Anda di halaman 1dari 6

Analisis Kasus Cyber Crime yang Terpublikasi di Media (Peretasan Akun

Instagram Anak Artis)


Matakuliah : Manajemen Investigasi Tindak Kriminal
Dosen Pengampu : Yudi Prayudi S.Si., M.Kom

disusun oleh kelompok:


1. Luthfi Febriansyah (15917112)
2. Zaenudin (15917124)
3. Erfan Wahyudi (15917209)
4. Devi Ratnasari (15917206)
5. Subektiningsih (15917225)

PROGRAM PASCASARJANA TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
2016
Analisis Kasus Cyber Crime yang Terpublikasi di Media (Peretasan Akun
Instagram Anak Artis)
Dalam melakukan investigasi dan analisis suatu kasus kriminal baik itu cyber crime
maupun konvensional, seorang investigator harus mampu menempatkan dirinya sebagai
seorang kriminal (kriminolog) guna membantu mempermudah investigasi dan
pemecahan kasus. Karena seorang kriminolog tentunya sudah memahami segala jenis
kejahatan yang sering dilakukan pelaku kriminal yang mencakup gejala sosial dan
perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum dan norma masyarakat yang berlaku.
Untuk memecahkan suatu kasus, investigator harus bisa memetakan suatu kasus
menjadi beberapa bagian untuk mempermudah proses investigasi:

1. Menarasikan ulang
Menarasikan ulang dengan cara membuat ilustrasi atau skenario bagaimana suatu
kejahatan tersebut terjadi, tujuannya supaya investigator mendapat gambaran secara
menyeluruh terhadap kasus yang sedang dipecahkan tersebut.

2. Memetakan aspek hukum yang dilanggar


Suatu kejahatan dapat diproses secara hukum apabila terbukti melanggar hukum dan
aturan-aturan yang berlaku, jadi seorang investigator harus bisa memetakan atau
menentukan aspek hukum apa saja yang dilanggar oleh pelaku kejahatan tersebut.

3. Siapa yang terlibat dan perannya


Investigator harus bisa memetakan pelaku kejahatan berdasarkan perannya di
lapangan, sehingga alur dari sebuah kejadian dapat diketahui secara jelas.

4. Motiv
Motiv merupakan suatu alasan atau motvasi yang membuat pelaku melakukan tindak
kejahatan tersebut.

5. Modus
Modus merupakan serangkaian tahapan yang dilakukan pelaku untuk melakukan
aksinya, mulai dari tahap perencanaan hingga pelaku berhasil melakukan aksi
kejahatannya.

6. Potensi bukti digital


Dalam kasus tersebut, apa saja yang bisa dijadikan sebagai barang bukti digital
maupun elektronik untuk dilakukan analisa lebih lanjut terhadap temuan bukti digital
guna memudahkan investigator dalam memecahkan kasus tersebut.

Contoh Kasus Peretasan Akun Instagram


Jakarta - Seorang pelajar J (17) ditangkap Subdit Cyber Crime Ditreskrimsus Polda Metro Jaya
karena meretas akun Instagram artis Verrell Bramasta (20). Alih-alih memulihkan data IG anak
Venna Melinda ini, pelaku memeras korban.
Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Fadil Imran mengatakan pelaku ditangkap
pada 27 Mei 2016 lalu setelah polisi menerima laporan dari Verrell. Pelaku awalnya meretas akun
IG korban dan mengubah alamat email korban sehingga korban tidak bisa mengakses akun IG-nya.
"Setelah itu, pelaku menghubungi korban dan menawarkan jasa pengembalian akun
Instagram korban dengan harga Rp 50 juta selama 6 bulan," ungkap Fadil, Sabtu (4/6/2016).
Korban akhirnya menyetujui dengan kesepakatan membayar tahap awal sebesar Rp 5 juta.
Pelaku kemudian diciduk di salah satu mal di kawasan Jakarta Selatan saat bertransaksi dengan
korban. "Dari hasil pengembangan, ternyata pelaku ini dibantu oleh kakaknya seorang mahasiswi
berinisial AA (21)," ungkapnya.
Adapun barang bukti yang disita dari pelaku yakni 3 buah handphone, 1 Macbook, 2 buah buku
rekening dan 3 buah ATM. Atas perbuatannya, kedua pelaku dipersangkakan dengan UU Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE).
Mengingat pelaku masih di bawah umur, lanjut Fadil, pihaknya akan berkomunikasi lebih
jauh dengan KPAI dan Balai Pemasyarakatan (Bapas). "Memang dalam UU Perlindungan Anak ada
tahap pendampingan dan rehabilitasi anak yang berhadapan dengan hukum, dan kami juga akan
berkoordinasi dengan KPAI dan Bapas untuk penanganan selanjutnya," jelas Fadil.

Anak Berbakat
Menurut Fadil, pelaku tidak mengenyam pendidikan formal namun memiliki kecerdasan
yang cukup berpotensi. Pengalamannya meretas akun media sosial hanya didapatnya secara
otodidak.
"Pelaku ini sekolahnya hanya kejar Paket C. Tetapi dia punya kemampuan IT yang itu dia
dapat dari searching-searching di internet," imbuh Fadil.
Agar kemampuannya ini tersalurkan dengan baik, orang tua dan lembaga pemerintah perannya
sangat diperlukan dalam hal ini.
"Semua harus care, tidak abai. Kami polisi terus melakukan giat pemolisian masyarakat/polmas
di dunia maya. Kami juga akan menggandeng civitas akademika UI dan PTIK untuk mensosialisasikan
kampanye 'Save Child on The Internet'," lanjutnya.
Lebih lanjut, polisi juga akan bekerjasama dengam provider untuk mengawasi konten-konten
yang diakses melalui internet. "Kita saling bertukar informasi dan melakukan upaya monitoring
terhadap konten-konten yang membahayakan, seperti salah satunya pornografi," pungkasnya.
(mei/aan)
Sumber:
http://news.detik.com/berita/3225377/polisi-tangkap-pelajar-peretas-akun-instagram-a
nak-anggota-dpr-venna-melinda
Analisis Kasus
1. Menarasikan ulang kasus
Ilustrasi Kasus
a. Pelaku (J) meretas akun instagram korban
b. Pelaku (J) merubah alamat email korban
c. Pelaku (J) menghubungi korban dan menawarkan jasa pengembalian akun
instagram korban dengan harga Rp 50 juta selama 6 bulan
d. Korban menyetujui dengan kesepakatan membayar tahap awal sebesar Rp 5 juta
e. Pelaku diciduk polisi di salah satu mal di kawasan Jakarta Selatan saat
bertransaksi dengan korban

2. Memetakan aspek hukum yang dilanggar


a. Melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) Pasal 30 yaitu sengaja dan tanpa hak mengakses
komputer atau sistem elektronik orang lain. Varian delik dalam pasal 30 UU ITE
dapat dibagi menjadi tiga perbuatan, yaitu dengan sengaja dan tanpa hak:
1) Mengakses komputer atau sistem elektronik
2) Mengakses komputer atau sistem elektronik dengan tujuan untuk
memperoleh informasi elektronik
3) Melampaui, menjebol, melanggar, sistem pengaman dari suatu komputer atau
sistem elektronik untuk dapat mengakses komputer atau sistem elektronik
tersebut
Ancaman dari pasal 30 tersebut adalah pidana penjara paling lama 8 (delapan_
tahun dan/atau denda paling banyak 800 juta rupiah (Pasal 51 ayat 1 UU ITE).

b. Melanggar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan


Transaksi Elektronik (UU ITE) Pasal 35 yaitu manipulasi informasi atau
dokumen elektronik yang berbunyi:

Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan
manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik
dan/atau dokumen elektronik tersebut dianggap seolah-olah data yang otentik

Ancaman dari pasal 35 tersebut adalah pidana penjara paling lama 12 tahun
dan/atau denda paling banyak 12 miliar rupiah (pasal 51 ayat 1 UU ITE).

c. Pemerasan dan Pengancaman Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)


dalam Pasal 368 ayat 1 KUHP:
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, memaksa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling
lama sembilan tahun.

3. Siapa yang terlibat dan perannya


Pelaku melakukan aksinya sendirian dengan melakukan peretasan akun media
sosial instagram milik korban dan meminta sejumlah uang untuk pengembalian akun.

4. Motiv
a. Meretas akun instagram secara ilegal
b. Memeras korban

5. Modus
a. Mencari informasi tentang ID instagram korban
b. Meretas akun instagram milik korban
c. Mengganti email korban
d. Menghubungi korban dan meminta sejumlah uang tebusan

6. Potensi bukti digital dan elektronik yang ditemukan


a. 3 buah handphone (call log, sms log, gps, browser history)
b. 1 buah Macbook (file log, dokumen, browser history)
c. 2 buah buku rekening
d. 3 buah ATM
Pemetaan Kasus Menggunakan xMind

Anda mungkin juga menyukai