Anda di halaman 1dari 18

PERADILAN TATA USAHA NEGARA

BAHAN PERTEMUAN KEENAM

1
JENIS PERADILAN DI INDONESIA

 UU Nomor 2 Tahun 1986 ttg Peradilan Umum jo UU Nomor 8 Tahun 2004 jo


PERADILAN UMUM UU Nomor 49 Tahun 2009
 Pengadilan anak, pengadilan tipikor, pengadilan niaga, pengadilan
hubungan industrial, pengadilan HAM, pengadilan perikanan

PERADILAN AGAMA UU Nomor 7 Tahun 1989 ttg Peradilan Agama jo UU Nomor 3 Tahun 2006 jo
UU Nomor 50 Tahun 2009.

PERADILAN MILITER UU Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer

PERADILAN TATA USAHA  UU Nomor 5 Tahun 19896 ttg Peradilan Tata Usaha Negara jo UU Nomor
NEGARA Tahun 2004 jo UU Nomor 51 Tahun 2009.
 Pengadilan pajak

UU Nomor 24 TAHUN 2003 tentang Mahkamah Konstitusi jo UU Nomor 8


PERADILAN KONSTITUSI Tahun 2011 UU Nomor 4 Tahun 2014 jo UU Nomor 7 Tahun 2020

2
ASAS HUKUM PTUN

1. Independensi hakim
2. Equality before of the law
3. Sidang terbuka untuk umum
4. Diperiksa oleh majelis hakim
5. Peradilan bersifat sederhana, cepat dan biaya ringan;
6. Hakim bersifat menunggu, inisiatif gugatan dari Penggugat
7. Beracara secara tertulis
8. Berperkara membayar biata perkara;
9. Beracara dapat diwakilkan;
10. Hakim bersifat aktif dalam pemeriksaan persidangan;
11. Gugatan ke PTUN tidak menunda pelaksnaan putusan PTUN;
12. Tidak dikenal gugatan balik;
13. Putusan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum;
14. Putusan harus diserta dengan alasan hukum
PENGERTIAN PTUN DASAR HUKUM PUTN

 Pasal 24 UUD 1945 :


 Undang-Undang No 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
salah satu pelaku kekuasaan  Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perunahan Atas Undang-
kehakiman bagi rakyat pencari Undang Nomor 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
keadilan terhadap sengketa Tata  Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Usaha Negara. Undang-Undang Nomor 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
.

SENGKETA TATA USAHA NEGARA

sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum
perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah,
sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa
kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
TATA USAHA NEGARA BADAN/PEJABAT TATA USAHA NEGARA

administrasi negara yang melaksanakan fungsi Badan atau pejabat yang melaksanakan urusan
untuk menyelenggarakan urusanpemerintahan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
baik di pusat maupun di daerah. undangan yang berlaku.

KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA

UNSUR-UNSUR KEPUTUSAN TUN


PENGERTIAN

suatu penetapan tertulis yang


 Penetapan tertulis
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
 dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN
usaha negara yang berisi tindakan
 tindakan hukum TUN yang berdasarkan peraturan
hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang- perundang-undangan yang berlaku;
 bersifat konkret, individual, dan final
undangan yang berlaku, yang bersifat
 menimbulkan akibat hukum;
konkret, individual, dan final, yang
 seseorang atau badan hukum perdata
menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata
UNSUR KPTUN

1. PENETAPAN TERTULIS :
 KPTUN merupakan tindakan pemerintahan sepihak yang dituangkan
dalam bentuk tertulis untuk menyelesaikan peristiwa konkret tertentu
 Istilah “penetapan tertulis” terutama menunjuk kepada isi dan bukan
kepada bentuk keputusan yang dikeluakan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara. Keputusan itu memang diharuskan tertulis, namun yang
disyaratkan tertulis bukanlah bentuk formalnya seperti surat keputusan
pengangkatan dan sebagainya.
 Persyaratan tertulis itu diharuskan untuk kemudahan segi pembuktian.
Oleh karena itu sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat tertulis
tersebut dan merupakan suatu Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara.
 menurut Undang-Undang tentang PTUN sudah jelas (tertulisnya) dalam
hal Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara mana yang mengeluarkannya;
maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu; kepada siapa tulisan itu
ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya.
Lanjutan UNSUR KPTUN

2. DIKELUARKAN OLEH BADAN/ PEJABAT TUN :


dikeluarkan oleh badan atau pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan PUU baik pada Pemerintah Pusat dan pemda.

3. BERISI TINDAKAN HUKUM TUN BERDASAR PUU YANG BERLAKU :


tindakan hukum tsb berdasar asas legalitas (PUU) yg merupakan sumber
wewenang pemerintahan untuk melakukan tindakan hukum TUN yang dapat
menimbulkan hak atau kewajiban pada orang lain.

4. BERSIFAT KONKRET, Bersifat konkret, artinya objek yang diputuskan


dalam KPTUN itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat
ditentukan, misanya keputusan mengenai rumah si A, izin usaha bagi si B,
atau pemberhentian si A sebagai pegawai negeri.
BERSIFAT INDIVIDUAL artinya KPTUN tidak ditujukan untuk umum, tetapi
tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju itu lebih dari
seorang, tiap-tiap nama orang yang terkena keputusan itu disebutkan,
misalnya keputusan tentang pembuatan atau pelebaran jalan dengan
lampiran yang menyebutkan nama-nama orang yang terkena keputusan
tersebut.
Lanjutan UNSUR KPTUN

BERSIFAT FINAL artinya sudah definitif dan karenanya dapat


menimbulkan akibat hukum. Keputusan yang masih memerlukan persetu-
juan instansi atasan atau instansi lain belum bersifat final karenanya belum
dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak yang
bersangkutan. Misalnya, keputusan pengangkatan seorang pegawai negeri
memerlu-kan persetujuan dari Badan Adminitrasi Kepegawaian Negara

5. MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM


Menimbulkan hubungan hukum baru berupa penegasan hak dan kewajiiban
dari subjek hukum tertentu

6. SESEORANG ATAU BADAN HUKUM PERDATA


persoon (orang) dalam lapangan hukum perdata : manusia dan badan
hukum perdata
TIDAK TERMASUK PENGERTIAN KPTUN

1. KPTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata;


2. KPTUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
3. KPUTN yang masih memerlukan persetujuan;
4. KPTUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-
undangan lain yang bersifat hukum pidana;
5. KPTUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. KPTUN mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;
7. Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil
pemilihan umum.
TINDAKAN TERMASUK PENGERTIAN KPTUN/DISAMAKAN
DENGAN KPTUN

1. Apabila Badan atau Pejabat TUN tidak mengeluarkan keputusan, sedangkan hal itu
menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan KPTUN
2. Jika suatu Badan atau Pejabat TUN tidak mengeluarkan keputusan yang dimohon,
sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan dimaksud telah lewat, maka Badan atau Pejabat TUNtersebut dianggap
telah menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.
3. Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak menentukan
jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka setelah lewat jangka
waktu empat bulan sejak diterimnya permohonan, Badan atau Pejabat TUN yang
bersangkutan dianggap telah mengeluarkan keputusan penolakan.
ALASAN YG DAPAT DIGUNAKAN
GUGATAN DALAM PTUN
DALAM GUGATAN

 Orang atau badan hukum perdata yang 1. KPTUN yang digugat itu
merasa kepentingannya dirugikan oleh bertentangan dengan peraturan
suatu KPTUN dapat mengajukan perundang-undangan yang berlaku;
gugatan tertulis kepada pengadilan 2. KPTUN yang digugat itu
yang berwenang yang berisi tuntutan bertentangan dengan asas-asas
agar Keputusan Tata Usaha Negara umum pemerintahan yang baik
yang disengketakan itu dinyatakan batal
atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi dan/atau
direhabilitasi.
 apa yang dapat dituntut di muka
Pengadilan Tata Usaha Negara terbatas
pada 1 (satu) macam tuntutan pokok
yang berupa tuntutan agar KPTUN yang
telah merugikan kepentingan penggugat
itu dinyatakan batal atau tidak sah.
AAUPB

1. Pasal 3 UU No. 28 Tahun 199 tentang Penyelenggara Negara Yang


Bersih dan Bebas KKN
Asas-asas Umum penyelenggaraan negara meliputi Asas Kepastian Hukum; Asas
Tertib Penyelenggaraan Negara; Asas Kepentingan Umum; Asas Keterbukaan; Asas
Proporsionalitas; Asas Profesionalitas, dan Asas Akuntabilitas.
2. Pasal 4 UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pelayanan publik berasaskan kepentingan umum; kepastian hukum;
kesamaan hak; keseimbangan hak dan kewajiban; keprofesionalan; partisipatif;
persamaan perlakuan/tidak diskriminatif; keterbukaan; akuntabilitas; fasilitas dan
perlakuan khusus bagi kelompok rentan; ketepatan waktu; serta kecepatan,
kemudahan, dan keterjangkauan.
3. Penjelasan Pasal 53 ayat (2) hurub b UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara
Yang dimaksud dengan “asas-asas umum pemerintahan yang baik” adalah meliputi
asas kepastian hukum; tertib penyelenggaraan negara;keterbukaan proporsionalitas;
profesionalitas;akuntabilitas, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme.
Lanjutan CONTOH AUPB
4. Pasal 58 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
Penyelenggara Pemerintahan Daerah dalam menyelenggarakan Pemerintahan
Daerah berpedoman pada asas penyelenggaraan pemerintahan negara yang terdiri
atas: kepastian hukum; tertib penyelenggara negara; kepentingan umum;
keterbukaan; proporsionalitas; profesionalitas; akuntabilitas; efisiensi; efektivitas;
dan keadilan.
5. Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan
AUPB yang dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi asas: kepastian hukum;
kemanfaatan; ketidakberpihakan; kecermatan; tidak menyalahgunakan kewenangan;
keterbukaan; kepentingan umum; dan pelayanan yang baik.
KONSEP GOOD GOVERNANCE
(ASAS-ASAS PEMERINTAHAN YANG LAYAK)

 Menurut sejarahnya, konsep good governance pertama kali diadaptasi dari praktisi
dari lembaga pembangunan internasional yang mengandung konotasi kinerja efektif
terkait dengan manajemen publik dan masalah korupsi
 Munculnya konsep good governance (asas-asas pemerintahan yang layak) berawal
dari kepentingan lembaga donor ( misalnya PBB, IMF, Bank Dunia, ADB) dalam
memberikan dana pinjaman kepada negara-negara berkembang.
 Selanjutnya good governance digunakan sebagai salah satu syarat bagi negara yang
membutuhkan pinjaman dana sehingga good governance digunakan sebagai standar
peraturan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan dan
cenderung berorientasi pada pengentasan kemiskinan di suatu negara
 good governance merupakan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, teratur,
tertib tanpa cacat, dan berwibawadengan mengaktualisasikan AAUPB yang digunakan
sebagai tidak tertulis melalui pelaksanaan hukum dan penaraoan hukum serta
pembentukan hukum
 GOOD GOVERNANCE = AAUPB
LITERATUR

 Ali Zainuddin, 2015, Pengantar Hukum Indonesia, Yayasan Masyarakat


Indonesia Baru, Jakarta.
 Djamali Abdoel R, 2014, Pengantar Hukum Indonesia, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
 Hadisoeprapto Hartono, 1999, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Liberty,
Yogyakarta
 Hadjon M Philipus dkk, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
 Ishaq H, 2014, Pengantar Hukum Indonesia (PHI), PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
 Kansil C.S.T dan Christine, 2005, Modul Hukum Administrasi Negara, PT
Pradnya Paramita, Jakarta
LITERATUR

 Ali Zainuddin, 2015, Pengantar Hukum Indonesia, Yayasan Masyarakat


Indonesia Baru, Jakarta.
 Djamali Abdoel R, 2014, Pengantar Hukum Indonesia, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
 Hadisoeprapto Hartono, 1999, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Liberty,
Yogyakarta
 Hadjon M Philipus dkk, 2011, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
 Ishaq H, 2014, Pengantar Hukum Indonesia (PHI), PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
 Kansil C.S.T dan Christine, 2005, Modul Hukum Administrasi Negara, PT
Pradnya Paramita, Jakarta
LITERATUR

 Kansil C.S.T, 1999, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia
Jilid 1, balai Pustaka, Jakarta
 Marbun S.F, 2003, Peradilan Administrasi dan Upaya Administratif di
Indonesia, Liberty, Yogyakarta
 Ridwan HR, 2010, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
 Utrecht E, 1986, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia,
Pustaka Tinta Mas, Surabaya.
KEKUASAAN KEHAKIMAN DALAM
SUSUNAN PENGADILAN PTUN
PTUN

 Kekuasaan kehakiman di lingkungan PTUN


dilaksanakan oleh :  Pengadilan terdiri atas :
a.Pengadilan Tata Usaha Negara; a. Pengadilan Tata Usaha Negara, yang
b.Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. merupakan pengadilan tingkat pertama;
 Kekuasaan kehakiman di lingkungan PTUN b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, yang
berpuncak pada Mahkamah Agung sebagai merupakan pengadilan tingkat banding.
Pengadilan Negara Tertinggi.
 Di lingkungan peradilan tata usaha negara  Susunan Pengadilan terdiri atas Pimpinan,
dapat dibentuk pengadilan khusus yang Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris.
diatur dengan undang-undang.  Pimpinan Pengadilan terdiri atas seorang Ketua
 Pada pengadilan khusus dapat diangkat dan seorang Wakil Ketua.
hakim ad hoc untuk memeriksa, mengadili,  Hakim anggota pada Pengadilan Tinggi Tata
dan memutus perkara yang membutuhkan Usaha Negara adalah Hakim Tinggi.
keahlian dan pengalaman dalam bidang
tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai