Anda di halaman 1dari 6

Kasus Kejahatan Internet Melibatkan Anak di Bawah Umur

Anak-anak generasi muda saat ini adalah anak yang lahir di tengah perkembangan teknologi (digital
native). Tidak mengherankan ketika anak di bawah umur sudah akrab dengan gadget maupun dunia
maya.

Tidak dipungkiri, perkembangan dunia internet juga membawa sisi positif. Tetapi sisi negatifnya, banyak
pengaruh yang diberikan terhadap generasi muda dari internet, salah satunya adalah kejahatan di dunia
maya. Direktorat Reskrimsus Polda Metro Jaya mengungkap 6 kasus kejahatan di dunia maya yang
melibatkan anak di bawah umur selama periode Mei 2016. Dalam kasus ini, ada beberapa anak di bawah
umur yang merupakan pelaku kejahatan.

"Ada 6 kasus yang diungkap tim Direktorat Reskrimsus Polda Metro Jaya selama kurun Mei 2016. Yang
mana dari 6 kasus ini ada anak yang sebagai korban dan ada pula yang menjadi pelaku," ujar Kabid
Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat
(3/6/2016). Keenam kasus itu adalah perkara hacking Instagram, pornografi, penipuan online,
penghasutan via Facebook, pengancaman bom hingga prostitusi online. "Dari 6 kasus ini ada 5 orang
anak di bawah umur sebagai pelaku dan 2 orang anak di bawah umur sebagai korban," imbuhnya. Salah
satu contoh kasus yakni perkara hacking Instagram milik VB (20), anak dari seorang artis Ibu Kota yang
dilakukan oleh seorang pelajar SMA yang masih berusia 17 tahun. Pelaku meretas akun Instagram VA,
kemudian menawarkan akan mengembalikan akun korban seperti sedia kala dengan meminta imbalan
sejumlah uang.

"Pelaku ini termasuk pintar. Dia mempelajari cara-cara meretas akun Instagram melalui internet," ujar
Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Fadil Imran.

Wadir Reskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Hengki Haryadi menambahkan kejahatan via internet lainnya
yang melibatkan anak usia 17 tahun yakni perkara pornografi. Pelaku menyebarkan foto-foto telanjang
anak perempuan di bawah umur melalayi situs www.supersexxxxxx.com. "Akibat perbuatan pelaku ini,
korban sampai dikeluarkan dari sekolahnya karena ada foto korban yang mengenakan seragam sekolah
dan tersebar di situs porno sehingga diketahui oleh pihak sekolah," tambahnya.

Hipotesa: Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan anak muda generasi penerus
bangsa. Untuk mengantisipasi hal itu, Polda Metro Jaya terus berupaya melakukan patroli di dunia maya
serta berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk memblokir situs konten
pornografi.

Cyber crime yang dilakukan anak dibawah umur, merupakan dampak negatif dari perkembangan
pembangunan globalisasi dibidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup yang telah membawa perubahan sosial mendasar dalam
kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Sesuai dengan Pasal 27 ayat
(1) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
(selanjutnya disebut UU 11/2012), didalam tindakan penahanan, penyidik seharusnya melibatkan pihak-
pihak yang berkompeten seperti Psikolog, Pembimbing kemasyarakatan atau ahli lain yang diperlukan
jadi penyidik anak tidak salah dalam mengambil suatu keputusan. Selanjutnya, pada Pasal 30 ayat (1) UU
11/2012, anak bawah umur seharusnya ditempatkan secara terpisah dan tidak boleh digabungkan
dengan tahanan orang dewasa. Penahanan terhadap anak dibawah umur ditempatkan disuatu tempat
khusus untuk anak yakni pada Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) atau Lembaga
Penyelenggaraan Kesejahteraan sosial (LPKS) apabila belum terdapat LPAS.

Hal ini adalah untuk mencegah akibat-akibat negatif dari pengaruh dan orang dewasa. Berkaitan dengan
kejahatan dunia maya yang dilakukan oleh anak dibawah umur, seharusnya setelah proses penegakan
hukum, orang tua dari anak yang terlibat, sebaiknya diwajibkan untuk memberikan arahan-arahan
dalam penggunaan TI dan batas-batas dan dalam penggunaanya. Pada hakikatnya, harus terdapat
keseimbangan antara media, sarana, tujuan dan kontrol atau penegakan nilai dalam hukum pidana.

Situs Pembajak Film

Fimela.com, Jakarta Aksi pembajakan sudah sangat merajalela di Indonesia. Tindakan tegas pun
dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) dan Kementerian Hukum dan
HAM (Kemkumham). Pemerintah telah resmi memblokir 22 situs pembajak film di Indonesia.

Kemkominfo menutup ke-22 situs ilegal tersebut secara resmi pada Selasa, 18 Agustus 2015. Adapun
situs-situs yang dimaksud yaitu ganool.com, nontonmovie.com, bioskops.com, ganool.ca, kickass.to,
thepiratebay.be, downloadfilmbaru.com, ganool.co.id, 21filmcinema.com, gudangfilm.faa.im,
movie76.com, isohunt.to, cinemaindo.net, bioskop25.net, unduhfilm21.net, ganool.in, bioskopkita.com,
downloadfilem.com, comotir.net, movie2k.ti, unduhmovie.com dan 21sinema.com.

Hipotesa: Ke-22 situs tersebut memang telah jelas-jelas melanggar hukum tentang Hak Cipta menurut
UU No. 28 Tahun 2014. Penutupan situs yang dilakukan oleh pemerintah ini sudah berdasarkan
Peraturan Menteri Bersama, Menteri Hukum HAM RI dan Menteri Komunikasi dan Informatika No.
14/2015 dan No. 26/2015 tentang Pelaksanaan Penutupan Konten dan atau Hak Akses pengguna
Pelanggaran Hak Cipta dan atau Hak Terkait Dalam Sistem Elektronik.

Penutupan situs ini menjadi angin segar bagi industri perfilman tanah air. Bagaimana tidak, banyak
sineas negeri yang merasa dirugikan dengan maraknya pembajak film nasional. Padahal untuk membuat
sebuah film dibutuhkan dana yang tak sedikit.

Langkah penutupan 22 situs pembajak film ini juga sebagai salah satu bentuk kepedulian nyata
pemerintah terhadap karya anak bangsa. Sekarang, para sineas Indonesia dapat bebas berkarya tanpa
harus takut dibajak lagi. Bangsa yang besar

Padang - Penindakan pelanggaran hak cipta di Indonesia terus digencarkan. Direktorat Jenderal
Kekayaan Intelektual (DJKI) melalui Direktorat Penyidikan dan Penyelesaian Sengketa menggelar olah
Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Kafe Kopmil Champion, Padang pada Minggu (23/5/2021).
Direktorat Penyidikan dan Penyelesaian Sengketa menggeledah kafe yang diduga telah melanggar hak
siar penayangan Liga Inggris yang dimiliki PT Global Media Visual atau Mola TV dengan menggelar
nonton bersama tanpa izin. Dalam kesempatan terpisah, Direktur Penyidikan dan Penyelesaian
Sengketa, Anom Wibowo mengatakan bahwa tujuan penindakan ini selain memberikan efek jera kepada
pelaku, sekaligus wujud komitmen DJKI untuk hadir dalam memberikan pelindungan hukum kepada
setiap pemegang Hak Kekayaan Intelektual.

“Hari ini PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) DJKI didampingi oleh Korwas PPNS Bareskrim Polri serta
Polsek Padang Barat menindaklanjuti laporan pengaduan dari Mola TV, yang sebelumnya juga telah 3
kali melayangkan somasi kepada pemilik kafe namun tidak dihiraukan,” kata Kepala Subdit Penindakan
dan Pemantauan, , Direktorat Penyidikan dan Penyelesaian Sengketa, DJKI, Christ Andrey I. Napitupulu.

Dari olah TKP, PPNS DJKI menyita sejumlah barang bukti yang berkaitan dengan pelanggaran
tersebut.“Kita juga mengamati, media sosial dari kafe tersebut beberapa kali mempublikasikan flyer
kegiatan nonton bersama Liga Inggris. Sehingga ada indikasi kegiatan ini telah sering dilakukan oleh
pihak Kafe Kopmil Champion”, tegas Jujun Zaenuri, Kepala Seksi Penerimaan Pengaduan, , Direktorat
Penyidikan dan Penyelesaian Sengketa, DJKI sekaligus Ketua Tim.

Penindakan pelanggaran hak cipta dilakukan setelah adanya delik aduan dari Mola TV kepada DJKI.
Dugaan pelanggaran dapat dijerat Pasal 118 ayat (1) jo. Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang No. 28 Tahun
2014 tentang Hak Cipta. “Berdasarkan Undang-undang Hak Cipta, pemilik kafe dapat terancam hukuman
pidana maksimal hingga 4 (empat) tahun penjara dan denda hingga Rp.1.000.000.000 (satu milyar
rupiah),” ungkap Jujun.

Sesuai dengan ketentuan hukum acara pidana yang berlaku dan SOP pada Direktorat Penyidikan dan
Penyelesaian Sengketa, sebelum dilakukannya penindakan ini, PPNS DJKI telah melakukan pengawasan
dan pemantauan serta penyelidikan untuk memastikan kebenaran aduan tersebut.“Setelah menerima
pengaduan dari pemegang hak siar maka kami melakukan pemeriksaan terhadap pelapor, saksi dan
saksi ahli,” ujar Jujun. Selain itu, Jujun mengatakan PPNS DJKI juga sudah melakukan penyelidikan yaitu
dengan melakukan pengawasan dan pengamatan untuk melihat bahwa peristiwa tersebut dapat
dilanjutkan dan dapat diproses sesuai hukum acara yang berlaku.

Kemudian PPNS DJKI menggelar forum gelar perkara untuk menyimpulkan bahwa pengaduan atas hak
siar tersebut layak ditingkatkan statusnya dari penyelidikan menjadi penyidikan. “Setelah ini, PPNS DJKI
akan memanggil terlapor dan para saksi dari terlapor. Sedangkan gelar perkara akan kembali dilakukan
untuk memastikan siapa yang paling tepat menurut hukum dimintakan pertanggungjawaban atas
peristiwa pidana ini sebagai tersangka,” ucap Jujun.

Menurut Jujun, seharusnya para pemilik kafe paham bahwa layanan berlangganan Mola TV tersebut
terbatas untuk konsumsi pribadi, tidak untuk ditayangkan di tempat umum tanpa seizin Mola TV.
Ditambah lagi tayangan tersebut memberikan manfaat ekonomi bagi kafe tersebut. Di waktu yang
bersamaan, PPNS DJKI juga melakukan penindakan atas aduan yang sama di Yogyakarta, Pekanbaru dan
Batam.
hipotesis: Dugaan pelanggaran dapat dijerat Pasal 118 ayat (1) jo. Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang No.
28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta” “Berdasarkan Undang-undang Hak Cipta, pemilik kafe dapat
terancam hukuman pidana maksimal hingga 4 (empat) tahun penjara dan denda hingga
Rp.1.000.000.000 (satu milyar rupiah),”

kesimpulan: Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sudah benar untuk memprioritaskan
pemberantasan situs pembajakan film dan hukum yang berjalan sudah sesuai dengan pasal yang ada.

Pelanggaran Pembajakan Film

Bisnis.com, SAN FRANSISCO - Pemberantasan pembajakan film di dunia semakin menjadi sorotan. Di
Amerika Serikat, sejumlah studio film menggugat situs MovieTube dengan tuduhan pelanggaran hak
cipta. Sebanyak tujuh studio film, termasuk Walt Disney Co. dan Time Warner Inc. Warner Brothers,
meminta pengadilan federal Manhattan untuk menutup MovieTube, sebuah situs layanan online
penyedia film. Dalam berkas gugatan yang diajukan pada 24 Juli 2015, tercatat puluhan orang yang tidak
disebutkan namanya dan sejumlah prusahaan sebagai tergugat. Para penggugat menyatakan mereka
berada di belakang 29 situs yang bernaung di bawah "MovieTube". MovieTube menyediakan streaming
film bajakan dan sejumlah acara TV.

Menurut dokumen pengadilan yang dikutip dari Bloomberg pada Senin (27/7), pemberitahuan pada
halaman Facebook yang berafiliasi dengan MovieTube mengakui bahwa streaming merupakan
pembajakan. "Untungnya kami bukan perusahaan AS sehingga kami tidak perlu menghormati hukum
AS," ungkap postingan itu. MovieTube yang menahbiskan dirinya sebagai "mesin pencari film-film gratis"
mempublikasikan sebuah postingan di Facebook pada 11 Juli. “Kalaupun MovieTube diblokir oleh
penyedia broadband Anda, kami akan merilis domain baru setiap bulan," katanya.

Para penggugat mengatakan semua konten yang tersedia di MovieTube dipilih, diagregasi, dan
diorganisir untuk dilihat oleh operator situs. Mereka juga menyebutkan bahwa MovieTube
menggunakan Twitter untuk mempromosikan situs mereka. Situs MovieTube menghasilkan uang dari
sejumlah iklan yang terpasang di website mereka. Sejumlah studio film menuduh MovieTube melanggar
hak cipta dan merek dagang.

Para tergugat kemudian meminta pengadilan mengeluarkan perintah untuk menutup situs tersebut.
Mereka juga menuntur agar nama domain MovieTube dialihkan menjadi milik mereka. Selain itu, dalam
tuntutanya, mereka menyatakan agar setiap pihak ketiga yang menyediakan layanan untuk MovieTube,
termasuk situs media sosial, harus diminta untuk berhenti.

Tak cukup sampai di situ, para penggugat menuntut ganti rugi senilai US$150.000 untuk setiap film yang
hak ciptanya dilanggar dan US$2 juta untuk setiap pelanggaran merek dagang oleh MovieTube. Kasus ini
tercatat di Pengadilan Distrik AS, Distrik Selatan New York dengan nomor perkara 1:. 15- cv-05819.

Di Indonesia, pemberantasan terhadap pembajakan film secara online juga mulai gencar dilakukan.
Belum lama ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika membentuk panel yang akan
merekomendasikan penutupan sejumlah situs, termasuk situs-situs pelanggar hak cipta. Menteri
Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyatakan pemberantasan situs pembajak film akan menjadi
prioritas mereka. Keberadaan panel ini juga sudah disosialisasikan kepada sejumlah insan perfilman di
Tanah Air.

Hipotesa: Hukuman tersebut sudah sesuai dengan kerugian yang dialami oleh para pembuat film yang
menghabiskan banyak biaya.

Contohnya, Rumah produksi Visinema Pictures mengambil langkah tegas soal maraknya pembajakan
film Mencuri Raden Saleh. Visinema melaporkan sebanyak 7 web ilegal penyedia film Mencuri Raden
Saleh bajakan pada Rabu (21/9/2022) ke Polda Metro Jaya. Laporan teregister dengan nomor
LP/B/4844/IX/2022/SPKT/POLDA METRO JAYA tertanggal 21 September 2022 dengan korban tertera PT.
VISINEMA PICTURES.

Para pelaku dilaporkan dengan Pasal 9 juncto Pasal 113 UU RI No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan
atau Pasal 32 jo Pasal 48 UU RI No. 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas UU RI No. 11 Tahun 2008
Tentang ITE. Kuasa hukum Visinema Pictures Muhammad Aris Marasabessy mengungkap para pelaku
kini terancam hukuman 10 tahun penjara.

“Ancaman hukumannya maksimal 10 tahun dan denda maksimal Rp 10 miliar,” kata Aris Marasabessy
saat ditemui di Polda Metro Jaya, Rabu.

Pihak Visinema Pictures sangat geram. Pasalnya, beberapa di antara 7 web tersebut bahkan
menyediakan rekaman film Mencuri Raden Saleh secara utuh yang diputar di bioskop.

"Full satu film. Mereka me-record langsung dari bioskop,” ujar Aris.

Sementara, Putro Mas Gunawan selaku distribution manager Visinema Pictures mengungkap beberapa
pemain dalam film Mencuri Raden Saleh turut kecewa atas pembajakan tersebut. Akibat aksi
pembajakan tersebut, Visinema Pictures mengalami banyak kerugian. Denda dan pasal yang dikenakan
sudah sangat sesuai dengan kerugian yang dialamipara pemain dan tim kreatif film Pencuri Raden Saleh.

Mabes Bongkar porno Incaran Interpol

Direktorat dunia maya Bareskrim Polri berhasil mengungkap situs web


www.modis.mlyangsepuasnyakonten yang mengandung tindak pidana pornografi. Situs web itu
memposting foto-foto syur perempuan untuk meningkatkan jumlah pengunjung situs webnya.

Tak tanggung-tanggung, situs web yangmemajang foto-foto perempuan tanpa busana itu menyasar
korban anak-anak dibawah umur. Pelaku yang berinisial ADALAH(37) meraupkeuntungan hingga jutaan
rupiah setiap bulannya dari situs web tersebut. Direktur dunia maya Kejahatan Polri BrigadirJendral
FadilImran mengatakan, penggunaan kasus itu atas adanya informasi Interpol yakni dari kepolisian
diJerman. Situs web yang mengandung pornografi dengan menyasar korban anak-anak diketahui alamat
AKU P situs web itu berada diIndonesia. Setelah mendapat informasi terkait kasus yang menjadi sorotan
dunia internasional itu, Fadil mengatakan, akan langsung menyelidiki.

Tim kemudian menangkap pemilik situs web itu yang berinisial ADALAH diLubuk Lingga, Sumatera
Selatan, pada 27 Mei 2017 lalu. "Yang bersangkutan ditangkap diSumsel, Lubuk Lingga," kataFadil
diMabes Polri, Jakarta, Selasa 30 Mei 2017. Fadil menjelaskan, bahwa pelaku mengaku mendapatkan
foto-foto syur baik yang tanpa busana, setengah bugil dan telanjang dada dari situs web dewasa.
Menurut Fadil menambahkan, semakin banyak jumlah pengunjung yang mengakses situs web itu maka
akan semakin banyak keuntungan yang didapat. Dari keterangan pelaku, rata-rata perbulannya pelaku
meraup keuntungan lebih dari Rp3juta.

"Yang bersangkutan mengumpulkan beberapa foto-foto yang mengandung pornografi. Foto dipasang
disitus web yang didisain yang bersangkutan. Lalu jaring dapat diakses umum," ujarnya. Fadil
mengatakan, pada umumnya foto syur itu merupakan anak dibawah umur. Pelaku yang sehari-hari
berprofesi sebagai penjual gerombolan ini bahkan posting foto anak-anak dari jumlah negara. Hal itu
yang mebuat daya tarik orang-orang untuk mengklik situs web itu."

Hipotesa: Menarik bagi orang tertentu karena ada foto anak. Bukan hanya anak Indonesia tapi anak
beberapa negara. Ini yang kemudian jadi sorotan polisi internasional," katanya. Atas perbuatannya
pelaku dikenakan Pasal 29 juncto Pasal 4 ayat (1) Undang-undang nomor 44 tahun 2008 tentang
Pornografi dan atau Pasal 296 KUHP juncto Pasal 506 KUHP, Pasal 45 ayat (1) juncto Pasal 27 ayat (1)
Undang-undang nomor tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 11 tahun 2008
tentang informasi transaksi elektronik (IT). (Priliawati,Arsyad,2017).

Hukuman tersebut sudah sangat tepat karena siapa pun yang secara sengaja dan tanpa hak
mendistribusikan atau membuat akses dokumen atau informasi elektronik tentang pornografi dianggap
melanggar kesusilaan. Salah satunya dalam pasal 29 UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi tersebut,
pelaku penyebaran dapat dipenjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 12 tahun.

Tak hanya itu, pelaku penyebaran juga bisa didenda minimal Rp250 juta dan maksimal Rp6 miliar. Dan
Ancaman hukuman bagi para pelaku yang dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) tersebut diatur dalam Pasal
45 ayat (1) UU No. 19 Tahun 2016 tentang ITE. Dalam pasal tersebut, pelaku penyebaran dapat dipidana
dengan penjara paling lama selama 6 tahun dan maksimal denda Rp1 miliar.

Anda mungkin juga menyukai