Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rionaldi

Npm : 171010039
Matkul : Hukum Perlindungan Anak (A)

1. Masalah perlindungan anak menjadi perhatian utama negara, pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat, orang tua. Tantangan perlindungan anak sangat beragam, mulai dari kemiskinan,
kepemilikan akta kelahiran, partisipasi anak hingga kekerasan terhadap anak. Perlindungan
terhadap anak diperlukan karena anak merupakan aset pembangunan masa depan bangsa. Oleh
karena itu, pemerintah perlu berinvestasi secara intensif pada bidang kesehatan, pendidikan
dan kesejahteraan bagi anak. Di bidang kesehatan, kondisi tumbuh kembang anak sangat
terkait dengan kesehatan dan nutrisi yang diperlukan, pendidikan dan kesejahteraan anak,
lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang serta faktor-faktor lainnya.
Perlindungan anak adalah segala bentuk kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hak- haknya agar dapat hidup, tumbuh dan berkembang, dan berpartisipasi secara optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi. Anak yang dimaksud adalah seseorang yang berumur kurang dari 18 tahun,
tak terkecuali anak yang masih berada dalam kandungan menurut Undang-Undang
Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014.

2. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan pejabat penyidik sesuai dengan cara
dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti, dan dengan bukti itu
membuat atau menjadi terang tindak pidana yang terjadi serta sekaligus menemukan
tersangkanya atau pelaku tindak pidananya. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi
dan guna menemukan tersangkanya (Pasal 1 angka 2 KUHAP). Mengenai perlindungan
hukum hak-hak anak (secara khusus) dalam masa penyidikan diatur dalam UU Sistem
Peradilan Pidana Anak, yaitu dimulai dari Pasal 26-29. Pasal 26 UU Sistem Peradilan Pidana
Anak menyatakan bahwa:
1) Penyidikan terhadap perkara anak dilakukan oleh Penyidik yang ditetapkan
berdasarkan Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia atau pejabat lain
yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2) Pemeriksaan terhadap anak korban atau anak saksi dilakukan oleh Penyidik.
3) Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penyidik
4) Dalam hal belum terdapat Penyidik yang memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), tugas penyidikan dilaksanakan oleh penyidik yang melakukan
tugas penyidikan tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.
Dalam melakukan penyidikan terhadap perkara anak, Penyidik wajib meminta pertimbangan
atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan
(Pasal 27 ayat 1). Dalam hal dianggap perlu, Penyidik dapat meminta pertimbangan atau saran
dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga
Kesejahteraan Sosial, dan tenaga ahli lainnya (Pasal 27 ayat 2).
Dalam hal melakukan pemeriksaan terhadap anak korban dan anak saksi, Penyidik wajib
meminta laporan sosial dari Pekerja Sosial Profesional atau Tenaga Kesejahteraan Sosial
setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan (Pasal 27 ayat 3).
Selanjutnya, Hasil Penelitian Kemasyarakatan wajib diserahkan oleh Bapas kepada Penyidik
dalam waktu paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam setelah permintaan penyidik
diterima (Pasal 28).
Penyidik wajib mengupayakan diversi dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah
penyidikan dimulai. Proses diversi sebagaimana dimaksud dilaksanakan paling lama 30 (tiga
puluh) hari setelah dimulainya diversi. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai
kesepakatan, Penyidik menyampaikan berita acara diversi beserta Kesepakatan Diversi kepada
ketua pengadilan negeri untuk dibuat penetapan. Dalam hal diversi gagal, Penyidik wajib
melanjutkan penyidikan dan melimpahkan perkara ke Penuntut Umum dengan melampirkan
berita acara diversi dan laporan penelitian kemasyarakatan (Pasal 29).
3. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan
hakhaknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan
sejahtera. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam mengurangi
permasalahan perlindungan dan pemenuhan hak anak, seperti upaya untuk mengurangi pekerja
anak di Indonesa.
1) Adapun upaya-upaya lainnya yang telah dilakukan terkait perlindungan dan
pemenuhan hak anak yaitu: Pemerintah membuat program, misalnya:
 Penerbitan akta kelahiran gratis bagi anak;
 Pendidikan tentang cara pengasuhan tanpa kekerasan kepada orangtua dan guru;
 Layanan kesehatan untuk anak;
 Meningkatkan anggaran pendidikan dasar dan menggratiskan biaya pendidikan
dasar.
2) DPR/DPRD membuat UU/Perda untuk melindungi anak dari tindak kekerasan dan
eksploitasi, mengancam pelaku dengan ancaman hukuman sehingga diharapkan bisa
menimbulkan efek jera.
3) Jajaran penegak hukum (polisi, jaksa) dan penegak keadilan (hakim) memproses setiap
pelanggaran hak anak dengan tegas, tanpa pandang bulu, dan memberi sanksi yg
setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan.

4. Menurut saya, perlunya perlindungan terhadap anak didasarkan atas 3 pemahaman, pertama
anak dipahami sebagai bagian dari warga Negara yang wajib di lindungi oleh negara, kedua
anak merupakan amanah dan karunia tuhan yang didalamnya melekat harkat dan martabat
manusia, dan yg ketiga anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa dan yang menjamin
eksistensi bangsa dan Negara pada masa depan.
Menurut saya, anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia
dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak mampu bertanggung jawab dalam
keberlangsungan bangsa dan negara, setiap anak perlu mendapat perlindungan dan kesempatan
yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental, maupun
sosial. Untuk itu, perlu dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak
dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa adanya perlakuan
diskriminatif. Dalam hal menjamin seorang anak agar kehidupannya bisa berjalan dengan
normal, maka negara telah memberikan payung hukum yakni Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Namun seiring berjalannya waktu, pada
kenyataannya undang-undang tersebut dirasa belum dapat berjalan secara efektif karena masih
adanya tumpang tindih antar peraturan perundang-undangan sektoral terkait dengan definisi
anak, di sisi lain maraknya kejahatan terhadap anak di tengah-tengah masyarakat, salah satunya
adalah kejahatan seksual yang saat ini banyak dilakukan oleh orang-orang dekat sang anak,
serta belum terakomodirnya perlindungan hukum terhadap anak penyandang disabilitas.

Menurut saya pemerintah harus mempertegas tentang perlunya pemberatan sanksi pidana dan
denda bagi pelaku kejahatan terhadap anak terutama kepada kejahatan seksual yang bertujuan
untuk memberikan efek jera, serta mendorong adanya langkah konkrit untuk memulihkan
kembali fisik, psikis dan sosial anak. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengantisipasi anak
(korban kejahatan) dikemudian hari tidak menjadi pelaku kejahatan yang sama. Karena
berdasarkan fakta yang terungkap pada saat pelaku kejahatan terhadap anak (terutama pelaku
kejahatan seksual) diperiksa di persidangan, ternyata sang pelaku dulunya juga pernah
mengalami (pelecehan seksual) sewaktu sang pelaku masih berusia anak, sehingga sang pelaku
terobsesi untuk melakukan hal yang sama sebagaimana yang pernah dialami.

Anda mungkin juga menyukai