Anda di halaman 1dari 31

PERATURAN PERUSAHAAN

PT. SUMATERA KEMASINDO


JL. Lintas Timur Km. 18 Kulim-Kulim
Pekanbaru

PERIODE 2023-2025
PERATURAN PERUSAHAAN

PEMBUKAAN

Seiring dengan meningkatnya pembangunan disegala sektor kehidupan masyarakat yang


dibarengi dengan perkembangan zaman, yang menuju Era Globalisasi perekonomian, maka pimpinan
PT. SUMATERA KEMASINDO dengan alamat Jl. Lintas Timur KM 18 RT. 01 RW. 04 Kulim – Tenayan Raya
Pekanbaru memandang perlu untuk membuat peraturan perusahaan yang mengatur syarat-syarat kerja,
pengupahan, jaminan sosial dan tata tertib kerja yang berlaku bagi seluruh pekerja diperusahaan, agar
pengusaha dan pekerja mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Disadari pula bahwa dengan terwujudnya kepastian hak masing-masing pihak akan mendorong
terciptanya hubungan perburuhan yang serasi dan kerjasama yang baik antara pimpinan perusahaan
dan pekerja, guna mewujudkan ketenangan bekerja dan berusaha, untuk meningkatkan produksi dan
produktivitas kerja demi kemajuan perusahaan dan kesejahteraan para pekerja.
Pengusaha akan mengambil kebijaksanaan bahwa, setiap pekerja diberikan kesempatan yang
sama untuk meningkatkan prestasi tanpa membedakan agama, golongan maupun suku bangsa, dimana
untuk keluhan pekerja akan diselesaikan menurut hal yang wajar dengan prinsip musyawarah dan dari
pekerja diharapkan daya kerja yang tinggi dan mengakui bahwa untuk mengelola dan mengurus segala
unit-unit pekerjaan dalam perusahaan adalah wewenang penuh pengusaha.
Dengan berlandaskan kepada pemikiran dan kesadaran tersebut diatas, maka sesuai dengan
Undang-undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juncto Undang-Undang No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja perusahaan wajib membuat Peraturan Perusahaan untuk dibaca dan dipahami
bersama oleh setiap pekerja.
BAB I
UMUM
Pasal 1
DASAR, MAKSUD DAN TUJUAN
1. Dasar Peraturan Perusahaan ini dibuat sesuai dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, Perppu No. 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja, Peraturan Pemerintah
No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja dan Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang
Pengupahan.
2. Maksud pembuatan Peraturan Perusahaan ini adalah agar ada pedoman akan kepastian hak dan
kewajiban masing-masing pihak dalam hubungan kerja, syarat-syarat kerja, pengupahan,
jaminan sosial, keselamatan dan kesehatan yang menyangkut hubungan antara pengusaha dan
pekerja.
3. Tujuan pembuatan Peraturan Perusahaan ini adalah agar terbina hubungan perburuhan yang
kokoh, memelihara hubungan kerja yang harmonis, ada pedoman diperoleh, ketenangan kerja,
ketenangan berusaha dan peningkatan kesejahteraan pekerja.

Pasal 2
TENTANG ISTILAH-ISTILAH
Di dalam Peraturan Perusahaan yang dimaksud dengan :
1. Perusahaan : Setiap bentuk usaha yang bersifat tetap dan terus
menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan
dalam wilayah Republik Indonesia untuk tujuan
memperoleh keuntungan atau laba.
2. Pengusaha : Pemilik Perusahaan atau orang yang diberi wewenang
oleh pemilik untuk menjalankan perusahaan.
3. Pekerja : Seseorang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
4. Upah : Gaji dan Tunjangan tetap dalam bentuk uang yang
diberikan Perusahaan kepada Pekerja.
5. Hari dan Jam Kerja : Hari-hari dan jam yang sudah ditetapkan bagi pekerja
dimana dengan kesadaran wajib datang untuk
melakukan pekerjaan ditempat kerja selama 7 (tujuh)
jam sehari atau 40 (empat puluh) jam seminggu.
6. Kerja Lembur : Kerja yang dilakukan pekerja atas perintah
perusahaan diluar hari dan jam kerja yang sudah
ditetapkan.
7. Lokasi Perusahaan : Keseluruhan tempat/bagian yang berada dibawah
penguasaan perusahaan yang digunakan untuk
melakukan kegiatan perusahaan, baik di kantor
maupun dilapangan.

Pasal 3
LUASNYA PERATURAN
1. Bila diperlukan, kedua belah pihak dapat mengadakan Perubahan Pelaksanaan Peraturan
Perusahaan asalkan tidak bertentangan/mengganti/mengurangi isi ketentuan-ketentuan yang
termaktub dalam Peraturan Perusahaan ini dan sifatnya adalah untuk melengkapi atau
menyempurnakan.
2. Dalam hal perusahaan mengadakan perubahan nama atau perubahan penggabungan nama atau
bentuk lain, maka pasal-pasal dari Peraturan Perusahaan ini tetap berlaku bagi pekerja dan
terhadap siapa dilakukannya perubahan nama atau penggabungan itu dilakukan hingga akhir
masa berlakunya Peraturan Perusahaan ini.
3. Disamping Peraturan Perusahaan, baik pengusaha maupun pekerja tetap memiliki hak-hak
lainnya yang diatur ataupun dilindungi oleh Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang
berlaku.
4. Hal-hal yang bersifat khusus dan hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan ini
akan diatur dengan Surat Keputusan Direktur yang tidak bertentangan dengan peraturan
pemerintah yang berlaku.

Pasal 4
KEWAJIBAN PIHAK-PIHAK
1. Pengusaha dan pekerja berkewajiban mentaati dan melaksanakan isi dari Peraturan Perusahaan
ini dengan sebaik-baiknya.
2. Pengusaha berkewajiban untuk menjelaskan isi Peraturan Perusahaan ini kepada semua pekerja
untuk diketahui atau dilaksanakan.
3. Pengusaha dan pekerja masing-masing berhak saling mengingatkan pihak yang tidak
mengindahkan atau melaksanakan dengan sepenuhnya isi dari Peraturan Perusahan ini.

BAB II
HUBUNGAN KERJA
Pasal 5
HUBUNGAN KERJA
1. Sebelum hubungan kerja dimulai dan disahkan, pekerja harus terlebih dahulu memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan oleh bagian HRD perusahaan.
2. Pekerja dengan status harian lepas hubungan kerja dapat diputuskan oleh kedua belah pihak
dengan pemberitahuan terlebih dahulu, baik pemutusan hubungan kerja yang diminta oleh
pekerja maupun oleh pengusaha. Pengusaha tidak berkewajiban memberikan uang pesangon
maupun uang ganti rugi lainnya dan tetap memberi sisa upah harian sesuai dengan jumlah hari
kerja yang disesuaikan dengan tanggal periode tutup buku.
3. Pengangkatan pekerja sebagai pekerja kontrak akan ditetapkan dalam Surat Keputusan
Perusahaan yang dikeluarkan oleh HRD dengan memperhatikan surat keterangan penilaian
kemampuan, kerajinan, keahlian dan inisiatif individu pekerja dari atasan langsung dan manager
bagian.

Pasal 6
PERJANJIAN KERJA
1. Perjanjian kerja dibuat secara tertulissesuai dengan bab IX UU no. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan (pasal 57 ayat (1).
2. Adapun jenis perjanjian kerja yang di buat secara tertulis sesuai dengan pasal 56 ayat (1) :
a. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (Kontrak)
b. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu (Tetap)
Pasal 7
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (Kontrak)
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu
pekerjaan tertentu atau lebih dikenal dengan kontrak kerja.
2. Perjanjian kerja waktu tertentu yang berdasarkan jangka waktu berlaku selama 5 (lima) tahun
(pasal 8 ayat (1) PP Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja).
3. Perjanjian kerja waktu tertentu dapat diperpanjang apabila pekerjaan yang dilaksanakan belum
selesai sesuai kesepakatan antara Pengusaha dengan Pekerja/Buruh, dengan ketentuan jangka
waktu keseluruhan perjanjian kerja waktu tertentu serta perpanjangannya tidak lebih dari 5
(lima) tahun (pasal 8 ayat (2) PP Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja).
4. Selama pekerja terikat dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu sudah dihitung sebagai masa
kerja.
5. Format perjanjian kerja untuk waktu tertentu diatur terpisah dari peraturan perusahaan ini.

Pasal 8
PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU (Tetap)
1. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu ini tidak didasarkan atas jangka waktu atau lebih
dikenal dengan pekerja tetap.
2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja
selama 3 bulan (pasal 60 ayat (1) UU Ketenagakerjaan nomor 13 Tahun 2003).
3. Format perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu diatur terpisah dari peraturan perusahaan
iniyang mana isi perjanjian kerja tetap mengacu kepada peraturan perusahaan.

Pasal 9
KETENTUAN PENERIMAAN PEKERJA
1. Penerimaan pekerja disesuaikan dengan rencana kebutuhan dan penambahan tenagakerja.
2. Penerimaan pekerja dilakukan melalui prosedur rekrutmen yang ditetapkan oleh perusahaan.
3. Calon Pekerja yang diterima adalah yang memenuhi persyaratan usia, pendidikan, keahlian dan
lulus tes seleksi, sesuai dengan persyaratan untuk jabatan yang ditetapkan.
4. Pekerja tetap akan mendapat surat pengangkatan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan.
5. Format prosedur rekrutmen pekerja diatur terpisah dari peraturan perusahaan ini.
6. Format surat keputusan (SK) pengangkatan pekerja tetap diatur terpisah dari peraturan
perusahaan ini.

BAB III
HARI DAN UPAH KERJA
Pasal 10
HARI KERJA
1. Jam kerja yang berlaku bagi karyawan produksi lapangan yang menggunakan sistem shift di
perusahaan PT. Sumatera Kemasindo adalah 7 (tujuh) jam untuk 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam dalam 1 (satu) minggu, untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu, sesuai
dengan pasal 21 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 35 tahun
2021 tentang perjanjian kerja waktu tertentu, alih daya, waktu kerja dan waktu istirahat, dan
pemutusan hubungan kerja.
2. Jam kerja yang berlaku bagi karyawan kantor yang tidak menggunakan sistem shift di
perusahaan PT. Sumatera Kemasindo adalah 8 (delapan) jam untuk 1 (satu) hari dan 46 (empat
puluh enam) jam dalam 1 (satu) minggu.
3. Jam kerja yang berlaku pada perusahaan:
a. Jam kerja yang tidak menggunakan sistem shift.
b. Jam kerja yang menggunakan sistem shift.
4. Pekerja diwajibkan untuk berada ditempat kerja 15 (lima belas) menit sebelum jam masuk kerja
berlangsung.
5. Jadwal jam kerja pekerja sebagai berikut:
a. Jam kerja yang tidak menggunakan sistem shift adalah sebagai berikut :

SHIFT 1
Jam Kerja
Hari Kerja Istirahat
Masuk Pulang
Keluar Masuk
Senin – Jum’at 08.00 12.00 13.00 17.00
Sabtu 08.00 15.00

b. Jam kerja yang menggunakan sistem shift adalah sebagai berikut :


SHIFT 1
Hari Kerja Jam Kerja
Masuk Istirahat Pulang
Keluar Masuk
Senin – Jum’at 07.00 12.00 13.00 15.00
Sabtu 07.00 12.00
SHIFT 2
Jam Kerja
Hari Kerja Istirahat
Masuk Pulang
Keluar Masuk
Senin – Jum’at 15.00 18.00 19.00 23.00
Sabtu 12.00 17.00

SHIFT 3
Jam Kerja
Istirahat
Hari Kerja Masuk Pulang
Keluar Masuk
Senin – Jum’ 23.00 03.00 04.00 07.00
Jum’at 17.00 23.00
*jadwal jam kerja pekerja disesuaikan dengan bagian/departemen masing-masing dengan tetap
mengacu pada pasal 21 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 35
tahun 2021 tentang perjanjian kerja waktu tertentu, alih daya, waktu kerja dan waktu istirahat,
dan pemutusan hubungan kerja.
5. Bagi pekerja yang terlambat masuk kerja akan di kenakan sanksi denda keterlambatan, adapun
denda terlambat masuk kerja sebagai berikut:
a. Terlambat menit 1 sampai dengan menit ke 15 (ex: 06.46- 07.00) dikenakan denda
sebesar Rp. 5.000 (lima ribu rupiah).
b. Terlambat menit 16 sampai dengan menit ke 30 (ex: 07.01 - 07.15) dikenakan denda
sebesar Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah).
c. Terlambat menit 31 sampai dengan menit ke 75 (ex: 07.16 – 08.00) dikenakan denda
sebesar Rp. 30.000 (tiga puluh ribu rupiah).
7. Pekerja yang lupa/tidak absen masuk atau pulang dikenakan denda Rp. 30.000.-
8. Pekerja yang datang terlambatnyalebih dari 75 menit dianggap absen/alpa.
9. Untuk Pekerja yang terlambatakan dikenakan sanksi sesuai ketentuan pasal 32 peraturan
perusahaan ini.
10. Pekerja yang sudah melakukan absensi kehadiran dilarang untuk keluar dari lingkungan
perusahaan (kecuali yang mendapatkan izin dari atasan).
11. Pekerja yang melanggar ayat (9)diatas akan dikenakan sanksi surat peringatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perusahaan yang berlaku.
12. Untuk pekerja yang tidak melaporkan pergantian shift kepada bagian HRD dianggap tidak masuk
kerja (absen).
13. Pekerja yang tidak masuk kerja dikarenakan adanya masalah kerusakan mesin atau masalah lain
yang menyebabkan produksi tidak dapat berjalan/beroperasi maka hari kerja pekerja dapat di
ganti pada hari lain pada minggu berjalan.

Pasal 11
LEMBUR
1. Kerja lembur adalah wajib bagi pekerja untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Terdapat pekerjaan yang harus diselesaikan dengan segera.
b. Apabila terdapat pekerjaan yang belumselesaidan/ atau dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan atau dapat mengganggu kelancaran pelayanan atau mengancam keselamatan.
2. Setiap pekerja yang bekerja lebih dari 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam dalam
1 (satu) minggu, akan di berikan upah kerja lembur dengan perhitungan sebagai berikut (pasal
78 UU. no. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan juncto Perppu No. 2 Tahun 2022 tentang
cipta kerja):
a. Lembur hari kerja biasa
= Gaji x 1/173 x 1,5 (untuk 1 (satu) jam pertama) x 1 (satu) jam
Gaji x 1/173 x 2 (untuk jam kedua dan seterusnya) x (jumlah jam lembur)
b. Lembur hari kerja libur nasional / istirahat mingguan
= Gaji x 1/173 x 2 (untuk 7 (tujuh) jam pertama) x (jumlah jam lembur)
3. Pekerja yang menolak perintah kerja lembur dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan (alasan
darurat) dapat dikenakan sanksi sesuai ketentuan pasal 32 ayat (7) peraturan perusahaan ini.
4. Tutup buku lembur setiap tanggal 20 (terakhir shift 2) yang dimana upah lembur akan dibayar
pada gaji bulan berjalan, untuk upah lembur pada tanggal 21 sampai tanggal 30 atau 31 akan di
bayar pada gaji bulan berikutnya.
5. Penyerahan form lembur yang sudah di tanda tangani kepala bagian wajib diterima bagian HRD
paling lambat tanggal 21, apabila tanggal 21 merupakan tanggal merah maka diserahkan pada
hari kerja berikutnya.
6. Apabila form lembur yang diserahkan melewati ketentuan pada ayat 5 diatas, maka upah
lembur tidak akan di proses (tidak dibayar).
7. Pekerja yang dihitung kerja lembur pada hari minggu adalah pekerja yang telah melebihi 40 jam
kerja dalam satu minggu.

Pasal 12
PENGUPAHAN
1. Hak untuk menerima upah timbul saat adanya hubungan kerja dan berakhir saat hubungan kerja
putus, untuk pertama kalinya besarnya upah ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan
Pendidikan, Pengalaman dan keahlian yang akan diduduki dengan ketentuan tidak lebih rendah
dari ketentuan standar Upah Minimum Kota (UMK) Pekanbaru.
2. Upah pekerja dibayar 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan yang dibayarkan pada tanggal 1 dengan
sistem transfer.

Pasal 13
PENINJAUAN DAN KENAIKAN UPAH
1. Kenaikan upah perorangan tidak dilaksanakan secara otomatis pada setiap tahun tetapi
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Prestasi dan kinerja masing-masing pekerja
b. Kemampuan Perusahaan
c. Masa kerja
d. Golongan
e. Jabatan
f. Pendidikan dan kompetensi
2. Dalam menilai pekerja memiliki prestasi dan kinerja yang sangat memuaskan, perusahaan dapat
memberikan kenaikan upah khusus yang besarannya sesuai dengan kebijakan perusahaan.
3. Untukkenaikan upah pekerja, serendah-rendahnya adalah sesuai dengan Upah Minimum Kota
(UMK) Pekanbaru yang berlaku.

Pasal 14
BONUS
1. Bonus merupakan pembayaran tambahan yang merupakan kebijaksanaan perusahaan (bukan
hak pekerja) yang di berikan perusahaan diluar upah/gaji/tunjangan pekerja yang ditujukan
untuk merangsang pekerja untuk bekerja lebih baik dan penuh tanggung jawab demi mencapai
target-target yang di tetapkan.
2. Cara perhitungan serta syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh bonus ditetapkan
dengan surat keputusan manajemen.
3. Bonus pekerja dibayarkan bersamaan dengan gaji yang di terima pekerja pada bulan berikutnya.

BAB IV
KESEHATAN, KESELAMATAN/PERLINDUNGAN KERJA
Pasal 15
KESEHATAN
1. Perusahaan melaksanakan ketentuan Keselamatan Kerja.
2. Perusahaan dan pekerja akan selalu berupaya menciptakan kondisi yang aman dan sehat.
3. Kepada pekerja yang telah diberikan alat perlindungan keselamatan kerja tetapi melalaikan
penggunaan alat keselamatan akan dikenakan tindakan administrasi berupa teguran lisan
dan/atau Surat Peringatan I, II & III, apabila sampai Surat Peringatan III yang bersangkutan dapat
dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja.
4. Semua peralatan keselamatan dan kesehatan kerja yang disediakan perusahaan adalah milik
perusahaan yang harus dikembalikan pada perusahaan.

Pasal 16
KESELAMATAN
Perusahaan berusaha untuk mengadakan suatu syarat-syarat keselamatan serta perlindungan
kerja bagi pekerja yang bekerja dilingkungan perusahaan, hal ini dimaksudkan agar mencegah
setidak-tidaknya mengurangi adanya bahaya kecelakaan pada waktu kerja dan juga untuk mencegah
timbulnya penyakit menular diantara para pekerja, menghalangi dan mewaspadai semua sumber
yang bisa menimbulkan bahaya kebakaran dan bahaya lainnya (pasal 3 ayat (1) UU no.1 tahun 1970).

BAB VI
PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN BEKERJA
Pasal 17
ISTIRAHAT MINGGUAN DAN HARI LIBUR
1. Setelah bekerja selama 6 (enam) hari berturut – turut, pekerjamendapat istirahat mingguan
selama 1 (satu) hari (pasal 79 ayat (2) huruf (c) UU no.13 tahun 2003).
2. Istirahat mingguan yang tersebut dalam ayat 1 (satu) diatas tidak harus jatuh pada hari
minggu,melainkan dapat diberikan pada hari lain sesuai dengan ketetapan perusahaan dengan
tetap berdasarkan kewajiban perusahaan dengan memenuhi ayat 1 (satu) diatas.
3. Untuk pekerja yang diliburkan pada hari kerjanya (yang dikarenakan kerusakan mesin atau
kekurangan pesanan dari pelanggan), maka hari kerjanya dapat digantikan pada hari minggu
atau hari istirahat mingguan pada bulan berjalan.
4. Pekerja yang masuk kerja pada hari istirahat mingguan / libur nasional akan di berikan upah
kerja lembur, kecuali atas permohonan pergantian hari kerja yang diajukan oleh pekerja.

Pasal 18
ISTIRAHAT TAHUNAN/CUTI TAHUNAN
1. Setiap pekerja yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus tanpa terputus,
berhak atas istirahat tahunan (Cuti Tahunan) selama 12 (dua belas) hari dengan mendapat upah
penuh (pasal 79 ayat (2) huruf (c) UU Ketenagakerjaan nomor 13 tahun 2003 ).
2. Cuti tahunan di berikan secara proporsional untuk pekerja yang baru mendapatkan jatah cuti
tahunan pertama.
3. Perusahaan berhak menetapkan cuti bersama, dimana cuti tersebut dipotong dari hak cuti
pekerja.
4. Pekerja baru dapat menggunakan hak cuti tahunannya apabila telah mendapatkan izin tertulis
dari atasan langsung yang telah di verifikasi oleh HRD, dengan terlebih dahulu mengajukan
permohonan cuti kepada bagian HRD paling lambat 1 (satu) minggu sebelumnya.
5. Permohonan cuti tahunan pekerja paling lama 1 (satu) minggu terhitung sejak tanggal
permohonan hak cuti tahunan tersebutyang diajukan sudah disetujui oleh kepala bagian.
6. Permohonan hak cuti tahunan pekerja untuk level supervisor keatas berdasarkanpersetujuan
direktur.
7. Hak istirahat tahunan akan dianggap gugur/hangus,apabila dalam waktu 12 (dua belas) bulan
pada tahun berjalanpekerja tidak mempergunakan hak cuti tahunannya.
8. Cuti tahunan pekerja tidak dapat diganti dalambentuk uang.
9. Cuti karyawan kontrak berlaku setelah 12 bulan bekerja terhitung setelah tanda tangan kontrak.
Pasal 19
CUTI MELAHIRKAN
1. Bagi pekerja yang akan melahirkan berhak atas cuti melahirkan 45 (empat puluh lima) hari
sebelum melahirkan dan 45 (empat puluh lima) hari setelah melahirkan atau gugur kandungan
dengan mendapat upah penuh (pasal 82 dan 84 UU Ketenagakerjaan no. 13 tahun 2003).
2. Bagi pekerja yang akan menggunakan cuti melahirkan tersebut harus mengajukan
permohonanterlebih dahulu pada pimpinan perusahaan dengan disertai surat keterangan
dokter atau bidan yang merawatnya, minimal 2 (dua) bulan sebelum melahirkan.

Pasal 20
IZIN MENINGGALKAN PEKERJAANDENGAN MENDAPAT UPAH
1. Perusahaan memberikan izin tidak masuk kerja kepada pekerja dengan tetap mendapatkan
upah penuh bekerja untuk beberapa hal sebagai berikut (pasal 93 ayat (4) UU Ketenagakerjaan
no.13 tahun 2003) :
a. Pekerja menikah (hanya pernikahan pertama) selama 3 (tiga) hari
b. Mengkhitankan, membaptiskan anak kandung selama 2 (dua) hari
c. Pekerja menikahkan anak kandung selama 2 (dua) hari
d. Istri pekerja melahirkan / keguguran selama 2 (dua) hari
e. Suami/Istri, Orang Tua/Mertua selama 2 (dua) hari
Anak/Menantu meninggal dunia
f. Anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia, dibayar untuk selama 1 (satu) hari
2. Selain alasan-alasan tersebut pada ayat tersebut diatas, izin meninggalkan pekerjaan dapat
diberikan pada pekerja sesuai dengan pertimbangan kepala bagian.
3. Suami/Istri/Anak yang tersebut pada ayat (1) diatas hanya untuk suami/istri/anak yang sah
berdasarkan catatan sipil pemerintah.
4. Pekerja wajib melampirkan bukti-bukti yang di butuhkan sebelum/sesudah memperoleh izin
yang tersebut dalam ayat (1) diatas.

BAB VII
TUNJANGAN DAN SANTUNAN

Pasal 21
TUNJANGAN HARI RAYA
1. Setiap tahunnya perusahaan akan memberikan tunjangan hari besar keagamaan kepada para
pekerja, adapun hari besar keagaamannya sebagai berikut:
a. Hari Raya Iedul Fitri
b. Hari Natal
c. Hari Imlek
d. Hari Nyepi
2. Pembayaran THR dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum tanggal hari raya
keagamaan.
3. Ketentuan pembayaran THR bagi tenaga kerja sebagai berikut:
a. Untuk masa kerja 12 (dua belas) bulan secara terus menerus atau lebih, besarnya THR
adalah 1 (satu) bulan upah.
b. Untuk masa kerja 3 (tiga) bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, besarnya
THR adalah proporsional dengan perhitungan:
jumlah bulan masa kerjaX 1 (satu) bulan Upah
12

Pasal 22
TUNJANGAN KEMATIAN
Uang gaji dan tunjangan (apabila ada) pada bulan berjalan untuk pekerja yang meninggal dunia beserta
Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 23
PEMBAYARAN UPAH SELAMA SAKIT BERKEPANJANGAN
1. Perusahaan membayarkan upah kepada pekerja yang tidak masuk kerja dikarenakan sakit
berdasarkan surat keterangan Dokter yang pada bagian belakangnya berisikan salinan resep dari
dokter tersebut.
2. Dalam hal pekerja menderita sakit terus menerus yang dibuktikan dengan surat keterangan
Dokter sehingga pekerja yang bersangkutan tidak masuk kerja, maka upah yang dibayarkan
sesuai ketentuan Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada pasal 93
ayat (3) sebagai berikut:
a. Untuk 4 (empat) bulan pertama dibayar upah 100%
b. Untuk 4 (empat) bulan kedua dibayar upah 75%
c. Untuk 4 (empat) bulan ketiga dibayar upah 50%
d. Untuk bulan ke 13 (tiga belas) dan seterusnya dibayar upah 25% sebelum Pemutusan
Hubungan Kerja dilakukan oleh pengusaha.

BAB VIII
JABATAN
Pasal 24
PENETAPAN JABATAN
1. Direktur menetapkan jabatan-jabatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan atau
pengembangan perusahaan yang dituangkan kedalam struktur organisasi.
2. Persyaratan dan ruanglingkup untuk menempati jabatan-jabatan ditetapkan oleh manager
dengan usulan dari atasan pada bagian terkait.
3. Pekerja yang menempati jabatan tersebut harus sesuai dengan kualifikasi yang telah ditentukan
untuk posisi jabatan tersebut.

Pasal 25
PERUBAHAN JABATAN
1. Direktur dan/atau Manager Pabrik dapat mengalih-tugaskan pekerja setelah berkonsultasi
dengan atasan yang bersangkutan dan Bagian HRD ke jabatan lain, sesuai dengan prestasi
kerjanya dan tersedianya posisi dalam perusahaan.
2. Ada 3 jenis perubahan jabatan yaitu :
a. Promosi, Perubahan jabatan ke jenjang yang lebih tinggi, berdasarkan pertimbangan
prestasi yang baik dan posisi jabatan yang tersedia.
b. Mutasi, Perubahan jabatan pada jenjang yang setara, berdasarkan pertimbangan
kebutuhan organisasi dan kelancaran pekerjaan.
c. Demosi, Perubahan jabatan ke jenjang yang lebih rendah, berdasarkan pertimbangan
turunnya prestasi dan kinerja kerja pekerja yang bersangkutan.
Pasal 26
KETENTUAN PERUBAHAN JABATAN
1. Promosi, mutasi dan demosi diusulkan oleh atasan pekerja yang bersangkutan dan disetujui oleh
Direktur.
2. Promosi ke jabatan yang lebih tinggi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang berlaku dan
lolos tes seleksi pengangkatan.
3. Syarat-syarat dan tes seleksi pengangkatan akan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Direktur.
4. Pekerja yang dipromosikan atau dimutasikan menjalani masa orientasi selama 3 (tiga) bulan dan
dapat diperpanjang satu kali dengan waktu orientasi keseluruhan paling lama 6 (enam) bulan.
5. Apabila pekerja gagal menjalani masa orientasi (pekerja yang di promosikan) maka akan di
tempatkan pada posisi yang lain sesuai dengan jenis perubahan jabatan yang di peroleh atau
dikembalikan pada posisi jabatan semula atau posisi yang lain yang masih tersedia yang
disesuaikan dengan kemampuan.
6. Untuk pekerja yang dipromosikan, selama masa orientasi mendapatkan gaji yang sama dengan
sebelumnya namun tunjangan disesuaikan langsung dengan jabatan baru.
7. Penyesuaian gaji dan/atau benefit lainnya akan dilakukan setelah pekerja yang bersangkutan
berhasil melewati masa orientasi.

BAB IX
LINGKUNGAN
Pasal 27
LINGKUNGAN
1. Perusahaan bersama-sama dengan seluruh pekerja, melakukan upaya-upaya peningkatan
kebersihan, kerapian dan ketertiban disekitar lingkungan perusahaan, lokasi kerja dan
mewaspadai semua sumber yang bisa terjadi bahaya kebakaran dan bahaya lainnya.
2. Perusahaan menyediakan tempat-tempat pembuangan sampah yang terpelihara dan terhindar
dari pengembangbiakan serangga.
3. Setiap ruangan tempat kerja harus mendapat penerangan yang cukup serta ventilasi yang
memadai untuk sirkulasi pertukan udara serta dalam keadaan terpelihara dan bersih.
BAB X
JAMINAN SOSIAL DAN KESEHATAN
Pasal 28
JAMINAN SOSIAL
Perusahaan akan mengikutsertakan pekerja kedalam program BPJS Ketenagakerjaan(pasal 15
ayat (1) UU BPJS) dengan beberapa program, antara lain:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)yang preminya sebesar 0,89% dari gaji pekerja seluruhnya
ditanggung oleh perusahaan.
b. Jaminan Kematian (JK) yang preminya sebesar 0,3% dari gaji pekerja seluruhnya ditanggung
oleh perusahaan.
c. JaminanHari Tua yang preminya sebesar 5,7% dari gaji pekerja, yang mana 2% dari premi
ditanggung olehPekerja dan 3,7% dari premi ditanggung oleh Perusahaan.
d. Jaminan Pensiun yang preminya sebesar 3% dari gaji pekerja, yang mana 1% dari premi
ditanggung oleh Pekerja dan 2% dari premi ditanggung oleh Perusahaan.
Pasal 29
JAMINAN KESEHATAN
1. Berdasarkan peraturan presiden no. 111/2013 dan perubahan peraturan presiden no. 12/2013
tentang jaminan kesehatan, perusahaan akan mengikutsertakan tenaga kerja dalam
perlindungan kesehatan melalui BPJS Kesehatan.
2. Premi yang di tanggung oleh perusahaan dan pekerja untuk BPJS Kesehatan adalah sebesar 5%
dari gaji pekerja yang mana 1% dari premi ditanggung oleh Pekerja dan4% dari premi ditanggung
olehPerusahaan.

BAB XII
TATA TERTIB PERUSAHAAN, KEWAJIBAN DAN LARANGAN, SANKSI
BAGI PEKERJA SERTA PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 30
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PEKERJA
1. Setiap pekerja atas kelalaian sewaktu bekerja yang mengakibatkan kerusakan, kehilangan
barang milik perusahaan maupun milik konsumen, pekerja akan dikenakan sanksiuntuk
mengganti semua kerugian yang diderita oleh perusahaan dan/atau konsumen.
2. Setiap pekerja harus berada pada tempatnya 15 menit sebelum waktu bekerja dimulai.
3. Setiap pekerja wajib melakukan absensi kehadiran pada mesin finger print, baik waktu masuk,
keluar istirahat, masuk setelah istirahat, dan waktu pulang kerja.
4. Apabila terjadi kerusakan pada mesin finger print, maka pekerja diwajibkan melakukan absensi
manual pada bagian HRD.
5. Apabila pekerja tidak melakukan absensi kehadiran tersebut, maka yang bersangkutan akan
dikenakan sanksi sesuai pasal 32 peraturan perusahaan ini.
6. Setiap pekerja wajib melaksanakan seluruh tugas yang telah di tetapkan sesuai dengan SOP dan
instruksi kerja perusahaan yang berlaku.
7. Setiap pekerja wajib mematuhi/mengikuti petunjuk-petunjuk atau instruski-instruksi yang
diberikan oleh atasannya atau pimpinan perusahaan yang memang berwenang untuk memberi
petunjuk atau instruksi tersebut.
8. Setiap pekerja wajib memelihara dengan baik semua barang inventaris milik perusahaan dan
segera melaporkan pada pimpinan perusahaan/atasannya apabila mengetahui hal-hal yang
dapat menimbulkan sesuatu bahaya kerugian bagi perusahaan.
9. Setiap pekerja wajib memelihara dan memegang teguh rahasia perusahaan terhadap siapa pun
mengenai sesuatu yang diketahuinya tentang perusahaan tempat ia bekerja kecuali untuk
kepentingan negara.
10. Setiap pekerja melaporkan kepada bagian HRD apabila ada perubahan-perubahan mengenai
status dirinya, susunan keluarganya, perubahan alamat atau tempat tinggalnya.
11. Setiap pekerja wajib memeriksa semua alat-alat kerja, mesin-mesin dan sebagainya sebelum
mulai bekerja atau meninggalkan pekerjaan sehingga benar-benar tidak akan menimbulkan
kerusakan/bahaya yang akan mengganggu pekerja dan lingkungan kerja.
12. Setiap pekerja wajib memperhatikan kebersihan, seperti kebersihan badan, kuku, rambut, dan
pakaian harus rapi dan juga memelihara kebersihan tempat kerja.
13. Setiap pekerja wajib melaporkan kepada pihak perusahaan apabila mengidap penyakit menular
dan berbahaya.
14. Setiap pekerja harus bersikap ramah dan sopan kepada sesama pekerja, atasan, bawahan dan
tamu perusahaan.
15. Setiap pekerja harus memahami dan melaksanakan good manufacturing practices (GMP) dengan
sebaik-baiknya.

Pasal 31
LARANGAN-LARANGAN BAGI PEKERJA
1. Setiap pekerja tidak dibenarkan membawa segala sesuatu milik perusahaan untuk dibawa
pulang (keluar dari lokasi perusahaan) dengan maksud untuk memiliki sebagian atau seluruh jika
tanpa surat bukti diizinkan oleh bagian yang berwenang.
2. Bagi pekerja baik sengaja maupun tidak sengaja , tidak mengindahkan/melanggar Peraturan
Perusahaan akan diambil tindakan sesuai dengan Peraturan yang berlaku.
3. Setiap pekerja akan dituntut untuk mengganti kerugian Perusahaan baik dengan sengaja
maupun tidak sengaja telah menghilangkan, merusak barang-barang milik perusahaan yang
menjadi kewajiban/tanggungjawab untuk menjaganya,maka pekerja wajib mengganti kerugian
sesuai dengan harga yang berlaku, dan ganti rugi tersebut akan dipotong setiap bulannya dari
upah pekerja dengan batas maksimal pemotongan tidak lebih dari 1/4 upah pekerja atau
dengan sanksi Pemutusan Hubunga Kerja Tanpa Pesangon.
4. Setiap pekerja dilarang meninggalkan lokasi pekerjaan pada waktu jam kerja, kecuali ada
masalah penting yang harus segera diselesaikan dengan terlebih dahulu harus mendapat izin
dari manager bagian yang di ketahui oleh bagian HRD.
5. Setiap pekerja dilarang melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya, kecuali atasperintah tertulis
atasan pekerja yang dipegang oleh pekerja yang bersangkutan.
6. Setiap pekerja dilarang membawa/menjual/memakai barang-barang terlarang (seperti minuman
keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif berbahaya lainnya), mengedarkan daftar sokongan,
dan menempelkan poster-poster yang terlarang dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan
tanpa seizin Pimpinan Perusahaan atau yang berwenang.
7. Setiap pekerja dilarang berkelahi/bertengkar, membuat kerusuhan dengan teman sekerja,
membawa senjata api/benda tajam atau menyimpan dalam lingkungan Perusahaan, kecuali
benda atau alat-alat tersebut untuk keperluan bekerja sesuai dengan bidang pekerjaannya.
8. Setiap pekerja dilarang membangkang/membantah perintah atasan atau Pimpinan perusahaan
yang berhubungan dengan kepentingan Perusahaan selama perintah tersebuttidak
bertentangan dengan norma-norma agama dan kesusilaan serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
9. Para pekerja yang tidak mempergunakan peralatan keselamatan kerja (alat pelindung diri)
sesuai area kerja masing-masing, akan dikenakan sanksi teguran keras berupa surat peringatan
(SP) sesuai pasal 32 peraturan perusahaan ini.
10. Setiap pekerja di larang mengambil keuntungan secara langsung maupun tidak langsung dalam
tender/pengadaan barang sebagai keuntungan pribadi.
11. Meminta atau menerima komisi atau bentuk penerimaan lainnya yang dapat merugikan
perusahaan.
12. Setiap pekerja dilarang keras merokok dilingkungan perusahaan, kecuali pada tempat-tempat
yang telah ditentukan (smoking area).
13. Pekerja diwajibkan untuk menjaga penampilan:
a. rambut untuk wanita selalu dalam keadaan terikat
b. rambut untuk pria di pangkas rapi (tidak gondrong)
c. berpakaian rapi, bersih dan sopan
14. Setiap pekerja dilarang mempergunakan handphone pada saat bekerja, kecuali untuk bagian
dan jabatan yang telah diperbolehkan oleh perusahaan.

Pasal 32
SANKSI
1. Setiap perbuatan, ucapan dan tindakan pekerja yang melanggar peraturan perusahaan atau
perjanjian kerja pekerja dapat dikenakan sanksi oleh perusahaan.
2. Berdasarkan bukti yang di peroleh, apabila pelanggaran tersebut diatas mengakibatkan kerugian
bagi perusahaan, maka pekerja bersangkutan selain dikenakan sanksi juga di wajibkan untuk
mengganti kerugian yang diderita perusahaan.
3. Sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan Pekerja dimaksudkan sebagai tindakan korektif dan
pengarahan terhadap sikap dan tingkah laku Pekerja.
4. Jenis sanksi:
a. Teguran lisan
b. Denda dapat berupa:
- Pemotongan bonus dari komponen produksi
- Pemotongan bonus keseluruhan pada bulan berjalan
- Pemotongan Insentif/tunjangan
- Pemotongan upah
c. Teguran tertulis
- Surat peringatan pertama (SPI)
- Surat peringatan kedua (SPII)
- Surat peringatan ketiga (SPIII)
d. Skorsing
e. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
5. Sanksi dalam bentuk teguran tertulis (Surat peringatan) diberikan berurutan
- Surat peringatan pertama berlaku untuk jangka waktu 6 bulan
- Apabila pekerja melakukan kembali pelanggaran masih dalam masa tenggang waktu 6
bulan, maka perusahaan dapat menerbitkan surat peringatan kedua yang juga
mempunyai jangka waktu 6 bulan sejak diterbitkannya surat peringatan kedua.
- Apabila pekerja melakukan kembali pelanggaran masih dalam masa tenggang waktu 6
bulan, maka perusahaan dapat menerbitkan surat peringatan ketiga (terakhir) yang
berlaku selama 6 bulan sejak diterbitkannya surat peringatan ketiga.

Pasal 33
JENIS-JENIS PELANGGARAN
1. Meninggalkan tempat kerja atau pulang lebih awal dari jadwal yang telah ditetapkan tanpa izin
dari atasan.
2. Tidak mematuhi pengarahan atasannya tanpa alas an yang wajar
3. Tidak memakai sepatu saat jam kerja berlangsung
4. Tidak hadir (absen) 1 (satu) hari
5. Membuang sampah sembarangan
6. Tidak menggunakan pakaian seragam perusahaan
7. Tidak menjaga penampilan (berambut gondrong untuk laki-laki atau rambut tidak diikat untuk
pekerja perempuan di lapangan)
8. Sudah mendapatkan 3 kali peringatan lisan
9. Memberikan keterangan yang tidak benar (berbohong) pada saat dimintai keterangan tentang
suatu masalah yang terjadi di perusahaan sesuai dengan bukti yang ada.
10. Mempergunakan barang-barang milik perusahaan untuk kepentingan pribadi tanpa ijin tertulis
dari kepala bagian / pimpinan perusahaan.
11. Tidak menjalankan tugas/pekerjaan sesuai SOP/instruksi kerja/jobdesc/surat perintah kerja
tertulis dari atasan yang berlaku, yangmengakibatkan kerugian perusahaan.
12. Keluar dari lingkungan perusahaan tanpa izin tertulis dari atasan setelah menginput bukti
kehadiran pada mesin absensi.
13. Terbukti membawa kedalam perusahaan atau menyimpan disuatu tempat diperusahaan
minuman beralkohol.
14. Terbukti menghina/berkata kotor yang bertujuan merendahkan harkat dan martabat Pengusaha
atau Pekerja lain baik secara lisan atau tulisan.
15. Terbukti dengan sengaja membahayakan atau membiarkan diri atau teman sekerja dalam
keadaan bahaya.
16. Terbukti melakukan perjudian dalam bentuk apapun di tempat kerja.
17. Terbukti membujuk teman sekerja untuk melakukan suatu perbuatan yang bertentangan
dengan hukum atau kesusilaan.
18. Terbukti pada saat diadakan perjanjian kerja memberikan keterangan palsu/dokumen palsu
atau dipalsukan.
19. Terbukti melakukan perbuatan asusila atau pelecehan seksual di tempat kerja.
20. Membawa obat-obatan terlarang (narkotika, psikotropika semua golongan), kecuali ada surat
keterangan dari dokter.
21. Terbukti terlibat dalam pengedaran dan pemakaian narkoba baik di lingkungan perusahaan
maupun di luar perusahaan.
22. Terbukti merokok pada tempat yang bukan di tetapkan perusahaan sebagai tempat merokok
(smoking area).
23. Mabuk minuman keras dan/atau narkotika/psikotropika di tempat kerja.
24. Terbukti melakukan tindakan kejahatan, misalnya: mencuri, menggelapkan, menipu,
memperdagangkan barang terlarang atau melakukan tindakan pidana lainnya di dalam
lingkungan perusahaan.
25. Terbukti menganiaya atau berkelahi secara fisik, mengancam secara fisik atau mental yang
bertujuan merendahkan harkat dan martabat Pengusaha atau Pekerja lain baik secara lisan atau
tulisan.
26. Terbukti dengan sengaja merusak, merugikan atau membiarkan dalam keadaan bahaya milik
perusahaan/sabotase.
27. Terbukti membocorkan rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik pimpinan perusahaan
dan keluarganya yang seharusnya dirahasiakan, kecuali untuk kepentingan negara.
28. Terbukti memalsukantanda tangan atasan atau pimpinan perusahaan.
29. Memindah tangankan/meminjamkan barang-barang milik perusahaan tanpa ijin yang
berwenang.
PERINGATAN DAN SURAT PERINGATAN
1. Sanksi untuk tiap tingkat pelanggaran :
Tingkat
Yang berwenang/berkewajiban Sanksi
Pelanggaran
I Atasan Langsung dan/atau HRD - Peringatan Lisan
- Surat Peringatan I
Manajer Bagian dan/atau HRD - Bonus, tunjangan jabatan dan
II
cc. : Accounting kemampuandi potong 50% sebanyak
satu kali (1 bulan).
- Surat Peringatan II
- Tidak berhak memperoleh bonus,
Manajer Bagian dan/atau HRD tunjangan jabatan dan kemampuan
III
cc. : Accounting sebanyak satu kali (1 bulan).
- Penundaan kenaikan tunjangan
dan/atau kenaikan jabatan.
- Surat Peringatan III
- Tidak berhak memperoleh bonus,
tunjangan jabatan dan kemampuan
Manajer Bagian dan/atau HRD
IV sebanyak satu kali (1 bulan).
cc. : Accounting
- Penundaan kenaikan tunjangan
dan/atau kenaikan jabatan.
- Demosi atau mutasi jabatan.
V HRD - Pemutusan Hubungan Kerja
2. Masa berlaku surat peringatan yang dikeluarkan oleh perusahaan (Seperti yang tertulis pada
Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 Pasal 52) :

- Surat Peringatan I, masa berlakunya 6 (enam) bulan dari tanggal dikeluarkan.


- Surat peringatan II, masa berlakunya 6 (enam) bulan dari tanggal dikeluarkan.
- Surat peringatan III, masa berlakunya 6 (enam) bulan dari tanggal dikeluarkan.

3. Cara pemberian Surat Peringatan dari Perusahaan kepada Pekerja dilakukan dengan cara:
- Di dalam Surat Peringatan harus dijelaskan soal pelanggaran yang dilakukan seorang
Pekerja dan tingkat pelanggarannya.
- Surat Peringatan harus ditandatangani oleh Pekerja yang bersangkutan dan atasan langsung
dan diketahui oleh atasan satu tingkat diatasnya, apabila yang bersangkutan tidak bersedia
menandatangani surat peringatan tersebut, maka atasan yang bersangkutan diminta untuk
menandatangani surat peringatan tersebut dan membuat berita acara penolakan yang
ditanda tangani dengan dua orang saksi.
- Apabila setelah 7 hari kerja atasan pekerja dengan sengaja tidak mau menandatangani
surat peringatan atas kesalahan yang dilakukan oleh pekerja/bawahannya akan dikenakan
sanksi berupa surat peringatan.
- Setiap Surat Peringatan ditujukan langsung kepada Pimpinan dan tembusannya
disampaikan ke Bagian HRD.
4. Pelanggaran pada pasal 32 ayat (7) huruf e dikategorikan sebagai pelanggaran berat sesuai
dengan pasal 158 ayat 3 UU no 13 tahun 2003 setelah mendapatkan keputusan ingkrah dari
pengadilan dan tidak berhak untuk mendapatkan uang pesangon tetapi mendapatkan uang
pisah (Pasal 52 ayat 2b Peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2021).

Pasal 34
PENGGUNAAN INVENTARIS PERUSAHAAN
1. Setiap pekerja dilarang menyalahgunakan, memiliki, menjual, membeli, menggadaikan,
menyewakan, atau meminjamkan data, fasilitas, barang, dokumen atau surat berharga milik
perusahaan tanpa ijin tertulis dari pimpinan perusahaan.
2. Setiap pekerja dilarang membawa ke luar lingkungan Perusahaan barang Inventaris tanpa ijin
tertulis dari kepala bagian.
3. Setiap pekerja dilarang menggunakan barang inventaris untuk kepentingan pribadi maupun
kepentingan lainnya, selain kepentingan Perusahaan.

Pasal 35
PAKAIAN KERJA
1. Pekerja harus memakai pakaian kerja yang ditetapkan perusahaan dan harus dipakai selama jam
kerja dengan rapi dan lengkap.
2. Pekerja laki-laki dan perempuan tidak di benarkan untuk memakai celana pendek atau rok
pendek (minimal sebatas lutut) atau celana panjang dengan model ada sobekan / robek.
3. Pekerja wajib memakai sepatu.

Pasal 36
PELANGGARAN MENDESAK/BERAT YANG DAPAT MENGAKIBATKAN
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Dalam keadaan mendesak pengusaha dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
karena pekerja melakukan kesalahan dengan kategori pelanggaran berat, adapun pelanggaran
yang dilakukan sebagai berikut:
1. Melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan dan mengambil dengan sengaja barang atau
uang milik perusahaan.
2. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan dan memalsukan dokumen/kwitansi
perusahaan sehingga merugikan perusahaan.
3. Mabuk,meminum minuman keras yang memabukan, memakai atau mengedarkan narkoba,
psikotropika, dan zat adiktif lainnya dilingkungan perusahaan.
4. Merokok bukan pada tempat yang telah ditentukan (smoking area).
5. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian dilingkungan kerja.
6. Menyerang, menghina, menganiaya, mengancam dan mengintimidasi teman sekerja atau
pengusaha di lingkungan kerja.
7. Membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Dengan sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik perusahaan
yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
9. Dengan sengaja membiarkan teman sekerja atau atasandalam keadaan bahaya ditempat kerja.
10. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan yang seharunya dirahasiakan kecuali
untuk kepentingan negara.
11. Melakukan perbuatan lainnya dilingkungan perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima)
tahun atau lebih.
12. Pekerja yang melakukan kesalahan dengan kategori pelanggaran berat yang tersebut pada ayat
(1) sampai ayat (11) tidak berhak atas Uang Pesangontetapi menerima manfaat uang
penggantian hak (pasal 158 ayat (3) UU no.13/2003) dan uang pisah (Pasal 52 ayat 2b Peraturan
Pemerintan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2021).

Pasal 37
MANGKIR
1. Apabila tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan, maka pekerja tersebut dianggap mangkir dan
pada hari yang sama ia tidak masuk kerja upahnya dapat dipotong/tidak dibayar,dan diberikan
peringatan lisan.
2. Apabila pekerja mangkir/tidak masuk kerja tanpa izin selama (5) lima hari kerja berturut-turut
tanpa keterangan dan bukti yang sah dan pihak perusahaantelah memanggil secara patut dan
tertulis maka pekerja dapat dikualifikasikan mengundurkan diri.
3. Bagi kesalahan tersebut diatas maka pekerja tidak berhak mendapatkan uang pesangon dan
uang penghargaan masa kerja tetapi berhak atas uang penggantian hak (pasal 168 ayat 3 UU
no.13/2003) dan uang pisah sebesar 5% (lima persen) dari gaji pokok pekerja.

Pasal 38
SKORSING
Bagi pekerja yang sering tidak masuk kerja, meninggalkan pekerjaan atau sering melakukan
kesalahan atau melakukan kesalahan lainnya yang merugikan perusahaan dan memerlukan tindakan
investigasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Perusahaan ini maka perusahaan dapat melakukan
skorsing untuk pembinaan paling lama 1 (satu) bulan.

Pasal 39
PENETAPAN UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA DAN
UANG PENGGANTIAN HAK DAN UANG PISAH
Besarnya uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak ditetapkan
berdasarkan Pasal 156 ayat 2,3 dan 4 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan juncto Perppu No. 2 Tahun 2022 Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 35 tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya,
Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja sebagai berikut:
1. Besarnya uang pesangon ditetapkan :
a. Masa kerja kurang dari 1 tahun = 1 bulan upah
b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tapi kurang dari 2 tahun = 2 bulan upah
c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tapi kurang dari 3 tahun = 3 bulan upah
d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tapi kurang dari 4 tahun = 4 bulan upah
e. Masa kerja 4 tahun atau lebih tapi kurang dari 5 tahun = 5 bulan upah
f. Masa kerja 5 tahun atau lebih tapi kurang dari 6 tahun = 6 bulan upah
g. Masa kerja 6 tahun atau lebih tapi kurang dari 7 tahun = 7 bulan upah
h. Masa kerja 7 tahun atau lebih tapi kurang dari 8 tahun = 8 bulan upah
i. Masa kerja 8 tahun lebih = 9 bulan upah
2. Besarnya uang penghargaan masa kerja ditetapkan :
a. Masa kerja 3 tahun atau lebih tapi kurang dari 6 tahun = 2 bulan upah
b. Masa kerja 6 tahun atau lebih tapi kurang dari 9 tahun = 3 bulan upah
c. Masa kerja 9 tahun atau lebih tapi kurang dari 12 tahun = 4 bulan upah
d. Masa kerja 12 tahun atau lebih tapi kurang dari 15 tahun = 5 bulan upah
e. Masa kerja 15 tahun atau lebih tapi kurang dari 18 tahun = 6 bulan upah
f. Masa kerja 18 tahun atau lebih tapi kurang dari 21 tahun = 7 bulan upah
g. Masa kerja 21 tahun atau lebih tapi kurang dari 24 tahun = 8 bulan upah
h. Masa kerja 24 tahun lebih = 10 bulan upah
3. Uang penggantian hak meliputi :
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur
b. Biaya atau ongkos pulang untuk pekerja dan keluarganya ke tempat dimana pekerja
diterima/direkrut.
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15 % dari uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat.
d. Hak-hak lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama.
4. Uang Pisah
Kategori
Mengundurkan dri Mangkir 6 hari kerja PHK karena alasan
secara baik-bak (30 berturut-turut / mendesak ditahan
hari sebelum nya) mengundurkan diri oleh pihak yang
Masa Kerja Uang Pisah sebelum 30 hari berwajib / putusan
Lembaga
Penyelesaian
Perselisihan
Hubungan Industrial
(PPHI).
2 tahun s/d 1 bulan Upah 100% dari uang Pisah 20% dari uang Pisah 10% dari uang Pisah
kurang dari 5
tahun
5 tahun s/d 2 bulan Upah 100% dari uang Pisah 20% dari uang Pisah 10% dari uang Pisah
kurang dari 9
tahun
9 tahun s/d 3 bulan Upah 100% dari uang Pisah 20% dari uang Pisah 10% dari uang Pisah
kurang dari 12
tahun
12 tahun / lebih 4 bulan Upah 100% dari uang Pisah 20% dari uang Pisah 10% dari uang Pisah

Pasal 40
PENGUNDURAN DIRI
1. Pekerja yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri harus memenuhi beberapa syarat:
a. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis minimal 30 (tiga puluh) hari
sebelum tanggal mulai pengunduran diri.
b. Tidak terikat dalam ikatan pekerjaan dengan perusahaan atau instansi lain.
c. Tetap masuk bekerja dan melaksanakan kewajiban seperti biasanya sampai tanggal
mengundurkan diri.
2. Pekerja yang mengundurkan diri sesuai dengan syarat pada ayat (1) diatas, maka:
a. Pekerja akan memperoleh uang penggantian hak sesuai pasal 39 ayat (3) peraturan
perusahaan PT. Sumatera Kemasindo Tahun 2018.
b. Pekerja akan memperoleh surat pengalaman bekerja.
c. Pekerja akan memperoleh pembayaran Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP)
dari BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan pemerintah yang berlaku.
3. Bagi pekerja yang mengundurkan diri tanpa memberikan keterangan / informasi maka:
a. Upah pekerja di bayar cash (apabila ada).
b. Pekerja wajib mengambil upah sendiri (langsung) / tidak dapat diwakilkan.
c. Upah akan dikeluarkan setelah 1 (satu) bulan terhitung dari pekerja mengundurkan diri /
tidak masuk kerja lagi.
d. Tidak memperoleh surat pengalaman bekerja.

Pasal 41
UTANG-UTANG PEKERJA
1. Pada dasarnya perusahaan tidak memberikan pinjaman/utang kepada pekerja.
2. Bilamana ada diberikan pinjaman/utang adalah sepenuhnya merupakan kebijaksanaan dan
wewenang pimpinan.
3. Sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja antara pekerja dengan perusahaan, maka
utang-utang pekerja kepada perusahaan dengan bukti yang sah akan diperhitungkan sekaligus
dari uang pesangon dan uang penghargaan atau dari sumber dana lain atas nama pekerja.
4. Pemutusan hubungan kerja tidak secara otomatis membebaskan pekerja tersebut dari sisa
utang-utangnya kepada perusahaan.
5. Segala akibat yang timbul atas pinjam-meminjam barang maupun uang milik Pribadi kepada
sesama rekan kerja baik di dalam maupun diluar jam kerja, di dalam ataupun diluar perusahaan
menjadi tanggung jawab sepenuhnya pekerja dengan yang bersangkutan.

BAB XI
PELATIHAN DAN KELUH KESAH
Pasal 42
PELATIHAN
1. Perusahaan akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada seluruh pekerja sesuai dengan
kebutuhan, baik pelatihan di lingkungan perusahaan maupun pelatihan di luar lingkungan
perusahaan yang di tanggung oleh perusahaan.
2. Pekerja yang mengikuti pelatihan berhak mendapat sertifikat sebagai bukti telah mengikuti
pelatihan.
3. Pengajar atau tutor sebagai pemberi materi pelatihan berasal dari kalangan professional
dan/atau manager bagian.
4. Untuk pekerja yang akan mengikuti pelatihan wajib meminta izin dari kepala bagian.

Pasal 43
PENANGANAN KELUH KESAH
1. Bilamana pekerja merasa bahwa perlakuan yang diperoleh dari atasanbertentangan dengan
peraturan perusahaan yang ada, maka ia dapat mengemukakan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya kepada pimpinan atau wakil perusahaan dengan cara lisan untuk diselesaikan secara
musyawarah oleh kedua belah pihak.
2. Apabila dengan langkah-langkah tersebut dalam batas 7 (tujuh) hari persoalannya belum dapat
penyelesaian, setelah disampaikan kepada Pimpinan/Wakil Perusahaan yang bersangkutan
maka persoalan tersebut dapat diajukan kepada Pimpinan yang lebih tinggi dari pada petugas
yang menyelesaikan keluh kesah tingkat pertama.
3. Apabila penyelesaian secara Bipartit dalam tempo 21 (dua puluh satu) hari belum dapat
diselesaikan, maka salah satu pihak dapat mengajukan permohonan Pemutusan Hubungan Kerja
tersebut melalui prosedur sesuai dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
kepada kantor Dinas Tenaga Kerja setempat, untuk diperantarai sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Setiap hak pekerja yang telah ditentukan oleh Perusahaan berdasarkan peraturan-peraturan
yang berlaku dianggap selesai/gugur setelah pekerja tersebut berhenti dari Perusahaan.

BAB XII
Pasal 44
PENUTUP
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan ini akan diatur kemudian dengan surat
keputusan atau surat edaran dari Pimpinan Perusahaan dan tidak bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan yang berlaku.
2. Peraturan Perusahaan ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal
ditanda tangani dan disahkan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja Setempat dan dapat diperpanjang
untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
3. Apabila hal-hal yang diatur dalam Peraturan Perusahaan ini bertentangan atau lebih rendah dari
Peraturan perundang-undangan yang berlaku maka yang berlaku adalah Peraturan perundang-
undangan republik indonesia.
4. Peraturan Perusahaan ini setelah disahkan akan ditempatkan pada tempat yang mudah dibaca
oleh seluruh pekerja.

Pekanbaru, 10 Februari 2023


An. Pimpinan Perusahaan
Wakil Pekerja PT. Sumatera Kemasindo

( ) Arifin Bakri
Direktur
PERATURAN PERUSAHAAN INI DISAHKAN OLEH
KEPALA DINAS TENAGA KERJA
KOTA PEKANBARU

Dr. H. Syamsuwir, SH., M.IP.


Pembina Utama Muda
NIP. 197010281995031001

Surat Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Pekanbaru


Nomor Pendaftaran :
Tanggal :

Anda mungkin juga menyukai