalkan pekerjaan tanpa izin) 26
Pasal 33 : Upah Tidak dibayar (meninggalkan pekerjaan dengan izin) 26

BAB VIII : JAMINAN SOSIAL 27


Pasal 34 : Penyelenggaraan Jaminan Sosial 27
ii
BAB IX : FASILITAS PENGOBATAN 27
Pasal 35 : Pemeliharaan Kesehatan 27

BAB X : KESEJAHTERAAN 28
Pasal 36 : Bonus 28
Pasal 37 : Tunjangan Transport/BBM 28
Pasal 38 : Tunjangan Hari Raya (THR) 28
Pasal 39 : Sumbangan Kematian bukan akibat kecelakaan kerja 29
Pasal 40 : Sumbangan Perkawinan 29
Pasal 41 : Silaturahmi Tahunan 29
Pasal 42 : Fasilitas Tempat Tinggal 29
Pasal 43 : Fasilitas Sosial dan Olah Raga 30
Pasal 44 : Koperasi Karyawan 30

BAB XI : KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA 31


Pasal 45 : Keselamatan Kerja 31
Pasal 46 : Tata Tertib Keselamatan Kerja 31
Pasal 47 : Kesehatan Kerja 32
Pasal 48 : Pemeriksaan Alat Pelindung Keselamatan Kerja 32
Pasal 49 : Pelaporan Penyakit Menular 32
Pasal 50 : Perlengkapan Kerja 33

BAB XII : PENGEMBANGAN TENAGA KERJA 33


Pasal 51 : Pendidikan dan Pelatihan 33
Pasal 52 : Karyawan Teladan 33

BAB XIII : PERJALANAN DINAS 34


Pasal 53 : Perjalanan Dinas Dalam & Luar Negeri 34

BAB XIV : TATA TERTIB 34


Pasal 54 : Disiplin 34
Pasal 55 : Etika Berpakaian Kerja 36
Pasal 56 : Pembinaan terhadap Pelanggaran peraturan kedisipilinan 36
Pasal 57 : Surat Peringatan I ( Pertama ) 37
Pasal 58 : Surat Peringatan II ( Kedua ) 38
Pasal 59 : Surat Peringatan III ( Ketiga ) 38

BAB XV : PENYELESAIAN KELUH KESAH DAN LEMBAGA KERJA


SAMA BIPARTIT 38
Pasal 60 : Penyelesaian Keluh Kesah Karyawan 38
Pasal 61 : Tata Cara Penyelesaian Keluh Kesah Karyawan 39
Pasal 62 : Lembaga Kerjasama Bipartit 39

BAB XVI : PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA 40


Pasal 63 : Pelanggaran tata tertib kerja & peraturan kedisiplinan 40
Pasal 64 : Penyelesaian Perselisihan 40
Pasal 65 : Pemutusan Hubungan Kerja 40
Pasal 66 : Pencegahan Pemutusan Hubungan Kerja 40
Pasal 67 : Mekanisme pemutusan hubungan kerja 41
Pasal 68 : PHK yang tidak diperbolehkan 41
Pasal 69 : PHK tanpa izin Instansi Ketenagakerjaan 42
Pasal 70 : Ketetapan mengenai uang pesangon, uang penghargaan
Masa kerja dan uang penggantian hak 42
Pasal 71 : Komponen dasar perhitungan uang pesangon 43
iii
Pasal 72 : PHK karena Pelanggaran yang bersifat mendesak 44
Pasal 73 : PHK karena Pelanggaran berulang 44
Pasal 74 : PHK karena Tindak Pidana 45
Pasal 75 : PHK karena pelanggaran perjanjian kerja bersama 45
Pasal 76 : PHK karena Mengundurkan diri 45
Pasal 77 : PHK karena Rasionalisasi 46
Pasal 78 : PHK karena Perusahaan tutup 46
Pasal 79 : PHK karena perusahaan pailit 46
Pasal 80 : PHK karena Meninggal Dunia 47
Pasal 81 : PHK karena Pensiun 47
Pasal 82 : PHK karena Mangkir 47
Pasal 83 : PHK bukan karena Karena Kesalahan Pekerja 47
Pasal 84 : Ketetapan pengecualian atas PHK 48
Pasal 85 : Pengajuan gugatan PHK ke Lembaga Perselisihan
Hubungan Industrial 48
Pasal 86 : PHK karena sakit berkepanjangan 48
Pasal 87 : PHK karena Pensiun Dini 48
Pasal 88 : Penyelesaian administrasi karyawan PHK 48
Pasal 89 : Hutang Piutang 49

BAB XVII : KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP


Pasal 90 : Ketentuan Peralihan 49
Pasal 91 : Ketentuan Penutup 50

iv
MUKADIMAH

v
BAB I
RUANG LINGKUP / CAKUPAN

PASAL 1
RUANG LINGKUP / CAKUPAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

1. Perjanjian Kerja Bersama ini berlaku umum bagi Pekerja PT. …………………… disetiap
Tingkat/ Golongan/ Status Karyawan atau seluruh pekerja yang bekerja dan menerima
upah dan telah ditetapkan dengan surat keputusan dari Pimpinan PT. ……………………,
baik dilokasi Kebun, Pabrik ataupun dilokasi kerja lain yang termasuk di wilayah kerja
dan merupakan satu kesatuan dengan kegiatan usaha Perusahaan, kecuali yang
baginya secara khusus dan tertulis diatur dalam Perjanjian Kerja tersendiri.

2. Untuk Karyawan Harian Lepas akan diatur dalam Perjanjian Kerja tersendiri yang
mengacu pada Undang-undang yang berlaku

3. Perjanjian Kerja Bersama ini dimaksudkan sebagai pegangan baik bagi Perusahaan
maupun karyawan dengan masing-masing pihak berkewajiban untuk mentaati dan
menjalankan Perjanjian Kerja Bersama ini dengan sebaik-baiknya dan melakukan segala
daya upaya dalam melaksanakan kewajibannya dengan baik dan bertanggungjawab

4. Disamping adanya Perjanjian ini, kesepakatan-kesepakatan tambahan yang memuat


persoalan-persoalan setempat dapat diadakan oleh Perusahaan dan Serikat Pekerja
dengan ketentuan bahwa kesepakatan setempat tidak boleh meniadakan, mengganti,
mengurangi dan atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam
Perjanjian Kerja Bersama ini.

BAB II
PENGERTIAN / ISTILAH

PASAL 2
DIFINISI DAN ISTILAH

Dalam Perjanjian Kerja Bersama ini yang dimaksud dengan :


1. Perusahaan adalah PT. ………………………… yang didirikan dengan Akta Notaris
……………………………………………..
2. Serikat Pekerja adalah Serikat Pekerja Pertanian dan Perkebunan – Serikat Pekerja
Seluruh Indonesia (SPPP – SPSI) PT. ……………………….. yang melakukan
perundingan Perjanjian Kerja Bersama PT. …………………………
3. Pengusaha adalah orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berdiri
sendiri yang menjalankan Perusahaan milik sendiri atau Perusahaan bukan miliknya.
4. Karyawan adalah setiap orang yang terikat hubungan kerja dengan Perusahaan yang
telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan Perusahaan dan menerima upah sesuai
peraturan pengupahan yang berlaku. Karyawan terbagi atas:
4.1. Karyawan Tetap adalah setiap orang yang terikat hubungan kerja dengan
Perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas sesuai dengan ketentuan undang-
undang.
4.2 Karyawan Tidak Tetap dalah setiap orang yang terikat hubungan kerja dengan
Perusahaan untuk batas waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak.

vi
5. Pimpinan Perusahaan adalah mereka yang karena jabatannya ditunjuk oleh Perusahaan
dan memiliki kewenangan untuk memimpin dan mewakili Perusahaan baik internal
maupun eksternal
6. Atasan adalah mereka yang karena jabatannya ditunjuk oleh Perusahaan/Pimpinan
Perusahaan untuk memimpin dan mengawasi beberapa orang Karyawan yang menjadi
bawahannya.
7. Keluarga Karyawan adalah seorang istri/suami dari perkawinan yang sah dengan
melampirkan akte pernikahan dan anak-anaknya yang sah dengan melampirkan akte
kelahiran serta didaftarkan pada Perusahaan dan tercantum di Kartu Keluarga
8. Tanggungan karyawan adalah anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya
bagi karyawan yang terdaftar sebagai tanggungan di perusahaan yaitu:
- Satu orang Istri yang sah.
- Tiga orang anak yang sah, dengan ketentuan :
a. Anak kandung dari istri yang sah, walaupun istri telah meninggal.
b. Anak tiri atau anak bawaan istri / suami dari pernikahan sebelumnya
c. Anak hak asuh berdasarkan surat keputusan dari Pengadilan Agama/Negeri, jika
terjadi perceraian.
d. Anak angkat dibuktikan dengan surat keputusan dari Pengadilan Negeri.
e. Apabila salah satu anak menikah atau meninggal dunia, dapat digantikan oleh anak
karyawan yang belum terdaftar pada perusahaan, dengan mengajukan bukti yang
sah kepada perusahaan.
f. Bagi karyawan yang telah mempunyai 2 orang anak, kemudian kelahiran ketiga
kembar dua atau lebih, maka anak kembar dua tersebut menjadi tanggungan
perusahaan

9. Persyaratan Anak yang menjadi tanggungan adalah :


a. Belum menikah.
b. Belum bekerja.
c. Masih sekolah dan atau tidak berpenghasilan sendiri.
d. Usia tidak melebihi 21 tahun .
e. Masih sekolah di akademi atau Perguruan Tinggi s/d usia 24 tahun dengan dibuktikan
surat keterangan dari Kepala/Direktur/Rektor dari Akademi atau Perguruan Tinggi dan
harus diperbaharui setiap tahunnya.
f. Perusahaan setiap waktu berhak mengadakan pemeriksaan terhadap susunan
keluarga karyawan untuk mengetahui kebenaran jumlah tanggungannya.

10. Keluarga karyawat tidak ditanggung oleh perusahaan, kecuali :


a. Anak sah dari karyawan yang suaminya meninggal dunia, sampai dengan
karyawan tersebut kawin lagi.
b. Anak sah dari karyawan yang cerai (janda) berdasarkan surat keputusan dari
pengadilan Agama/Negeri.

11. Ahli Waris adalah anggota keluarga sedarah atau yang terikat tali perkawinan yang sah
dengan Karyawan, yang berhak menerima setiap hak Karyawan bilamana karyawan
bersangkutan meninggal dunia. Dalam hal Karyawan membuat surat wasiat, maka
definisi “Ahli Waris” termasuk pula para penerima wasiat tanpa mengesampingkan hak
mutlak para ahli waris sesungguhnya menurut ketentuan hukum yang berlaku di
Indonesia.
12. Pekerjaan adalah semua aktivitas yang karena jabatan/posisinya dalam struktur
organisasi wajib dijalankan oleh Karyawan sesuai dengan tugas, kewajiban dan
tanggungjawabnya demi kepentingan dan kemajuan Perusahaan dalam suatu hubungan
kerja.

vii
13. Hari kerja adalah hari yang merupakan hari wajib masuk kerja karyawan dalam satu
minggu (5 hari atau 6 hari kerja) dan atau ditentukan khusus oleh Perusahaan. Untuk
tugas - tugas berkesinambungan yang memerlukan pelaksanaan tugas secara bergilir
ditetapkan oleh Perusahaan
14. Jam Kerja adalah jam kerja normal yang telah ditentukan bagi Karyawan harus hadir di
tempat kerja untuk melakukan pekerjaan, selama 7(tujuh) jam setiap hari atau 8
(delapan) jam sehari dan atau 40 (empatpuluh) jam seminggu
15. Jam Kerja Shift adalah jam kerja Karyawan menurut jadwal waktu kerja bergilir yang
disusun secara teratur dengan jumlah jam kerja dalam seminggu sesuai dengan jam
kerja normal dan dilaksanakan sesuai ketentuan undang-undang Ketenagakerjaan yang
berlaku.
16. Kerja lembur adalah kerja yang dilakukan oleh karyawan yang melebihi jam-jam kerja
yang telah ditetapkan bagi karyawan atau ditetapkan sebagai kerja lembur berdasarkan
ketentuan perundang-undangan / peraturan pemerintah. Kerja Lembur dimaksud
dianggap sah apabila pelaksanaannya dilakukan melalui Surat Perintah Kerja Lembur
(SPKL) yang ditandatangani oleh Kepala Departemen/atasan
17. Hari Libur Mingguan adalah hari libur karyawan setelah bekerja 5 (lima) hari berturut-
turut bagi karyawan yang bekerja 5 (lima) hari dalam seminggu atau 6 (enam) hari
berturut-turut bagi karyawan yang bekerja 6 (enam) hari dalam seminggu dan 40 (empat
puluh) jam dalam seminggu.
18. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan oleh Perusahaan setelah
memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang - undangan dan ketentuan yang
berlaku di Perusahaan.

19. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi atau timbul karena hubungan kerja,
termasuk kecelakaan yang terjadi pada waktu menjalankan tugas dan atau pekerjaan
serta yang terjadi pada waku berangkat kerja dari rumah ketempat kerja sampai dengan
pulang kerja dengan rute yang sesuai.

20. Lembaga kerja sama bipartite adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan industrial yang anggotanya terdiri dari pimpinan
perusahaan dan serikat pekerja.

21. Peraturan yang berlaku di Perusahaan adalah Ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian


Kerja Bersama, peraturan-peraturan / Surat Keputusan Direksi yang dibuat secara
tertulis oleh pimpinan perusahaan yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib
perusahaan serta Standart Prosedure Kerja, manual kerja yang berlaku di Perusahaan.

22. Peraturan dan Perundang - undangan adalah Undang - undang, peraturan pemerintah,
peraturan menteri, keputusan presiden, instruksi presiden, keputusan pemerintah yang
berlaku.

23. Teguran Lisan adalah Teguran yang diberikan oleh Atasan karena adanya tindakan atau
perbuatan yang melanggar peraturan yang berlaku diperusahaan atau perjanjian kerja
bersama.

24. Surat Teguran Tetulis adalah surat resmi yang diterbitkan oleh Atasan karena adanya
tindakan atau perbuatan yang melanggar peraturan yang berlaku di Perusahaan ataupun
perjanjian kerja bersama

25. Surat Peringatan adalah surat resmi yang diterbitkan oleh Perusahaan melalui atasan
atau pejabat yang ditunjuk karena adanya tindakan atau perbuatan yang melanggar

viii
ketentuan-ketentuan peraturan yang berlaku di Perusahaan, perjanjian kerja bersama
ataupun peraturan perundang-undangan yang berlaku

26. Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara karyawan dan
pengusaha/perusahaan

27. Promosi adalah perubahan jabatan atau golongan karyawan ke jabatan atau golongan
yang lebih tinggi

28. Demosi adalah penurunan jabatan atau golongan karyawan ke jabatan atau golongan
yang lebih rendah.

29. Pemindahan Tugas (Mutasi) adalah penempatan tugas bagi karyawan dari tempat
penerimaan awal dan atau lokasi kerja terakhir ke lokasi kerja yang baru (meliputi
pemindahan dalam lingkup group) didasarkan atas keputusan/kebutuhan operasional
Perusahaan dan untuk meningkatkan kompetensi dan atau pengalaman

30. Alamat Pekerja adalah tempat tinggal karyawan yang sebenarnya dimana ia bertugas
sehari-hari ke Perusahaan dan tercatat resmi di Perusahaan

BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN

PASAL 3
HAK DAN KEWAJIBAN PERUSAHAAN DAN SERIKAT PEKERJA

A. Kewajiban Para Pihak


1. Pengusaha maupun Sarikat Pekerja akan mengadakan pengumuman kepada para
Pekerja tentang Perjanjian Kerja Bersama ini setelah penandatanganan ini
dilaksanakan
2. Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban untuk menyebarluaskan serta
menjelaskan Perjanjian ini kepada anggota khusunya mengenai isi dan pengertian
yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama ini
3. Perusahaan dan Serikat Pekerja berkewajiban untuk mentaati isi Perjanjian ini dan
menegur serta menertibkan anggota-anggotanya dan dapat memperingatkan antara
pihak secara lisan ataupun tulisan apabila salah satu pihak tidak mengindahkan isi
Perjanjian.
B. Hak dan Kewajiban Perusahaan
1. Hak Perusahaan
1.1. Kebijaksanaan (Policy) Perusahaan berada sepenuhnya ditangan Pimpinan
Perusahaan.
1.2. Perencanaan, pengawasan, pengelolaan dan pengamanan jalannya Perusahaan
dan pengaturan peran karyawan adalah merupakan wewenang dan tanggung
jawab Pimpinan Perusahaan.
1.3. Perusahaan berhak meminta daya kinerja yang memadai dari setiap karyawan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab.

ix
1.4. Tidak mengijinkan karyawan yang posisi jabatannya mewakili keputusan
perusahaan dan atau ada potensi konflik kepentingan (staff ke atas) untuk menjadi
Pengurus Serikat Pekerja, kecuali menjadi anggota
1.5 Jabatan-jabatan yang tidak boleh menjadi Pengurus Serikat Pekerja akan diatur di
dalam Surat Keputusan Direksi

2. Kewajiban Perusahaan
3.1. Pengusaha mengakui Serikat Pekerja sebagai organisasi resmi yang mewakili
karyawan atau anggota-anggotanya yang mempunyai hubungan kerja dengan
Perusahaan.
3.2. Pimpinan Perusahaan tidak akan merintangi atau menghalangi perkembangan dan
kegiatan Serikat Pekerja dalam perusahaan sejauh tidak mengganggu aktivitas
Perusahaan dan tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
3.3 Pengusaha akan menyampaikan tembusan surat kepada Serikat Pekerja
sehubungan dengan pengambilan tindakan disiplin, kebijakan terhadap pekerja
yang menyangkut tata tertib, dan hal-hal yang dianggap perlu.

C. Hak dan Kewajiban Serikat Pekerja

1. Hak Serikat Pekerja


1.1. Serikat Pekerja berfungsi untuk mewakili karyawan / anggota-anggota Serikat
Pekerja yang mempunyai hubungan kerja dengan Perusahaan, sepanjang
mengenai kesejahteraan dan hal-hal yang berhubungan dengan syarat-syarat
kerja.
1.2 Pengusaha mengakui Serikat Pekerja unit PT ………………………… yang sudah
terdaftar di Instansi Terkait sebagai organisasi pekerja yang berhak dan bertindak
mewakili karyawan/anggota-anggotanya dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja
Bersama.

2. Kewajiban Serikat Pekerja


2.1. Serikat Pekerja mengakui bahwa Perusahaan memiliki hak penuh untuk mengatur
dan mengawasi karyawan serta operasional perusahaan dengan tetap mengacu
kepada peraturan perundangan yang berlaku.
2.2 Serikat Pekerja menerima dan mempertimbangkan setiap usulan, keluhan dari
karyawan / anggota dan bilamana dianggap perlu akan menyampaikan kepada
pihak perusahaan untuk diselesaikan secara Bipartit.
2.3. Serikat Pekerja bertanggung jawab menegakkan peraturan, disiplin dan tata tertib
kerja karyawan/anggota demi tercapainya hubungan kerja yang harmonis dan
peningkatan produktivitas kerja.
2.4. Turut serta memberikan penjelasan mengenai maksud dan isi dari Perjanjian Kerja
Bersama ini beserta ketentuan-ketentuan pelaksanaannya secara lisan maupun
melalui selebaran-selebaran atau buletin dalam rangka meningkatkan kesadaran
seluruh anggotanya akan kewajiban sebagai karyawan.
2.5. Serikat Pekerja akan memberikan bantuan dan/atau sumbang saran dalam
memelihara tata tertib perusahaan.
2.6 Serikat Pekerja menjamin bahwa selama berlangsungnya perundingan tentang
masalah hubungan kerja dan syarat-syarat kerja antara pihak Pimpinan
Perusahaan dan pihak Serikat Pekerja, perusahaan akan tetap berjalan normal.

x
PASAL 4
FASILITAS UNTUK SERIKAT PEKERJA

1. Pengurus Serikat Pekerja diberi penuh dispensasi yaitu pembebasan dari tugas dengan
upah penuh untuk dapat menghadiri pertemuan / perundingan :
a. Penyelesaian masalah ketenaga kerjaan dengan Pengusaha sebanyak-banyaknya
10 (sepuluh) orang
b. Undangan dari instansi-instansi Pemerintah
c. Kepentingan Organisasi Serikat Pekerja
Permohonan izin diajukan kepada perusahaan sekurang-kurangnya 5 (lima) hari
kerja sebelumnya kecuali ada hal yang mendadak yang dapat diterima, untuk 2
(dua) orang Pengurus Serikat Pekerja dan lamanya diberi dispensasi tidak melebihi
10 hari kerja dalam 1 (satu) tahun sedangkan selebihnya merupakan hari-hari tanpa
bayaran
d. Dalam hal Undangan Pengurus Serikat Pekerja untuk menghadiri Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) atau Musyawarah Nasional (Munas) Serikat Pekerja, ketentuan
pemberian ijinnya dapat dikecualikan dari Ketentuan Pasal 4 Ayat 1 Huruf c.

2. Pengusaha akan menyediakan tempat dan peralatan yang layak untuk kantor Serikat
Pekerja.

3. Papan pengumuman disediakan oleh Pimpinan Perusahaan untuk Serikat Pekerja guna
penempelan pengumuman-pengumuman khusus yang menyangkut kegiatan Serikat
Pekerja. Pengumuman-pengumuman yang ditempelkan tersebut harus diketahui dan
disetujui sebelumnya oleh Pimpinan Perusahaan. Pimpinan Perusahaan tidak
mengizinkan penggunaan tempat lain untuk tujuan pengumuman-pengumuman seperti
tersebut di atas.

4. Untuk kepentingan hubungan kerja yag baik dan lancar, Serikat Pekerja memberikan
daftar susunan pengurus dan daftar anggota serta perubahan/mutasi yang terjadi
kepada Pimpinan Perusahaan dan Departemen Tenaga Kerja/Dinas Tenaga Kerja
sesuai dengan jenjangnya.

5. Pimpinan Perusahaan bersedia membantu Serikat Pekerja berdasarkan Surat Kuasa


dari anggota Serikat Pekerja yang bersangkutan untuk melaksanakan pemotongan iuran
anggota melalui Pay roll System.

BAB IV
HUBUNGAN KERJA

PASAL 5
PENERIMAAN KARYAWAN

1. Persyaratan umum Pekerja adalah:

1.1 Warga Negara Indonesia


1.2 Berusia minimal 18 (delapan belas) tahun pada saat penerimaan
1.3 Berbadan dan berjiwa sehat
1.4 Tidak terikat hubungan kerja dengan pihak lain.
1.5 Belum pernah bekerja di kelompok Perusahaan/grup PT ………………………. dan
atau tidak pernah diberhentikan secara tidak hormat.
1.6 Tidak sedang tersangkut tindakan kriminal.

xi
2. Pemilihan karyawan baru didasarkan semata-mata pada kualifikasi, pengalaman dan
kecakapan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang dilamarnya tanpa
memandang agama, suku dan jenis kelamin dengan mengajukan surat lamaran secara
tertulis dengan melampirkan syarat-syarat sebagai berikut :

2.1 Pas Photo ukuran 4 x 6 berwarna sebanyak 2 (dua) lembar


2.2 Salinan/photo copy ijazah yang telah dilegalisir dan dalam hal diterima harus
memperlihatkan atau menunjukkan ijazah asli
2.3. Surat Keterangan Pengalaman Kerja (bagi yang sudah pernah bekerja)
2.4. Surat Keterangan Berkelakuan baik dari Kepolisian
2.5 Surat Keterangan Berbadan Sehat dari Dokter
2.6 Salinan/photo copy Akte Kelahiran / Kenal lahir
2.7 Photo copy KTP Elektrik dan Kartu Keluarga yang berlaku

3. Lulus dari test yang diselenggarakan oleh perusahaan antara lain Wawancara, test
tertulis, test keterampilan, psikotest dan test kesehatan sesuai dengan persyaratan
jabatan yang dilamarnya.
4. Setuju atas syarat-syarat dan kondisi kerja perusahaan sebagaimana telah diatur di
dalam Perjanjian Kerja Bersama dan menandatangani surat perjanjian kerja dan Surat
Pernyataan sebelum mulai bekerja pada Perusahaan.

PASAL 6
MASA PERCOBAAN DAN PENETAPAN KARYAWAN

1. Pimpinan perusahaan menetapkan setiap Karyawan baru dengan status sebagai:


Karyawan Harian Tetap, Karyawan Bulanan, Karyawan Kontrak/Magang/Trainee

2. Masa percobaan hanya berlaku bagi Karyawan Tetap (PKWTT) dengan jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan dan adanya masa percobaan diberitahukan/disebutkan di
dalam surat perjanjian kerja.

3. Karyawan dapat diberikan program orientasi atau pengenalan mengenai Perusahaan


selama menjalani masa percobaan dan apabila diperlukan Karyawan juga akan diberikan
pendidikan teknis mengenai bidang atau jenis pekerjaannya yang diselenggarakan oleh
Departemen HRD

4. Karyawan dapat diangkat sebagai karyawan tetap adalah karyawan yang telah
menjalani masa kerja dalam waktu percobaan setelah dilakukan evaluasi atas prestasi
dan kemampuannya dengan seksama dan telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
oleh pimpinan perusahaan serta adanya kesempatan penempatan jabatan yang sesuai
dengan latar belakang pendidikan dan ketrampilannya.

5. Karyawan yang telah diangkat dan ditetapkan sebagai Karyawan Harian Tetap,
Karyawan Bulanan, Karyawan Kontrak/Magang/Trainee dapat setiap saat ditetapkan
/ditempatkan oleh pimpinan perusahaan untuk menjalani masa : Promosi Jabatan,
Mutasi Jabatan, Rotasi Jabatan dan Penempatan Jabatan Baru / Ditempatkan dalam
lingkungan PT ……………………. serta dapat diputuskan hubungan kerjanya /
diberhentikan dengan hormat sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

6. Masa percobaan yang berlaku mengikuti ketentuan undang-undang ketenagakerjaan


yang berlaku.

xii
PASAL 7
KARYAWAN HARIAN TETAP

Adalah karyawan yang mengikatkan diri dalam hubungan kerja yang dituangkan dalam
perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) dengan Perusahaan dalam jangka waktu yang
dihitung mulai dari Karyawan diterima dan telah menyelesaikan masa percobaan dengan
baik, hingga mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun atau sesuai dengan peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku dengan berdasar data di perusahaan dan kebutuhan
perusahaan serta diberitahukan kepada pekerja dan kepadanya diberlakukan system
penggajian yang mempedomani Upah Minimum Kabupaten/Kotamadya atau yang di
tetapkan Pemerintah.

PASAL 8
KARYAWAN BULANAN TETAP

Adalah karyawan yang diangkat menjadi karyawan tetap melalui surat keputusan Direksi
atau diberi wewenang oleh Direksi, dan dipekerjakan serta terikat dengan hubungan kerja
dengan pengusaha, sampai batas usia maksimal 55 tahun atau sesuai dengan peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku dengan berdasar data di perusahaan dan kebutuhan
perusahaan serta diberitahukan kepada pekerja atau ditetapkan pensiun oleh perusahaan,
dan kepada karyawan bulanan berlaku sistem penggajian bulanan.

PASAL 9
KARYAWAN KONTRAK

Perusahaan sewaktu-waktu dapat mempekerjakan Karyawan dengan kontrak kerja / dalam


jangka waktu tertentu, yang dibayar menurut perjanjian kerja untuk batas waktu tertentu
sesuai dengan kebutuhan Perusahaan, dimana hal-hal yang menyangkut kontrak kerja atau
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu ditetapkan pada surat perjanjian dan kesepakatan antara
Perusahaan dan Karyawan berdasar pada ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku

PASAL 10
DATA-DATA PRIBADI

1. Untuk melengkapi catatan pada Perusahaan di Departemen HRD, Karyawan harus


menyerahkan photo copy semua data mengenai dirinya dan tanggungan (bila sudah
berkeluarga), yang meliputi keterangan keluarga, ahli waris yang resmi yaitu Kartu
keluarga, Akte Kelahiran, Akte Pernikahan, Ijazah, dan sebagainya.

2. Karyawan harus memberitahukan kepada Perusahaan di Departemen HRD setiap ada


penambahan atau perubahan atas data-data yang telah disampaikannya tersebut
dikemudian hari.

3. Apabila penambahan atau perubahan data-data tanggungan atau anggota keluarga


tersebut tidak terdaftar pada bagian Personalia, maka Perusahaan tidak akan
memberikan bantuan antara lain: Natura, Pengobatan dan/atau fasilitas lainnya serta
biaya yang timbul menjadi tanggung jawab Karyawan tersebut secara pribadi.

xiii
PASAL 11
PENGGOLONGAN PEKERJA

Golongan dan Grade Pekerja ditetapkan oleh Perusahaan dalam Surat Penetapan Pekerja
berdasarkan keahlian dan sifat pekerjaan yang dijabatnya dan juga disesuaikan dengan
kebutuhan organisasi pada unit kerja masing-masing.

PASAL 12
PENGELOLAAN KARIER

Pengelolaan karier seorang karyawan dapat dilakukan oleh perusahaan melalui: Promosi,
Mutasi, Demosi dan penempatan Karyawan diluar Perusahaan dengan mempertimbangkan
kebutuhan Perusahaan dan kesesuaian persyaratan kompetensi jabatan, yang diatur dalam
suatu ketentuan tersendiri.

PASAL 13
PROMOSI JABATAN

1. Guna mengisi suatu jabatan yang lowong, prioritas pertama diberikan kepada karyawan
yang ada yang memenuhi persyaratan dan kwalifikasi yang diperlukan berdasarkan :
Pendidikan, Pengalaman Kerja, Kemampuan, Prestasi Kerja, serta formasi dan keadaan
Perusahaan yang memungkinkan. Dalam hal calon dari dalam yang memenuhi syarat
tidak ada maka jabatan yang kosong tersebut akan diisi dengan tenaga dari luar.

2. Pimpinan Perusahaan menetapkan bahwa karyawan yang dipromosikan kepada jabatan


yang kosong tersebut di atas adalah karyawan yang terbaik berdasarkan hasil seleksi.

3. Ketentuan - ketentuan promosi diatur sebagai berikut :


3.1. Bagi karyawan yang dipromosikan kepada jabatan yang lebih tinggi dikenakan masa
orientasi dan penilaian.
3.2. Tujuan dari masa orientasi dan penilaian tersebut ialah untuk mengetahui apakah
yang bersangkutan betul-betul mampu menjabat jabatan baru tersebut. Lamanya
masa orientasi dan penilaian tersebut ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan.
4. Apabila dalam masa orientasi dan penilaian selama 6 (enam) bulan pimpinan
perusahaan menilai yang bersangkutan tidak cakap pada jabatan yang baru, maka
pimpinan perusahaan akan mengambil kebijaksanaan terhadap yang bersangkutan
sebagai berikut :
4.1 Diperpanjang masa orientasi penilaian (maksimal 1 kali masa orientasi penilaian
selama 6 bulan), atau
4.2 Dikembalikan pada jabatan semula, atau
4.3 Ditempatkan pada jabatan lain yang setaraf dengan jabatan semula.
5. Selama menjalani masa orientasi dan penilaian, karyawan tersebut belum mendapatkan
perubahan golongan atau upah kecuali fasilitas lain yang melekat pada jabatan baru
yang dipangkunya dan apabila tidak berhasil dalam masa orientasi maka fasilitas
tersebut dicabut kembali.
6. Perusahaan memberikan pengangkatan, penetapan dan penyesuaian golongan bagi
karyawan yang telah selesai atau dinyatakan selesai menjalani masa orientasi dan
penilaian jabatan tersebut dengan dilengkapi Surat Keputusan dari Perusahaan.

xiv
PASAL 14
MUTASI JABATAN

Untuk kepentingan pelaksanaan tugas pekerjaan dan atau untuk kepentingan aktivitas kerja
yang ada di perusahaan dan dalam rangka pembinaan karyawan, atasan atau pimpinan
perusahaan berhak untuk mengatur pembagian tugas kerja dengan cara memindahkan
karyawan dalam struktur organisasi maupun ke salah satu perusahaan dalam lingkungan
Group Perusahaan.

1. Seorang karyawan dapat dimutasikan atas dasar pertimbangan antara lain :


1.1. Untuk menjamin terpeliharanya kinerja karyawan yang optimal pada setiap unit
organisasi di perusahaan.
1.2. Untuk penyesuaian jabatan dengan bakat dan kompetensi karyawan.
1.3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja karyawan.
1.4. Untuk membangun semangat kerja bagi karyawan.

2. Bagi karyawan yang dimutasikan berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut :


2.1. Semua tunjangan tidak tetap/fasilitas-fasilitas karena jabatan sebelumnya, akan
hapus secara otomatis mulai sejak yang bersangkutan dimutasikan.
2.2. Tunjangan tidak tetap/fasilitas-fasilitas yang berlaku bagi jabatan baru yang
dipangkunya, otomatis diberikan kepadanya mulai sejak yang bersangkutan
dimutasikan.
2.3. Setiap pelaksanaan mutasi harus dilengkapi dengan Job Description yang jelas
pada jabatan yang baru.
2.4. Pelaksanaan mutasi harus disampaikan secara tertulis selambat-lambatnya 30 hari
sebelum dimutasikan

3. Bagi karyawan yang dimutasikan ke kantor Cabang / anak Perusahan dan unit usaha
Perusahaan atau sebaliknya dalam Group Perusahaan, perusahaan akan menanggung
biaya-biaya meliputi :
3.1. Biaya transport, termasuk keluarga dari tempat asal ketujuan.
3.2. Biaya makan, termasuk keluarga dari tempat asal tujuan
3.3. Biaya pengiriman alat-alat / perabot rumah tangga pribadi.
3.4. Besarnya biaya untuk butir 3.1., 3.2., dan 3.3. sesuai dengan Ketentuan
Perusahaan.
3.5. Yang dimaksud dengan keluarga : istri/suami dan anak sah yang tertera dalam
catatan Personalia dan turut pindah ketempat tugas yang baru.
3.6 Masa kerja yang bersangkutan tetap diakui dengan adanya mutasi didalam Group
Perusahaan.

4. Penolakan terhadap mutasi tugas sebagai mana dimaksud pasal ini dan dibuat secara
tertulis dikategorikan sebagai penolakan terhadap perintah kerja yang layak dan
diberlakukan Pasal 52 ayat (1) PP No 35 Tahun 2021. Apabila terdapat penolakan dan
tidak diajukan secara tertulis maka diberlakukan Pasal 51 PP No 35 Tahun 2021.

xv
PASAL 15
ROTASI KERJA

1. Dalam hal terdapat kebutuhan operasional Perusahaan dan untuk mendukung


keberlangsungan Perusahaan, Perusahaan dapat melakukan pengalihan tugas /
pekerjaan dalam bentuk Rotasi Kerja didalam lingkungan Perusahaan

2. Rotasi Kerja ini dapat dilakukan antar bagian / unit / departemen / divisi didalam satu
lingkungan Perusahaan

3. Pemberitahuan Rotasi Kerja kepada Pekerja dilakukan 30 (tiga puluh) hari sebelum
tanggal efektif Rotasi Kerja, yang mana sebelum tanggal efektif Rotasi Kerja tersebut
juga dapat dilakukan Penugasan terlebih dahulu untuk pengenalan lokasi kerja yang baru

4. Pekerja yang menolak perintah untuk Rotasi Kerja sehingga tercatat Absen (Mangkir),
kepadanya diberikan Surat Peringatan yakni dengan teknis pemberian Sanksi Surat
Peringatan Pertama ( 2 hari tidak masuk kerja), Surat Peringatan Kedua (3 hari tidak
masuk kerja), Surat Peringatan Ketiga (4 hari tidak masuk kerja), sebagai bentuk
pembinaan yang bertingkat karena menolak perintah kerja yang layak

5. Terhadap Pekerja yang tetap menolak Rotasi Kerja setelah diberikan Pembinaan berupa
Surat Peringatan yang bertingkat pada Ayat 4, dapat diputus hubungan kerjanya karena
alasan peningkatan sanksi / pelanggaran berulang sesuai dengan Ketentuan Pasal 74
PKB.

PASAL 16
DEMOSI JABATAN

1. Pimpinan perusahan sedapat mungkin menghindari terjadinya demosi, dengan cara


pembinaan untuk meningkatkan kinerja kepada karyawan.

2. Apabila sudah diberikan pembinaan (dituangkan secara tertulis), tetapi tidak dapat
bekerja sesuai kualifikasi dan kemampuan yang diperlukan, maka pimpinan perusahaan
berhak mendemosikan karyawan.

3. Dalam hal tertentu pimpinan perusahaan dapat melakukan penurunan jabatan (demosi)
terhadap karyawan dengan antara lain:

3.1 Apabila karyawan dinyatakan kurang mampu dalam bekerja/memimpin walaupun


telah dicoba di beberapa bidang dalam kurun waktu paling lama 6 bulan.
3.2 Kurang disiplin atau tidak bertanggung jawab atas pekerjaan/ jabatan yang
dipegangnya, berdasarkan hasil dan prestasi kerja yang baik.
3.3 Tidak dapat bekerja sama dengan pihak-pihak lain/ pimpinan perusahaan dan tidak
mau melaksanakan tata tertib kerja yang mengakibatkan terganggunya proses
kerja.

4. Dalam hal demosi, maka tugas wewenang dan tanggung jawab karyawan disesuaikan
dengan posisi jabatan yang baru.

5. Demosi karyawan tidak mengurangi hak atas upah pokok dan masa kerjanya sedangkan
fasilitas lainnya disesuaikan dengan posisi jabatan yang baru.

xvi
6. Demosi diberitahukan secara tertulis kepada karyawan selambat-lambat 30 hari
sebelumnya

BAB V
HARI KERJA, JAM KERJA, KERJA LEMBUR

PASAL 17
HARI KERJA & HARI ISTIRAHAT

Hari kerja resmi ditetapkan sesuai Peraturan Perundangan yang berlaku dan ditetapkan
pada hari Senin sampai dengan hari Sabtu

1. Khusus bagi karyawan shift : hari kerja bagi tiap kelompok shift kerja diatur sesuai
dengan kebutuhan perusahaan
2. Bagi karyawan non shift, hari kerja jatuh pada hari Senin sampai dengan Sabtu.
3. Hari istirahat Mingguan
3.1. Hari istirahat pada umumnya jatuh pada hari Minggu.
3.2. Khusus bagi karyawan yang terlibat dalam kerja shift bila perlu hari istirahat
diberikan 1 (satu) hari setelah bekerja berturut-turut 3/4 (tiga/hari) hari
sebelumnya.
4. Dalam hal pengaturan hari kerja diluar ketentuan tersebut diatas akan diatur lebih
lanjut melalui kesepakatan

PASAL 18
JAM KERJA DAN JAM ISTIRAHAT

1. Jam kerja Perusahaan adalah 7 (tujuh) jam sehari dan atau 40 (empat puluh) jam
seminggu, jumlah jam kerja yang berlaku pada malam hari adalah 6 (enam) jam
semalam atau 35 (tiga puluh lima) jam dalam seminggu, dengan ketentuan bahwa
apabila Perusahaan memerlukan tenaga kerja shift, maka Pekerja harus bersedia
melaksanakan pekerjaan atau tugas dalam waktu tersebut.

2. Jam kerja adalah waktu yang wajib digunakan karyawan untuk melaksanakan tugas-
tugas perusahaan. Dengan demikian setiap karyawan harus telah berada pada tempat
tugasnya pada saat awal jam kerja dan pada saat akhir jam kerja baru berhenti
melaksanakan tugasnya.

3. Apabila diperlukan pengaturan jam kerja akan disesuaikan dengan situasi dan kondisi
masing-masing tempat kerja serta dengan sifat dan kebutuhan perusahaan.

4. Apabila Perusahaan menginginkan suatu perubahan waktu kerja, maka perubahan


tersebut harus diberitahukan terlebih dahulu dengan Serikat Pekerja. Keberatan
terhadap perubahan waktu kerja oleh Pekerja harus diajukan melalui Serikat Pekerja
secara tertulis dalam waktu 14 hari kepada Pengusaha dan Kantor Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi setempat dan sebelum ada keputusan dari instansi tersebut diatas
perubahan jam kerja dianggap belum berlaku.

5. Jam kerja diatur sebagai berikut :

Senin s/d Kamis = Jam 08.00 WIB s/d 16.30 WIB


Dengan waktu istirahat 1 1/2 (satu setengah) Jam, dari Jam
12.00 WIB s/d 13.30 WIB. (Operasional PKS; istirahat 1 jam,
dari jam 12.00 WIB s/d 13.00)
xvii
Jum’at = Jam 08.00 WIB s/d 17.00 WIB
Dengan waktu istirahat 2 (dua) Jam, dari Jam 11.30 WIB s/d
13.30 WIB. (Operasional PKS; istirahat 1.5 jam, dari jam 12.00
WIB s/d 13.30 WIB)
Sabtu = Jam 08.00 WIB s/d 13.00 WIB
Tanpa waktu istirahat

6. Jam Kerja pada bulan Ramadhan ditentukan khusus dengan Surat Edaran dari
Manajemen Perusahaan.

7. Jam istirahat tidak dihitung sebagai jam kerja dan setiap pekerja wajib mengisi daftar
hadir yang disediakan Perusahaan pada waktu masuk dan pulang kerja dan dilarang
keras mengisikan daftar hadir orang lain, barang siapa yang melanggar ketentuan
sebagaimana yang diatur dalam ayat ini, maka baik yang mengisikan maupun yang
diisikan kartu hadirnya akan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

8. Dalam hal perubahan jam kerja sebagaimana disebut didalam poin 4 diatas, akan
dituangkan dalam surat keputusan perusahaan.

PASAL 19
KERJA LEMBUR

1. Perusahaan dapat memerintahkan Karyawan dan Karyawan wajib mematuhi permintaan


Perusahaan untuk melakukan kerja lembur guna kepentingan operasional
Perusahaan/pekerjaan dengan memperhatikan peraturan perundangan ketenagakerjaan
yang berlaku.

2. Pekerjaan pada hari-hari istirahat mingguan dan hari libur umum. Pada hari istirahat
mingguan dan pada hari-hari besar, Pekerja tidak dipekerjakan, kecuali jika pekerjaan
menurut sifatnya tidak dapat dihindarkan dan jika timbul keadaan yang memerlukan
pekerjaan ketika itu juga. Apabila hal itu terjadi maka akan ada perhitungan kerja lembur.

3. Kerja lembur hanya dapat dilakukan apabila terdapat penumpukan volume pekerjaan
yang tidak terselesaikan pada waktu/jam kerja normal dan disertai dengan SPL (surat
perintah lembur) yang dikeluarkan pimpinan Perusahaan.

4. Kerja lembur hanya berlaku bagi karyawan golongan I & II dan untuk golongan III keatas
apabila bekerja penuh pada hari minggu atau libur resmi akan mendapat hari libur
pengganti pada hari kerja di minggu berikutnya.
.

PASAL 20
PERHITUNGAN UPAH LEMBUR

1. Perhitungan upah lembur disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Perundang-


undangan atau Surat Keputusan Menteri yang berlaku.

2 Perhitungan upah sejam adalah upah pekerja bulanan : 1/173 X upah sebulan ditambah
tunjangan natura pekerja yang bersangkutan dengan harga natura sesuai Surat Edaran
Perusahaan.

xviii
3 Pembayaran upah lembur dilakukan bersamaan dengan pembayaran upah pada bulan
berjalan dengan periode perhitunganya adalah sejak tanggal buka buku bulan yang
berjalan sampai dengan tanggal tutup buku bulan berjalan.

4 Ketentuan upah lembur tidak berlaku bagi karyawan yang sedang melakukan perjalanan
dinas, untuk mereka berlaku ketentuan khusus tentang perjalanan dinas.

5 Khusus bagi karyawan Staff yang melaksanakan kerja lembur, perhitungan upah lembur
diatur tersendiri didalam ketentuan Perusahaan.

6 Khusus bagi petugas medis perusahaan yang membantu peroses persalinan karyawati,
istri karyawan akan mendapat insentiff yang besarnya ditetapkan keputusan perusahaan.

BAB VI
ISTIRAHAT DAN MENINGGALKAN PEKERJAAN DENGAN MENDAPAT UPAH

PASAL 22
IZIN UNTUK MENINGGALKAN PEKERJAAN
DENGAN MENDAPAT UPAH

Kepada Karyawan diberi izin untuk meninggalkan pekerjaannya dengan mendapat upah
penuh untuk keperluan-keperluan sebagai berikut :

NO Kategori Izin Jumlah hari Cuti


1 Cuti Nikah Karyawan 3 hari kerja
2 Menikahkan Anak 2 hari kerja
3 Khitanan Anak 2 hari kerja
4 Membabtiskan diri sendiri / istri / anak 2 hari kerja
5 Istri melahirkan / keguguran 2 hari kerja
6 Keluarga Meninggal 2 hari kerja
Keluarga adalah :
- Suami / istri, orang tua / mertua, anak kandung / tiri /
angkat yang menjadi tanggungan dan menantu.
7 Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia 1 hari kerja

PASAL 23
CUTI TAHUNAN

1. Cuti tahunan dihitung diberikan selama 12 (dua belas) hari kerja, tidak termasuk hari
Minggu dan hari libur resmi yaitu hari-hari kerja Senin s/d Sabtu. Pelaksanaannya dapat
diatur secara serempak atau bersama-sama untuk seluruh karyawan pada hari-hari
menjelang dan setelah Hari Raya Idul Fitri, serta menjelang dan setelah Hari Raya
Natal/Tahun Baru serta Hari Raya Imlek setiap tahunnya dan atau dapat diambil secara
individu, terkecuali bagi petugas keamanan dan atau karyawan pada pekerjaan tertentu
yang cuti tahunannya diatur secara tersendiri oleh Perusahaan dan untuk Cuti Apresiasi
diberikan kepada karyawan yang ketentuannya diatur sesuai dengan SKD.

xix
2. Ketentuan lain :

a. Karyawan yang akan mengambil cuti harus mengajukan permohonan selambat-


lambatnya 2 minggu sebelum pelaksanaan cuti kecuali dalam keadan
mendesak atau adanya kemalangan.
b. Pelaksanaan cuti dapat dilaksanakan setelah ada persetujuan dari Pimpinan
Perusahaan.
c. Bagi karyawan yang memperpanjang cutinya tanpa pemberitahuan dan seizin
Pimpinan Perusahaan atau tanpa berita dianggap mangkir, kecuali dalam hal-
hal yang mendesak dan yang bersangkutan harus dapat menunjukkan bukti-
bukti atau alasan-alasan yang tepat.
d. Karyawan yang menjalani cuti dan tidak kembali bekerja setalah lewat 5 (lima)
hari berturut-turut dari cutinya berakhir tanpa berita, dianggap mengundurkan
diri.
e. Istirahat/cuti tahunan pada dasarnya harus dijalani secara keseluruhan dan
dapat dipecah dalam beberapa bagian, namun mengingat kepentingan kedua
belah pihak cuti tahunan dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang salah satu
bagiannya paling sedikit 6 (enam) hari.
f. Selama melaksanakan Cuti maka, Gaji/Upah dibayar penuh.
g. Perusahaan berhak mengatur dan menunda pelaksanaan cuti karyawan
dengan alasan kepentingan Perusahaan.
h. Hak cuti tidak dapat diganti dalam bentuk uang, setelah waktu 6 bulan dari jatuh
tempo pimpinan perusahaan tidak boleh menunda permohonan cuti karyawan
tersebut.
i. Untuk cuti guru mengikuti ketentuan dari Dinas Pendidikan.

3. Hak atas istirahat/cuti tahunan gugur bilamana dalam waktu 6 (enam) bulan setelah jatuh
tempo hak cuti tahunan itu dan ternyata pekerja tidak mempergunakan haknya bukan
karena alasan-alasan yang diberikan oleh pengusaha atau karena alasan-alasan tertentu
yang disampaikan oleh karyawan kepada Pengusaha.

4. Tidak dibenarkan untuk memperpanjang cuti, kecuali bagi mereka yang sakit/menjalani
rawat inap sesuai dengan keterangan yang dikeluarkan oleh Dokter/Rumah sakit
tersebut.

5. Bagi Anggota Satpam dan atau karyawan pada pekerjaan tertentu ketentuan untuk
pelaksanaan cuti tahunan diatur secara tersendiri oleh Perusahaan.

6. Bagi Manager dan atau karyawan golongan III keatas yang bertugas / bekerja pada
waktu pelaksanaan cuti tahunan tersebut, akan mendapatkan penggantian pelaksanaan
cutinya pada hari lain dan dapat diambil dengan persetujuan Pimpinan Perusahan.

7. Apabila karyawan mengundurkan diri atau diberhentikan dengan hormat, maka


perhitungan terhadap sisa hak cuti tahunan sesuai dengan Peraturan yang berlaku.

PASAL 24
ISTIRAHAT HAID

1. Bagi karyawati yang merasa sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga
tidak dapat melakukan pekerjaan, dibebaskan dari perkerjaan dengan mendapat upah
penuh.
xx
2. Istirahat haid ialah Istirahat yang diberikan kepada karyawati yang benar-benar
memerlukan Istirahat pada hari pertama dan kedua, dengan mendapatkan upah penuh,
menurut ketentuan sebagai berikut :

a. Harus memberitahukan kepada atasannya secara tertulis dan seterusnya


disampaikan kepada personalia.
b. Istirahat haid harus benar-benar untuk istirahat dirumah.
c. Istirahat haid dapat dicabut oleh Pengusaha jika didapati disalah gunakan untuk
keperluan lain (tidak istirahat di rumah), dan ketidak hadirannya tersebut dianggap
mangkir.
d. Dalam hal keragu-raguan mengenai kebenaran pemberitahuan demikian, maka
dokter perusahaan dan atau perawat di klinik perusahaan memberikan putusan.

PASAL 25
ISTIRAHAT MELAHIRKAN

1. Kepada karyawati yang hamil diberikan hak Istirahat Melahirkan, yang pelaksanaannya
diatur 1,5 (satu setengah) bulan sebelum dan 1,5 bulan (satu setengah) bulan hari
kalendar setelah melahirkan dengan mendapat upah penuh.

2. Hak Istirahat Hamil/Melahirkan dapat digunakan setelah Karyawan yang bersangkutan


mengajukan permohonan kepada Perusahaan disertai Surat Keterangan Dokter
Perusahaan atau Bidan Poliklinik Perusahaan yang ditunjuk dan harus diajukan 15 (lima
belas) hari sebelum Hak Istirahat dilaksanakan.

3. Istirahat melahirkan dapat diperpanjang apabila dokter memandang karyawati yang


bersangkutan sakit yang dapat membahayakan kesehatannya dan untuk itu berlaku
ketentuan upah selama sakit.

4. Karyawan perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan


sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.

5. Bagi Karyawati yang mengalami keguguran atau gugur kandungan bukan karena
disengaja (Abortus) dalam proses melahirkan terjadi musibah dimana bayi Meninggal
Dunia maka Hak Istirahat bagi Karyawati yang bersangkutan sesuai dengan Undang-
Undang, maka pekerja wanita harus diberi istirahat selama 1,5 bulan.

PASAL 26
IJIN MENJALANKAN IBADAH

1. Perusahaan memperhatikan pembinaan mental para karyawan dengan memberikan


kesempatan untuk melaksanakan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-
masing.

2. Perusahaan wajib untuk tetap membayar upah kepada karyawan yang tidak dapat
menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban menjalankan ibadah menurut
agamanya selama kurun waktu yang diperlukan.

3. Kepada karyawan yang bermaksud untuk menunaikan Ibadah Haji (bukan Umroh),
diberikan izin meninggalkan pekerjaan untuk melaksanakan Ibadah Haji.

xxi
3.1. Ijin diberikan setelah karyawan mengajukan secara resmi kepada Perusahaan 3
(tiga) bulan sebelum melaksanakan Ibadah Haji yang disertai dengan Surat
Keterangan dan Jadwal Pelaksanaan Ibadah Haji dari instansi yang berwenang.
3.2. Waktu yang diberikan kepada karyawan untuk meninggalkan pekerjaan adalah
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang,
penggunaan waktu yang melebihi jadwal tersebut akan diperhitungkan dengan
hak cutinya.
3.3. Ijin tidak masuk bekerja untuk menunaikan ibadah haji hanya diberikan 1 (satu)
kali selama masa kerja karyawan yang bersangkutan.

PASAL 27
ISTIRAHAT DOKTER

1. Istirahat dokter ialah ijin istirahat karena sakit yang diberikan kepada karyawan oleh
Dokter perusahaan atau Dokter luar berdasarkan penyakit yang dideritanya dengan
menyerahkan Surat Keterangan Dokter. Dan tidak berlaku dalam hal penyakit kelamin
dan atau penyakit yang ternyata merupakan akibat dari perbuatannya sendiri misalnya:
usaha bunuh diri, mabok, morfinis, olah raga yang berbahaya dan lain-lain.

2. Pemberitahuan sakit apabila karyawan tidak berada dilokasi perusahaan harus


disampaikan kepada Atasan langsung atau Pimpinan.
2.1. Pemberitahuan dilakukan terlebih dahulu melalui telepon pada hari yang sama
dengan waktu pemeriksaan ke dokter.
2.2. Kemudian bagi karyawan yang harus beristirahat karena sakit, maka surat
keterangan ijin istirahat harus disusulkan dan disampaikan melalui faximili, paling
lambat dalam waktu 1x24 jam.
2.3. Pengecualian dari point 2.2. dapat diberikan apabila kondisi setempat yang terbukti
tidak memungkinkan, maka surat keterangan ijin istirahat dari dokter harus
disampaikan pada hari pertama masuk kerja.

3. Bagi karyawan yang mendapat Surat Ijin Istirahat lebih dari 3 (tiga) hari untuk Rawat
Jalan yang dikeluarkan oleh Dokter selain dari Dokter Perusahaan agar melakukan
konsultasi ulang kepada Dokter Perusahaan.

4. Karyawan sakit berkepanjangan sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan, maka upah
yang dibayarkan kepada Karyawan yang tidak masuk bekerja, sbb :

4.1 Untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar 100 % (seratus persen) dari upah
4.2 Untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75 % (tujuh puluh lima persen) dari upah.
4.3 Untuk 4 (empat ) bulan ketiga, dibayar 50 % (lima puluh persen) dari upah
4.4 Untuk bulan selanjutnya dibayar 25 % (dua puluh lima persen) dan upah sebelum
pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh Pimpinan perusahaan

5. Karyawan yang sakit lama / berkepanjangan / terus menerus adalah apabila karyawan
yang setelah sakit lama mampu bekerja kembali tetapi dalam waktu 4 (empat) minggu
(28 hari kalender) sakit kembali, akan tetapi waktu dihitung mulai dari hari karyawan
tersebut jatuh sakit.

6. Surat keterangan/istirahat Dokter diluar perusahaan hanya dianggap sah, bila dokter
yang mengeluarkannya memberi keterangan yang cukup jelas tentang penyakit yang
bersangkutan. Dokter perusahaan berwenang penuh untuk menilai keabsahan surat
keterangan sakit dari Dokter tersebut.

xxii
7. Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada karyawan yang
mengalami sakit berkepanjangan lebih dari 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus.

8. Untuk kasus patah tulang yang memerlukan pengobatan sinshe atau dukun urut patah
tulang, maka harus mendapat rekomendasi dokter.

9. Untuk kasus patah tulang yang memerlukan pengobatan shinse atau dukun urut patah
tulang yang tidak mendapat rekomendasi dari dokter maka semua biaya ditanggung oleh
karyawan.

BAB VII
PENGUPAHAN

PASAL 28
SISTEM PENGUPAHAN

1. Upah seorang karyawan ditetapkan berdasarkan pertimbangan bobot tugas dan


tanggung jawab (job value) dari jabatannya serta prestasi kerja (performance appraisal).
Sesuai dengan struktur dan skala upah yang berpedoman pada perundangan yang
berlaku.

2. Upah berupa uang


Besarnya jumlah Upah didasarkan kepada kemampuan perusahaan dan perusahaan
memberikan Upah Pokok dalam bentuk uang tidak akan lebih rendah dari upah
minimum yang ditetapkan oleh pemerintah

3. Upah yang dimaksud adalah Upah Pokok, Tunjangan Tetap dan atau Tunjangan Tidak
Tetap.

7. Upah karyawan dibayar pada setiap akhir bulan berjalan paling lambat 10 hari setelah
tutup buku dan apabila tidak dapat dilaksanakan seperti biasanya, maka akan
dikeluarkan pengumuman oleh Personalia.
7.1 Bilamana hari yang dimaksud jatuh pada hari minggu/libur, upah dibayarkan pada
hari kerja sebelumnya atau hari kerja sesudahnya
7.2 Apabila terjadi keterlambatan pembayaran upah, selain karena keadaan keuangan
Perusahaan tetapi lebih dikarenakan keteledoran Perusahaan, pelaksanaannya
akan mengacu kepada ketentuan perundangan yang berlaku.

8. Upah tidak dibayar apabila karyawan tidak melakukan pekerjaan.

9. Tunjangan Tetap adalah adalah suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan
pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan keluarganya serta dibayarkan
dalam satuan waktu yang sama, dengan pembayaran upah pokok.

10. Tunjangan Tidak Tetap adalah suatu pembayaran secara langsung atau tidak langsung
berkaitan dengan pekerja, yang diberikan secara tidak tetap untuk pekerja dan
keluarganya serta dibayarkan menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu
pembayaran upah pokok.

11. Pemberian Tunjangan Tetap dan Tunjangan Tidak Tetap diatur dan ditetapkan lebih
lanjut melalui Surat Keputusan Direksi.

xxiii
PASAL 29
KENAIKAN UPAH

1. Kenaikan upah tahunan terdiri dari :


1.1. Peninjauan kenaikan upah tahunan karena pertimbangan penyesuaian kenaikan
Upah Minimun Provinsi (UMP) dan/atau Upah Minimum KAB/KOTA (UMK).
1.2. Bagi karyawan yang upahnya diatas upah minimum diberikan penyesuaian sesuai
dengan kemampuan Perusahaan.

2. Perusahaan akan melakukan penilaian terhadap pencapaian dan loyalitas kerja selama
periode 1 (satu) tahun terakhir kepada karyawan untuk menentukan kenaikan upah
berkala (tahunan) berdasarkan:
2.1. Disiplin dan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan.
2.2. Bagi karyawan yang upahnya diatas upah minimum diberikan penyesuaian sesuai
dengan kemampuan Perusahaan.

3. Kenaikan upah karena promosi diberikan berdasarkan penilaian oleh


PimpinanPerusahaan.

PASAL 31
UPAH KARYAWAN
DALAM MASA SKORSING

1. Skorsing atau pembebasan tugas sementara dapat dilakukan terhadap Karyawan


disebabkan oleh :
a. Berada dalam tahanan pihak yang berwajib, karena tindak pidana yang
menyebabkan Karyawan tidak dapat melaksanakan tugasnya.
b. Berada dalam tahanan atau tahanan luar atas pengaduan pengusaha, karena
yang bersangkutan telah melakukan perbuatan yang nyata-nyata merugikan
Perusahaan.
c. Berada dalam proses penyidikan / penyelidikan yang dilakukan oleh perusahaan
sehubungan dengan adanya pelanggaran.
d. Karyawan yang telah memperoleh Surat Peringatan Ketiga (SP-III), kepadanya
dapat diberikan sanksi skorsing apabila tidak ada perubahan dalam Jangka waktu
Surat Peringatan ke III (tiga) tersebu.
e. Berada dalam proses penyelesaian PHK.

2. Skorsing atau pembebasan dari tugas dan tanggung jawab yang ada berlaku sampai
adanya keputusan lebih lanjut dari Perusahaan maupun keputusan Pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dengan batas waktu maksimal 6 ( enam)
bulan

3. Kepada Karyawan yang dikenakan tindakan skorsing, maka selama dalam masa
skorsing mendapatkan upah penuh sesuai dengan ketentuan pada Pasal 157 A UU
No 11 Tahun 2020.

PASAL 32
UPAH KARYAWAN
SELAMA PEKERJA DIRUMAHKAN

xxiv
1. Apabila terjadi situasi/kondisi dimana Perusahaan terpaksa menghentikan
sebagian/seluruh kegiatan usaha, maka Perusahaan dapat mengambil tindakan
“merumahkan” sebagian atau seluruh Karyawan

2. Selama masa “dirumahkan” kepada Karyawan akan diberikan upah sesuai dengan
ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

3. Masa “dirumahkan” adalah paling lama 1 (satu) tahun.

4. Ketentuan ini berlaku bagi seluruh Karyawan.

PASAL 33
UPAH KARYAWAN TIDAK DIBAYAR
(MENINGGALKAN PEKERJAAN TANPA IJIN)

1. Apabila Karyawan tidak masuk atau tidak hadir bekerja pada hari kerja yang ditetapkan
tanpa pemberitahuan atau alasan atas ketidakhadirannya dan atau alasannya itu tidak
dapat diterima oleh Perusahaan, maka Karyawan tersebut dianggap Mangkir.

2. Mangkir/tidak masuk kerja (tanpa surat keterangan/pemberitahuan resmi dari Karyawan


kepada Perusahaan) selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut dan Karyawan telah
dipanggil oleh Perusahaan secara patut dianggap Mengundurkan Diri, dalam arti
hubungan kerja yang bersangkutan putus dengan sendirinya dan karyawan tersebut
diberikan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 77 ayat 2 dalam Perjanjian
Kerja Bersama ini.

PASAL 34
UPAH KARYAWAN TIDAK DIBAYAR
(MENINGGALKAN PEKERJAAN DENGAN IJIN)

1. Karyawan berhak mengajukan ijin dengan upah tidak dibayar selain alasan pada pasal
21 dalam Perjanjian Kerja Bersama ini

2. Ijin meninggalkan pekerjaan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Atasan,
disertai alasan-alasan yang jelas, wajar, tepat dan harus dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya.

BAB VIII
JAMINAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

PASAL 35
PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL

1. Seluruh karyawan diikutsertakan dalam program BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan


Undang-undang No.24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan
peraturan perundangan yang berlaku.

2. Program BPJS Ketenagakerjaan meliputi :


- Program Jaminan Kecelakaan Kerja.
- Program Jaminan Kematian.
- Program Jaminan Hari Tua.
- Program Jaminan Pensiun.

xxv
BAB IX
FASILITAS PENGOBATAN

PASAL 36
PEMELIHARAAN KESEHATAN

1. Seluruh karyawan diikutsertakan dalam program BPJS kesehatan sesuai dengan


Undang-undang No.24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan
Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2016.

2. Pada prinsipnya setiap karyawan bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara
kesehatannya dan kesehatan anggota keluarganya.

3. Penyelenggaraan fasilitas pemeliharaan kesehatan bekerjasama dengan klinik rekanan


BPJS Kesehatan, meliputi :
a. Dokter perusahaan dan perawat.
b. Poliklinik beserta obat-obatan.
c. Pemeriksaan kesehatan beserta obat-obatan di poliklinik tidak dipungut biaya.

4. Setiap karyawan dan anggota keluarganya wajib mematuhi semua petunjuk-petunjuk


kesehatan dari dokter perusahaan atau dokter lain yang ditunjuk.

5. Karyawan Percobaan dan Karyawan Kontrak mendapatkan bantuan pengobatan dari


Perusahan oleh Dokter Perusahaan di Poliklinik Perusahaan/kebun.

6. Apabila terdapat biaya pengobatan yang melebihi plafon BPJS Kesehatan atau biaya
pengobatan yang tidak ditanggung oleh BPJS Kesehatan, maka dapat mengajukan
permohonan atas biaya pengobatan tersebut ke perusahaan yang ditetapkan dalam
Surat Keputusan Direksi).

BAB X
KESEJAHTERAAN

PASAL 37
BONUS

Pemberian Bonus adalah Hak Prerogatif dari Perusahaan dalam bentuk kebijakan dari
Perusahaan/Pemilik dan diatur dalam Surat Keputusan Direksi

PASAL 38
TUNJANGAN TRANSPORT / BBM

Tunjangan Transport dan Tunjangan BBM diberikan kepada Karyawan dan besarannya
sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya yang ditetapkan tersendiri.

PASAL 39
TUNJANGAN HARI RAYA (THR)

Tunjangan Hari Raya diberikan kepada karyawan oleh Perusahaan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku / Sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja .

Pelaksanaannya diatur sebagai berikut :.

xxvi
1. Diterimakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya Idul Fitri.

2. Yang berhak mendapat THR adalah karyawan yang pada waktu Hari Raya telah
mempunyai masa kerja lebih dari 1 (satu) bulan sampai 12 (dua belas) bulan yang
diperhitungkan secara prorata dengan perhitungan sebagai berikut :
(Masa kerja dalam bulan ) x 1 bln (Upah Pokok + Tunjangan Tetap)
12

3. Yang tidak berhak menerima THR adalah :


3.1. Karyawan yang mengundurkan diri atau diberhentikan lebih dari 30 (tiga puluh) hari
sebelum Hari Raya Keagamaan.
3.2. Karyawan kontrak untuk sesuatu proyek, karena hak dan kewajibannya telah diatur
secara tersendiri di dalam Kontrak Kerja.
3.2 Karyawan yang masa kerjanya belum mencapai 1 (satu) bulan

4. Perusahaan memberikan bantuan 'Uang Daging' sesuai dengan kemampuan


Perusahaan dengan harga senilai minimal 1 (satu) kg daging, diberikan kepada seluruh
karyawani yang memenuhi kehadiran bekerja tanpa mangkir sesuai keputusan rapat
penetapan kalender Hari Raya Idul Fitri

5. Bantuan Uang daging minimal seharga 1 (satu) kg daging Sapi sesuai dengan harga
yang berlaku.

6. THR natura diberikan dalam bentuk uang.

PASAL 40
SUMBANGAN KEMATIAN
BUKAN AKIBAT KECELAKAAN KERJA

1. Apabila karyawan Meninggal Dunia bukan karena Kecelakaan Kerja, maka Perusahaan
akan memberikan Sumbangan/Uang Duka kepada Ahli Warisnya dengan ketentuan:

1.1. Gaji/Upah dalam satu bulan yang sedang berjalan.


1.2. Biaya Penguburan/Pemakaman, sesuai bantuan BPJS Ketenagakerjaan
1.3. Uang Duka diatur dan berpedoman pada Surat Keputusan Direksi

2. Besarnya Sumbangan Kedukaan merujuk kepada Surat Keputusan Direksi.

PASAL 41
SUMBANGAN PERKAWINAN

1. Karyawan yang melangsungkan perkawinan yang pertama diberikan Sumbangan


Perkawinan.
2. Besarnya Sumbangan Perkawinan merujuk pada Surat Keputusan Direksi.

xxvii
PASAL 42
SILATURAHMI TAHUNAN

Untuk memelihara hubungan silaturahmi antara sesama karyawan dan Pimpinan


Perusahaan sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara satu sama lain, Perusahaan
akan mengupayakan silaturahmi massal dengan karyawan dan keluarga karyawan Bentuk
pertemuan silaturahmi disepakati antara Perusahaan dan karyawan melalui Serikat Pekerja.
Biaya pertemuan silaturahmi ditanggung oleh Perusahaan.

PASAL 43
FASILITAS TEMPAT TINGGAL

1. Perusahaan menyediakan fasilitas tempat tinggal kepada seluruh Karyawan yang diatur
dan ditetapkan lebih lanjut dalam Surat Keputusan Direksi yang disesuaikan dengan
tingkatan tugas dan tanggung jawab yang ada secara cuma–cuma dan karenanya
Karyawan tidak berhak mendapatkan tunjangan sewa rumah.

2. Tempat tinggal/perumahan bagi karyawan dibuat dan ditetapkan dengan memperhatikan


syarat-syarat kesehatan dan kelayakan menurut petunjuk Departemen Tenaga Kerja
sehingga seluruh karyawan harus dan wajib menempati dan merawat fasilitas tersebut

3. Tempat tinggal/perumahan hanya diberikan selama hubungan kerja berlangsung yang


dalam hal ini setiap Karyawan wajib menanda tangani Surat Pernyataan khusus untuk itu
berikut syarat dan larangan-larangan yang ada.

4. Tanpa ijin Perusahaan Karyawan tidak diperkenankan untuk membuat bangunan


tambahan dan atau merubah bentuk pada rumah yang ditetapkan untuknya.

5. Kerusakan rumah dinas karena usia atau bencana alam akan diperbaiki atas biaya
Perusahaan sedang kerusakan karena kesengajaan dan kesalahan Karyawan akan
diperbaiki atas beban Karyawan

6. Selain rumah dinas, Perusahaan juga menyediakan perabot rumah tangga disesuaikan
dengan tingkat golongan / grade Karyawan yang diatur dan ditetapkan lebih lanjut dalam
Surat Keputusan Direksi.

7. Karyawan tidak menempati fasilitas tempat tinggal yang diberikan perusahaan, maka
karyawan tidak berhak mendapatkan fasilitas ataupun kompensasi lain dalam bentuk
apapun.

8. Bila terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Karyawan wajib meninggalkan rumah dinas
selambat-lambatnya 2 minggu setelah Surat Keputusan PHK diterima. Segala peralatan
dan perabotan yang menjadi inventaris Perusahaan wajib dikembalikan kepada
Perusahaan dengan berita acara tanda serah terima tertulis.

PASAL 44
FASILITAS SOSIAL DAN OLAH RAGA

1. Perusahaan akan menyediakan fasilitas dan sarana sesuai kebutuhan:


- Tempat beribadah, yang dilengkapi dengan tempat pendidikan kerohanian
- Tempat/Program pelayanan Keluarga Berencana.
- Koperasi Karyawan.
- Tempat Olah Raga, Taman Rekreasi dan Hiburan keluarga.
xxviii
- Bus Sekolah
- Ambulance

2. Bahwa Perusahaan akan memberikan fasilitas tempat penitipan bayi bagi anak balita dari
para Karyawannya, serta secara periodik memberikan bantuan peningkatan gizi berupa
menu makanan sehat & susu dengan tetap memperhatikan kepentingan dalam upaya
pencapaian target.

3. Untuk kegiataan-kegiatan sosial dilingkungan kompleks Perkebunan/Pabrik, Perusahaan


memberikan bantuan yang tidak mengikat, antara lain dalam acara keagamaan, gotong
royong, olah raga di kompleks tempat tinggal karyawan, dan sebagainya. sesuai dengan
kemampuan Perusahaan

4. Perusahaan akan memfasilitasi dan memberikan penghargaan bagi putra/putri karyawan


yang berprestasi baik secara akademis maupun non akademis, yang mana dapat berupa
pemberian beasiswa atau bantuan lainnya.

PASAL 45
KOPERASI KARYAWAN

1. Perusahaan memberi kesempatan kepada karyawan untuk dapat mendirikan dan


mengelola Koperasi karyawan sebagai sarana pemenuhan kebutuhan kehidupan sehari-
hari.
2. Perusahaan dapat menyediakan fasilitas berupa bangunan, listrik, dan air sesuai dengan
kemampuan Perusahaan.
3. Koperasi yang dibentuk wajib dilengkapi dengan kepengurusan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, pengurusnya dipilih dari dan oleh karyawan Anggota sesuai AD/ART-nya.
4. Perusahaan bersedia membantu, membina dan membimbing Pengurus Koperasi hingga
membawa manfaat bagi setiap anggota koperasi.

BAB XI
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PASAL 46
KESELAMATAN KERJA

1. Tiap Karyawan wajib menjaga keselamatan dirinya sendiri dan wajib memakai
Peralatan/Perlengkapan Keselamatan Kerja yang telah disiapkan Perusahaan, serta
wajib mematuhi atau mengikuti dan melaksanakan ketentuan serta syarat-syarat
Keselamatan dan Perlindungan Kerja yang berlaku.

2. Peralatan dan perlengkapan kerja diberikan berdasarkan sifat dan jenis pekerjaan dari
Karyawan yang bersangkutan sesuai ketentuan yang dimaksud dalam Program Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan mempertimbangkan kemampuan
Perusahaan.

3. Apabila Karyawan melihat atau menemukan hal-hal yang dapat menimbulkan


bahaya/mengganggu kesehatan dan keamanan kerja, maka karyawan wajib melaporkan
ke Pimpinan.

4. Diluar waktu kerja yang telah ditetapkan Perusahaan, setiap Karyawan dilarang memakai
atau menggunakan alat-alat serta perlengkapan kerja milik Perusahaan tanpa seijin
Pimpinan Perusahaan.

xxix
5. Setiap Karyawan wajib menjaga, memelihara alat atau perlengkapan kerja milik
Perusahaan, serta menjaga keamanan dari kemungkinan alat atau perlengkapan kerja
dalam keadaaan bahaya ataupun dicuri/hilang.

6. Setiap pemakai alat/Perlengkapan Kerja, Karyawan wajib menandatangani Surat


Penggunaan/Pemakaian Alat/Perlengkapan Kerja yang ditetapkan Perusahaan.

7. Perusahaan dan Karyawan wajib menjaga dan memelihara serta meningkatkan


Keselamatan Kerja dilingkungan/lokasi Kerja dan Perusahaan.

PASAL 47
TATA TERTIB KESELAMATAN KERJA

1. Karyawan wajib mentaati Peraturan Keselamatan dan Kesehatan kerja didalam


perusahaan.

2. Pada waktu memulai, selama dan sesudah melakukan pekerjaan setiap Karyawan wajib
mentaati prosedur keselamatan kerja yang ada dan ditentukan bagi pekerjaannya,
termasuk dalam hal menggunakan alat-alat keselamatan kerja.

3. Demi terciptanya keselamatan kerja, Karyawan dilarang melakukan hal-hal seperti


tersebut dibawah ini:
a. Menghidupkan/menjalankan/menggerakkan mesin-mesin, alat-alat pengangkat
atau kendaraan yang bukan menjadi tugasnya.
b. Meminjamkan, menyerahkan kendaraan dinas kepada orang lain yang tidak
berhak

4. Dalam hal Karyawan mengetahui karyawan lain mendapatkan kecelakaan, maka ia


wajib memberikan pertolongan secepat mungkin dalam batas kemampuan yang ada
padanya.

5. Karyawan yang mengetahui adanya kebakaran wajib melakukan usaha pemadaman


dengan cara apapun

6. Untuk mencegah terjadinya kebakaran atau ledakan maka Karyawa DILARANG :


a. Menyalakan api atau merokok ditempat yang dilarang dan ditempat dimana
terdapat gas/solar/bensin dan atau barang-barang yang mudah terbakar.
b. Mendekatkan bensin/solar dan barang lain yang mudah terbakar pada sumber api.
c. Membuang puntung rokok yang masih menyala.
d. Merusak, merubah, atau menghilangkan alat pengaman.
e. Membawa masuk kedalam Komplek Perusahaan dan atau Pabrik, bahan bakar,
bahan peledak, senjata api, yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan
karyawan
f. Mempermainkan alat pemadam api, memindahkan dari tempatnya, dan atau
memperlakukan secara ceroboh sehingga mengakibatkan kerusakan
g. Melaksanakan pekerjaan penglasan bukan ditempat khusus dan tanpa
mendapatkan ijin dari pihak Keselamatan Kerja atau yang berwenang.
xxx
PASAL 48
KESEHATAN KERJA

1. Pengusaha akan selalu berusaha mengatur tempat kerja dan lingkungan kerja dengan
memperhatikan aspek kebersihan dan kesehatan, ventilasi udara yang memadai,
penerangan yang cukup, dan lain-lain sesuai peraturan kesehatan yang berlaku.
2. Sebagai tindakan pencegahan penyakit, Unit Kesehatan Perusahaan akan melakukan
pemeriksaan kesehatan kepada Karyawan secara berkala setiap tahun, dalam rangka
menjamin agar kesehatan Karyawan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
menurut keperluan dan kemampuan Perusahaan.

PASAL 49
PEMERIKSAAN ALAT PELINDUNG KESELAMATAN KERJA

1. Panitia Pembina Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (P2K3L)


menetapkan dan menyelenggarakan pemeriksaan terhadap pengadaan dan
pemeliharaan secara berkala atas alat-alat pelindung keselamatan dan kesehatan
kerja di lingkungan Perusahaan. Hasil pemeriksaan dan rekomendasinya disampaikan
ke Pengusaha dengan tembusan Kepada Serikat Pekerja.

2. Dalam hal terdapat ketidak sesuaian atau kekurangan pada alat-alat pelindung
keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, maka Pengusaha wajib mengadakan dan
melakukan penggantian terhadap alat-alat pelindung tersebut
3. Bilamana alat perlengkapan dan keselamatan kerja yang dipertanggung-jawabkan
penggunaannya ternyata dengan sengaja dihilangkan atau dirusak maka dikenakan
sanksi ganti rugi
PASAL 50
PELAPORAN PENYAKIT MENULAR

1. Apabila Karyawan, keluarga atau orang lain yang tinggal bersama-sama Karyawan
menderita atau diduga menderita penyakit menular, Karyawan yang bersangkutan harus
segera melaporkan kepada Perusahaan pada saat Karyawan yang bersangkutan
mengetahui penyakit tersebut.

2. Karyawan tidak diwajibkan bekerja jika menderita penyakit menular, penyakit jiwa atau
penyakit lainnya yang semuanya berdasarkan surat keterangan Dokter dan harus
diketahui Dokter Perusahaan.

BAB XII
PENGEMBANGAN TENAGA KERJA

PASAL 52
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

1. Untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja dari masing-masing karyawan


adalah merupakan tanggung jawab bersama antara perusahaan dan serikat pekerja.
2. Bila dianggap perlu perusahaan mengadakan pendidikan/pelatihan untuk pengembangan
karyawan guna mendukung tugas-tugasnya di perusahaan sesuai dengan kemampuan
Perusahaan.
3. Setiap karyawan, wajib menyusun laporan tentang hasil yang dia peroleh dari
pendidikan/pelatihan tersebut, segera setelah dia menyelesaikannya. Bila diperlukan
karyawan yang telah mengikuti pelatihan menyajikan isi laporan tersebut di dalam suatu
forum khusus / dipresentasikan.
xxxi
4. Copy sertifikat / ijazah dan photo copy materinya wajib diserahkan ke perusahaan cq
bagian pesonalia, kecuali pelatihan yang bersertifikasi akan diatur lebih lanjut.

PASAL 53
KARYAWAN TELADAN

1. Setiap tahun Perusahaan memberikan penghargaan khusus kepada karyawan Teladan


yaitu kepada Pekerja yang telah memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
2. Kriteria karyawan Teladan, bentuk dan besarnya penghargaan yang diberikan kepada
karyawan teladan ditetapkan oleh Pimpinan Perusahaan.
3. Karyawan Teladan diusulkan oleh Bagian masing-masing kepada Bagian Personalia
selambatnya pada tanggal 31 Desember setiap tahunnya.
4. Keputusan mengenai karyawan Teladan akan diumumkan selambatnya pada tanggal 31
Maret tahun berikutnya.

BAB XIII
PERJALANAN DINAS

PASAL 54
PERJALANAN DINAS

1. Ketentuan perjalanan dinas mengacu pada Surat Keputusan Direksi.

2. Pengecualian atas SKD dan SOP Tersebut

2.1 Jarak tempuh kurang 150km dan tidak menginap


2.2 Jarak tempuh kurang dari 150KM dan melebihi jam kerja, untuk golongan 2 dan 3
berlaku ketentuan lembur serta uang makan dan golongan 4 keatas mendapat
uang makan dan uang saku
2.3 Jarak tempuh kurang dari 150KM dan tidak melebihi jam kerja, berhak uang
makan

BAB XIV
TATA TERTIB KERJA

PASAL 55
DISIPLIN

1. Kewajiban-kewajiban Karyawan.

1.1. Setiap karyawan wajib diabsen kehadirannya pada sarana absensi yang telah
disediakan baik pada saat masuk kerja maupun pada saat keluar/pulang kerja
dari lokasi Kantor/Kebun.
1.2. Setiap karyawan, dengan segala kemampuannya wajib menjalankan tugas-tugas
yang merupakan bagian dari pekerjaannya dan/atau tugas-tugas lain yang
dianggap perusahaan wajib dilaksanakan oleh karyawan yang bersangkutan yang
berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
1.3. Setiap karyawan wajib menjaga dan merawat peralatan, perlengkapan dan
barang-barang inventaris milik Perusahaan yang dipergunakan atau yang menjadi
tanggung jawabnya.

xxxii
1.4 Dalam hal terjadi kehilangan atau kerusakan atas milik perusahaan atau teman
sekerjanya, maka karyawan yang mengetahui kehilangan atau kerusakan
tersebut, wajib segera melaporkan kepada atasannya.
1.5. Setiap karyawan wajib menjaga nama baik dan kerahasiaan perusahaan secara
ketat, baik kepada pihak luar (termasuk anggota keluarganya) maupun kepada
karyawan perusahaan yang tidak berkepentingan.
1.6. Setiap karyawan selama jam kerja, wajib mengenakan pakaian kerja maupun alat-
alat keselamatan kerja yang telah disediakan perusahaan.
1.7. Setiap karyawan, wajib bersedia digeledah baik dirinya atau barang bawaannya
atau kendaraannya, bila bagian Keamanan menghendakinya.
1.8. Setiap karyawan, wajib memelihara kebersihan tempat dan lingkungan kerjanya.
1.9. Setiap karyawan wajib membaca, dan memperhatikan semua pengumuman yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
1.10 Setiap karyawan wajib menjaga sopan santun dan kesusilaan dilingkungan kerja
serta berlaku sopan dan wajar terhadap atasannya
1.11 Setiap karyawan wajib mematuhi perintah, petunjuk dan bimbingan atasan yang
berhubungan dengan tugas pekerjaan secara bersungguh-sungguh dan sebaik-
baiknya.
1.12 Kayawan wajib mentaati segala peraturan dan usaha Perusahaan dalam
mencegah timbulnya bahaya kebakaran. Pada waktu timbul kebakaran, setiap
karyawan wajib mematuhi ketentuan yang diatur sesuai standar prosedur yang
dikeluarkan oleh Perusahaan (P2K3L).
Setiap karyawan wajib bersikap mengetahui kewajiban, tugas dan tanggung jawabnya di
Perusahaan dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya serta berusaha
meningkatkan efisiensi kerja.
Setiap karyawan wajib membantu menjaga keamanan dan keselamatan umum ditempat
kerja.
1.13 Setiap karyawan wajib membantu mencegah usaha yang dapat menghambat
kelancaran produksi / merugikan perusahaan.
1.14. Setiap Pimpinan Kerja wajib :
a. Bersikap dan memperlakukan bawahannya sesuai dengan tugas yang telah
ditentukan oleh Perusahaan secara wajar, jujur, adil dan sopan.
b. Memberikan petunjuk dan bimbingan kepada bawahannya mengenai
pekerjaan yang harus dilakukan.
c. Menegur dan mengambil tindakan terhadap bawahannya yang menyalahi
peraturan perusahaan.

2. Larangan-larangan Bagi Karyawan

2.1. Tidak dibenarkan berada dan/atau melakukan sesuatu di tempat-tempat dimana


oleh perusahaan telah dinyatakan “ Terlarang ”.
2.2. Selama jam kerja karyawan tidak boleh meninggalkan kantor/lingkungan kerja
kecuali ada izin terlebih dahulu dari atasan yang berwenang.
2.3. Dilarang membawa peralatan, perlengkapan dan barang-barang inventaris milik
perusahaan keluar dari tempat pekerjaan atau lingkungan perusahaan tanpa izin
dari atasan yang berwenang yang diketahui oleh Pimpinan Perusahaan.

xxxiii
2.4. Dilarang menerima tamu selama jam kerja yang tidak ada hubungannya dengan
kepentingan perusahaan. Dikecualikan dari ketentuan ini ialah pelayanan tamu
keluarga untuk urusan yang mendesak, setelah terlebih dahulu mendapatkan izin
dari atasan langsung.
2.5. Tidak dibenarkan tinggal di site atau ditempat kerja, setelah berakhir jam kerjanya
apabila tidak ada lagi urusan yang berhubungan dengan pekerjaan atau
kepentingan perusahaan.
2.6. Tidak dibenarkan tidur pada saat/selama jam kerja.
2.7. Tidak dibenarkan menggangu atau mencampuri pekerjaan teman sekerja sehingga
menghambat kelancaran penyelesaian pekerjaan.
2.8. Tidak dibenarkan melakukan hal-hal/perbuatan terhadap teman sekerja, bawahan
atau atasan sehingga dapat menimbulkan semacam skandal atau merusak
ketentraman kerja.
2.9. Dilarang menyalahgunakan jabatan dan fasilitas yang diberikan perusahaan.
2.10. Tidak dibenarkan bekerja (bekerja rangkap) pada orang/usaha/organisasi lain
dimana waktunya berbenturan dengan jam kerjanya di perusahaan sehingga
mengganggu kelancaran kerja.
2.11. Dilarang menyalahgunakan seragam kerja yang karyawan telah diberikan oleh
perusahaan.
2.12. Dilarang meminjamkan kartu pengenal karyawan atau surat keterangan lainnya
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk digunakan oleh orang lain sehingga
menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

PASAL 56
ETIKA BERPAKAIAN KERJA

1. Secara umum Karyawan wajib berpakaian secara sopan, rapih, tidak mengganggu
aktivitas kerja dan lingkungan serta aman bagi keselamatan diri pemakainya.

2. Selama berada di tempat kerja/lokasi kerja, setiap Karyawan wajib mematuhi petunjuk
dan tatacara berpakaian yang berlaku khusus di tempat tersebut.

3. Selama bekerja di lingkungan perkantoran, seyogyanya Karyawan tidak menggunakan


pakaian santai atau pakaian wisata (misalnya: jeans, t-shirt tanpa kerah).

4. Adapun bagi Karyawan yang bekerja di lapangan (di luar kantor) apabila tidak diwajibkan
untuk menggunakan pakaian kerja yang telah disediakan Perusahaan (seragam), maka
penggunaan pakaian kerja dapat menyesuaikan kebutuhan dengan tetap memperhatikan
aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

PASAL 57
PEMBINAAN TERHADAP PELANGGARAN
PERATURAN KEDISIPLINAN

xxxiv
1. Teguran Lisan/Tertulis.
Tergantung kepada pertimbangan pimpinan, seorang karyawan dapat diberikan Teguran
baik secara lisan / tertulis oleh atasannya sehubungan dengan kesalahan / kelalaian /
kemalasan yang bersangkutan.
Teguran ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengurangi nilai prestasi dan loyalitas
kerja yang bersangkutan juga dapat digunakan sebagai dasar untuk mengeluarkan
peringatan tertulis.

2. Peringatan Tertulis.
2.1 Bagi karyawan yang tidak mengindahkan kewajiban-kewajiban / larangan-larangan
sebagaimana tersebut di dalam pasal 55 di atas, dapat diberikan peringatan tertulis.
2.2 Pembinaan dapat dilakukan menurut tahapannya tetapi dapat juga diberikan secara
tidak bertahap dengan mempertimbangkan jenis, sifat, bobot pelanggaran /
kesalahan yang dilakukan dan akibat yang ditimbulkan.
2.3 Suatu surat peringatan dapat tergolong kepada salah satu kategori berikut :
2.3.1 Surat Peringatan Pertama
2.3.2 Surat Peringatan Kedua
2.3.3 Surat Peringatan Ketiga

2.4 Masa berlaku surat peringatan I, surat peringatan II dan surat peringatan III masing-
masing adalah 6 (enam) bulan.

2.5 Apabila kesalahan yang dilakukan dianggap sebagai pengulangan kesalahan


sebelumnya dan/atau peningkatan suatu surat peringatan pelanggaran yang
sebelumnya maka surat peringatan yang diberikan dianggap sebagai lanjutan dari
surat peringatan sebelumnya yang masih berlaku pada saat dikeluarkannya surat
peringatan tersebut.

2.6. Pengusaha dapat langsung memberikan peringatan Ketiga (terakhir) kepada


karyawan apabila:
2.6.1. Setelah tiga kali berturut-turut karyawan tetap menolak untuk mentaati
perintah atau penugasan yang layak sebagaimana tercantum dalam
Perjanjian Kerja, Perjanjian Kerja Bersama atau Ketentuan Perusahaan.
2.6.2. Dengan sengaja atau karena lalai mengakibatkan dirinya dalam keadaan
tidak dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
2.6.3. Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba di beberapa
bidang tugas yang ada.
3. Setelah mendapatkan Peringatan Ketiga (terakhir), karyawan masih tetap tidak
menunjukkan perbaikan ataupun melakukan pelanggaran kembali, Pengusaha dapat
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja.

4. Surat Peringatan sebagaimana yang tercantum pada ayat 2.3 diatas diterbitkan atas
dasar Berita Acara Pemeriksaan Personil (BAPP) yang dibuat oleh Departemen/Unit
kerja yang terkait di Perusahaan.

5. Serikat Pekerja dapat berpartisipasi dalam proses pembinaan Pekerja (anggotanya)


melalui Pemberian Surat Peringatan dari Perusahaan kepada Pekerja yang dapat
ditembuskan kepada Pengurus Serikat Pekerja, satu pintu melalui HRD / HCO.

PASAL 58
SURAT PERINGATAN I (PERTAMA)

xxxv
Pelanggaran yang dikenakan sanksi Surat Peringatan Pertama (SP-I) kepada karyawan/watii
apabila :

1. Terlambat masuk kerja 3 (tiga) kali dalam sebulan.


2. Mangkir 2 (dua) hari berturut-turut dalam 1 (satu) bulan atau 3 (tiga) hari tidak berturut-
turut dalam 1 (satu) bulan.
3. Mencatat “ waktu hadir” Pekerja lain.
4. Melakukan pekerjaan yang bukan menjadi tugasnya kecuali atas perintah Pimpinan
Kerja yang bersangkutan.
5. Meninggalkan pekerjaan 3 (tiga) kali ataupun Pulang lebih awal 3 (tiga) kali dalam
sebulan tanpa seijin Atasannya.
6. Bekerja tidak sesuai dengan tugas dan standar operasi yang ditentukan baginya.
7. Tidak melakukan aturan tentang kebersihan dan kerapihan tempat kerja dan alat-alat
kerjanya serta lingkungan Perusahaan.
8. Tidak mentaati perintah yang layak dan/atau menentang penugasan yang wajar dari
Atasan.
9. Mengabaikan peringatan.
10. Tidur pada saat jam kerja.
11. Tidak mengenakan pakaian kerja.
12. Melakukan tugas orang lain tanpa ijin Atasan
13. Mencorat coret ruangan kerja dan perlengkapan kerja lainnya.
14. Melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat digolongkan sebagai perbuatan tidak
menyenangkan/tidak sepatutnya kepada teman sekerjanya.
15. Melakukan hal-hal lain yang dianggap terlarang oleh Perusahaan dan bobotnya setara
dengan Surat Peringatan I (Pertama).

PASAL 59
SURAT PERINGATAN II (KEDUA)

Pelanggaran yang dikenakan sanksi Surat Peringatan Kedua (SP-II) kepada karyawani
apabila :
1. Terlambat masuk kerja 5 (lima) kali dalam sebulan.
2. Mangkir 3 (tiga) hari berturut-turut dalam 1 (satu) bulan atau 4 (empat) kali tidak
berturut-turut dalam 2 (dua) sebulan.
3. Peningkatan sanksi pelanggaran dari Surat Peringatan Pertama (SP-I) yang jenis dan
atau berat pelanggaran yang sama.
4. Melakukan pelanggaran yang sama ditingkat SP-I.
5. Mengoperasikan alat dan/atau mengendarai kendaraan yang bukan menjadi tugasnya
(tanpa perintah atasan).
7. Melakukan hal-hal lain yang dianggap terlarang oleh Perusahaan dan bobotnya setara
dengan Surat Peringatan II.

PASAL 60
SURAT PERINGATAN III (KETIGA)

1. Pelanggararan yang dikenakan sebagai Surat Peringatan Ketiga (SP-III) kepada


karyawani apabila :
1.1. Peningkatan sanksi pelanggaran dari Surat Peringatan Kedua (SP-II) yang jenis
atau berat pelanggaran yang sama.
1.2. Melakukan pelanggaran yang sama ditingkat SP-II.
1.3. Melalaikan kewajiban yang ditetapkan oleh Perusahaan.
1.4. Mangkir 4 (empat) hari berturut-turut dalam 1 (satu) bulan dan/atau 6 (enam) kali
tidak berturut-turut dalam 2 (dua) bulan.

xxxvi
1.5 Mengadakan rapat tanpa sepengetahuan pimpinan dan atau menyebarkan
selebaran gelap yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban lingkungan
kerja.
2. Karyawan yang memperoleh Surat Peringatan Ketiga (SP-III), kepadanya dapat
diberikan sanksi skorsing.

BAB XV
PENYELESAIAN KELUH KESAH DAN
LEMBAGA KERJA SAMA BIPARTIT

PASAL 61
PENYELESAIAN KELUH KESAH KARYAWAN

1. Apabila terjadi keluh kesah / kekurang puasan atas kondisi / keadaan tertentu baik
mengenai pekerjaan maupun hal-hal lain di Lingkungan Perusahaan, agar diselesaikan
secara musyawarah untuk mufakat dengan tata cara yang tertib didalam penyampaian
atau membicarakan permasalahannya melalui Atasan Langsung sesuai tata cara
penyelesaian keluh kesah pada pasal (PKB lama pasal 62) dalam Perjanjian Kerja
Bersama Ini.

2. Apabila penyelesaiannya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) Pasal ini tidak
terwujud maka dapat diselesaikan antara Pimpinan Perusahaan dengan Pengurus
Serikat Pekerja dan Jika tetap tidak terwujud kesepakatan maka proses
penyelesaiannya melalui Bantuan Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

PASAL 62
TATA CARA PENYELESAIAN KELUH KESAH

Keluhan Karyawan yang berhubungan dengan Pekerjaannya :

1. Setiap keluhan dari pihak karyawan akan ditanggapi secepatnya dengan cara sebaik-
baiknya.

Prosedur penyampaian dan penyelesaian keluhan diatur sebagai berikut :


1.1. Tahap Pertama.
Setiap karyawan yang mempunyai keluhan, wajib secepatnya memberitahukan
keluhan tersebut dengan atasan langsung.
1.2. Tahap Kedua.
Bila karyawan yang bersangkutan belum merasa puas atau belum mendapatkan
tanggapan langsung dari atasannya, maka dalam tempo waktu 6 hari kerja,
karyawan tersebut dapat melaporkan keluhan tersebut secara tertulis kepada
atasan yang lebih tinggi dengan memberikan tembusan kepada Pimpinan Unit.
1.3. Tahap Ketiga.
Bila karyawan tersebut masih belum puas dalam tahap kedua di atas maka paling
lama 4 hari kerja dari keluhan disampaikan pada tahap kedua, karyawan tersebut
wajib meneruskan keluhan tersebut kepada Pimpinan Unit dengan tembusan ke
Bagian HR Representative.
1.4 Tahap Keempat.
Bila karyawan yang bersangkutan belum juga merasa puas dalam tahap ketiga
paling lama 5 hari kerja dari keluhan disampaikan pada tahap ketiga, maka
karyawan tersebut wajib meneruskan keluhannya ke Bagian HR Representative
untuk dilakukan musyawarah dan perundingan.

xxxvii
2. Suatu keluhan dianggap tidak sah apabila tidak dillaporkan secara resmi dengan tertulis
dalam tempo waktu 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak terjadinya peristiwa yang
menyebabkan timbulnya keluhan tersebut.

3. Untuk keluhan Karyawan yang tidak berhubungan dengan Pekerjaan, Karyawan/ wati
agar melakukan penyelesaian dengan Karyawan dengan sendirinya atau dengan
didampingi oleh Pimpinan Unit.

PASAL 63
LEMBAGA KERJASAMA BIPARTIT

Dalam peningkatan produktivitas dan kualitas kerja maka Perusahaan dan Karyawan
membentuk suatu wadah komunikasi dan konsultasi yang disebut Lembaga Kerjasama
Bipartit, yang berfungsi memberikan masukan kepada Perusahaan untuk peningkatan
Produktivitas dan Kualitas Kerja.

BAB XVI
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

PASAL 64
PELANGGARAN TATA TERTIB KERJA
DAN PERATURAN KEDISIPLINAN

1. Dalam hal karyawan melakukan kesalahan atau pelanggaran terhadap Tata Tertib Kerja
dan Aturan Kedisiplinan yang dapat dikenakan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja oleh
Perusahaan.

2. Dengan mempertimbangkan ketenangan dan kelancaran kerja dalam Perusahaan, maka


tindakan Pemberhentian sementara (Skorsing) dapat dilakukan terhadap karyawan
sambil menunggu ijin Pemutusan Hubungan Kerja dari Konsoliator/Arbiter/Mediator
ataupun Pengadilan Hubungan Industrial.

3. Kepada karyawan yang sedang dalam proses pemutusan hubungan kerja di


Konsoliator/Arbiter/Mediator ataupun Pengadilan Hubungan Industrial, Perusahaan wajib
membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima Pekerja, sedangkan
Pekerja wajib berada dilingkungan Perusahaan dengan bukti mengisi daftar hadir yang
diisi di kantor unit kerja.

PASAL 65
PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan


karyawan atau serikat pekerja secara musyarawah untuk mufakat.
2. Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat sebagaimana pada ayat (1)
tidak tercapai, maka pengusaha dan karyawan atau serikat pekerja menyelesaikan
perselisihan hubungan industrial melalui prosedur yang diatur sesuai dengan Peraturan
Perundangan

xxxviii
PASAL 66
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi


pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak.
Milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta
maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai
pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah dan imbalan dalam
bentuk lain.

PASAL 67
PENCEGAHAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

1. Pengusaha, Pekerja/Buruh, Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan Pemerintah harus


mengupayakan agar tidak terjadi Pemutusan Hubungan Kerja.

2. Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja tidak dapat dihindari, maksud dan alasan
Pemutusan Hubungan Kerja diberitahukan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh
dan/diatau Serikat Pekerja/Serikat Buruh didalam Perusahaan apabila Pekerja/Buruh
yang bersangkutan merupakan anggota dari Serikat Pekerja/Serikat Buruh.

3. Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja dibuat dalam surat pemberitahuan dan


disampaikan secara sah dan patut oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh dan/atau
Serikat Pekerja/Serikat Buruh paling lama 14 (empat belas) hari kerja sebelum
Pemutusan Hubungan Kerja.

4. Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan dalam masa percobaan, surat
pemberitahuan disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sebelum Pemutusan
Hubungan Kerja.

5. Dalam hal Pekerja/Buruh telah mendapatkan surat pemberitahuan dan tidak menolak
Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha harus melaporkan Pemutusan Hubungan Kerja
kepada kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ketenagakerjaan dan/atau dinas yang yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang ketenagakerjaan provinsi dan kabupaten/kota.

PASAL 68
MEKANISME PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

1. Pekerja/Buruh yang telah mendapatkan surat pemberitahuan Pemutusan Hubungan


Kerja dan menyatakan menolak, harus membuat Surat Penolakan disertai alasan paling
lama 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat pemberitahuan.

2. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat mengenai Pemutusan Hubungan Kerja,


penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja harus dilakukan melalui Perundingan Bipartit
antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh dan/atau Serikat Pekerja/Buruh.

3. Dalam hal perundingan bipartit tidak mencapai kesepakatan, penyelesaian Pemutusan


Hubungan Kerja tahap berikutnya dilakukan melalui mekanisme penyelesaian
perselisihan hubungan industrial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

xxxix
PASAL 69
PHK YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN

1. Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan :


a. karyawan berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter
selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus menerus;
b. karyawan berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban
terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang
berlaku;
c. karyawan menjalankan ibadah ibadah yang diperintahkan agamanya
d. karyawan menikah;
e. karyawan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya;
f. karyawan mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan
karyawan lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian
kerja, peratauran perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
g. karyawan mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja,
karyawan melakukan kegiatan serikat pekerja di luar jam kerja, atau di dalam jam
kerja atas kesepakatan mengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
h. karyawan yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai
perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;
i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
j. karyawan dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya berlum dapat dipastikan.

2. Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan sebagaimana dimaksud


dalam ayat (1) batal demi hukum dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali
karyawan yang bersangkutan.

PASAL 70
PHK TANPA IZIN INSTANSI KETENAGAKERJAAN

Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 ayat (3) tidak diperlukan dalam hal :

a. karyawan masih dalam masa percobaan kerja, bilamana telah dipersyaratkan secara
tertulis sebelumnya.
b. karyawan mengajukan permintaan pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan
sendiri tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya
hubungan kerja sesuai dengan perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali;
c. karyawan mencapai usia pensiun sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan perundang-undangan;
atau
d. karyawan meninggal dunia.

xl
PASAL 71
KETETAPAN MENGENAI UANG PESANGON,
UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN UANG PENGGANTIAN HAK

1. Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang
pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima.

2. Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit
sebagai berikut :
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah;
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan
upah;
c. masa kerja 2 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan
upah;
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat)
bulan upah;
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima)
bulan upah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam)
bulan upah;
g. masa kerja 6 (enam) atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan
upah;
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8
(delapan) bulan upah;
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.

3. Perhitungan uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan sebagai berikut :

a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua)
bulan upah;
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga)
bulan upah;
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4
(empat) bulan upah;
d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun,
5 (lima) bulan upah;
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas)
tahun, 6 (enam) bulan upah;
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh
satu) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh
empat) tahun, 8 (delapan) bulan upah;
h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah.

4. Uang penggantian hak yang seharusnya diterima diatur sesuai dengan ketentuan
undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku (Pasal 40 Ayat 4 PP No 35 Tahun 2021).

xli
5. Perhitungan uang pisah

PHK Mangkir &


Masa kerja Mundur baik-baik
Kesalahan Berat
< 2 tahun 0 0
2 - 4 tahun 1 0.5
4 - 6 tahun 2 1.25
6 - 8 tahun 3 1.75
8 - 10 tahun 4 2.25
10 - 14 tahun 5 2.75
14 - 18 tahun 6 3.25
> 18 7 3.75

6. Perubahan perhitungan uang pesangon, perhitungan uang penghargaan masa kerja, dan
uang penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

PASAL 72
KOMPONEN DASAR PERHITUNGAN UANG PESANGON

1. Komponen upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima yang
tertunda, terdiri atas :
a. upah pokok;
b. segala macam bentuk tunjangan yang bersifat tetap yang diberikan kepada
karyawan dan keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu yang diberikan
kepada karyawan secara cuma-cuma, yang apabila catu harus dibayar karyawan
dengan subsidi, maka sebagai upah dianggap selisih antara harga pembeli
dengan harga yang harus dibayar oleh karyawan.

2. Dalam hal penghasilan karyawan dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka
penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali penghasilan sehari.
3. Dalam hal upah karyawan dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil
potongan/borongan atau komisi, maka penghasilan sehari adalah sama dengan
pendapatan rata-rata per hari selama 12 (dua belas) bulan terakhir, dengan ketentuan
tidak boleh kurang dari ketentuan upah minimum provinsi atau kabupaten/kota.
4. Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan upahnya didasarkan pada
upah borongan, maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata-rata 12 (dua
belas) bulan terakhir.

PASAL 73
PHK KARENA PELANGGARAN YANG BERSIFAT MENDESAK

1. Yang dimaksud dengan pelanggaran yang bersifat mendesak adalah :


a. melakukan penipuan, pencurian dan penggelapan barang dan/atau uang milik
perusahaan;
b. memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan;
c. mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan/atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilingkungan kerja;
d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian dilingkungan kerja;
xlii
e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha di lingkungan kerja;
f. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk mekukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
barang milik perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman sekerja atau pengusaha dalam
keadaan bahaya di tempat kerja;
i. membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharusnya
dirahasiakan kecuali untuk kepentingan negara; atau
j. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan perusahaan yang diancam pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

PASAL 74
PHK KARENA PELANGGARAN BERULANG

1. Karyawan yang telah menerima Surat Peringatan Ketiga (SP-III) dan kembali
melakukan kesalahan yang sama ataupun kesalahan yang dapat diberi sanksi Surat
Peringatan, dapat dikenakan Pemutusan Hubungan Kerja.

2. Karyawan yang mendapatkan Pemutusan Hubungan Kerja akibat Pelanggaran


Berulang akan mendapatkan hak pemutusan hubungan kerja sesuai dengan ketentuan
undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku.

PASAL 75
PHK KARENA TINDAK PIDANA

1. Dalam hal karyawan ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak
pidana, maka pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi wajib memberikan bantuan
kepada keluarga karyawan yang menjadi tanggungannya dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25% (dua puluh lima perseratus) dari upah;
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan : 35% (tiga puluh lima perseratur) dari upah;
c. untuk3 (tiga) orang tanggungan : 45% (empat puluh lima perseratus) dari upah;
d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih : 50% (lima puluh perseratus) dari
upah;
2. Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan untuk paling lama 6 (enam)
bulan terhitung sejak dari pertama karyawan ditahan oleh pihak yang berwajib.
3. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan yang
setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan sebagaimana mestinya karena
dalam proses perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
4. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 berakhir dan karyawan dinyatakan tidak bersalah,
maka pengusaha wajib mempekerjakan karyawan kembali.
5. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
berakhir dan karyawan dinyatakan bersalah, maka pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja kepada karyawan yang bersangkutan.
6. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dan ayat 5 dilakukan
tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
7. Pengusaha wajib membayar kepada karyawan yang mengalami pemutusan hubungan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5), uang penghargaan masa kerja
1 (satu) kali ketentuan Pasal 71 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan
dalam Pasal 71 ayat (4).
xliii
PASAL 76
PHK KARENA PELANGGARAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA

1. Dalam hal karyawan melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan
pemutusan hubungan kerja, setelah kepada karyawan yang bersangkutan diberikan
surat peringatan pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut.

2. Surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing berlaku untuk
paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama

3. Karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan pelanggaran yang
berulang setelah mendapat Surat Peringatan III, diberikan Hak PHK nya karena
melakukan pelanggaran berulang berdasar pada ketentuan undang-undang
ketenagakerjaan yang berlaku

PASAL 77
PHK KARENA MENGUNDURKAN DIRI ATAS KEMAUAN SENDIRI

1. Karyawan yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri diberikan uang pisah yang
besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.

2. Bagi karyawan yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan fungsinya
tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung diberikan uang pisah yang
besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja bersama.
3. Karyawan yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus
memenuhi syarat :
a. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
b. tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
c. tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.
4. Pemutusan hubungan kerja dengan alasan pengunduran diri atas kemauan sendiri
dilakukan tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

PASAL 78
PHK KARENA RASIONALISASI

1. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan dalam hal
terjadi perubahan status, penggabungan, peleburan atau perubahan kepemilikan
perusahaan dan karyawan tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja maka hak
pemutusan hubungan kerja kerjanya diatur berdasar pada ketentuan undang-undang
ketenagakerjaan yang berlaku.

2. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karena


perubahan status, penggabungan, atau peleburan perusahaan dan pengambilalihan
perusahaan maka hak pemutusan hubungan kerjanya berdasar pada ketentuan undang-
undang ketenagakerjaan yang berlaku.

xliv
PASAL 79
PHK KARENA PERUSAHAAN TUTUP

1. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karena


perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama 2 (dua) tahun atau keadaan memaksa (force majeur), maka hak
pemutusan hubungan kerjanya karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan
mengalami kerugian atau keadaan memaksa (force majeur), diatur berdasar ketentuan
undang-undang ketengakerjaan yang berlaku

2. Kerugian perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibuktikan dengan
laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik.

3. Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karena


perusahaan melakukan efisiensi untuk menghindari kerugian, maka hak karyawan
diberikan hak pemutusan hubungan kerjanya diberikan berdasar pada ketentuan
undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku.

PASAL 80
PHK KARENA PERUSAHAAN PAILIT

Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karena


perusahaan pailit, dengan diberikan hak pemutusan hubungan kerja berdasar pada
ketentuan undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku

PASAL 81
PHK KARENA MENINGGAL DUNIA

Dalam hal hubungan kerja berakhir karena karyawan meninggal dunia kepada ahli warisnya
diberikan sejumlah uang yang besar perhitungannya hak nya, berdasar pada ketentuan
undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku

PASAL 82
PHK KARENA PENSIUN

Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karena


memasuki usia pensiun dengan kewajiban membayar hak pensiun kepada karyawan
berdasar pada ketentuan undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku.

PASAL 83
PHK KARENA MANGKIR

1. Karyawan yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa
keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil
oleh pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan tertulis dapat diputus hubungan kerjanya
karena dikualifikasikan mengundurkan diri.

2. Keterangan tertulis dengan bukti yang sah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
diserahkan paling lambat pada hari pertama karyawan masuk bekerja.

3. Pemutusan hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karyawan yang
bersangkutan berhak menerima uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan
xlv
undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku dan kepadanya juga diberikan uang
pisah.

PASAL 84
PHK BUKAN KARENA KESALAHAN PEKERJA

1. Karyawan dapat mengajukan permohonan pemutusan hubungan kerja kepada lembaga


penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam hal pengusaha melakukan
perbuatan sebagai berikut :
a. menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam karyawan;
b. membujuk dan/atau menyuruh karyawan untuk melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;
c. tidak membayar upah tepat pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan
berturut-turut atau lebih;
d. tidak melakukan kewajiban yang telah dijanjikan kepada karyawan;
e. memerintahkan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan di luar yang diperjanjikan;
atau
f. memberikan pekerjaan yang membahayakan jiwa, keselamatan, kesehatan, dan
kesusilaan karyawan sedangkan pekerja tersebut tidak dicantumkan pada perjanjian
kerja.

2. Pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dengan maka kepada karyawan diberikan hak pemutusan hubungan kerja berdasar pada
ketentuan undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku.

3. Dalam hal pengusaha dinyatakan oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan


melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak terbukti, maka hak
pemutusan hubungan kerja karyawan diberikan berdasar pada ketentuan undang-
undang ketenagakerjaan yang berlaku.

PASAL 85
KETETAPAN PENGECUALIAN ATAS PHK

Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan tidak memenuhi ketentuan Pasal 67 ayat (3) dan
Pasal 84, kecuali Pasal 81, Pasal 76 ayat (3), Pasal 78, dan Pasal 85 batal demi hukum dan
pengusaha wajib mempekerjakan karyawan yang bersangkutan serta membayar seluruh
upah dan hak yang seharusnya diterima.

PASAL 86
PENGAJUAN GUGATAN PHK KE LEMBAGA PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRIAL

Karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja tanpa putusan lembaga


penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 73 ayat (1), Pasal 76 ayat (3), dan Pasal 78, dan karyawan yang bersangkutan
tidak dapat menerima pemutusan hubungan kerja tersebut, maka karyawan dapat
mengajukan gugatan kelembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam waktu
paling lama 1 (satu) tahun sejak tanggal dilakukan pemutusan hubungan kerjanya.

PASAL 87
PHK KARENA SAKIT
xlvi
1. Karyawan yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan
kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas)
bulan dapat mengajukan pemutusan hubungan kerja dan diberikan hak pemutusan
hubungan kerja karena sakit berkepanjangan sesuai dengan ketentuan undang-undang
ketenagakerjaan yang berlaku

2. Pekerja yang telah mendapat keterangan sudah tidak dapat bekerja lagi dari dokter
perusahaan setelah mendapat referensi dari instansi rumah sakit dan dokter ahli
berkompeten / spesialis yang merawatnya (medical unfit), dapat mengajukan pemutusan
hubungan kerja karena alasan tidak dapat bekerja lagi karena sakit dan mendapatkan
hak pemutusan hubungan kerja pada Ayat 1 dengan terlebih dahulu mendapatkan
persetujuan dari Perusahaan

PASAL 88
PHK KARENA PENSIUN DINI

1. Pekerja yang sudah mempunyai masa kerja sedikitnya 15 tahun dan atau lebih mencapai
usia minimal 45 (empat puluh lima) tahun dapat mengajukan pensiun dini (awal)
2. Permohonan Pensiun Dini harus diajukan 3 (tiga) bulan sebelumnya, dan perusahaan
berhak untuk tidak dapat menyetujuinya.
3. Pekerja yang mengajukan Pensiun Dini dan disetujui oleh Perusahaan, hak yang
diterima seperti pada pasal 71 ayat 2 & ayat 3.

PASAL 89
PENYELESAIAN ADMINISTRASI KARYAWAN PHK (EXIT CLEARANCE)

1. Karyawan yang terputus hubungan kerjanya dengan Perusahaan karena alasan apapun,
dan pada saat bekerja, karena jenis pekerjaannya diberikan kewenangan untuk
menggunakan dokumen dan fasilitas/sarana peralatan kerja Perusahaan dalam
melaksanakan tugasnya, termasuk kata kunci (password) untuk menggunakan sistem
informasi elektronik, Karyawan wajib segera menyerahkan kembali semua dokumen dan
fasilitas milik Perusahaan kepada atasan langsungnya atau pejabat yang ditunjuk
Perusahaan pada waktu hubungan kerja berakhir dengan mengisi formulir
pemberhentian Karyawan (form Exit Clearance)

2. Karyawan yang terputus hubungan kerjanya dengan Perusahaan, berkewajiban


mengembalikan semua inventaris milik Perusahaan yang karena jabatannya
dipinjamkan/dipergunakan selama bekerja

PASAL 90
HUTANG – PIUTANG

Dalam hal terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja, Karyawan diwajibkan :

1. Menyelesaikan sisa hutang-hutangnya kepada Perusahaan berdasarkan bukti-bukti


yang ada.

2. Menyerahkan seluruh peralatan kerja yang digunakan dan yang pernah diserahkan oleh
Atasan Pekerja, kecuali yang telah menjadi hak milik pekerja sesuai ketetapan yang
diatur tentang peralatan tersebut.

xlvii
3. Pengajuan hak pemutusan hubungan kerja karena Pelanggaran Berulang / Pelanggaran
PKB, segera disiapkan pada saat karyawan diputus hubungan kerjanya sebelum
tanggal 15 pada bulan berjalan.

4. Proses pemutusan hubungan kerja karena Pelanggaran Berulang / Pelanggaran PKB


dilakukan/dihitung per tanggal 1 awal bulan (bulan berikutnya)

BAB XVII
KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP

PASAL 91
KETENTUAN PERALIHAN

1. Selambat-lambatnya 90 (sembilan puluh) hari sebelum tanggal berakhirnya


Perjanjian Kerja Bersama ini kedua belah pihak sepakat untuk melaksanakan
perundingan pembaruan Perjanjian Kerja Bersama lebih lanjut.

2. Dalam hal perundingan tidak mencapai kesepakatan sampai habis masa berlaku
Perjanjian Kerja Bersama yang sedang berjalan, maka Perjanjian Kerja Bersama tetap
berlaku untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

3. Apabila terdapat perubahan/penambahan isi pada Perjanjian Kerja Bersama, maka


perubahan/penambahan tersebut dituangkan dalam addendum Perjanjian Kerja Bersama
yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Kerja Bersama ini.

4. Apabila terdapat perubahan ketentuan undang-undang ketenagakerjaan yang


menyebabkan ketidaksesuaian dengan Perjanjian Kerja Bersama, maka dapat dilakukan
adeddum Perjanjian Kerja Bersama.

5. Kedua belah pihak sepakat untuk membuat kesepakatan-kesepakatan tambahan


yang berhubungan dengan masalah teknis dan memerlukan penjabaran lebih lanjut yang
belum diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama ini, namun tidak boleh bertentangan
dengan isi Perjanjian Kerja Bersama ini.

PASAL 92
KETENTUAN PENUTUP

1. Perjanjian Kerja Bersama ini dinyatakan sah sejak ditandatangani secara bersama
sama oleh kedua belah pihak. Di buat di PT. ……………….. yang berkedudukan di
……………………………………….

2. Perjanjian Kerja Bersama ini dinyatakan berlaku sejak ditandatangani oleh masing –
masing pihak.

xlviii

Anda mungkin juga menyukai