Anda di halaman 1dari 17

HUKUM ADMINISTRASI

NEGARA (HAN)

1
PERTEMUAN XIII
AAUPB
Asas HAN / AUPB - 1
 Kepastian Hukum (Rechtszekerheid):
 Menghendaki dihormatinya hak yg telah diperoleh
seseorang berdasarkan keputusan badan/pejabat TUN.
Keputusan harus mengandung kepastian & tidak akan
dicabut kembali, bahkan sekalipun keputusan itu
mengandung kekurangan
 Contoh 1: Putusan Dewan Banding Pusat (Centrale Raad van
Beroep), 23 Januari 1956, yg menyatakan bahwa Keputusan
pemecatan seorang PNS tidak boleh berlaku surut.
 Contoh 2: Putusan Dewan Banding Perdagangan dan
Industri, 26 Juni 1957, yg menyatakan bahwa suatu ijin tidak
boleh ditarik kembali, walaupun kemudian diketahui bahwa
ijin itu mengandung kesalahan / kekeliruan yg dilakukan
sendiri oleh instansi yg mengeluarkan ijin tsb.
AUPB/ABBB - 2
 Keseimbangan (ovenwichtigheid):
 Menghendaki proporsi yg wajar dalam
penjatuhan hukum terhadap pegawai yg
melakukan kesalahan.
 Contoh: Putusan Dewan Banding Pusat, 13-11-
1963, menyatakan bahwa harus ada
keseimbangan antara hukuman yg dijatuhkan
dengan kelalaian kesalahan yg dilakukan pegawai.
Untuk itu, kepada pegawai yg bersangkutan
diberikan kesempatan untuk membela diri.
AUPB/ABBB - 3
 Kesamaan dalam mengambil keputusan
(Gelijkheids):
 Menghendaki agar dalam menghadapi kasus / fakta yg
sama, badan / pejabat TUN dapat mengambil tindakan
yg sama.
 Contoh: Putusan Dewan Banding Perdagangan dan
Industri, 23-11-1956, membatalkan Keputusan instansi
yg menolak untuk memberikan ijin bagi suatu
perusahaan. Sebab, pada waktu itu ada peraturan yg
mengharuskan perusahaan tertentu mempunyai ijin.
AUPB/ABBB - 4
 Bertindak Cermat (Zorgvuldigheids):
 Menghendaki administrasi negara senantiasa bertindak
secara hati-hati agar tidak menimbulkan kerugian bagi
masyarakat.
 Contoh 1: Putusan Hoge Raad, 9-1-1942, memutuskan
bahwa terhadap jalan yg rusak atau berlubang, pemerintah
wajib memberi tanda peringatan sehingga dapat diketahui
oleh para pemakai jalan.
 Contoh 2: Putusan Mahkota, 14-8-1970: dengan maksud
mencegah kerusakan & penyakit gigi, pemerintah
memerintahkan agar memasukkan bahan flouride ke dalam
air minum. Ternyata, tidak semua orang tahan dengan
bahaan ini, shg mereka menuntut diberi kesempatan yg
sama untuk memperoleh air yg tidak dicampur flouride.
Perintah itu kemudian dinyatakan Batal.
AUPB/ABBB - 5
 Motivasi dlm setiap Keputusan (Motiverings):
 Menghendaki agar keputusan badan / pejabat
administrasi negara didasarkan pada alasan / motivasi
yang adil dan jelas.
 Contoh 1: Putusan Mahkota, 15-11-1958, membatalkan
Keputusan Dewan Kota yg menolak permohonan sebuah
LSM untuk mengadakan usaha pengumpulan dana tanpa
disertai dengan alasan-alasan penolakannya.
 Contoh 2: Putusan Mahkota, 6-8-1966, membatalkan
Keputusan Menteri Kehakiman yg menolak permohonan
untuk mengganti nama dari seseorang tanpa disertai
dengan alasan-alasan penolakannya.
AUPB/ABBB - 6
 Tidak mencampuradukkan kewenangan (het
verbod detournement de pouvoir):
 Menghendaki agar dalam mengambil keputusan, badan /
pejabat administrasi negara tidak menggunakan
kewenangan diluar maksud pemberian wewenang tsb.
 Contoh: Putusan Mahkota, 8-6-1965: Seseorang yg telah
memiliki ijin penggalian tanah bertengkar dengan si
pemilik tanah. Dengan alasan untuk mengakhiri sengketa
itu, Dewan Propinsi menarik kembali ijin yg telah
diberikan. Hal ini oleh Mahkota dinilai sebagai
detournement de pouvoir, sebab sengketa itu harus
diselesaikan melalui peradilan perdata.
AUPB/ABBB - 7
 Permainan yg layak (fair-play):
 Menghendaki agar badan / pejabat administrasi negara
memberi kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yg benar dan adil.
 Contoh: Putusan Mahkota, 17-10-1970: Seorang pemilik tanah
mengajukan keberatan kepada Dewan Kota thd rencana
pembangunan kota, karena dikhawatirkan ia tidak dapat
mendirikan bangunan diatas tanahnya. Oleh Dewan Kota,
keberatan tsb dianggap tidak beralasan karena tidak ada
larangan mendirikan bangunan. Beberapa waktu kemudian si
pemilik tanah baru tahu bahwa rencana pembangunan kota
meliputi lahan miliknya. Ia langsung melakukan banding kepada
Mahkota meskipun batas waktu yg ditentukan telah lewat, yg
dikabulkan oleh Mahkota  bdk. Pasal 55 PTUN.
AUPB/ABBB - 8
 Keadilan / Kewajaran:
 Menghendaki agar dalam melakukan tindakannya,
badan/pejabat administrasi negara tidak berlaku
sewenang-wenang.
 Contoh: Putusan Kroon, 29-6-1966: Permohonan
seorang gadis Indonesia untuk bertempat tinggal di
Nederland, ditolak oleh Menteri Kehakiman dengan
alasan akan mengalami kesulitan asimilasi. Keputusan
ini dibatalkan karena ternyata gadis tadi mahir bahasa
Belanda dan sudah lama tinggal disana.
AUPB/ABBB - 9
 Menanggapi pengharapan yg wajar (Vertrouwens
beginsel van opgewekte verwachtingen):
 Menghendaki agar tindakan badan / pejabat administrasi
negara dapat menimbulkan dan atau memenuhi harapan-
harapan yg wajar.
 Contoh: Putusan Centrale Raad van Beroep, 13-1-1959:
Seorang PNS yg dinas luar kota dengan menggunakan
mobil pribadi meminta penggatian biaya atas pemakaian
mobil tersebut. Beberapa waktu kemudian diketahui
bahwa hal itu tidak diperbolehkan, sehingga kantor
meminta kembali uang yang telah dibayarkan. Keputusan
ini dibatalkan oleh Centrale Raad van Beroep.
AUPB/ABBB - 10
 Meniadakan akibat keputusan yg batal (undoing
the consequences of annulled decision):
 Menghendaki agar jika terjadi pembatalan atau keputusan
badan/pejabat administrasi negara, maka akibat dari
keputusan yg dibatalkan itu harus dihilangkan dan yg
bersangkutan diberi ganti rugi.
 Contoh: Putusan Centrale Raad van Beroep, 20-9-1920:
Seorang pegawai yang dipecat, tetapi setelah melalui
proses pemeriksaan pengadilan ternyata tidak melakukan
kesalahan, ia berhak atas kedudukan semula pada
instansinya, rehabilitasi nama baik, serta ganti rugi yg
timbul karena pemecatannya.
AUPB/ABBB - 11
 Perlindungan atas cara hidup (protection of way of
life):
 Menghendaki agar setiap pegawai negeri diberi
kebebasan / hak untuk mengatur kehidupan pribadinya
sesuai dengan pandangan hidup yg dianutnya.
 Contoh: Putusan Centrale Raad van Beroep, 29 Mei 1951:
Seorang pegawai yg sudah kawin selingkuh dengan wanita
teman satu kantor. Oleh pimpinannya diambil tindakan
berupa pemotongan gaji setiap bulan. Keputusan ini
dibatalkan oleh Centrale Raad van Beroep dengan alasan
bahwa setiap pegawai mempunyai hak untuk hidup sesuai
dengan pandangan / cara hidupnya.
AUPB/ABBB - 12
 Kebijaksanaan (Sapientia):
 Menghendaki agar dalam melaksanakan tugasnya,
badan / pejabat administrasi negara diberi
kebebasan untuk menentukan kebijaksanaan tanpa
harus selalu menunggu instruksi.
 Berbeda dengan freies ermessen, Pemerintah dalam
segala tindakannya harus berpandangan luas dan
dapat menghubungkan tugasnya dengan gejala-
gejala dalam masyarakat, serta memperhitungkan
dampak lingkungan dari setiap tindakan yg
diputuskan.
AUPB/ABBB Lainnya:

The Liang Gie Soerjono UU No. 28/1999


• Pertanggung- • Legalitas • Kepastian Hukum
jawaban • Kontinuitas • Tertib
• Pengabdian • Adaptasi Penyelenggaraan
• Kesetiaan • Moralitas Negara
• Kepekaan • Efektivitas & • Kepentingan
• Persamaan Efisiensi Umum
• Kepantasan • Legitimasi • Keterbukaan
• Kebersamaan • Proporsionalitas
Dlm Keputusan • Profesionalitas
• Akuntabilitas
Good Governance
World Bank (UNDP) Konfernas GG 2001
1. Partisipasi 1. Partisipasi
2. Aturan Hukum (Rule of 2. Penegakan hukum
Law) 3. Transparansi
3. Transparansi 4. Kesetaraan
4. Daya Tanggap 5. Daya tanggap
5. Berorientasi Konsensus 6. Wawasan kedepan
6. Keadilan 7. Akuntabilitas
7. Efektivitas & Efisiensi 8. Pengawasan
8. Akuntabilitas 9. Efektivitas & Efisiensi
9. Bervisi Strategis 10.Profesionalisme
10.Saling Keterkaitan
Framework Urgensi AUPB
Birokrasi Masyarakat
(Fungsi Han & (Salus Populi Suprema Lex)
Kesejahteraan)

Discretionary Power
(Kewenangan Bertindak Secara
Bebas)

Kemungkinan Penyimpangan
(perbuatan melanggar hkm /onrechmatige overheidsdaad ;
perbuatan menyalahgunakan wewenang / detournement de
pouvoir ; perbuatan sewenang-wenang / abus de droit)

Upaya Perlindungan
 Hukum Positif
 Etika / Asas atau Prinsip Pemerintahan Yang Baik (GG)

Anda mungkin juga menyukai