Anda di halaman 1dari 5

NOTULENSI KELOMPOK 6 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(KETETAPAN DAN KEPUTUSAN DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA)

Dosen Pengampu : Dr. Rofi Wahanisa, S.H., M.H.

Oleh :

1. Anindya Dewangsya Aryamurti (200710101173)

2. Annastasya Amalia Putri Bakhtiyar Wardhany (200710101172)

3. Muhammad Fadly Chainurriezqy (200710101255)

4. Rahmat Fatih Rosyidin (200710101073)

5. Ramadhan Dwi Saputra (200710101155)

6. Shandy Maulana Abdillah (200710101236)

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
1. Bagaimana pertanggungjawaban pemerintah jika dalam menjalankan
pertanggungjawaban tidak sesuai dengan asas legalitas? (Penanya : Daniel Timothy
Senaputra - 200710101186)

Jawab : Dalam sebuah negara, setiap keputusan yang dibuat sesuai dengan asas
legalitas. Dan apabila dalam keputusan yang dibuat pemerintah tersebut tidak
sesuai dengan asas tersebut maka ada pertanggungjawaban yang harus dilakukan.
Wewenang melekat pada jabatan, namun dalam implementasinya dijalankan oleh
manusia selaku wakil atau fungsionaris jabatan, maka pertanggungjawabannya
dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (1) sebagai tanggungjawab jabatan, dan
(2) sebagai tanggungjawab pribadi. Apabila perbuatan hukum seseorang untuk
dan atas nama jabatan, maka pertanggungjawabannya terletak pada jabatan. Jika
ada ganti rugi atau denda, maka dibebankan pada APBN atau APBD. Sedangkan
perbuatan seseorang dalam kapasitas selaku pribadi, maka konsekuensi dan
pertanggungjawabannya terletak pada orang yang bersangkutan, tidak dapat
dibebankan pada jabatan, tidak juga dibebankan pada APBN atau APBD ketika
ada ganti rugi atau denda akibat kesalahan pribadi. Tanggung jawab pribadi
berkaitan dengan maladministrasi dalam penggunaan wewenang maupun public
service. (Annastaysa Amalia Putri Bakhtiyar Wardhany - 200710101172)

Berdasarkan materi yang sudah dipaparkan oleh kelompok kami, Apa


yang dilaksanakan oleh pemerintah sudah seharusnya sejalan dengan peraturan
yang berlaku, hal ini dikarenakan untuk menjamin kepastian hukum dan
menghindari terjadinya kesewenang-wenangan dari pemerintah kepada rakyatnya.
Oleh karena itu, dalam suatu negara hukum, termasuk Indonesia asas legalitas
menjadi salah satu unsur penting dalam hukum administrasi negara. Asas legalitas
ini memiliki esensi yaitu wewenang yang memiliki makna kemampuan untuk
melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu sehingga, kewenangan pemerintah
memiliki arti kemampuan pemerintah untuk melaksanakan hukum positif.
Kesimpulan nya jika pertanggungjawaban pemerintah jika menjalankan
pertanggungjawaban tidak sesuai dengan asas legalitas maka Tanpa adanya
kewenangan, meskipun ada peraturan perundang-undangnya pemerintah tidak
dapat membuat atau menertbitkan suatu keputusan dan membuat keputusan
tersebut tidak memiliki kekuatan hukum. Sehingga, diperlukan adanya
kewenangan yang sah serta sumber hukum yang jelas agar pemerintah dapat
mengeluarkan suatu keputusan. (Anindya Dewangsya Aryamurti -
200710101173)

2. Ada satu jenis keputusan yang menggunakan memo kenapa kok dierbolehkan
menggunakan memo dan contohnya seperti apa? (David Santosa - 811421779)

Jawab : sebuah memo atau nota dapat dikategorikan sebagai Keputusan Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara apabila terdapat tiga substansi penting di
dalamnya, yaitu:

a. Badan atau pejabat TUN yang mengeluarkannya


b. Maksud/perihal serta mengenai apa tulisan tersebut
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya
(Muhammad Fadly Chainurriezqy - 200710101255)

Seseorang menggugat Kepala Desa sebagai tergugat I dan Camat sebagai


tergugat II. Alasan gugatan adalah bahwa penggugat merasa keberatan atas
pemasangan papan nama (plank) yang bertuliskan “Tanah Sengketa” di atas tanah
miliknya penggungat. Putusan PTUN Medan No. 06/G/1991/PTUN Mdn
menyatakan bahwa gugatan seorang warga terhadap Kepala Desa sebagai tergugat
I dan Camat sebagai tergugat II, diterima dan dikabulkan sebagian”. Berdasarkan
putusan PTUN Plank tersebut dapat dikualifikasi sebagai keputusan untuk unsur
penetapan tertulis. Jadi dapat disimpulkan bahwa memo dan plank dapat digugat
dalam Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai keputusan dalam unsur penetapan
tertulis dengan memenuhi syarat : jelas pejabat yang mengeluarkan, isinya dan
kepada siapa ditujukan, agar obyek gugatan seperti memo dan plank dapat
disebutkan secara jelas di dalam surat gugatan. (Shandy Maulana Abdillah -
200710101236)
3. Bagaimana akibat hukum yang terjadi apabila suatu keputusan tidak memenuhi
syarat sah keputusan? Penanya: Clarissa Putri Cantika (8111420488)

Jawab : Perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwasannya untuk melihat suatu
kekurangan dari KTUN, dapat kita lihat dari empat prinsip. Yaitu sebagai berikut:

1. KTUN yang keliru dapat ditinjau dan ditarik kembali oleh pejabat
pembuatnya, sepanjang tidak ada aturan yang melarang tindakan tersebut.
2. Pembatalan KTUN didasarkan pada bentuk dan tata cara penerbitannya,
apabila aturan mengenai tata cara pembatalan KTUN tidak tersedia.
3. Seluruh upaya harus ditempuh guna mencegah berbagai efek negatif
akibat pembatalan KTUN, yang dapat berbentuk kerugian dan
pelanggaran hak masyarakat terkait, merugikan kepastian hukum, atau
mengurangi wibawa pemerintah.
4. Suatu KTUN yang memiliki kekurangan akibat tidak terpenuhinya
sejumlah syarat, maka pembatalan KTUN dapat bersifat sementara hingga
syarat tersebut terpenuhi.

Kemudian, jika kita lihat dalam peraturan perundang-undangan Ketentuan


mengenai pencabutan KTUN diatur dalam Pasal 64 ayat (1) UU 30/2014 yang
berbunyi “KTUN dapat dicabut apabila terdapat cacat wewenang, prosedur,
dan/atau substansi. “ (Rahmat Fatih Rosyidin - 200710101073)

Berbagai literatur hukum administrasi negara memberikan banyak teori


mengenai macam-macam akibat hukum yang dapat terjadi apabila suatu
Keputusan tidak memenuhi syarat sah. Hal ini dirangkum oleh S.F. Marbun dapat
berupa 4, yaitu :

- Batal karena hukum: akan berakibat keputusan yang dibatalkan itu


berlaku surut, terhitung mulai saat tanggal dikeluarkannya keputusan yang
dibatalkan itu. Keadaan dikembalikan pada keadaan semula sebelum
dikeluarkannya keputusan tersebut (ex tunc) dan akibat hukum yang telah
ditimbulkan oleh keputusan itu dianggap tidak pernah ada.
- Batal mutlak: yakni apabila pembatalan terhadap keputusan itu dapat
dituntut oleh setiap orang.

- Batal nisbi: yakni keputusan yang pembatalannya hanya dapat dituntut


oleh orang-orang tertentu saja

Lalu untuk dasar hukum akibat hukum pembatalan berada pada Pasal 71 Ayat (1)
dan (2) yang menyatakan bahwa:

(1)Keputusan dan/atau Tindakan dapat dibatalkan apabila: a. terdapat


kesalahan prosedur; atau b. terdapat kesalahan substansi.

(2)Akibat hukum Keputusan dan/atau Tindakan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1):

a. tidak mengikat sejak saat dibatalkan atau tetap sah sampai


adanya pembatalan; dan

b. berakhir setelah ada pembatalan

(Ramadhan Dwi Saputra – 200710101155)

Anda mungkin juga menyukai