NIM : E0020376
1. MA, MK, dan PTUN Memiliki persamaan sebagai pengadilan administratif karena
ada proses dismissal dalam sistem beracaranya. Proses dimsissal merupakan
prosespenelitian terhadap gugatan yang masuk di Pengadilan Tata Usaha Negara oleh
Ketua Pengadilan. Dalam proses penelitian itu, Ketua Pengadilan dalam rapat
permusyawaratan memutuskan dengan Penetapan yang dilengkapi dengan
pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan itu dinyatakan tidak
diterima atau tidak. Dalam arti, ketika gugatan yang masuk bukanlah merupakan
kewenangan dari MK atau PTUN untuk mengadilinya, maka gugatan tersebut tidak
dapat diterima. Terkait MA, karena PTUN merupakan salah satu bagian dari lingkup
peradilan di MA, sehingga MA dan PTUN tentu memiliki persamaan; perbedaannya
hanya terletak pada tingkat pengadilannya.
2. Asas self obidience atau self respect merupakan asas yang mana diwajibkan untuk
menghormati putusan peradilan administrasi atau eksekusi putusan pengadilan. Dalam
kaitannya perihal menjadi poin lemah dalam penegakan putusan hakim PTUN
dikarenakan tidak dikenal adanya upaya pemaksa yang langsung melalui juru
sitaseperti halnya dalam prosedur hukum perdata. Dengan begitu, para pihak telah
dianggap mematuhi putusan hakim tanpa adanya upaya paksa dari pengadilan.
Setelah diuraikan menjadi dua bagian, maka timbullah analisis terkait objek sengketa
TUN sebagai berikut:
Dalam Bagian Satu menjelaskan terkait objek sengketa TUN, yakni KTUN.
Sebagaimana kita ketahui, Pasal 1 angka 3 telah menjelaskan terkait KTUN. Namun,
disamping itu, ada KTUN tambahan yang tidak tertulis dalam Pasal 1 angka 3
tersebut, namun tertulis dalam Pasal 3. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa yang
termasuk ke dalam objek sengketa TUN/KTUN yakni:
Selanjutnya, Bagian Dua menjelaskan terkait hal-hal yang bukan menjadi objek
sengketa TUN, dan menjelaskan pula terkait kondisi Pengadilan TUN dimana
tidak berwenang untuk mengadili sengketa TUN.
Maka dapat disimpulkan bahwa rumus yang dimaksud dalam nomor 4 yakni
menjelaskan terkait objek sengketa TUN (KTUN). Objek sengketa TUN tersebut
dikecualikan dengan objek-objek yang berada dalam Pasal 2; juga, dikecualikan
pula dengan Pasal 49 terkait ketidakwenangan pengadilan TUN untuk mengadili
dalam beberapa kondisi tertentu.
5. Dalam UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peratun, dikenal ada dua jalur penyelesaian
sengketa TUN yaitu;
a. Melalui upaya administratif (Pasal 48)
b. Melalui gugatan ke PTUN (Pasal 50)
Dengan begitu, pembahasan kali ini akan penulis akan bagi menjadi dua yaknki:
a. Upaya administratif
Menurut Pasal 1 angka 16 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, didefinisikan bahwa Upaya Administratif adalah proses
penyelesaian sengketa yang dilakukan dalam lingkungan Administrasi
Pemerintahan sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan dan/atau Tindakan yang
merugikan. Pada pokonya upaya administratif yakni suatu prosedur yang dapat
ditempuh oleh orang atau Badan Hukum Perdata apabila dia tidak puas terhadap
suatu keputusan atau tindakan badan atau pejabat Tata Usaha Negara. Prosedur
itu dilaksanakan di lingkungan Pemerintah (eksekutif) sendiri.
Upaya Administratif terdiri dari dua bentuk, yaitu:
o Keberatan, yakni dalam hal penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara
tersebut diajukan kepada dan diselesaikan sendiri oleh Badan atau Pejabat
TUN yang mengeluarkan Keputusan itu.
o Banding Administratif, yakni dalam hal penyelesaian sengketa Tata Usaha
Negara tersebut diajukan kepada dan diselesaikan oleh atasan pejabat atau
instansi lain dari pejabat yang mengeluarkan keputusan.
Dalam hal Banding Administratif, penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara
dilakukan oleh atasan pejabat atau instansi lain dari pejabat yang
mengeluarkan keputusan yang bersangkutan.
b. Gugatan ke PTUN
Pasal 50 UU Peratun mengatur bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas
dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha
Negara di tingkat pertama. Pada prinsipnya, orang atau Badan Hukum Perdata
yang mengajukan gugatan ke PTUN melalui alur yang dimlaui dari PTUN,
kemudian mengajukan banding ke PT.TUN, kemudian Kasasi ke MA, seperti
jalur berperkara di Peradilan Umum.