Anda di halaman 1dari 8

MID HUKUM ACARA PTUN

Nama : Peldi Nopaldo Fransisco

Npm : 1880740119

1. Jelaskan latar belakang dan tujuan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dalam
sistem hukum di Indonesia.
2. Jelaskan struktur lembaga peradilan Tata Usaha Negara dan organ organ yang ada
didalamnya,
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sengketa Tata Usaha Negara dan sebutkan
kriteria keputusan tata usaha negara yang dapat menjadi objek sengketa.
4. Jelaskan kriteria Subjek Sengketa TUN dan bagaimana cara pemberian kuasa jika
subjek TUN ingin diwakili oleh Kuasa Hukum.
5. KASUS POSISI PERKARA TUN
Amir Syarifudin, bekerja sebagai pedagang berdomisili di Kelurahan Rawa Makmur
Kecamatan Muara Bangkahulu Kota Bengkulu. Pada Tahun 1990 Amir membeli
sebidang tanah seluas 1500 M2 kepada Ikhsan seharga Rp.5.000.000,- yang berada di
Desa Betungan Kota Bengkulu, dengan alas hak Surat Keterangan Tanah (SKT)
No.30/ 374/1990 yang dikeluarkan oleh Kepala Desa Betungan. Batas batas tanah
tersebut, Sebelah Utara berbatasan dengan jalan, Selatan dengan tanah Pujiastuti,
Sebelah Timur dengan dari Rudianto dan Barat berbatasan dengan tanah Septiani.
Semenjak tanah tersebut dibeli sampai sekarang tanah tersebut diurus dan ditanami
oleh orang kepercayaan Amir yang bernama Suratman.

Bahwa pada bulan September 2021 Amir bermaksud untuk mendaftarkan tanah
tersebut untuk dibuatkan sertifikat di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) kota
Bengkulu dengan mengajukan surat permohonan menerbitkan sertifikat tanah.
Ternyata surat permohonan Amir tersebut di jawab oleh BPN dengan surat
keterangan No.35/BPN/2021 tanggal 15 November 2021 yang menyatakan bahwa
diatas tanah miliknya sebahagian sudah terbit Sertifikat Hak Milik Nomor : 361
Tahun 2011 atas nama Muzakir seluas 200 M2.

Amir Syarifudin tidak terima diterbit sertifikat Hak Milik Nomor 361 atas nama
Muzakir oleh BPN Kota Bengkulu, karena Dia tidak pernah menjual sebagai tanah
tersebut kepada Muzakir atau pihak lain. Untuk membatalkan sertifikat tersebut Amir
berniat untuk mengajukan gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu.

Pertanyaan :
a. Jelaskan tindakan hukum pertama kali yang anda lakukan sebelum mengajukan
gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu
b. Apa yang menjadi Objek Gugatan dalam kasus tersebut?
c. Sebutkan siapa yang menjadi Penggugat dan Siapa yang menjadi Tergugat dalam
perkara tersebut.
d. Buat kerangka gugatan berdasarkan kasus tersebut diatas.
JAWABAN

1. Jelaskan latar belakang dan tujuan Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara dalam
sistem hukum di Indonesia.
Jawaban :
a. Latar Belakang Pembentukan PERADILAN TATA USAHA NEGARA
(PERATUN)
Ide dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara adalah untuk menyelesaikan sengketa
antara pemerintah dengan warga negaranya dan pembentukan lembaga tersebut
bertujuan mengkontrol secara yuridis (judicial control) tindakan pemerintahan yang
dinilai melanggar ketentuan administrasi (maladministrasi) ataupun perbuatan yang
bertentangan dengan hukum (abuse of power). Eksistensi Peradilan Tata Usaha
Negara diatur dalam peraturan perundang-undangan yang khusus yakni, Undang-
Undang No.5 Tahun 1986 Tentang PTUN yang kemudian dirubah dengan Undang-
Undang No.9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan terakhir diubah dengan Undang
Undang No.51 tahun 2009 dirasa sudah memenuhi syarat untuk menjadikan lembaga
PTUN yang profesional guna menjalankan fungsinya melalui kontrol yudisialnya.

Philipus M. Hadjon menyatakan bahwa perlindungan hukum bagi rakyat dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum
represif. Perlindungan hukum preventif adalah perlindungan hukum dimana rakyat
diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya
sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yangyang preventif bertujuan
untuk mencegah terjadinya sengketa, sedangkan sebaliknya perlindungan hukum yang
represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. Perlindungan hukum yang preventif
sangat besar artinya bagi tindakan pemerintah yang didasarkan kepada kebebasan
bertindak, karena dengan adanya perlindungan hukum yang didasarkan pada diskresi.
Dalam kajian Hukum Administrasi Negara, tujuan pembentukan peradilan
administrasi Negara (Peradilan Tata Usaha Negara) adalah: defenitif, artinya
perlindungan hukum preventif pemerintah terdorong untuk bersikap hati-hati dalam
mengambil keputusan.

b. Tujuan Pembentukan PERADILAN TATA USAHA NEGARA (PERATUN)


Adapun tujuan dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) adalah untuk
mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram serta
tertib yang dapat menjamin kedudukan warga masyarakat dalam hukum dan
menjamin terpeliharanya hubungan yang serasi, seimbang, serta selaras antara
aparatur di bidang tata usaha negara dengan para warga masyarakat. Dengan
terbentuknya Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) menjadi bukti bahwa
Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kepastian
hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 1991 pada tanggal 14 Januari 1991, Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN)
resmi beroperasi, salah satunya adalah PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
JAKARTA yang berkedudukan di ibukota Kabupaten/Kota, dengan daerah hukumnya
meliputi wilayah Kabupaten/Kota.

2. Jelaskan struktur lembaga peradilan Tata Usaha Negara dan organ organ yang ada
didalamnya
Jawaban :
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan sengketa Tata Usaha Negara dan sebutkan
kriteria keputusan tata usaha negara yang dapat menjadi objek sengketa.
Jawaban :
a. Sengketa Tata Usaha Negara
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo
Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
sengketa TUN adalah sengketa yang timbul antara orang atau Badan Hukum
perdata baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkan
Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Kriteria keputusan tata usaha negara yang dapat menjadi objek sengketa
1) Penetapan tertulis
Pengertian penetapan tertulis harus diperhatikan baik-baik. Karena penetapan
tertulis bukan berarti harus dinyatakan atau dibuat secara formal seperti halnya
surat keputusan atau surat izin mendirikan bangunan. Namun, penetapan
tertulis cukup hanya dengan tertulis di atas kertas. Hal ini dikarenakan
penetapan tertulis hanya dimaksud untuk pembuktian nantinya.
2) Badan atau pejabat tata usaha Negara
Berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 bahwa badan
atau pejabat yang mengeluarkan KTUN tersebut harus bersifat eksekutif yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3) Tindakan hukum tata usaha Negara
Untuk tindakan hukum perlu diketahui bahwa tindakan hukum tidak hanya
terbatas pada penerbitan atau dikeluarkannya suatu KTUN. Namun tindakan
hukum di sini harus diartikan bahwa tindakan tersebut juga termasuk tindakan
faktual. Tindakan yang dimaksud faktual adalah hal-hal yang merupakan
pelaksanaan dari KTUN yang tujuan untuk melaksanakan fungsi dari
pemerintahan khususnya administrasi seperti persiapan dari pelaksanaan suatu
KTUN misalnya persiapan perbaikan jalan. Tindakan Administrasi
Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara
negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan konkret
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.
4) Peraturan perundang-undangan yang berlaku
Tentunya dalam dikeluarkannya atau ditetapkan suatu KTUN perlu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mulai dari
kewenangan yang diberikan dari peraturan yang berlaku kepada pejabat
tersebut. Selain itu, isi dari penetapan tersebut tidak boleh melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Konkret
Konkret berdasarkan Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 bahwa
artinya tidak abstrak, namun masih berwujud tertentu atau dapat ditentukan.
6) Individual
Untuk individu artinya bersifat khusus untuk hal tertentu saja. Misalnya jika
KTUN ditujukan kepada orang-orang tertentu, maka KTUN tersebut harus
menyebutkan nama-nama tersebut. Konkret bertujuan untuk menuangkan hal-
hal yang bersifat umum dan abstrak ke dalam peristiwa yang jelas dengan
mengeluarkan KTUN agar hal tersebut dapat dilaksanakan seperti
pemberhentian si A sebagai pegawai negeri atau izin usaha bagi B; dan
7) Final
KTUN harus bersifat definitif dan karenanya dapat menimbulkan akibat
hukum yang artinya KTUN harus final. Untuk KTUN yang belum
mendapatkan persetujuan dari instansi atasan membuat KTUN itu belum final
dan karenannya belum dapat menimbulkan hak dan kewajiban.
8) Akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Untuk unsur terakhir adalah KTUN harus menimbulkan akibat hukum. KTUN
disini tidak hanya sebagai keputusan yang telah menimbulkan akibat hukum
saja, namun keputusan harus dilihat memiliki kemungkinan / potensi untuk
menimbulkan kerugian. Misalnya suatu KTUN yang bersifat mencabut izin
suatu badan hukum tanpa alasan yang jelas. Akibat hukum harus berupa (a)
terjadi perubahan hak, kewajiban atau kewenangan, (b) terjadi perubahan
kedudukan hukum pada badan hukum perdata atau seseorang, (c) terdapat hak,
kewajiban, kewenangan atau status yang ditetapkan.
Sebagai kesimpulan, KTUN yang menjadi objek sengketa di Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) adalah suatu penetapan tertulis yang menimbulkan suatu
akibat hukum karena tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan memberikan
kerugian atau potensi kerugian terhadap pihak masyarakat. Perlu diketahui, dalam
berperkara di PTUN juga harus memperhatikan syarat-syarat lainnya agar
terhindar dari ditolaknya gugatan. Maka dari itu, masyarakat perlu teliti dan
mempelajari terlebih dahulu terkait syarat-syarat tersebut yang meliputi objek
yang disengketakan yaitu KTUN

4. Jelaskan kriteria Subjek Sengketa TUN dan bagaimana cara pemberian kuasa jika
subjek TUN ingin diwakili oleh Kuasa Hukum.
Jawaban :
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009)”. Maka dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi Subjek di Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) adalah Seseorang atau
Badan Hukum Perdata sebagai Penggugat, dan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
sebagai Tergugat. . Adapun cara untuk pemberian kuasa jika subjek TUN ingin
diwakili oleh Kuasa Hukum diwujudkan dalam suatu surat pelimpahan yang dikenal
dengan sebutan Surat Kuasa.

5. KASUS POSISI PERKARA TUN


a) Jelaskan tindakan hukum pertama kali yang anda lakukan sebelum mengajukan
gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu
Jawaban :
Somasi adalah suatu peringatan atau pemberitahuan kepada debitur dari kreditur
yang menghendaki prestasi debitur pada waktu yang telah ditentukan.
b) Apa yang menjadi Objek Gugatan dalam kasus tersebut?
Jawaban :
Sebidang tanah seluas 1500 M2 yang berada di Desa Betungan Kota Bengkulu
c) Sebutkan siapa yang menjadi Penggugat dan Siapa yang menjadi Tergugat dalam
perkara tersebut
Jawaban :
Penggugat dalam kasus tersebut adalah sdr. Amir Syarifudin dan yang menjadi
tergugat dalam kasus tersebut adalah sdr Muzakir.
d) Buat kerangka gugatan berdasarkan kasus tersebut diatas.
Jawaban :
kerangka gugatan:
SURAT KUASA KHUSUS
Nomor : …../……../2021/HUK

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :


Nama : Amir Syarifudin
Kewarganegaraan : Indonesia
Tempat Tinggal : Kel. Rawa Makmur Kec. Muara Bangkahulu Kota
Bengkulu
Pekerjaan : Pedagang

Dengan ini memberikan kuasa kepada:


Prahmana, SH, MH, berkewarga negaraan Indonesia ; Pekerjaan Advokat pada
Kantor Advokat DUA SUADARA HUKUM; Beralamat Kantor di Kel. Selebar
Kec, Seluma Kab. Seluma ; Selanjutnya disebut Penerima Kuasa;

KHUSUS
Untuk dan atas nama Pemberi Kuasa baik secara bersama-sama maupun sendiri-
sendiri sebagai Penggugat melawan sdr. Muzakir sebagai Tergugat, dalam Perkara
sebidang tanah seluas 1500 M2 yang berada di Desa Betungan Kota Bengkulu
dengan objek sengketa: Sebidang Tanah;

Dalam hal ini Penerima Kuasa dikuasakan oleh Pemberi Kuasa untuk menerima,
mengajukan, menghadiri persidangan di Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu,
dan menandatangani surat-surat permohonan, gugatan, replik, kesimpulan,
mengajukan dan menolak bukti-bukti surat, saksi-saksi, maupun ahli, meminta
atau memberikan segala keterangan yang diperlukan, meminta putusan dan/atau
putusan sela, penetapan-penetapan, mengajukan permohonan pelaksanaan
putusan, termasuk menyatakan banding, membuat, menandatangani dan
mengajukan memori/kontra memori banding, menyatakan kasasi, membuat,
menandatangani dan mengajukan memori kasasi/kontra memori kasasi;

Seluma , 20 November 2021


Penerima Kuasa Pemberi Kuasa

Anda mungkin juga menyukai