Anda di halaman 1dari 4

Undang - Undang ITE

UU ITE atau Undang - undang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan undang -
undang yang mengatur mengenai informasi dan transaksi elektronik. UU ITE pertama kali
disahkan dan ditetapkan melalui UU No. 1 Tahun 2008 sebelum akhirnya direvisi dengan UU
No. 19 Tahun 2016. Berdasarkan dengan UU ITE, informasi elektronik sendiri merupakan
salah satu atau sekumpulan data elektronik, tapi tidak terbatas pada tulisan saja, suara,
gambar, peta, foto, telegram, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol yang telah diolah yang
mempunyai arti dan dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
Sementara, transaksi elektronik merupakan perbuatan hukum yang dilakukan dengan
menggunakan komputer, jejaring komputer, dan media elektronik lainnya.

Manfaat UU ITE

Salah satu pertimbangan dari pembentukan UU ITE sendiri adalah pemerintah perlu
mendukung pengembangan teknologi informasi melalui infrastruktur hukum dan
pengaturannya sehingga pemanfaatan teknologi informasi dapat dilakukan secara aman untuk
mencegah adanya penyalahgunaannya dengan memperhatikan nilai - nilai agama dan sosial
budaya masyarakat Indonesia. Sementara, secara umum UU ITE mempunyai beberapa
manfaat jika dilaksanakan dengan benar. Sebagai Undang - undang yang mengatur informasi
dan transaksi elektronik di Indonesia, berikut beberapa manfaat UU ITE :
1. Menjamin kepastian hukum untuk masyarakat yang melakukan transaksi elektronik
2. Mendorong adanya pertumbuhan ekonomi di Indonesia
3. Salah satu upaya mencegah adanya kejahatan yang dilakukan melalui internet
4. Melindungi masyarakat dan pengguna internet lainnya dari berbagai tindak kejahatan
online

Undang - Undang ITE terdiri dari beberapa pasal dan ayat yaitu :
1. Pengakuan informasi atau dokumen elektronik sebagai alat bukti hukum yang sah
( Pasal 5 & Pasal 6 UU ITE )
2. Tanda tangan elektronik ( Pasal 11 & Pasal 12 UU ITE )
3. Penyelenggaraan sertifikasi elektronik ( Pasal 13 & Pasal 14 )
4. Penyelenggaraan sistem elektronik ( Pasal 15 & Pasal 16 UU ITE )
5. Perbuatan yang dilarang ( Cybercrimes ). Beberapa cybercrimes yang diatur dalam
UU ITE, antara lain :
a. Konten ilegal, yang terdiri dari antara lain : kesusilaan, perjudian, penghinaan
atau pencemaran nama baik, pengancaman dan pemerasan ( Pasal 27, Pasal
28, Pasal 29 UU ITE )
b. Akses Ilegal ( Pasal 30 )
c. Intersepsi Ilegal ( Pasal 31 )
d. Gangguan terhadap data ( Pasal 32 UU ITE )
e. Gangguan terhadap sistem ( Pasal 33 UU ITE )
f. Penyalahgunaan alat dan perangkat ( Pasal 34 UU ITE )

Pasal yang akan dibahas pada kali ini yaitu :


Pasal 28 ayat ( 1 ), pada pasal ini membahas mengenai berita bohong yang dimana hal ini
sangat jelas dilarang dan sudah ditetapkan pada pasal ini. Pasal 28 ayat (1) UU ITE ini
berbunyi bahwasanya setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan atau
mempublikasikan berita bohong serta menyesatkan yang pada akhirnya mengakibatkan
kerugian pada konsumen dalam transaksi elektronik tersebut akan dikenakan hukuman sesuai
dengan perbuatannya.

Bagi para pelaku penyebar berita kebohongan ini bakal dikenakan pidana dengan hukuman
pidana penjara paling lama yaitu 6 tahun dan dikenakan denda juga paling banyak yaitu Rp
1.000.000.000,00 ( satu miliar rupiah ).

Contoh Kasus : ( Kasus Hoax Ratna Sarumpaet )


Media sosial sempat digegerkan dengan kasus penganiayaan yang dialami oleh public
figure berinisial RS. Sebuah akun mengunggah informasi mengenai dugaan penganiayaan
beserta sebuah foto aplikasi chatting tanggal 22 Oktober 2018.
Kabar ini kemudian dikonfirmasi oleh oknum RM, yang mengatakan bahwa RS merasa
ketakutan dan trauma atas penganiayaan yang diterimanya. Beberapa orang yang diketahui
merupakan rekan RS juga mengonfirmasi hal ini. Setelahnya, berita ini langsung ditangani
oleh pihak kepolisian. Berdasarkan hasil penyelidikan, berita yang beredar mengenai tindak
penganiayaan yang diterima RS merupakan berita palsu. Setelahnya, RS juga mengaku
bahwa kabar yang beredar tidaklah benar, dan foto yang beredar di internet merupakan
fotonya setelah menjalani operasi sedot lemak di pipi. Pengakuan ini membuat RS diminta
untuk mengundurkan diri dari Badan Pemenangan salah satu pasangan Capres di pemilu 2019
dan ancaman 10 tahun penjara.

Berdasarkan hasil penyelidikan, berita yang beredar mengenai tindak penganiayaan


yang diterima RS merupakan berita palsu. Setelahnya, RS juga mengaku bahwa kabar yang
beredar tidaklah benar, dan foto yang beredar di internet merupakan fotonya setelah
menjalani operasi sedot lemak di pipi. Pengakuan ini membuat RS diminta untuk
mengundurkan diri dari Badan Pemenangan salah satu pasangan Capres di pemilu 2019.
Pihak kepolisian juga menangkap RS untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan
ancaman 10 tahun penjara.

Pasal 28 ayat ( 2 ), pada pasal ini memjelaskan mengenai permasalahan seputar ujaran
kebencian dan hukuman bagi para pelaku yang menimbulkan pertengkaran. Pada pasal 28
ayat ( 2 ) ini berbunyi bahwasanya orang yang menyebarkan informasi dengan tujuan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antar golongangan ( SARA ) juga merupakan
perbuatan yang dilarang dalam pasar 28 ayat ( 2 ) UU ITE.

Hukuman yang diberikan untuk pelaku ujaran kebencian sebagaimana telah dijelaskan pada
pasal 28 ayat ( 2 ) adalah dipidana dengan hukuman pidana penjara paling lama 6 tahun dan
denda paling banyak yaitu Rp 1.000.000.000,00 ( Satu Miliar Rupiah).
Contoh Kasus : (Jonru Ginting)

Tersangka kasus dugaan ujaran kebencian di media sosial, Jonru Ginting tengan berjalan
keluar dari ruang penyidikan dengan pengawalan petugas kepolisian usai menjalani
pemeriksaan lanjutan di Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, Jakarta, Minggu. Penyidik
Ditreskrimsus Polda Metro Jaya telah melakukan penahanan terhadap Jonru Giting atas
dugaan penyebaran ujaran kebencian melalui konten yang dia unggah di media sosial.
Unggahan Jonru di media sosial dinilai sangat berbahaya dan jika dibiarkan dapat memecah
belah bangsa Indonesia, salah satu postingan Jonru yang dipermasalahkan penyidik adalah
soal Quraish Shihab yang akan menjadi imam salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Menurut Jonru, Quraish Shihab tidak pantas menjadi imam lantaran pernyataanya yang
menyebut wanita Muslim tidak perlu menggunakan jilbab. Kemudian, Jonru mengajak umat
Islam tidak salah Idul Fitri di Masjdi Istiqlal jika imamnya adalah Quraish shihab

Anda mungkin juga menyukai