Anda di halaman 1dari 7

TUGAS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

DOSEN PENGAMPU: MOH. SALEH SH.MH.

DISUSUN OLEH:

NAMA : KAMILA SIN SALSABILA

NIM : D1A021034

KELAS : A1

MATKUL : HUKUM ADMINSITRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

SEMESETER GANJIL TAHUN 2022


1. Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)

Menurut Ridwan H.R ketetapan tata usaha negara pertama kali diperkenalkan
oleh seorang sarjna jerman, otto meyer dengan istilah verval – tungsakt. Istilah ini
diperkenalkan di negeri belanda dengan nama beschiking oleh van Vollenhoven dan C.W
van der PC. Yang oleh beberapa penulis ,seperti A.M Donner,H.D van wijk/Willem
konijnenbelt,dan lain-lain,dianggap sebagai de vader van ka modern beschikkingsbegrip
(bapak dari konsep beschikking yang modern)

Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, ketetaoan didefinisikan


sebagai, “suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau pejabat Tata
Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret,individual,dan final, yang menimbulan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata”

Istilah keputusan tata usaha negara (KTUN) atau dalam bahasa Belanda di sebut
dengan Beschikking. Keputusan ini adalah suatu produk hukum yang di buat oleh
seorang Pejabat Tata Usaha Negara yang bertujuan untuk semaksimal mungkin
menciptakan keteraturan hidup dalam masyarakat.

Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang


dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata
usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagii seseorang
atau badan hukum perdata. Berdasarkan pengertian KTUN yang dapat menimbulkan
akibat hukum tentu mempunyai kemungkinan untuk terjadinya konflik kepentingan
antara badan atau pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan KTUN dengan
seseorang atau badan hukum perdata. Keputusan Tata Usaha Negara berbentuk suatu
KETETAPAN yang mengikat.

Ketetapan merupakan keputusan pemerintah untuk hal yang bersifat konkret dan
individual (tidak ditujukan untuk umum) dan sejak dulu telah dijadikan instrumen yuridis
pemerintahan yang utama.

Unsur-Unsur Ketetapan/Keputusan yaitu:

1. pernyataan kehendak sepihak secara tertulis


2. Dikeluarkan oleh organ pemerintahan/Pejabat Tata Usaha Negara

3. Didasarkan pada kewenangan hukum yang bersifat publik (Berdasarkan


Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku)

4. Ditunjukan untuk hal khusus atau peristiwa konkret, individual dan final;

5. Menimbulkan akibat hukum dalam bidang adminisras

Contohnya Keputusan Presiden (KEPPRES) tentang penetapan Bencana Nasional


penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional
pada tanggal pada tanggal 13 April 2020.

Berikut adalah tugas yang kemarin yakni tentang keputusan yang batal demi
hukum, keputusan positif dan negative.

a) Keputusan yang batal demi hukum

Merupakan suatu perbuatan untuk sebagiannya atau untuk seluruhnya bagi


hukum dianggap tidak ada (dihapuskan) tanpa diperlukan suatu keputusan hakim atau
keputusan suatu badan pemerintahan lain yang berkompeten untuk menyatakan
batalnya Sebagian atau seluruh akibat itu. Contohnya adalah kasus jaksa agung
Hendraman Supandji yang teteap bertugas walaupun sudah lewat masa jabatannya.
Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa Hendraman Supandji diberhentikan.
Saat pembacaan putusan, MK menyatakan bahwa sejak palu putusan diketok maka,
Hendarman Supandji tidak lagi berwenang sebagai jaksa agung. Segala perbuatan
Hukum yang dilakukannya sebagai jaksa agung dalam kurun waktu akhir masa
jabatannya sampai dengan saat putusan dinyatakan tetap sah dan perbuatan hukum
yang dilakukannya setelah ada putusan MK tersebut dianggap batal demi hukum.

b) Keputusan yang positif

Merupakan ketetapan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi yang dikenai
ketetapan. Jadi menimbulkan suatu keadaan hukum (rechstuatie) yang baru, suatu
ketetapan yang baru membatalkan ketetapan yang lama. Contohnya adalah
pemberhentian sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan keputusan
presiden no 12/p tahun 2015.
c) Keputusan yang negative

Merupakan ketetapan yang tidak menimbulkan perubahan dalam keadaan hukum


yang telah ada, oleh karenanya ketetapan negative adalah tiap penolakan atas suatu
permohonan untuk mengubah suatu keadaan tertentu yang telah ada. Ketetapan negatif
dapat berbentuk pernyataan tidak berkuasa (onbevoegd-verklaring), pernyataan tidak
diterima (niet-ontvankelijkverklaring) atau suatu penolakan (afwaizging). Contohnya
adalah Keputusan Presiden (KEPPRES) no 97/p tahun 1955 tentang penolakan banding
Perusahaan Angkutan oleh Handdelmy Lianhap.
2. Peraturan Kebijaksanaan
Peraturan kebijaksanaan tidak dapat dilepaskan dengan kewenangan bebas dari
pemerintah yang umumnya dikenal dengan istilah Freies Ermessen. Freies Ermessen
berasal dari kata frei yang artinya bebas, lepas, tidak terkat dan merdeka. Freies artinya
orang yang bebas , tidak terikat dan merdeka. Sementara Ermessen berarti
mempertimbangkan, menilai, menduga, dan memperkirakan.
Peraturan Kebijakan (beleidsregels, spiegelsrecht, pseudowetgeving, olicyrules)
adalah ketentuan (rulesbukanlaw) yang dibuat oleh pemerintah sebagai administrasi
negara. Cabang-cabang pemerintahan yang lain tidak berwenang membuat peraturan
kebijakan. Presiden sebagai kepala Negara tidak dapat membuat peraturan kebijakan.
Kewenangan Presiden membuat peraturan kebijakan adalah dalam kedudukan sebagai
badan atau pejabat administrasi negara, bukan sebagai kepala Negara.
Salah satu topik bahasan di kalangan ahli hukum administrasi adalah tentang
sarana tata usaha negara yang digunakan oleh pemerintahan dalam menyelenggarakan
urusan umum pemerintahan. Selain dari dari sarana berupa keputusan tata usaha
negara (beschikking), sarana tata usaha negara lainnya adalah dalam bentuk:
1. Peraturan perundang-undangan dan keputusan tata usaha negara  yang
memuat pengaturan yang bersifat umum;
2. Peraturan-peraturan kebijaksanaan (beleidsregels);
3. Rencana (het plan);
4. Penggunaan sarana hukum keperdataan; dan
5. Perbuatan materiil (feitelijke handelingan).

Karakteristik Peraturan Kebijaksanaan sebagai sarana Tata Usaha Negara.


Pendapat Bagir Manan menyebutkan bahwa karakteristik dari sebuah peraturan
kebijaksanaan adalah :

1. Peraturan kebijaksanaan bukan merupakan peraturan perundang-undangan.

2. Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang-undangan tidak


dapat diberlakukan pada peraturan kebijaksanaan.
3. Peraturan kebijaksanaan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang tidak
ada dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat peraturan kebijaksanaan
tersebut.

4. Peraturan kebijaksanaan dibuat berdasarkan freies ermessen dan ketiadaan


wewenang administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang-undangan.

5. Pengujian terhadap peraturan kebijaksanaan lebih diserahkan kepada doelmatigheid


dan karena itu batu ujinya adalah asas-asas umum pemerintahan yang layak.

6. Dalam praktek diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni
keputusan, instruksi, surat edaran, pengumuman dan lain-lain, bahkan dapat dijumpai
dalam bentuk peraturan.

Contoh Peraturan Kebijaksanaan adalah Instruksi Presiden (INPRES) no 3 tahun 2018 mengenai
Percepatan Pembangunan/Rehabilitasi Prasarana dan Sarana Olahraga serta Prasarana dan
Sarana Pendukung dalam Persiapan Penyelenggaraan ASIAN GAMES XVIII Tahun 2018 dan
ASIAN PARA GAMES III tahun 2018.
3. Perbedaan antara KTUN dengan Peraturan Kebijaksanaan
a) Perbedaan Fungsinya
Ketatapan Tata Usaha Negara lahir tanpa adanya pengaruh dari kondisi masyarakat tapi
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Sedangkan Peraturan Kebijaksanaan
berfungsi untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengisi peraturan perundang-
undangan yang tidak sesuai dengan kondisi saat itu , artinya peraturan kebijaksanaan
ada untuk menyesuaikandengan kondisi masyarakat (kondisional).
b). Perbedaan cara melawannya:
Upaya hukum untuk melawan/menggugat peraturan kebijaksanaan adalah diserahkan
pada doelmatigheid yang didasarkan yang didasarkan pada Asas-asas Umum
Pemerintahan yang Baik (AAUPB)
Sedangakan upaya hukum untuk melawan/membatalkan keputusan dilakukan melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
c). Perbedaan kekuatan berlaku dan mengikatnya:
Keputusan tata usaha negara ada yang bersifat mengatur (regeling) yang disamakan
dengan perpres dan mengandung arti bahwa termasuk peraturan perundang-undangan
yang menimbulkan dampak hukum ketika peraturan tersebut dilanggar (akan
mendapatkan sanksi/hukuman). Sedangkan Peraturan kebijaksanaan hanya terbatas
untuk memberikan arahan, menuntun, membimbing, dalam hal suatu pelaksanaan tugas
dan pekerjaan. Peraturan Kebijaksanaan ini merupakan peraturan umum yang dibuat
oleh pemerintah namun tidak menimbulkan akibat hukum bagi yang tidak mematuhinya.

Anda mungkin juga menyukai