1.
Cindy A Tobing
(11010114140456)
2.
(11010114140458)
3.
Satria M Limbong
(11010114140472)
4.
5.
KOMPETENSI ABSOLUT
PERADILAN TUN PASCA
BERLAKUNYA UU ADMINISTRASI
PEMERINTAHAN
(Berdasarkan Paradigma UU No. 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan)
Melalui uraian tersebut, keputusan Tata Usaha Negara yang dapat menjadi
obyek sengketa Tata Usaha Negara, sangat luas. Namun apabila dilihat dari
pembatasan yang diberikan Undang-undang Peradilan Tata Usaha itu sendiri
sebagaimana diatur dalam pasal 2 UU Peradilan TUN, maka kompetensi
PeradilanTUNdalammengadiliKeputusanTUNadalahterbatas.
Pasal 2 UU Peratun : Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata
Usaha Negara menurut Undang-Undang ini :
a.
Negara
yang merupakan
perbuatan hukum
perdata;
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Selanjutnyapasal49UUPERATUNjugamasihmemberikanpengecualian
sebagaiberikut:
Pengadilan tidak berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa
tata usaha negara tertentu dalam hal keputusan yang disengketakan itu
dikeluarkan:
a.
luar
biasa
yang
membahayakan
berdasarkan
peraturan
Disampingpembatasan/pengecualiantersebutdiatas,dalamUndang-undang
peratunmengaturadanyakewenangantambahan,yaknisebagaimnadiaturdalam
pasal3UUPERATUN:
1) Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan
keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut
disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara.
2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan
keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah menolak
mengeluarkan keputusan yang dimaksud.
PemberlakukanUUNo.30Tahun2014tentangAdministrasiPemerintahan,
telah membawa perubahan besar terhadap kompetensi absolut Peradilan Tata
UsahaNegara.PerubahanyangterjadidengandiundangkannyaUUAdministarsi
Pemerintahan,adalahmenyangkuthal-halsebagaiberikut:
1.
PerluasanPemaknaanKeputusanTUN.(Pasal1angka7UUAP).
2.
Kompetensi
Peradilan
TUN
terhadap
Tindakan
administrasi
pemerintahan/tindakanfactualpejabatTUN.(Pasal1angka8UUAP).
3.
4.
5.
6.
UU No 5 Tahun 1986 jo UU No 51
Tahun 2009
UU No 30 Tahun 2014
Ketentuantersebutmengandungunsur:
Keputusanmengandungunsur:
1.
Penetapantertulis.
1.
2.
DikeluarkanolehBadandan/atau
usahaNegara
PejabatPemerintah
Dalam
UsahaNegara,
pemerintahan.
3.
4.
Bersifatkonkrit,
5.
Individualdan
6.
Final
7.
Ketetapantertulis
penyelenggaraan
2) Kompetensi
Peradilan
TUN
terhadap
Tindakan
administrasi
mengajukan
gugatan
ke
Pasal1angka8UUAP:
Tindakan Administrasi Pemerintahan yang selanjutnya disebut Tindakan
adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara lainnya
untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan
rangka penyelenggaraan pemerintahan.
konkret
dalam
Dariketentuanpasal75ayat(1)j.o.Pasal76ayat(3)j.i.s.Pasal1angka8
UU AP tersebut, memberikan perluasan kompetensi Peradilan Tata Usaha
Negara. Sebelumnya obyek sengketa TUN terbatas hanya keputusan TUN
(dalambentuktertulis)saja,tetapiberdasarkanUUAPTindakanAdministrasi
Pemerintahan/Tindakan factual administrasi Pemerintahan juga menjadi
kompetensiPeradilanTataUsahaNegara.
Sebelum berlakunya UU No. 30 Tahun 2014, Tindakan Administrasi
Pemerintahan/Tindakan factual administrasi Pemerintahan adalah menjadi
kompetensi absolut Peradilan Umum. Yakni dalam format gugatan perbuatan
melawanhukumpenguasa(onrechtmatige overhaitdaad). JadiPeradilanTUN
berwenang mengadili, tidak hanya tindakan hukum (rechtelijke handeling)
tetapitermasuktindakanfaktual(feitelijke handeling).
Pasal21UUAP
(1) Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, dan memutuskan
atau
tidak
ada
ada
Pejabat Pemerintahan.
(2) Badan dan/atau
kepada Pengadilan untuk menilai ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan
Wewenang dalam Keputusan dan/atau Tindakan.
Sesuaiketentuantersebut,makakewenangan/kompetensiiPeradilanTUN
menjadi diperluasa, yakni berwenang menerima, memeriksa, dan
memutuskanadaatautidakadaunsurpenyalahgunaanwewenang
yangdilakukanolehPejabatPemerintahan.
Kewenangan ini bertitik singgung dengan kewenangan peradilan umum,
khususnya peradilan pidana. Karena selama ini mengenai unsur ada atau
tidaknya penyalah gunaan wewenang dalam kasus pidana adalah menjadi
kewenanganhakimpidana.
Sebagaimanadiuraikandiatas,dariketentuanpasal75ayat(1)j.o.Pasal76
ayat (3) j.i.s. Pasal 1 angka 8 UUAPtelah memberikan perluasan kompetensi
PERATUN. Sebelumnya obyek sengketa TUN hanya keputusan TUN (dalam
bentuktertulis)saja,tetapiberdasarkanketentuantersebutTindakanAdministrasi
Pemerintahan/Tindakan factual administrasi Pemerintahan juga menjadi
kompetensiPeradilanTataUsahaNegara.
Sebelum berlakunya UU No.30 Tahun 2014, Tindakan Administrasi
Pemerintahan/Tindakan factual administrasi Pemerintahan adalah menjadi
kompetensi absolut Peradilan Umum. Yakni dalam format gugatan perbuatan
melawanhukumpenguasa(onrechtmatige overhaitdaad).
Pasal1angka16:
Upaya Administratif adalah proses penyelesaian sengketa yang dilakukan
dalam lingkungan Administrasi Pemerintahan sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan dan/atau Tindakan yang merugikan.
Berbeda dengan pengaturan pada UU PERATUN, yang memberikan
kewenanganPengadilanTinggi/BandinguntukmengadilisengketaTUNyang
berasal dari Upaya Administratif. (Pasal 48 j.o. Pasal 51 ayat (3) UU
PERATUN).
Dengan berlakunya UU No. 30 Tahun 2014, tentang AP, maka seluruh
Gugatan yang berasal dari Upaya Administratif (baik prosedur keberatan
maupun banding administratif,), adalah menjadi kewenangan Peradilan TUN
TingkatPertama.
Pasal75Ayat1UUAP:
Warga Masyarakat yang dirugikan terhadap Keputusan dan/atau Tindakan
dapat mengajukan Upaya Administratif
mengajukan
gugatan
ke
Pengadilan.
Yang dimaksud dengan Pengadilan, menurut pasal 1 angka 18 UU AP
adalahPengadilanTataUsahaNegara.
KeputusanFiktifPositifadalahkeputusanyangmerupakananggapanbahwa
Badandan/atauPejabatPemerintahantelahmenerbitkankeputusanyangbersifat
mengabulkan permohonan, dikarenakan tidak ditanggapinya permohonan yang
diajukanolehpemohonsampaidenganbataswaktuyangditentukanatauapabila
tidak ditentukan telah lewat sepuluh hari setelah permohonan yang sudah
lengkapditerima.
Berdasarkan Permohonan Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang
memutuskanmengenaipenerimaanpermohonanyangdiajukanpemohon.
KetentuandalamUUAPtersebutadalahberbedadenganketentuanpasal3
UUPERATUNyangmenganutrezimfiktifnegative.Artinya,PeradilanTUN
berwenangmengadiligugatanterhadapSikapdiamBadan/PejabatTUNyang
tidakmenerbitkankeputusanyangdimohonatauyangmenjadikewajibannya,
sikap diam mana adalah dipersamakan sebagai Keputusan Penolakan (fiktif
negative).
Berdasarkan ketentuan pasal 53 UU AP, apabila dalam batas waktu
sebagaimana ditentukan UU, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak
menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan, maka
permohonantersebutdianggapdikabulkansecarahukum.