Anda di halaman 1dari 34

UPAYA SATUAN BINMAS POLRES BUKITTINGGI DALAM

MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PEMBUANGAN BAYI


DI WILAYAH HUKUM KOTA BUKITTINGGI
Ryan Oktavianus, NPM: 16.10.002.74201.143, Ali Rahman S.H, M.H, Syaiful Munandar
S.H M.H, 64 Halaman, Tahun 2021, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Sumatera Barat

ABSTRAK

Latar belakang permasalahan penelitian ini timbul karena maraknya tindak pidana
pembuangan bayi di wilayah hukum Kota Bukittinggi dari tahun 2018 terjadi 1 kasus di
tahun 2019 terjadi 1 kasus dan yang terakhir tahun 2020 juga terjadi satu kasus tindak
pidana pembuangan bayi. Oleh karena itu, maka dilakukanlah penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui tugas Sat Binmas Polres Bukittinggi, faktor – faktor apa saja yang
menghambat penanggulangan serta bagaimana upaya Sat Binmas Polres Kota Bukittinggi
yang sudah dilakukan dalam mencegah tindak pidana pembuangan bayi. Agar
penanggulangan tindak pidana pembuangan bayi dapat dilakukan secara teratur dan tertib
maka diperlukan peraturan hukum dan penegakannya sesuai dengan perkembangan
masyarakat Indonesia. Adanya Hukum yang menjamin terselenggaranya penegakan
hukum terhadap tindak pidana pembuangan bayi secara teratur, tertib dan bertanggung
jawab sudah diatur dalam Undang–undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang-undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan diberikan kewenangan
terhadap Kepolisian untuk menegakkan hukum di tengah kehidupan bermasyarakat agar
terjaminnya kepastian hukum, dimana tugas dan kewenangannya sudah diatur dalam
Undang-undang nomor 2 tahun 2002 Tentang kepolisian Negara Republik Indonesia.
Kepastian hukum perlu diusahakan demi memudahkan kegiatan penanggulangan tindak
pidana pembuangan bayi dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif
yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan tindak pidana
Pembuangan bayi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Yuridis Empiris penelitian
ini terdiri dari data primer dan sekunder dan menggunakan teknik pengumpulan data
dengan wawancara, pengamatan dan telaah dokumen. Hasil penelitian menemukan
bahwa Sat Binmas Polres Kota Bukittinggi di wilayah Kota Bukittinggi mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tugasnya dikarenakan hambatan internal dan eksternal,
hambatan Internal SDM yang belum optimal dan hambatan internal yaitu kurang aktifnya
peran mayarakat dalam menanggulangi suatu tindak pidana. Upaya yang dilakukan Sat
Binmas Polres Kota Bukittinggi dalam menanggulangi Tindak pidana pembuangan bayi
terdiri dari upaya preventif dan represif diantaranya, upaya Represif dengan memberikan
penyuluhan-penyuluhan di sekolah-sekolah dan kepada masyarakat akan bahaya serta
dampak dari pergaulan bebas. Upaya Represif dengan melakukan penahanan dan
pemberian sanksi sesuai dengan undang-undang 35 Tahun 2014 mengenai tindak pidana
pembuangan bayi

Kata Kunci : Penanggulangan,Tindak Pidana,Pembuangan Bayi


UPAYA SATUAN BINMAS POLRES BUKITTINGGI DALAM

MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PEMBUANGAN BAYI

DI WILAYAH HUKUM KOTA BUKITTINGGI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu bentuk penjaminan hak-hak bagi anak yang baru lahir telah

diatur dalam ketentuan Pasal 28 B ayat (2) UUD 1945 ditegaskan bahwa:

“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta

berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi“. Ketentuan tersebut

telah memberikan landasan yang kuat bahwa anak berhak untuk hidup, tumbuh

dan berkembang serta berhak untuk memperoleh perlindungan dari kekerasan,

eksploitasi dan diskriminasi.

Tetapi pada masa sekarang ini ada manusia yang tega menelantarkan

hingga membuang anak kandungnya sendiri. Pada dasarnya manusia adalah

makhluk yang paling sempurna, karena manusia mempunyai akal berpikir yang

jernih. Sayangnya, pada saat ini moral manusia sedang merosot karena tidak

dapat mengontrol keinginannya dan melakukan apa yang diinginkannya tanpa

memikirkan manfaat dari perbuatan tersebut. Manusia pada hakikatnya tidak

dapat dipisahkan dari sistem hukum yang berlaku, artinya manusia harus selalu
diingatkan akan hakekat bernegara, bermasyarakat layaknya seorang subjek

hukum yang dibatasi oleh aturan hukum yang berlaku.1

Namun negara tidak tinggal diam dalam menghadapi perilaku

masyakatnya yang melakukan perbuatan tidak sesuai norma manusia dan

melawan hukum. Negara memliki kewajiban untuk menjamin hak-hak dan

kewajiban asasi setiap warga negaranya, termasuk kepada bayi karena Hak

Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki manusia sejak lahir. HAM

berlaku kapan pun, di mana pun dan kepada siapa pun. HAM tidak dapat

diganggu gugat dan tidak bisa dicabut karena merupakan anugrah yang dimiliki

setiap manusia.

Salah satu bentuk jaminan hak-hak yang diberikan negara adalah bentuk

pernyataan tertulis di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia Pasal 52 ayat (1) ditegaskan bahwa: “Hak melindungi sejak

dari dalam kandungan”. Mengatur bahwa perlindungan terhadap anak harus

dilakukan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan negara.

Sedangkan Pasal 58 ayat (1) ditegaskan bahwa: “Hak perlindungan

hukum”. Memberikan jaminan kepada setiap anak untuk mendapatkan

perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental,

penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selama dalam

pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain yang bertanggung jawab

atas pengasuh anak.

1
A, Masyhur Effendi, Membangun Kesadaran HAM dalam Masyarakat Modern,PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm.83 .
Bahkan negara telah membuat Undang-undang khusus perlindungan

terhadap anak yang terdapat didalam peraturan perundang-undangan seperti

KUHP, KUHAP dan peraturan-peraturan hukum lainnya. Salah satu Undang-

undang yang mengatur perlindungan terhadap Tindak Pidana pembuangan bayi

adalah pasal 305 KUHP yang mana dijelaskan bahwa seseorang yang

menempatkan, meninggalkan anak yang umurnya belum tujuh tahun untuk

ditemukan ataupun dengan tujuan melepaskan diri dari tanggung jawab

dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

Akan tetapi pada saat ini perlindungan hukum yang diberikan tersebut

tidak memberikan efek jera kepada masyarakat, pada saat ini sering terjadi

tindak pidana pembuangan bayi. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini di

Bukittinggi telah terjadi 3 kasus pembuangan bayi oleh orang tua kandungnya

sendiri, yakni tahun 2018 telah terjadi 1 kasus pembuangan bayi di wilayah

Hukum Kota Bukittinggi.

Warga kota Bukittinggi, Sumatera Barat dihebohkan dengan penemuan

seorang bayi yang diduga baru dilahirkan oleh ibunya yang kemudian dibuang

langsung oleh orangtuanya. Kaur bin ops, Satreskrim Polres Bukittinggi, Ipda

Rommy, H. K mengatakan bahwa warga menemukan seorang bayi di jalan

Sijolang DT. Nan Basa, Tengah Sawah kota Bukittinggi. Bayi pertama kali

ditemukan oleh AK (28) pada Senin (7/5/2018) pukul 21.45 WIB.

Setelah mendapatkan informasi tersebut menuju lokasi penemuan bayi

dimana orang tua yang pertama kali menemukan bayi tersebut mendengar ada
tagisan bayi di samping rumahnya yang di ketahui dari istrinya RN (26).

Mendengar adanya tangisan bayi mereka keluar rumah dan ternyata

menemukan bayi tersebut disamping rumahnya dalam kondisi tanpa

pakaian. Selanjutnya oleh pasangan suami istri tersebut bayi langsung dibawa

ke rumah sakit Ibnu Sina Bukittinggi terdekat yang ditemani oleh warga sekitar

penemuan bayi.2

Pada tahun 2019 juga terjadi 1 kasus pembuangan bayi, Kota Bukittinggi

digemparkanopdengan penemuan bayi yang baru lahir di kawasan Pulai Anak

Aia yang ditinggalkanllorang tuanya dengan berbalutkan kain seadanya dan

dibungkusmplastik kresek hitam, Senin (15/4/2019) malam sekitar pukul 19.45

WIB. Kepala bagian humas Pemerintah Kota Bukittinggi, Rabu (17/4/2019)

menjelaskan bayi berjenis kelamin laki-laki dengan berat 4,8 kg dan memiliki

panjang 22 cm tersebut ditinggalkan ibu kandungnyalldi teras rumah warga

atas nama Yulianazztepatnya di Jalan Datuk Majo Nan Kuniang RT 01 RW 03

KelurahannnPulai Anak Air Kecamatan Mandiangin Koto Selayan.

Penemuan bayi tersebut berawal dari saatkmendengar suara tangis bayi

diteras depan rumahnya, segera Yuliana yang biasa dipanggil Nana pemilik

rumah, keluar dari rumahnya dan terkejut menemukan sosok bayi mungil itu.

Mendapati hal tersebut,nNanakksegerallmemberitahukanmsuaminya Ahmad

2
https://www.covesia.com, “Penemuan Bayi Hebohkan Warga Bukittinggi”, diakses pada tanggal
27 Mei 2020 Jam 10.00 WIB.
Muchadi dan melaporkan kejadian itu kepada ketua RT, Ketua RW dan

Babinkamtibmas serta Lurah setempat.3

Dan pada tahun ini yaitu pertengahan tahun 2020 ada 1 kasus terbaru

pembuangan bayi, warga Kelurahan Pakan Labuah, Kecamatan Aur Birugo

Tigo Baleh (ABTB), Kota Bukittinggi dikejutkan dengan penemuan bayi

dalam kardus. Bayi berjenis kelamin perempuan itu dijumpai pengguna jalan di

kawasan Penurunan Tambuo, Minggu (7/6) siang.

Informasi yang dihimpun, bayi mungil tersebut ditemukan pertama kali

oleh Hermanto, 23, seorang pedagang asal Ampang gadang, Kecamatan IV

Angkek, Agam. Dia mendengar tangisan sang bayi dalam sebuah kardus

Indomie di pinggir jalan. Kanit Binmas Polsek Kota Bukittinggi, Iptu

Rosminarti membenarkan peristiwa itu. Bayi perempuan yang ditemukan

panjangnya lebih kurang 48 cm dengan berat badan 2,7 kilogram. Saat ini telah

dibawa ke Rumah Sakit Yarsi Kota Bukittinggi untuk diberi perawatan.4

Kejahatan pembungan bayi merupakan kejahatan yang menghilangkan

nilai-nilai, norma-norma kemanusiaan dan juga merendahkan derajat manusia,

kejahatan ini sungguh sangat memprihatinkan karena menghilangkan nurani

pada diri manusia. Seharusnya kewajiban orang tua adalah memberikan kasih

3
https://minangkabaunews.com, “Seorang Bayi Ditemukan di Depan Rumah Warga”,
Masyarakat Bukittinggi Buncah”, diakses pada tanggal 27 Mei 2020 Jam 10.30 WIB.

4
https://padek.jawapos.com/ “Penemuan Bayi dalam Kardus Bikin Geger”,diakses pada tanggal
27 Mei Jam 11.00 WIB.
sayang melindungi anaknya mendidik anaknya, tetapi ada orangtua yang tega

membuang anaknya sendiri.

Perbuatan pembuangan bayi telah menghilangkan hak-hak yang dimiliki

oleh bayi sebagai manusia, dengan demikian maka perlu diawasi bagaimana

pemerintah memberikan perlindungan terhadap bayi yang dibuang. Salah satu

pihak yang paling penting perannya dalam penegakan hukum masalah tindak

pidana pembuangan bayi ini adalah pihak Kepolisian dimana lembaga hukum

ini berada pada posisi paling depan dalam melakukan pengungkapan kasus

yang terjadi ditengah masyarakat.

Dalam UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia,

yakni Pasal 2 berisi bahwa fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi

pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat. Menurut Pasal 4 berisi bahwa Kepolisian Negara Republik

Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi

terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya

hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia. Salah satu dari tugas pokok yang dimiliki Polri,

tercantum dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik

Indonesia, Pasal 14 ayat (1) huruf g, yakni “melakukan penyelidikan dan

penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana

dan peraturan perundang-undangan lainnya”.


Selain itu Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh kepolisan dalam

penanggulan tindak pidana adalah upaya preventif dan upaya represif :

a. Upaya Preventif

Upaya preventif adalah upaya pencegahan yang dilakukan sebelum

terjadinya suatu kejahatan. Upaya yang dilakukan seperti memberikan

sosialisasi kepada masyarakat.

b. Upaya Represif

Upaya represif adalah upaya yang dilakukan setelah terjadinya

kejahatan, penindakan atau upaya hukum. Upaya represif yang dapat

dilakukan kepolisian adalah melakukan penyelidikan, penangkapan

dan penyidikan.

Upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan Polres Bukittinggi

dalam hal ini memerlukan langkah lebih lanjut dalam proses penegakan hukum

terhadap pelaku tindak pidana pembuangan bayi. Penyelidikan pencegahan

tindak pidana pembuangan bayi tidak lepas dari peran aparat penegak hukum

yang membutuhkan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk peran serta

masyarakat. Bentuk pelibatan masyarakat disini bisa berupa memberikan

informasi kepada penyidik kepolisian.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dan menuangkannya kedalam karya ilmiah yang berjudul “Upaya

Satuan Binmas Polres Bukittinggi Dalam Menanggulangi Tindak Pidana

Pembuangan Bayi di Wilayah Hukum Kota Bukittinggi”.


B. Rumusan Masalah

1. Apa saja upaya yang dilakukan oleh Satuan Binmas Polres Kota

Bukittinggi dalam menanggulangi tindak pidana pembuangan bayi di

wilayah Hukum Kota Bukittinggi?

2. Apa saja kendala yang dihadapi oleh Satuan Binmas Polres Kota

Bukittinggi dalam menanggulangi tindak pidana pembuangan bayi di

wilayah Hukum Kota Bukittinggi?

C. Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penyusunan karya tulis ini adalah :

1. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak

kepolisian dalam mengungkap kasus pembuangan bayi di wilayah hukum

Kota Bukittinggi.

2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dialami oleh pihak kepolisan

resor Bukittinggi dama mengungkap kasus pembuangan bayi di wilayah

hukum Kota Bukittnggi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum

di Fakultas Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.

b. Untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat maupun penulis, dalam

bidang hukum secara umum dan terutama untuk menemukan jawaban

atas permasalahan yang dikemukakan oleh penulis.

2. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi ,baik kepada kalangan akademis maupun

kalangan masyarakat dan Kepolisian, faktor penyebab terjadinya tindak pidana

pembuangan bayi diwilayah hukum Polres Bukittinggi, bagaimana upaya

Satuan Reserse Kriminal Polres Bukittinggi dalam menanggulangi tindak

pidana pembuangan bayi di Kota Bukittinggi, serta apakah kendala-kendala

yang di temui satuan reserse kriminal Polres Kota Bukittinggi dalam

menangulangi tindak pidana pembuangan Bayi di Kota Bukittinggi.

E. Metode Penelitian

Penilitian Hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya.5

1. Sifat Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk,

menggambarkan upaya Satuan Binmas Polres Bukittinggi dalam

menanggulangi tindak pidana pembuangan bayi.

2. Metode Pendekatan

Pendekatan masalah yang penulis gunakan dalam penelitian hukum ini

termasuk dalam penelitian yuridis empiris, dikenal juga dengan Penelitian

Lapangan( Field Research ) adalah pengumpulan materi atau bahan penelitian

yang harus diupayakan atau dicari sendiri oleh karena belum tersedia. maka

5
Sarjono Soekanto, Penelitian Hukum Rajawali Pers, Jakarta 1990, hlm.1.
yang di teliti pada awalnya adalah data sekunder, kemudian di lanjutkan

dengan penelitian terhadap data primer di lapangan, atau terhadap

masyarakat.

Penelitian yang dilaksanakan di lapangan untuk memperoleh data

sehingga dapat menjawab permasalahan yang dihadapi dalam upaya Satuan

Binmas dalam penanggulangan tindak pidana pembuangan bayi di wilayah

hukum Polres Bukittinggi.

3. Sumber data dan Bahan Hukum.

a. Sumber Data

Adapun jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian

sebagai berikut:

1) Data primer

Data lapangan merupakan data yang didapat dari hasil

penelitian langsung di lapangan (Field Research) yang

berkaitan. Dengan upaya penanggulangan terhadap

penanggulangan tindak pidana pembuangan bayi oleh Sat

Binmas Polres Kota Bukittinggi

2) Data sekunder

Data sekunder adalah data yang di dapat dari studi ke

perpustakaan dan juga buku-buku yang penulis miliki sendiri

maupun sumber bacaan lain yang berkaitan dengan judul


skripsi penulis.

b. Bahan Hukum

1) Bahan Hukum Primer

Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat, terdapat dalam peraturan perundang-

undangan : KUHP, KUHAP, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014

tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Undang-Undang

Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002.

2) Bahan Hukum Sekunder

Subjek hukum sekunder merupakan bahan yang sangat erat

kaitannya dengan bahan baku primer dan dapat membantu dalam

analisis dan pemahaman bahan hukum primer, seperti literatur dan

standar hukum yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam

skripsi ini.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan informasi,

petunjuk dan penjelasan tentang bahan hukum primer dan sekunder,

antara lain berupa kamus besar bahasa Indonesia, media, artikel,

makalah, manuskrip, makalah, jurnal, dan internet yang berkaitan

dengan masalah. Itu akan dibahas atau diteliti dalam skripsi ini.
4. Teknik Pengumpulan data.

a. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara Tanya jawab dengan

anggota Sat Binmas Polres Kota Bukittinggi. Jenis wawancara yang

dilakukan yaitu secara semi terstruktur dimana penulis menyusun dan

memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan masalah yang telah

penulis rumuskan. Penulis melakukan wawancara dengan narasumber,

yaitu :

1) AIPTU Iwan

2) BRIPTU Mesa Yuslina

5. Teknik Pengolahan data

Data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan wawancara, peneliti

melakukan wawancara untuk memperoleh informasi yang diperlukan

dengan subjek wawancara. Selanjutnya diproses menggunakan metode :

a. Editing, yaitu data yang diperoleh dicek untuk melihat apakah

masih terdapat kekurangan dan apakah data tersebut sesuai

dengan masalahnya.

b. Klasifikasi data, yaitu proses pengelompokan data

berdasarkan bidang subjek untuk memudahkan analisis data.

c. Sistematisi data, yaitu pengumpulan dan penempatan data

pada setiap topik secara sistematis untuk memudahkan

pembahasan.
6. Analisis data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif yang

artinya hasil penelitian ini dideskripsikan dalam bentuk penafsiran dan

uraian kalimat yang mudah dibaca dan dipahami untuk diinterpretasikan,

menarik kesimpulan dan menjawab permasalahan yang diangkat oleh

penulis.
BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Upaya yang Dilakukan oleh Satuan Binmas Polres Kota Bukittinggi

Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Pembuangan Bayi di Wilayah

Hukum Kota Bukittinggi

1. Gambaran Umum Polres Kota Bukittinggi

Kantor Kepolisian Resor Kota Bukittinggi berada di Jl.Jend.Sudirman

Kec. Aur Birugo Tigo Baleh, Kota Bukittinggi dan dipimpin oleh AKBP

Dody Prawiranegara, S.H., S.I.K., M.H. Polres Kota Bukittinggi bertugas

membantu Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) dalam penyelenggaraan

Komando dan pengendalian operasional. Polres Kota Bukittinggi

Membawahi 1 Kepolisian Sektor Kota Bukittinggi yang berada di Jl.

Soekarno Hatta, Manggis Ganting, Kec. Mandiangin Koto Selayan, Kota

Bukittinggi.

Tugas Polres Kota Bukittinggi secara umum adalah sebagai badan hukum

yang bekerja dibawah pengawasan Kepolisian Republik Indonesia

(POLRI), sesuai dengan pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Satuan-satuan yang ada di dalam struktur organisasi Kepolisian Resor

Bukittinggi antara lain, satuan reserse, satuan lalu lintas, satuan narkoba, sat

binmas dan satuan intelkam, yang masing-masing satuan tersebut di atas


mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Berdasarkan struktur organisasi dan fungsinya, berkaitan dengan kasus

penanggulangan tindak pidana pembuangan bayi dalam menyelenggarakan

pembinaan dan bimbingan anak-anak pelajar dan pemuda, merupakan salah satu

kewenangan Sat Binmas dalam penanganannya. Sat Binmas adalah unsur

pelaksana utama pada Polres yang berada di bawah Kapolres. Sat Binmas

bertugas :

1. Melakukan pembinaan dan pengembangan bentuk-bentuk pengamanan

swakarsa dalam rangka peningkatan kesadaran dan ketaatan

masyarakat terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

2. Melakukan pengembangan peran serta masyarakat dalam pembinaan

keamanan, ketertiban, dan perwujudan kerja sama Polres dengan

masyarakat;

3. Melakukan pembinaan di bidang ketertiban masyarakat terhadap

komponen masyarakat antara lain remaja, pemuda, wanita, dan anak;

4. Melakukan pembinaan teknis, pengkoordinasian, dan pengawasan

Polsus serta Satuan Pengamanan (Satpam); dan

5. Melakukan pemberdayaan kegiatan Polmas yang meliputi

pengembangan kemitraan dan kerja sama antara Polres dengan

masyarakat, organisasi, lembaga, instansi, dan/atau tokoh masyarakat.


Satbinmas dipimpin oleh Kasatbinmas yang bertanggung jawab kepada

Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di bawah kendali

Wakapolres.Faktor yang mempengaruhi Tindak Pidana Pembuangan Bayi di

wilayah hukum Polres Bukittinggi.

Dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan berdasarkan struktur

organisasi dan fungsinya, merupakan salah satu kewenangan Sat Reskrim dalam

penanganannya. Sat Reskrim adalah unsur pelaksana utama pada Polres yang

berada di bawah Kapolres. Sat Reskrim bertugas menyelenggarakan serta

membina fungsi penyelidikan dan penyidikan tindak pidana dengan memberikan

pelayanan atau perlindungan khusus pada korban atau pelaku baik remaja, anak

dan wanita. Sat Reskrim dipimpin oleh Kepala Reserse Kriminal disingkat Kasat

Reskrim yang bertanggung jawab kepada Kapolres dan dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari dibawah kendali Wakapolres. Sat Reskrim dalam melaksanakan tugas

dibagi menjadi beberapa bagian dengan maksud untuk memperlancar dan

mempermudah tugasnya. Dalam kasus tindak pidana pembuangan bayi maka

ditangani oleh Unit Pelayanan Perempuan dan Anak.

Kota Bukittinggi memiliki jumlah penduduk 117.097 jiwa dengan luas

wilayah 25,24 km², jumlah kecamatan 3 dan jumlah kelurahan 24. Dari data yang

dihimpun jumlah tindak pidana pembuangan bayi selalu terjadi setiap tahunnya

di Kota Bukittinggi. Berdasarkan data yang diperoleh di Polres Bukittinggi

berikut disajikan data tindak pidana pembuangan bayi yang terjadi di kota

Bukittinggi dari tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.


Data kasus Tindak Pidana Pembuangan Bayi di wilayah hukum Polres kota

Bukittinggi tahun 2018 -2020

No Tahun Jumlah Kasus Tempat Terjadinya

1 Tahun 2018 1 kasus Pembuangan bayi terjadi di jalan Sijolang

DT. Nan Basa, Tengah Sawah kota

Bukittinggi.

2 Tahun 2019 1 kasus Pembuangan bayi terjadi di di kawasan Pulai

Anak Aia, kota Bukittinggi

3 Tahun 2020 1 kasus Pembuangan bayi terjadi di Kelurahan Pakan

Labuah, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh

(ABTB), Kota Bukittinggi

Sumber : Data Temuan dan Laporan Reserse Kriminal Polres Kota

Bukittinggi

Dari data yang ditemukan di Sat Reskrim Polres Kota Bukittinggi dari hasil

wawancara dengan BRIPTU Mesa Yuslina6, dapat diketahui bahwa pembuangan

bayi antara tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 sudah terjadi sebanyak tiga

kasus. Dari hasil penelitian ini, peneliti mendapatkan data bahwa dari tahun 2018

hingga tahun 2020 kasus tindak pidana pembuangan bayi rutin terjadi setiap

tahunnya, dimana pada tahun 2018 terjadi satu kasus di kawasan Tengah Sawah,

pada tahun 2019 terjadi satu kasus di kawasan Pulai Anak Aia dan terakhir tahun

2020 terjadi satu kasus di kawasan Pakan Labuah Kecamatan Aur Birugo Tigo

Baleh, dari ketiga kasus tersebut, bayi ditemukan dalam keadaan masih bernyawa.
6
Wawancara dengan Briptu Mesa Yuslina tanggal 1 Januari Tahun 2021, jam 10.00 WIB
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

kasus pembuangan bayi di wilayah hukum Polres Kota Bukittinggi rutin terjadi

setiap tahunnya dan terdapat satu kasus tindak pidana pembuangan bayi setiap

tahunnya dari tahun 2018 hingga tahun 2020.

2. Upaya-upaya yang dilakukan Sat Binmas Polres Kota Bukittinggi

dalam menanggulangi Tindak Pidana Pembuangan Bayi

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Sat Binmas Polres Kota Bukittinggi dalam

menanggulangi tindak pidana pembuangan bayi dengan melakukan upaya

preventif dan represif7. Upaya preventif yaitu upaya pencegahan tindak pidana

yang merupakan bagian dari kebijakan pidana, kebijakan pidana dapat diberikan

pengertian yang sempit dan luas. 8. Mendefinisikan kebijakan pidana dalam arti

sempit secara keseluruhan asas dan cara yang menjadi dasar reaksi terhadap

pelanggaran hukum dalam bentuk tindak pidana, dalam arti yang lebih luas

politik pidana merupakan fungsi publik dari penegak hukum. Sedangkan dalam

arti luas kebijakan pidana adalah seluruh kegiatan yang dilakukan melalui

peraturan perundang-undangan dan badan resmi yang bertujuan untuk

menegakkan norma-norma sentral masyarakat. Penerapan standar sentral ini

dapat diartikan sebagai penanggulangan kejahatan.

Penanggulangan preventif tidak hanya di pihak kepolisian saja. Pencegahan

kejahatan umumnya dilakukan secara tidak langsung, tanpa menggunakan sarana

(hukum pidana). Kegiatan bakti sosial dapat menghindarkan remaja dari


7
Wawancara dengan Bapak AIPTU Irwan selaku Kaurmintu Sat Binmas Polres kota Bukittinggi,
tanggal 4 Januari Tahun 2021, jam 10.00 WIB
8
Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, hlm133
perbuatan jahat. Dengan pendidikan agama dan menyediakan tempat atau tempat

bagi anak jalanan dan tuna wisma akan berdampak baik dalam menanggulangi

kejahatan. Menurut Herdian Ayu Andreana Beru Tarigan terdapat beberapa

upaya penanggulangan tindak pidana pembuangan bayi diantara sebagai berikut9:

a. Menanamkan pendidikan moral dan agama sejak usia muda untuk

memperkuat keimanan;

b. Memberikan pendidikan formal yang menambah dan memperluas

wawasan berpikir seseorang;

c. Memberikan konsultasi hukum dengan media untuk meningkatkan

kesadaran hukum masyarakat;

d. Memberikan penyuluhan agar meningkatkan kesadaran publik tentang

risiko dan dampak seks bebas atau “free sex”. Menimbulkan banyak

efek negatif dan merupakan awal dari terjadinya berbagai tindak

pidana, tindak pidana pembuangan bayi yang sebagian besar dilakukan

oleh perempuan yang hamil diluar nikah. Akibat adanya seks bebas

akhirnya akan berdampak buruk dan merugikan terutama perempuan

dan bayi. Peningkatan rasa persaudaran dalam hubungan individu

dengan masyarakat juga dapat mencegah terjadinya kejahatan

pembuangan bayi;

e. Memberikani lapanganl kerja,iupaya ini sangat penting karena adanya

kasus pembuangan bayi yang dilator belakangi oleh faktor ekonomi

9
Herdian Ayu Andreana Beru Tarigan, 2018, Upaya Penanggulangan Tindak Pidana
Pembuangan Bayi di Kabupaten Boyolali, Naskah Publikasi, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Hlm. 8
yang lemah. Perlunya meningkatkanokesejahteraanamasyarakat dari

pemerintah dapat mengurangi faktor terjadinya kejahatan pembuangan

bayi. Perlunya perhatian pemerintah terhadap masyarakat kurang

mampu dengan memberikan bantuan sosial bagi mereka, memberikan

keringanan biaya rumah sakit bagi seorang ibu yang melahirkan dan

tidak mampui membayar biaya rumah sakit, jadi mereka tidak akan.

meninggalkan bayi mereka di rumah sakit dengan dalih

ketidakmampuan untuk membayar tagihan rumah sakit, dan

menciptakan lapangan kerja bagi para pengangguran.

f. Pengawasan dari masyarakat juga sangat penting bagi warganya yang

tinggal dalam satu rumah (kumpul kebo) tanpa terikat oleh

perkawinan. Hal ini perlu dihilangkan dan dicegah oleh masyarakat

karena kehidupan (kumpul kebo) semakin marak di Indonesia.

Diperlukan kesadaran dan kerjasama masyarakat dalam upaya

memberantas kejahatan anak tenggelam.

Sedangkan upaya-upaya Preventif yang dilakukan oleh Sat Binmas Polres

Bukittinggi dalam menanggulangi tindak pidana pembuangan bayi diantaranya10 :

1. Pertama menanamkan pendidikan moral dan memperkuat nilai agama

sejak dini untuk memperkuat iman remaja peran orang tua sangat

berpengaruh dalam membentuk karakter anak.

10
Wawancara dengan Bapak AIPTU Irwan selaku Kaurmintu Sat Binmas Polres kota Bukittinggi,
tanggal 4 Januari Tahun 2021, jam 10.00 WIB
2. Memberikan penyuluhan di sekolah dan masyarakat tentang risiko

dan efek pergaulan bebas. Selain itu memberikan pemahaman kepada

masyarakat bahwa adanya pergaulan bebas dapat menimbulkan

banyak dampak negatif dan memicu tindak pidana pembuangan bayi

yang sebagian besar dilakukan oleh perempuan. Akibat adanya

pergaulan bebas akhirnya akan berdampak buruk dan merugikan

terutama kaum wanita. Meningkatan rasa persaudaraan dalam

hubungan individu dalam masyarakat juga dapat mencegah terjadinya

tindak pidana pembuangan bayi.

3. Pengawasan dari masyarakat juga sangat penting terhadap remaja

yang berkumpul tanpa adanya pihak orang tua yang mengawasi

mereka yaitu. Hal tersebut perlu diberantas dan dicegah oleh

masyarakat karena semakin maraknya pergaulan bebas dikalangan

remaja. Pengawasan partisipasi, serta kesadaran dan kerjasama

masyarakat sangat diperlukan dalam upaya memberantas tindak

pidana pembuangan bayi.

Sedangkan yang dimaksud dengan tindakan represif, yaitu segala tindakan

yang dilakukan oleh aparat penegak hukum setelah terjadinya tindak pidana. Hal-

hal yang meliputi tindakan represif, mulai dari penyidikan, penyidikan dan

penuntutan sampai dengan pelaksanaan tindak pidana tersebut. Bagian dari

kebijakan pidana, sehingga harus dilihat sebagai rangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh lembaga yang berkepentingan dengan penanganan kejahatan.


Upaya-upaya Represif yang dilakukan oleh Sat Binmas Polres

Bukittinggi dalam menanggulangi tindak pidana pembuangan bayi

diantaranya11 :

1. Melakukan penahanan apabila pelaku telah memenuhi ketentuan

persyaratan penahanan sebagaimana tertuang dalam pasal 21 ayat (1)

KUHAP yang menyatakan Perintah penahanan atau penahanan

lanjutan dilakukan terhadap seorang tersangka atau terdakwa yang

diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti yang cukup

dan terpenuhinya minimal dua alat bukti yang termuat dalam Pasal

184 Undang-Undang No. 8 tahun 1981.

adapun alat bukti yang termuat dalam Pasal 184 KUHAP adalah:

a. keterangan saksi;

b. keterangan ahli;

c. surat;

d. petunjuk;

e. keterangan terdakwa.

2. Memberikan sanksi kepada para pelaku yang melakukan Tindak

Pidana Pembuangan Bayi dengan peraturan perundang-undangan

berlaku yang digunakan untuk menjerat para pelaku. Seperangkat

aturan tersebut terdapat dalam (1) Pasal 181, Pasal 305, Pasal 306,

Pasal 307, Pasal 308 KUHP; (2) Pasal 76A, Pasal 76B, Pasal 77,

11
Wawancara dengan Bapak AIPTU Irwan selaku Kaurmintu Sat Binmas Polres kota Bukittinggi,
tanggal 4 Januari Tahun 2021, jam 10.00 WIB
Pasal 77B Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan

atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan

Anak; (3) Pasal 9 Ayat 1, Pasal 49 huruf a Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

B. Kendala yang dihadapi oleh satuan unit Binmas Polres Kota Bukittinggi

dalam menanggulangi Tindak Pidana Pembuangan Bayi di Wilayah

Hukum Kota Bukittinggi

1. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Tindak Pidana Pembuangan

diwilayah Hukum Kota Bukittinggi

Kasus tindak pidana pembuangan bayi merupakan tindakan yang bertentangan

dengan hukum, hal ini terjadi karena mulai hilangnya nilai-nilai sosial dan norma-

norma di dalam diri seseorang yang melakukan pembuangan bayi. Menurut Edi

Soeharto, tindak pidana pembuangan bayi pada umumnya disebabkan oleh faktor

ektertnal yang berasal dari keluarga dan masyarakat seperti12:

1. Masalah sosial, yaitu fenomena kehamilan remaja di luar nikah yang

bermuara pada pembuangan bayi. Pembuangan bayi tampaknya menjadi

solusi terbaik bagi mereka karena mereka takut dan malu dengan

lingkungan sekitar dan tidak siap bertanggung jawab. Seks bebas

tampaknya menjadi hal yang lumrah pada saat ini, dan tidak jarang remaja

memamerkan kemesraan mereka di depan umum atau di media sosial.

Perhatian dan peran orang tua sangat penting dalam hal ini. Remaja yang

12
Edi Suharto, Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung : Lembaga Studi
Pembangunan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial , 1997, hlm. .366
labil dalam berfikir perlu diawasi secara ketat oleh orang tuanya. Dalam

hal ini, peran orang tua diharapkan dapat menjadi teman bagi mereka.

Orang tua bertindak seperti teman yang bukan pengekang, dan dengan

begitu remaja lebih bersedia mendengarkan penjelasan dari orang tua.

2. Selain itu, sikap manusia yang suka mengkritik dan memberikan hukuman

yang menurutnya benar turut menjadikan maraknya tindak pidana

pembuangan bayi. Ketika seorang wanita melahirkan anak di luar nikah,

masyarakat akan bergosip tentang dia, bergosip tentang dia dan

memandangnya dengan remeh. Secara tidak langsung, dapat dipastikan

bahwa anak tersebut telah mencoreng nama baik keluarganya. Dengan

pemikiran tersebut, remaja akan merasa tertekan oleh beban yang mereka

pikul sendiri. Demi menjaga nama baik keluarganya dan dirinya sendiri,

tidak jarang para remaja ini mengambil jalan pintas dengan membuang

bayinya dan mengabaikan sanksi dari perbuatannya, karena yang ada

dalam pikirannya hanyalah bagaimana tidak mencoreng nama keluarga.

3. Faktor spiritual juga mempengaruhi dan kurangnya pemahaman tentang

nilai-nilai agama membuat mereka tidak lagi takut akan Tuhan dan

bahayanya. Sehingga jalan pintas menjadi pilihan mereka. Minimnya

pendidikan agama yang menjadi pedoman hidup mengakibatkan hilangnya

arah hidup dan timbulnya gejala-gejala negatif seperti pergaulan bebas dan

mengarah pada kehamilan di luar nikah. Peran agama dalam kehidupan

sangat penting untuk membentuk pegangan hidup yang kuat dan tidak

sekedar memanjakan nafsu.


4. Faktor ekonomi, Faktor ekonomi belakangan ini juga telah menyebabkan

peningkatan jumlah pembuangan bayi. Dengan dalih kendala ekonomi,

mereka tidak dapat menghidupi diri sendiri karena mereka miskin dan

memiliki banyak anak yang harus dihidupi. Menurut mereka, memiliki

anak lagi hanya akan menjadi beban dan memperumit perekonomian

mereka. Mereka berani membuang bayinya di pekarangan rumah warga, di

tempat pelayanan kesehatan. Tak jarang mereka sembarangan membuang

anaknya bahkan di pinggir jalan.

5. Perkembangan teknologi dan era reformasi juga memberikan dampak

dalam prevalensi pembuangan bayi. Media elektronik, maraknya VCD dan

internet mendorong keingintahuan, terutama para remaja, untuk mencoba

melacak hal-hal negatif yang mereka lihat. Bahkan ada spesialis remaja

yang membuat video mesum.

Menurut Bapak AIPTU Irwan selaku Kaurmintu Sat Binmas Polres kota

Bukittinggi13, mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

tindak pidana pembuangan bayi adalah sebagai berikut:

1. Perasaan malu atau takut diketahui oleh keluarga karena melahirkan bayi

yang tidak diinginkan kehadirannya oleh pihak perempuan maupun

pihak pria, sehingga pelaku ketakutan, panik dan akhirnya pelaku

melakukan tindak pidana pembuangan bayi.

13
Wawancara dengan Bapak AIPTU Irwan selaku Kaurmintu Sat Binmas Polres kota Bukittinggi,
tanggal 4 Januari Tahun 2021, jam 10.00 WIB
2. Hamil di luar nikah dikarenakan Pergaulan bebas adalah salah satu

faktor. Banyak remaja berpacaran yang sudah melampaui batas dan

melakukan seks bebas.

3. Kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua. Keluarga memiliki

fungsi penting dalam perkembangan anak. Minat dan kasih sayang orang

tua yang didapat dari keluarga dapat mengontrol tingkah laku anak.

4. Kurangnya keimanan dan nilai-nilai Agama. Dimasa sekarang ini

banyak para remaja yang tidak kuat pondasi Agamanya karena banyak

para remaja yang lebih mementingkan kehidupan duniawi dari pada

akhirat padahal Agama mengajarkan pedoman hidup yang intinya pasti

berisi nilai-nilai kebaikan. Karena banyak remaja yang jauh dari Agama

dan lemahnya iman sehingga remaja saat ini kurang bisa memilah mana

yang baik dan yang buruk.

5. Faktor media sosial banyak remaja zaman sekarang yang mencari teman

lewat media sosial dan lewat media sosial ini banyak remaja perempuan

yang termakan bujuk rayu dari seoarang pria yang menyebabkan mereka

bertemu pada akhirnya melakukan hubungan yang tidak semestinya.

Dalam melakukan pencegahan tindak pidana pembuangan bayi di wilayah

hukum Polres Bukittinggi, Sat Binmas menemui banyak kendala-kendala yang

menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan tugasnya. Faktor penghambat

tersebut tidak hanya datang dari diri Sat Binmas tersebut, melainkan ada faktor
internal dan faktor eksternal yang menghambat upaya Sat Binmas dalam

mencegah tindak pidana pembuangan bayi di wilayah hukum Polres Bukittinggi14.

2. Faktor Internal

Faktor internal adalah kendala yang berasal dari dalam lingkungan

kepolisian yang mengarah pada kinerja kepolisian dalam upaya

mengurangi tindak pidana pengusiran anak yang kurang optimal, dan

kendala internal tersebut antara lain:

a. Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya untuk melakukan pembinaan

keamanan di masyarakat agar lebih efektif, Sat Binmas menempatkan

anggota-anggotanya disetiap kelurahan-kelurahan yang di sebut

Bhabinkamtibmas. Namun Karena jumlah penduduk yang padat,

wilayah yang cukup luas, serta permasalahan yang cukup kompleks

tidak memungkinkan seorang Bhabinkamtibmas dapat melaksanakan

tugas dengan baik. Masih banyak sudut-sudut lingkungan yang belum

dapat dipantau perkembangannya, hal ini berdampak terhadap :

1. Tidak optimalnya upaya Bhabinkamtibmas di wilayah hukum

Polres Kota Bukittinggi dalam menanggulangi tindak pidana

pembuangan bayi dan menjaga Kamtibmas. Hal tersebut

dibuktikan dengan sering terlambatnya informasi yang diperoleh

Bhabinkamtibmas tentang perkara tindak pidana pembuangan

14
Wawancara dengan Bapak AIPTU Irwan selaku Kaurmintu Sat Binmas Polres kota Bukittinggi,
tanggal 4 Januari Tahun 2021, jam 10.00 WIB
bayi yang ada di wilayah hukum Kota Bukittinggi, sehingga

banyak informasi yang simpang siur di dalam masyarakat.

2. Bhabinkamtibmas belum mampu menjadi penggerak partisipasi

masyarakat untuk terlibat langsung dalam mencegah tindak

pidana pembuangan bayi dan menjaga keamanan dan ketertiban

masyarakat dengan indikator belum efektifnya kegiatan

Siskamling.

3. Bhabinkamtibmas kurang mempunyai inisiatif untuk menciptakan

kegiatan kegiatan sosial kemasyarakatan yang bernuansa

pembinaan Kamtibmas, dengan sasaran kelompok-kelompok

masyarakat terorganisir maupun yang tidak terorganisir seperti

organisasi pemuda dan warga setempat.

b. Sarana dan Prasarana

Tidak tersedianya tempat atau ruangan khusus untuk Bhabinkamtibmas,

sehinnga masyarakat mengalami kesulitan jika dalam situasi mendadak

ingin bertemu Bhabinkamtibmas. Sarana dan prasarana yang disediakan

Polri bagi Bhabinkamtibmas belum dapat menunjang kegiatan

Bhabinkamtibmas dalam menjalankan tugasnya.

3. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah hambatan dari luar lembaga kepolisian khususnya

Polres Kota Bukittinggi yang kurang mendukung atau bahkan

menghambat upaya Polres Kota Bukittinggi dalam menanggulangi tindak

pidana pembuangan bayi, hambatan eksternal diantaranya :


a) Kultur Masyarakat

Kultur masyarakat masih menjunjung tinggi adat istiadat dan

pemikiran nya masih tergolong konservatif, sehingga seringkali

pemecahan masalah tidak sampai ke petugas Bhabinkamtibmas

sebagai pembina desa binaan di wilayahnya. Penyelesaian masalah

yang diselesaikan melalui tokoh-tokoh dalam masyarakat, tidak

disampaikan kepada Bhabinkamtibmas karena takut jika berurusan

dengan pihak kepolisian masalah tersebut akan menjadi lebih panjang

dan berbelit-belit. Masih kuatnya masyarakat menyelesaikan masalah

secara adat di wilayah Kota Bukittinggi merupakan salah satu faktor

timbulnya kenakalan remaja khusus nya persoalan tindak pidana

pembuangan bayi. Masyarakat sendiri berfikir apabila di sampaikan

oleh Bhabinkamtibmas masalahnya akan panjang dan akan membuat

malu orangtua.

b) Kurangnya Pengawasan dari Orang tua

Pengawasan orang tua terhadap anak-anaknya masih tergolong buruk.

Masih banyak orang tua yang sudah mengetahui bahwa anaknya

melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma dan nilai-nilai

kesusilaan, tetapi orang tua malah seakan-akan mengacuhkan dari

perbuatan tersebut.

c) Perkembangan Teknologi yang Pesat

Perkembangan Teknologi yang pesat memudahkan para pihak untuk

mengakses situs pornografi di internet yang pada saat sekarang ini


setiap orang memliki smartphone, jika yang menggunakannya remaja

dan tanpa pengawasan orang tua pastinya tingkat kenakalan remaja

akan meningkat yaitu melakukan seks bebas dan pastinya akan sulit

menanggulangi tindak pidana pembuangan bayi.

d) Perkembangan Kota dan Kurangnya Pemberlakuan Jam Malam

Pada saat sekarang ini dapat kita lihat sangat pesatnya perkembangan

kota Bukittinggi seperti, semakin banyaknya taman-taman kota, dan

pihak swasta tidak mau kalah dengan membuat cafe untuk

berkumpulnya kalangan muda mudi. Tetapi kebanyakan para orang tua

kurang melakukan pembatasan jam malam, ketika malam hari, sangat

banyak didapati para remaja yang berkumpul di taman kota, cafe,

maupun ditempat umum lainnya hingga larut malam. Hal ini juga

dapat menyebabkan terjadinya perbuatan nakal yang dilakukan oleh

remaja dan dapat mengarah pada hubungan seks bebas.

e) Masyarakat Kurang Paham dengan Peran dan Fungsi

Bhabinkamtibmas

Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terhadap peran dan fungsi

Bhabinkamtibmas membuat masyarakat tidak tahu bahwa dalam

menjaga keamanan dan ketertiban merupakan tugas Polri dan

masyarakat yang dilakukan secara bersama-sama.

Dalam menyelesaikan sebuah permasalahan yang ada, perlu adanya

kemitraan yang sejajar antara Polri dengan masyarakat. Dengan

adanya peran dan fungsi Bhabinkamtibmas, masyarakat tidak hanya


sebagai obyek, na1mun menjadi subyek dalam menjaga keamanan dan

keteriban masyarakat. Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa

kondisi yang terjadi, banyak masyarakat yang memandang polisi

sebelah mata. Masih banyak masyarakat yang takut ketika bertemu

atau berurusan dengan polisi. Hal ini sangat ironis, dimana pimpinan

Polri menginginkan bahwa Polri harus dekat dengan masyarakat dalam

semua hal yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat sehari-hari.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan dengan proses analisis

dengan peraturan yang ada, maka penulis dapat simpulkan:

1. Penyebab terjadinya Tindak Pidana Pembuangan Bayi di sebabkan oleh

perasaan malu atau takut diketahui oleh keluarga karena melahirkan bayi

yang tidak diinginkan, hamil di luar nikah dikarenakan pergaulan bebas,

kurangnya pengawasan dan perhatian dari orang tua, kurangnya keimanan

dan nilai-nilai agama dan faktor media sosial. Pelaksanaan penanggulangan

tindak pidana pembuangan bayi oleh aparat kepolisian terdiri dari

pelaksanaan tindakan preventif berupa penyuluhan atau sosialisasi oleh Sat

Binmas, pelaksanaan tindakan yang bersifat represif dan pemberian sanksi

kepada pelaku tindak pidana.Upaya yang dilakukan Sat Binmas Polres

Kota Bukittinggi dalam menanggulangi Tindak pidana pembuangan bayi

terdiri dari upaya preventif dan represif diantaranya:

a. Upaya represif dengan memberikan penyuluhan di sekolah dan

masyarakat tentang risiko dan efek pergaulan bebas. Selain itu

memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa dengan adanya

pergaulan bebas dapat menimbulkan banyak dampak negatif dan

memicu terjadinya tindak pidana melempar anak yang sering

dilakukan oleh kaum perempuan. Hasil percampuran pada akhirnya

akan berdampak buruk dan merugikan, terutama bagi wanita.


b. Upaya Represif dengan melakukan penahanan dan pemberian sanksi

sesuai dengan undang-undang 35 Tahun 2014 mengenai tindak pidana

pembuangan bayi

2. Kendala yang dihadapi oleh Sat Binmas Polres Kota Bukittinggi dalam

menanggulangi Tindak Pidana Pembuangan Bayi adalah disebakan oleh

hambatan internal dan eksternal, hambatan Internal SDM yang belum

optimal dan hambatan internal yaitu kurang aktifnya peran mayarakat

dalam menanggulangi suatu tindak pidana.

A. Saran

1. Diharapkan kepada Sat Binmas Polres Kota Bukittinggi untuk tetap

berpegang teguh terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku

dalam menjalankan tugas

2. Diharapkan kepada Badan Sat Binmas Polres Kota Bukittinggi untuk lebih

menggencarkan sosialiasi mengenai perilaku kenakalan remaja agar tindak

pidana pembuangan bayi dapat ditanggulangi.

3. Diharapkan kepada masyarakat agar lebih berperan aktif dalam membantu

pihak yang berwajib sehingga terciptanya penegakan hukum yang sesuai

cita-cita hukum.

Anda mungkin juga menyukai