Anda di halaman 1dari 22

Pertemuan 2

 Ketetapan dan Keputusan


Aktivitas-aktivitas Administrasi Negara (AN) sangat beraneka ragam
melaksanakan, menjalankan dan menyelenggarakan tugas pemerintah sangat
beraneka ragam. Salah satu macam kegiatan yang sangat mempengaruhi
kehidupan negara dan masyarakat adalah keputusan pemerintah (AN) yang
bersifat yuridis dan mengandung penetapan (beschikking), yang mempunyai
akibat hukum, yang akan membahayakan bila diambil secara kurang
bertanggung jawab.
Negara sebagai organisasi kekuasaan umum dapat membuat tiga macam
keputusan yang mengikat secara hukum bagi subjek-subjek hukum yang
terkait dengan keputusan-keputusan ini :
1. Keputusan-keputusan yang bersifat umum dan abstrak (generan and
abstract) biasanya bersifat mengatur (regeling);
2. Keputusan yang bersifat individual dan konkrit dapat merupakan
keputusan yang bersifat atau berisi penetapan administratif (beschikking);
3. Keputusan yang bersifat ‘vonni’ hakim yang lazimnya disebut dengan
istilah putusan.
 Penggunaan Istilah Penetapan dan Keputusan
Di Indonesia istilah Beschikking yang diartikan keputusan diperkenalkan
pertama kali oleh W. F. Prins. Istilah Beschikking ini ada yang
menerjemahkannya dengan ketetapan, seperti E. Utrecht, Bagir Manan,
Sjachran Basah.
Djenal Housen dan Muchsan mengatakan bahwa penggunaan istilah
keputusan barangkali akan lebih tepat menghindari kesimpangsiuran
pengertian dengan istilah ketetapan. Menurutnya di Indonesia istilah
ketetapapan sudah memiliki pengertian teknis yuridis, yaitu sebagai
ketetapan MPR yang berlaku ke luar dan ke dalam. Seiring berlakunya UU
No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
istilah Beschikking itu diterjemahkan dengan keputusa.
 Keputusan
Istilah
Belanda = Beschikking
Perancis = Acte Administratif
Jerman = Verwaltungsakt
Di Indonesia sebagian sarjana menerjemahkan sebagai ketetapan &
sebagian lain sebagai keputusan.
 Utrecht :
Beschikking (ketetapan) adalah suatu perbuatan hukum publik yang bersegi
satu yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan berdasarkan suatu
kekuasaan istimewa.
 Van der Pot :
Beschikking (ketetapan) adalah perbuatan hukum yang dilakukan alat-alat
pemerintahan, penyataan-pernyataan kehendak alat-alat pemerintahan itu
dalam rangka menyelenggarakan hak istimewa dengan maksud
mengadakan perubahan dalam lapangan-lapangan perhubungan hukum.
 W. P. Prins :
Beschikking (ketetapan) sebagai suatu tindakan hukum sepihak dalam
lapangan pemerintahan yang dilakukan oleh alat pemerintahan berdasarkan
wewenang yang ada pada alat atau organ itu.
Menurut Jimly Asshiddique :
Ada tiga bentuk kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dibedakan
dengan penggunaan istilah “peraturan”, “keputusan/ketetapan” dan
“tetapan”, menurut Jimly istilah-istilah tersebut sebaiknya hanya digunakan
untuk :
1. Istilah “peraturan” digunakan untuk menyebut hasil kegiatan pengaturaan
yang menghasilkan peraturan (regels);
2. Istilah “keputusan” atau “ketetapan” digunakan untuk menyebut hasil
kegiatan penetapan atau pengambilan keputusan administratif
(beschikking);
3. Istilah “ketetapan” digunkan untuk menyebut penghakiman atau
pengadilan yang menghasilkan putusan ‘vonnis’.
 Perbedaan Ketetapan dengan Peraturan
E. Utrecht :
 Ketetapan
Ketetapan dibuat untuk menyelesaikan suatu hal yang konkrit yang telah
diketahui terlebih dahulu oleh administrasi negara.
 Peraturan
Peraturan dibuat untuk menyelesaikan hal-hal yang belum dapat
diketahui terlebih dahulu dan yang mungkin akan terjadi (hak umum).
Peraturan ditujukan kepada hal-hal yang masih abstrak.
Herlambang P. Wiratraman :
1. Keputusan :
 Bersifat individual dan konkrit;
 Pengujian melalui gugatan ke PTUN;
 Dapat bersifat sekali-selesai (eenmalig).
2. Peraturan :
 Bersifat umum dan abstrak;
 Pengujiannya di MK dan MA (judicial review);

 Selalu berlaku terus-menerus (dauerhaftig).

 Hubungan Ketetapan dengan Peraturan

Bahwa peraturan merupakan hukum in abstrakto atau general norm yang


sifatnya mengikat umum atau berlaku umum. Tugas peraturan adalah
mengatur hal-hal yang umum atau hal-hal yang masih abstrak.

Agar peraturan ini dapat dilaksanakan haruslalh dikeluarkan ketetapan-


ketetapan yang membawa peraturan ini ke dalam peristiwa yang konkrit,
yang nyata tertentu. Jadi ketetapan ini yang tugasnya melaksanakab
peraturan kedalam peristiwa konkrit tertentu maka sifatnya menjadi
mengikat sinjek hukum tertentu, mengatur hal-hal konkrit tertentu. Karena
itu ketetapan ini disebut hukum in concreeto atau individual norm.

 Keputusan Tata Usaha Negara

Adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat
Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
berdasarkkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, bersifat konkrit,
individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata.

(UU No. 5 Tahun 1996 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (UUPTUN)
yang telah diubah beberapa kali dengan UU No. 9 Tahun 2004, terakhir
dengan UU No. 51 Tahun 2009).

 Definisi Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN)

1. Merupkan perbuatan hukum publik bersegi satu atau perbuatan sepihak


dari pemerintah dan hukum merupakan hasil persetujuan kedua belah
pihak.
2. Sifat hukum publik diperoleh dari atau berdasarkan wewenang atau
kekuasaan istimewa, wewenang/kekuasaan istimewa diperoleh dari UU
(azas legalitas) sesuai prinsip negara hukum.

3. Dengan maksud untuk terjadinya perubahan dalam lapangan hubungan


hukum. Perbuatan pemerintah harus menimbulkan perbuatan hukum
(rechtshandelingen), yang menimbulkan akibat hukum, yang kemudian
melahirkan atau dituangkan dalam bermacam-macam/jenis keputusan
atau penetapan.

 Unsur-unsur KTUN

1. Penetapan tertulis;

2. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat PTUN;

3. Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Bersifat konkrit, individual dan final;

5. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Konkrit : artinya objek yang diputuskan dalam KTUN itu tidak abstrak,
tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan. Contoh : IMB si S, dan izin
usaha bagi si B, pemberhentian si A sebagai pegawai negeri.

Individual : artinya KTUN itu tidak ditunjukan untuk umum, tetapi


tertentu baik alamat maupun hal yang dituj. Jikalau yang dituju itu lebih dari
seseorang, tiap-tiap nama orang yang terkena keoutusan itu disebutkan.
Contoh : KTUN tentang pembuatan atau pelebaran jalan dengan lampiran
yang menyebutkan nama-nama orang yang terkena keputusan tersebut.

Final : artinya KTUN sudah definitif dan karenanya dapat


menimbulkan akibat hukum. Keputusan yang masih memerlukan
persetujuan instansi atasan atau instansi lain belum bersifat final, karenanya
belum dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak yang
bersngkutan. Contoh: keputusan pengangkatan seorang pegawai memerlukan
persetujuan dari Bahan Administrasi Kepegawaian Negara.

Menimbulkan akibat hukum bagi Merubah


seseorang atau badan hukum
perdata. Menghilangkan

Maksudnya menimbulkan suatu hak


atau kewajiban pada pihak yang Kerugian
bersangkutan.
Hak
gugat
 Jenis Keputusan

1) Keputusan yang sah (recht geldig beschikking)

Syarat :

 Keputusan harus dibuat oleh organ atau badan atau pejabat yang
berwenang membuatnya (bevoegd);.

Tiga bentuk ketidakwenangan yang dilakukan dengan ruang lingkup


kompetensi suatu jabatan.

a. Onbevoegdheid ratione materiae, yaitu


tidak berwenang karena materi Batal atau batal
keputusan yang dibuat oleh demi hukum.
organ/badan/pejabat tidak merupakan Dibatalkan
bagian kewewangannya (menyangkut
kompetensi absolut);

b. Onbevoegdheid ratione loci, yaitu


keputusan yang dibuat oleh
organ/badan/pejabat yang tidak Dibatalkan
berwenag karena diluar kewenangan
wilayah haknya (menyangkut
kompetensi relatif);

c. Onbevoegdheid ratione temporis, yaitu


tidak berwenang karena telah lewat Dibatalkan
waktu yang ditentukan peraturan
perUUan yang berlaku.

Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh


Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan atau
penyelanggara negara lainnya untuk
mengambil keputusan dan/atau tindakan
dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Kewenangan Pemerintahan adalah


kekuasaan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan atau penyelanggara negara
lainnya untuk bertindak dalam ranah
hukum publik.

 Harus diberi bentuk sesuai dengan peraturan yang menjadi dasarnya


dan harus menurut prosedur pembuatannya (rechtmatige);
Syarat Formal suatu keputusan :

a. Prosedur/ cara pembuatannya;

b. Bentuk keputusan;

c. Pemberitahuan pada yang bersangkutan.

 Keputusan tidak boleh memuat kekurangan-kekurangan yuridis;

Kekurangan yuridis berupa antara lain :

a. Penipuan (bedrog);

b. Paksaan (dwong) aytau sogokan (omkoping);

c. Kesesatan (dwaling) atau kekeliruan/kekhilafan.

Keputusan yang demikian dapat batal atau dibatalkan.

 Isi dan tujuannya harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan
dasarnya (doelmatige).

Apabila keputusan diambil tidak sesuai isi & tujuan menurut de


pouvoir atau penyalahgunaan wewenang maka dapat digugat atau
dibatalkan.

Syarat pembuatan KTUN :

a. Syarat-syarat Materiil

- Organ pemerintahan yang membuat ketetapan harus berwenang,

- Karena ketetapan suatu pernyataan kehendak (Wilsferklaring),


maka ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan
yuridis (Geen Jurisdische Gebreken In De Wilsforming),

- Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan (situasi) tertentu,

- Ketetapan harus dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan-


peraturan lain, serta isi dan tujuan ketetapan itu harus sesuai
dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya.

b. Syarat-syarat Formil

- Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan


dibuatnya ketetapan dan berhubung dengan cara yang dibuatnya
ketetapan harus dipenuhi,
- Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
dikeluarkannya ketetapan itu,

- Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan itu harus


dipenuhi,

- Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang


menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya ketetapan itu harus
diperhatikan.

2) Keputusan yang tidak sah (niet recht geldig beschikking)

Keputusan yang tidak sah (niet recht geldig beschikking) dapat berupa :

a) Keputusan yang batal karena hukum (van rachtwage nietig)


menyebabkan akibat dari keputusan yang batal berlaku surut (mulai
saat tanggal dibuatnya keputusan yang dibatalkan);

b) Keputusan yang batal mutlak (absolut nietig) yaitu apabiila


pembatalan terhadap keputusan itu dapat dituntut oleh setiap orang;

c) Keputusan yang batal nisbi (relatif nietig) yaitu keputusan yang


pembatalannya hanya dapat dituntut oleh orang-orang tertentu saja.

d) Keputusan yang dapat dibatalkan (vernientigbaar) yaitu suatu


keputusan baru dapat dinyatakan batal setelah pembatalan oleh hakim
atau instansi, pembatalan tidak berlaku surut;

e) Keputusan yang dapat dibatalkan mutlak;

f) Keputusan yang dapat dibatalkan nisbi.

 Pihak Yang Membuat / mengeluarkan Keputusan

- Badan/pejabat TUN adalah : Badan/Pejabat di pusat dan daerah yang


melakukan kegiatan yang bersifat eksekutif (UUPTUN);

- Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan


Fungsi Pemerintahan, baik di lingkungan Pemerintahan maupun
penyelenggara negara lainnya (UU tentang Administrasi Pemerintahan);

- Tata Usaha Negara adalah Administrasi Negara yang melaksanakan


fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan (kegiatn yang
bersifat eksekutif) baik di pusat maupun di daerah (UUPTUN).
 Freis Ermessen/Discretionary Power (Diskresi)

Adalah keputusan dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan


oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengtasi persoalan konkrit yang dihadapi
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-
undangan yang memberikan pilihan, idak mengatur, tidak lengkap atau tidak
jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan.

 Jenis KTUN lainnya

1) Keputusan Deklaratif dan Konstitutif

a) Keputusan Deklaratif adalah keputusan yang sifatnya menyatakan


atau menegaskan adanya hubungan hukum yang secara riil sudah ada.
Contoh : Akta Kelahiran, Akta Kematian;

b) Keputusan Konstitutif adalah keputusan yang menciptakan


hubungan hukum baru yang sebelumnya tidak ada, atau sebaliknya
memutuskan hubungan hukum yang telah ada. Contoh : Akta
Perkawinan, Akta Perceraian.

2) Keputusan Positif dan Negatif

a) Keputusan Positif adalah keputusan yang menimbulkan hak dan/atau


kewajiban bagi yang dikenai ketetapan;

b) Keputusan Negatif adalah keputusan yang tidak menimbulkan


perubahan dalam keadan hukum yang telah ada. Ketetapan negatif
tersebut dapat dibedakan menjadi pernyataan tidak berkuasa
(onbevoegd verklaring), pernyataan tidak diterima (niet ontvankelijk
verklaring), atau suatu penolakan (afwijzing).

3) Keputusan yang Memberi Beban dan Menguntungkan

a) Keputusan yang Memberi Beban adalah keputusan yang


memberikan kewajiban. Contoh : SK tentang Pajak, Restribusi;

b) Keputusan yang Menguntungkan adalah keputusan yang


memberikan keuntungan bagi pihak yang dituju. Contoh : SK
pemutihan pembayaran pajak yang telah kadaluwarsa.

4) Keputusan Perorangan dan Kebendaan

a) Keputusan perorangan adalah keputusan yang diterbitkan kepada


seseorang berdasarkan kualitas pribadi tertentu, dimana hak yang
timbul tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Contoh : SK PNS,
SIM.
b) Keputusan kebendaan adalah keputusan yang diterbitkan
berdasarkan kualitas kebendaan atau status suatu benda sebagai
obyek hak, dimana hak yang timbul dapat dialihkan kepada orang
lain Contoh: Sertifikat Hak atas Tanah, BPKP/STNK kendaraan
bermotor.

5) Keputusan seketika dan permanen


a) Keputusan seketika adalah keputusan yang masa berlakunya
hanya sekali pakai (eenmalig) Contoh: Surat ijin pertunjukan
hiburan, musik
b) Keputusan pemanen adalah keputusan yang masa berlakunya
relatif lama atau untuk selama-lamanya, kecuali ada perubahan atau
peraturan baru
Contoh: Sertifikat Hak Milik

6) Keputusan bebas dan terikat


a)Keputusan bebas adalah keputusan yang didasarkan atas
kebebasan bertindak (Freis Ermessen/Discretionary Power) dan
memberikan kebebasan bagi pelaksananya untuk melakukan
penafsiran atau kebijaksanaan Contoh: SK Pemberhentian PNS
b)Keputusan terikat adalah keputusan yang didasarkan pada
kewenangan pemerintahan yang bersifat terikat, artinya
keputusan itu hanya melaksanakan ketentuan yang sudah ada
tanpa adanya ruang kebebasan bagi pejabat yang bersangkutan
Pertemuan 3
Bentuk KTUN
a. Keputusan Lisan adalah keputusan yang dikeluarkan dalam hal
tidak membawa akibat kekal dan tidak begitu penting bagi
pemerintahan, selain itu bilamana oleh yang mengeluarkan
keputusan itu dikehendaki suatu akibat yang timbul dengan segera
Contoh: Anggota Polantas memberhentikan seorang pengendara
mobil pelanggar peraturan lalu lintas dan menunjukkan surat-surat
SIM
b. Keputusan tertulis adalah keputusan penetapan tertulis harus
dalam bentuk tertulis. Syarat bahwa harus dalam bentuk tertulis itu
bukan mengenai syarat-syarat bentuk formalnya seperti surat
pengangkatan dan sebagainya, tetapi asal tampak keluar sebagai
tertulis.
Persyaratan tertulis itu diharuskan untuk kemudahan segi
pembuktiannya
Contoh: SK PNS/ASN
c. Keputusan fiktif adalah sikap diam atau tidak berbuat apa-apa
terhadap permohonan yang diajukan disamakan dengan suatu
keputusan tata usaha Negara
Apabila badan atau pejabat tata usaha Negara tidak mengeluarkan
keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal
tersebut disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara
Jika suatu badan atau pejabat tata usaha negara tidak
mengeluarkan keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
dimaksud telah lewat maka badan atau pejabat tata usaha Negara
tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keputusan yang
dimaksud
Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak
menentukan jangka waktu maka setelah lewat jangka waktu 4
bulan sejak diterimanya permohonan, badan atau pejabat tata
usaha Negara yang bersangkutan dianggap telah mengeluarkan
keputusan penolakan
d. Keputusan tidak sah adalah keputusan yang apabila dalam
pembuatannya tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan sehingga memiliki kekurangan
Keputusan tidak sah ada tiga :
1. Keputusan yang batal karena hukum (Niettig van rechtswege)
2. Keputusan yang batal (Nietig)
3. Keputusan yang dapat dibatalkan (vernietig baar)

1. Keputusan yang Batal Karena Hukum (Niettig van rechtswege)


Keputusan yang Batal Karena Hukum (Niettig van rechtswege)
adalah bahwa suatu perbuatan untuk sebagiannya atau untuk
seluruhnya bagi hukum dianggap tidak ada (dihapuskan) tanpa
diperlukan suatu keputusan hakim atau keputusan suatu badan
pemerintahan lain yang berkompeten untuk menyatakan batalnya
sebagian atau seluruh akibat itu

2. Keputusan yang Batal (Niettig)


Keputusan yang Batal (Nietig) adalah Suatu perbuatan yang bagi
hukum akibat suatu perbuatan yang dilakukan tersebut dianggap
tidak ada
Dilakukan pembatalan oleh hakim karena adanya kekurangan
esensiil Pembatalan bersifat ex tunc
Ex tunc bahwa keputusan dinyatakan batal dan berakibat tidak sah
berlaku surut terhitung dari saat dikeluarkannya keputusan itu
3. Keputusan yang dapat dibatalkan (vernietig baar)
Keputusan yang Dapat Di Batalkan (vernietig baar) adalah Suatu
perbuatan yang bagi hukum perbuatan yang dilakukan akibatnya
dianggap sah sampai waktu pembatalan oleh hakim atau badan
pemerintahan yang kompeten
Dilakukan pembatalan oleh hakim atau badan yang mengeluarkan
keputusan karena suatu kekurangan dan bersifat ex nunc
Ex nunc bahwa keputusan dinyatakan batal dan berakibat tidak sah
berlaku surut terhitung dari saat keputusan itu dibatalkan (tidak
berlaku surut)

Arti Tindakan Pemerintah


 Van Vollen Hoven
Tindakan pemerintah adalah pemeliharaan kepentingan N dan
rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan
rendahan
 Romeijn
Tindakan pemerintah adalah tiap-tiap tindakan atau perbuatan dari
satu alat admimistrasi N (bestuurs organ) yang mencakup juga
perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang berada di luar lapangan
hukum tata pemerintahan seperti keamanan, peradilan dll, dengan
maksud menimbulkan akibat hukum dalam bidang HAN

 Komisi Van Poetje (1972)


Publiek rechtelijke handeling atau tindakan dalam H publik
adalah tindakan-tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa
dalam menjalankan fungsi pemerintahan.

Macam Tindakan Pemerintah


Beberapa macam tindakan pemerintah yang merupakan tindakan
hukum dalam rangka penyelenggaraan kepentingan umum yaitu:
1. Dengan membebankan kewajiban kepada organ-organ tertentu
untuk menyelenggarakan kepentingan umum
2. Dengan mengeluarkan UU yang bersifat melarang atau menyuruh
3. Memberikan perintah-perintah atau ketetapan-ketetapan yang
bersifat memberikan beban
4. Memberikan subsidi-subsidi atau bantuan-bantuan kepada swasta
5. Memberikan kedudukan hukum (rechtstatus) kepada seseorang
sesuai dengan keinginannya sehingga orang itu mempunyai hak &
kewajiban
6. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan swasta
7. Bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain untuk
kepentingan umum
8. Mengadakan perjanjian dengan warga N berdasarkan hal-hal yang
diatur dalam hukum

Cara Pelaksanaan Tindakan Pemerintah Menurut Utrecht:


1. Yang bertindak adalah administrasi itu sendiri
2. Yang bertindak adalah subyek hukum/badan hukum lain. yang
tidak termasuk administrasi N & dilakukan berdasarkan suatu
hubungan istimewa seperti badan- badan hukum yang diberi hak
monopoli
3. Yang bertindak adalah subyek hukum lain yang tidak termasuk
administrasi N yang menjalankan pekerjaan berdasarkan suatu
konsesi izin dari pemerintah
4. Yang bertindak adalah subyek hukum lain yang tidak termasuk
administrasi N yang diberi subsidi oleh pemerintah seperti
yayasan-yayasan pendidikan
5. Yang bertindak adalah pemerintah bersama2 subyek hukum lain
yang bukan administrasi N dimana kedua belah pihak bergabung
dalam kerjasama seperti Bank Industri Niaga (dalam dewan
direksi)
6. Yang bertindak adalah yayasan yang didirikan/diawasi
pemerintah
7. Yang bertindak adalah koperasi yang didirikan/diawasi oleh
pemerintah
8. Yang bertindak adalah perusahaan negara
Menurut Donner bahwa di samping melakukan tindakan- tindakan
hukum dalam menjalankan fungsi pemerintahan, maka AN juga
melakukan pekerjaan menentukan tugas-tugas "taatsteling" ataupun
tugas politik sekalipun itu bukan tugas utamanya
Administrasi negara diberi tugas untuk membentuk UU dan
peraturan-peraturan yang sebenarnya menjadi tugas legislatif
Pemberian tugas pembuatan peraturan-peraturan itu diberi
berdasarkan delegasi atau pelimpahan tugas kepada administrasi
negara yang disebut delegasi perUUan (delegatie van wetgeving)
Pelimpahan tugas melahirkan kewenangan

Pertemuan 4
Wewenang merupakan pengertian yang berasal dari hukum
organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan
aturan-aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan
wewenang pemerintahan oleh subjek hukum publik di dalam
hubungan hukum publik (Ridwan H.R)
Kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai
kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu,
dapat dirincikan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga
negara) (F.P.C.L. Tonnaer)
Kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai
kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu,
dapat dirincikan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga
negara) (F.P.C.L. Tonnaer)
Kewenangan pemerintahan adalah kekuasaan badan dan/atau
pejabat pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya untuk
bertindak dalam ranah hukum publik (Pasal 1 angka 6 UU Nomor
30 Tahun 2014)
Sebagai konsep hukum publik, wewenang (bevoegdheid)
dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechsmacht), dimana
konsep tersebut berhubungan pula dalam pembentukan besluit
(keputusan pemerintahan/AN) yang harus didasarkan atas suatu
wewenang

Bentuk Pelimpahan Kewenangan / Sumber Kewenangan


 Atribusi
Atribusi adalah pemberian Kewenangan kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan oleh UUD 1945 atau UU (Rumusan dalam
UU Nomor 30 Tahun 2014)
Kaitan pembentukan peraturan perUUan
Atribusi adalah pemberian kewenangan membentuk peraturan
perUUan yang diberikan oleh UUD atau UU kepada suatu lembaga
negara/pemerintahan Bersifat asli yang berasal dari peraturan
perUUan
Contoh atribusi :
Pasal 17 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemda:
Daerah berhak menetapkan kebijakan daerah untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah
Pasal 146 ayat (1) UU Pemda : Untuk melaksanakan perda atau
kuasa peraturan perUUan, kepala daerah menetapkan peraturan
kepala daerah
Pasal 236 UU Pemda :
(1) Untuk menyelenggarakan otoda dan tugas pembantuan, daerah
membentuk perda
(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh
DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah

Syarat-syarat Atribusi
a. Diatur dalam UUD dan/atau UU
b. Merupakan wewenang baru atau sebelumnya tidak ada
c. Atribusi diberikan pada badan dan/atau pejabat TUN/AN yang
memperoleh wewenang melalui atribusi :
Tanggung jawab kewenangan berada pada badan dan atau pejabat
TUN/AN yang bersangkutan
 Kewenangan atribusi tidak dapat didelegasikan kecuali diatur
dalam UUD dan/atau UU

 Delegasi
Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi
Kaitan pembentukan peraturan perUUan
Delegasi adalah pelimpahan kewenangan membentuk Peraturan
Perundang-undangan yang dilakukan oleh peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi kepada peraturan perundang-undangan
yang sejenis atau yang lebih rendah, baik pelimpahan dinyatakan
dengan tegas maupun tidak
Tanggung jawab yuridis tidak lagi ada pada pemberi delegasi
(delegans) tetapi beralih pada penerima delegasi (delegataris)
Misalnya:
untuk melaksanakan Perda dan atas kuasa peraturan perundang-
undangan, kepala daerah menetapkan Peraturan Kepala Daerah
dan/atau Keputusan Kepala Daerah

 Contoh delegasi
Pasal 20 ayat (1), (2), dan (4) UU Pemda:
(1) Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah
provinsi diselenggarakan :
a. Sendiri oleh daerah provinsi
b. Dengan cara menugasi daerah kabupaten/kota berdasarkan asas
tugas pembantuan; atau
c. Dengan cara menugasi desa
(2) Penugasan oleh daerah provinsi kepada kabupaten/kota
berdasarkan ayat (1) huruf b dan kepada desa pada ayat (1) huruf
c ditetapkan dengan peraturan gubernur sesuai dengan ketentuan
peraturan perUUan
(4) Penugasan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada desa
ditetapkan dengan peraturan bupati walikota sesuai dengan
ketentuan peraturan perUUan

 Syarat-syarat Delegasi Menurut Ten Berge:


a. Delegasi harus definitif, artinya delegans tidak dapat lagi
menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu
b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan kalau ada
ketentuan untuk itu dalam peraturan perundang- undangan
c. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hirarki
kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegasi
d. Kewajiban memberi keterangan (penjelasan), artinya delegans
berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan
wewenang tersebut
e. Peraturan kebijakan (beleidsregel), artinya delegans memberikan
instruksi (petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut

 Mandat
Adalah pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan
tanggung gugat tetap berada pada pemberi mandat
Tanggung jawab akhir keputusan yang diambil mandataris tetap
berada pada mandans (pemberi mandat)
 Diskresi
adalah keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan oleh Pejabat
Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkrit yang dihadapi
dalam penyelenggaraan pemerintahan, dalam hal peraturan
perundang-undangan tidak mengatur, tidak lengkap, tidak jelas,
dan/atau memberikan pilihan
Diskresi lazimnya dikenal dengan Ermessen di Indonesia dikenal
sebagai freies ermessen
Ermessen muncul jika dalam Peraturan Perundang-undangan
berbunyi: "dapat", "diberikan kewenangan", "boleh", "berhak", dan
"seharusnya"

 Kewenangan membuat keputusan hanya dapat diperoleh dengan


dua cara, yaitu atribusi atau delegasi
Kewenangan membuat peraturan perUUan hanya dapat diperoleh
dengan cara, yaitu atribusi atau delegasi atau diskresi
Mandat merupakan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan.
Pelimpahan ini bermaksud memberi wewenang kepada bawahan
untuk membuat keputusan a.n. pejabat TUN/AN yang memberi
mandat Keputusan itu merupakan keputusan pejabat TUN/AN yang
memberi mandat.
Tanggung jawab dan tanggung gugat tetap pada pemberi mandat.
Untuk mandat tidak perlu ada ketentuan peraturan perundang-
undangan yang melandasinya karena mandat merupakan hal rutin
dalam hubungan intim-hirarkis organisasi pemerintahan
 Kewenangan PerUUan Pemerintah
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang
memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan

 Kewenangan AN dalam Bidang PerUUan menurut Utrecht


Melalui kewenangan atas inisiatifnya sendiri
Kewenangan inisiatif bisa melahirkan peraturan yang setingkat UU
yaitu Perppu
Dasar kewenangan AN untuk membuat peraturan atas inisiatifnya
sendiri adalah Pasal 22 ayat (1) UUD 1945 yaitu: "bahwa dalam hal
ikhwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah sebagai pengganti UU"

 Melalui kewenangan delegasi perUUan


Kewenangan delegasi bisa melahirkan peraturan yang derajatnya di
bawah UU yaitu Peraturan Pemerintah
Dasar kewenangan AN untuk membuat peraturan atas delegasi
perUUan adalah Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 bahwa: "Presiden
menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan UU
sebagaimana mestinya
Setiap Keputusan dan/atau Tindakan wajib berdasarkan ketentuan
peraturan perUUan dan AAUPB
Peraturan PerUUan yang dimaksud meliputi:
a. peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar Kewenangan,
dan
b. peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dalam
menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan
Badan/pejabat pemerintah (AN) wajib mencantumkan atau
menunjukkan ketentuan peraturan perundangundangan yang menjadi
dasar Kewenangan dan dasar dalam menetapkan dan/atau melakukan
Keputusan dan/atau Tindakan
Ketiadaan atau ketidakjelasan peraturan perUUan (a dan b) tidak
menghalangi Badan/Pejabat Pemerintahan (AN) yang berwenang
untuk menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan
sepanjang memberikan kemanfaatan umum dan sesuai dengan AUPB
Dalam kajian hukum administrasi, mengetahui sumber dan cara
memperoleh wewenang organ pemerintahan penting, karena
berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum (rechtelijke
verantwording) dalam penggunaan wewenang tersebut, seiring
dengan salah satu prinsip dalam negara hukum; "geen bevoegheid
zonder verantwoordelijkheid atau there is no authority without
responsibility" (tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban)
Sumber kewenangan dapat dilihat pada konstitusi setiap negara yang
memberi suatu legitimasi kepada badan-badan publik untuk dapat
melakukan fungsinya. Perwujudan dari fungsi pemerintahan nampak
pada tindakan pemerintahan (besturrshandelingen)
Pertemuan 1
BENTUK-BENTUK PERBUATAN HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA
Administrasi negara dapat menggunakan hukum privat dalam
menjalankan tugasnya yaitu melakukan perbuatan-perbuatan menurut
hukum privat Misalnya, administrasi negara menyewa atau menyewakan
ruangan (Pasal 1548 KUHPerdata)
Perbuatan hukum publik yang bersegi dua (tweezijdige pupliekrechtelijke
handeling), yaitu suatu perjanjian berdasarkan hukum publik
Perbuatan hukum publik bersegi satu (eenzijdige pupliekrechtelijke
handeling)
Perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang dilakukan oleh badan
administrasi negara diberi nama "Ketetapan" atau "beschikking" dan
perbuatan membuat ketetapan ini disebut "penetapan"

JENIS PERBUATAN ADMINISTRASI NEGARA


Kategori Perbuatan Hukum
kategori perbuatan hukum (rechthandelingen)
Contoh memungut pajak, memberikan izin bangunan
Kategori bukan Perbuatan Hukum
kategori perbuatan yang bukan perbuatan hukum atau perbuatan tanpa
akibat yang diatur oleh hukum (geen rechts-tetapi hanya feitelijke
handelingen).
Contoh: membuat lapangan olah raga, membuat masjid
ADMINISTRASI NEGARA
• Administrasi negara adalah pemerintah, dan pemerintah adalah
personifikasi dari negara
• UU No.5 Thn 1986 tentang PTUN yang telah mengalami perubahan
dengan UU No.9 Thn 2004 dan UU Nomor 51 Thn 2009
Pasal 1 ayat (7):
Tata usaha negara adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun
daerah
PENGERTIAN PERBUATAN ADMINISTRASI
Administrasi / administrasi negara untuk dapat menjalankan tugas dan
fungsinya (Lemaire menyebut sebagai "Bestuurszorg") yaitu
menyelenggarakan kesejahteraan umum oleh pemerintah
maka administrasi negara melakukan berbagai macam perbuatan atau
kegiatan administrasi negara yang sering disebut sebagai tindak
administrasi negara atau perbuatan administrasi negara
PENGERTIAN PERBUATAN ADMINISTRASI
Romeyen mengemukakan bahwa tindakan (bestuurhandeling) adalah:
tiap-tiap tindakan/perbuatan dari satu alat perlengkapan pemerintahan
(bestuursorgaan), dan juga di luar lapangan hukum administrasi negara,
misalnya keamanan, peradilan dan lain- lain yang bermaksud untuk
menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi negara
Van Vollenhoven mengemukakan "bestuur" yaitu:
Pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat secara spontan dan
tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan (prinsip hierarkhi)
Spontan artinya segura atas inisiatif sendiri menghadapi keadaan dan
keperluan yang timbul, satu demi satu (individuele gevallen) termasuk
dalam bidangnya demi untuk kepentingan umum.

Anda mungkin juga menyukai