KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak RUSNIN, S.H, M.H sebagai
dosen pengampu mata kuliah Hukum Administrasi Negara yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………... 1
Daftar isi…………………………………………………………………………………. 2
BAB I
A. Pengertian……………………………………………………………………….. 3
B. Syarat-Syarat Sah Keputusan Dalam HAN…………………………………….. 3
C. Unsur-Unsur……………………………………………………………………. 3
D. UU Administrasi………………………………………………………………... 5
BAB II
Kesimpulan………………………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 9
BAB I
A. PENGERTIAN
UU PERATUN UU 51/2009 Psl. 1 angka 9 . Keputusan Tata Usaha Negara adalah
suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang
berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang
undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan
akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
C. UNSUR-UNSUR
• penetapan tertulis
• dikeluar kanoleh badan atau pejabat tata usaha negara
• berisitindakan hukum tata usaha negara
• berdasarkan peraturan perundan gundangan yang berlaku
• bersifat konkret, individual, dan final
• menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata
Penetapan Tertulis
1. UU 51/2009 cukup jelas
2. UU 5/1986 menunjuk kepada isi dan bukan kepada bentuk. ( tidak mesti formal
SURAT KEPUTUSAN)
3. Persyaratan tertulis itu diharuskan untuk kemudahan segi pembuktian.
3
4. sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat tertulis apabila sudah jelas:
a. Badan atau pejabat tata usaha negara mana yang mengeluarkannya;
b. Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu;
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan; dan
d. Apa yang ditetapkan di dalamnya
D. UU ADMINISTRASI
Pasal 87 Dengan berlakunya Undang- Undang ini, Keputusan Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 dan UndangUndang Nomor 51 Tahun 2009 harus dimaknai sebagai:
a. penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan factual
b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan penyelenggara negara lainnya
c. berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB
d. bersifat final dalam arti lebih luas;
e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/atau
f. Keputusan yang berlaku bagi Warga Masyarakat.
5
1. Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif,
legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
2. Kemudian, di dalam Pasal 2 UU 28/1999 dijelaskan siapa saja yang termasuk
penyelenggara negara, yaitu
1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara
2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
3. Menteri
4. Gubernur
5. Hakim
5
6. Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dengan
penyelenggara negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
6
f. Keputusan Yang Berlaku Bagi Warga Masyarakat.
PASAL 1 ANGKA 15 Warga Masyarakat adalah seseorang atau badan hukum
perdata yang terkait dengan Keputusan dan/atau Tindakan
7
BAB II
KESIMPULAN
Implikasi UU AP terhadap perubahan sistem Peradilan Tata Usaha Negara sangat signifikan.
Dimulai dari definisi KTUN yang diperluas, Diskresi juga diatur sebagai salah satu obyek
gugatan di PTUN. Ruang lingkup sumber terbitnya KTUN yang berpotensi menjadi sengketa
di PTUN juga semakin luas, yakni termasuk KTUN yang dikeluarkan di lingkungan TNI.
Pengajuan gugatan yang harus segera mendapatkan respon karena bila tidak mendapatkan
respon maka gugatan akan dianggap diterima. Hukum acara Peradilan TUN yang harus
mengakomodir perkembangan teknologi dan informatika, dimana permohonan gugatan,
pemanggilan, penyampaian putusan dapat dilakukan melalui media elektronik.
Dalam ketentuan peralihan UU AP disebutkan mengenai peraturan pelaksanaan harus
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak UU AP tersebut diundangkan. Namun
untuk materi-materi yang sudah jelas, sebaiknya segera dituangkan dalam perubahan UU
PTUN yang tidak harmonis lagi dengan UU AP yang baru. UU PTUN dituntut untuk
menyesuaikan dengan perkembangan hukum yang ada. Reformasi Administrasi Negara ini
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan Reformasi demokrasi.
Semoga UU AP dapat memacu percepatan terwujudnya akuntabilitas dan transparansi
sekaligus kepastian hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Fachruddin, Irfan, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah,
Bandung: P.T. Alumni, 2004
Indroharto, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993
Lotulung, Paulus E, Beberapa Sistem Tentang Kontrol segi Hukum Terhadap Pemerintah,
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 1986
Muchsan, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah dan Peradilan Tata
Usaha Negara Di Indonesia, Yogyakarta: Liberty 1992
SF, Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,
Yogyakarta: Liberty, 1997
Wijoyo, Suparto, Karakteristik Hukum Acara Peraadilan Administrasi (Peradilan Tata Usaha
Negara), Surabaya: Airlangga University Press, 2005
https://hukum.ub.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Keputusan-Tata-Usaha-Negara.pdf