Anda di halaman 1dari 15

Landasan Teori Perlindungan hukum Kekerasan Pada Anak

Nur Kholan Karima (2322011078)

A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta
menjamin kesejahteraan tiap-tiap warganya, termasuk menjamin perlindungan anak, karena
anak juga memiliki hak-hak yang termasuk dalam hak asasi manusia. Di dalam hukum
Indonesia terdapat pluralisme mengenai anak, hal ini adalah sebagai akibat tiap-tiap
peraturan perundang- undangan yang mengatur secara tersendiri mengenai peraturan anak.
Ditinjau dari aspek yuridis, maka pengertian anak menurut hukum positif Indonesia lazim
diartikan sebagai orang yang belum dewasa, yang dibawah umur atau keadaan dibawah
umur atau kerap juga disebut sebagai anak yang dibawah pengawasan wali. 1

Negara menjamin hak-hak dan perlindungan terhadap anak dalam Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak.2 Dengan demikian perlindungan terhadap anak dari kekerasan menjadi
pokok perhatian yang penting bagi pemerintah termasuk dibidang tumbuh kembang anak.2
Berkaitan dengan penanganan terhadap anak, terdapat dua langkah yang dapat diambil
orang tua, yakni: langkah preventif (sebelum anak melanggar) dan langkah represif (setelah
anak melanggar). Kedua langkah tersebut terdiridari nasehat, teguran keras, bahkan
pemukulan dalam kerangka pendidikan anak. Akan tetapi, dalam menerapkan langkah-
langkah tersebut, orang tua kerap berbenturan dengan regulasi hukum positif (Undang-
Undang Perlindungan Anak) yang memberikan proteksi terhadap kekerasan fisik.

Anak sebagai korban berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun


2014 Jo Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 mendapat perlindungan
khusus berdasarkan Pasal 59 dan hal itu merupakan kewajiban dan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat. Perlindungan khusus bagi anak sebagai korban eksploitasi seks
1
Zakariya Ahmad Al Barry, Hukum Anak Dalam Islam. (Jakarta:Bulan Bintang, 2008), hlm114.
2
Terhaar dalam Syafiyudin Sastrawujaya, Beberapa Masalah Tentang Kenakalan Remaja, (Bandung:
Karya Nusantara, 1977), hlm 18.
1
komersial anak dilakukan melalui :
1. Penyebarluasan dan/atau sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan perlindungan anak yang dieksploitasi secara ekonomi
dan/atau seksual.
2. Pemantauan, pelaporan dan pemberian sanksi.
3. Pelibatan berbagai instansi pemerintah, perusahaan, serikat pekerja, lembaga
swadaya masyarakat, dan masyarakat dalam penghapusan eksploitasi terhadap
anak secara ekonomi dan/atau seksual.

Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA kasus kejahatan kekerasan pada
anak sebanyak 311 kasus dengan korban sebanyak 771 anak (periode Januari – September
2023).3 Sedangkan di Provinsi Lampung menururt data dari Dinas Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Provinsi Lampung melaporkan, ada 307 kasus
kekerasan terhadap perempuan dan anak di provinsi tersebut sepanjang paruh pertama
2023.4 Salah satu kasus kekerasan seksual pada Anak yang terjadi di Lampung. Seorang
paman di Kabupaten Lampung Timur memperkosa keponakan masih berusia 17 tahun
berulang kali. Polisi kini telah menangkap pelaku tanpa perlawanan dan langsung digiring
ke mapolres setempat. Tersangka inisal DRA (26) warga Desa Bumi Jawa, Kecamatan
Batanghari Nuban, Lampung Timur. Ia diciduk atas laporan polisi kasus tindak pidana
kekerasan seksual terhadap korban DFI. tindakan asusila pelaku terhadap korban DFI sudah
terjadi sebanyak tiga kali, itu dilakukan sepanjang Oktober 2023. Mulanya, DRA notabene
paman DFI masuk ke kamar korban diam-diam, hingga akhirnya terjadi persetubuhan.
Sejak saat itu, pelaku DRA terus mengulangi aksi bejatnya kepada korban DFI masih
berstatus sebagai pelajar sekolah menengah atas (SMA) tersebut. Korban akhirnya
memberanikan diri bercerita kepada kedua orang tuanya. Kemudian ditindaklanjuti dengan
melayangkan laporan ke Mapolsek Purbolinggo. polisi juga telah mendapatkan hasil Visum
et Repertum menunjukkan telah terjadi kekerasan seksual dialami korban. Oleh karenanya,
pelaku akan dijerat Pasal 81 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan Atas

3
https://www.kemenkopmk.go.id/penguatan-koordinasi-lintas-kementerianlembaga-dalam-pencegahan-
kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak, Diakses Pada Tanggal 19-11-2023, Pukul 18:17 WIB
4
https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=kekerasan+anak+di+lampung+tahun+2023,
Diakses Pada Tanggal 19-11-2023, Pukul 18:30 WIB
2
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Terhadap Anak.5

Berdasarkan latar belakang diatas dengan kasus tentang maraknya kekerasan pada anak
maka penulis akan menganalisis teori perlindungan hukum kekerasan pada anak
dianalisis dengan metode penelitian yuridis normative. Sebagai suatu tujuan untuk
memahami mengenai perlindungan anak dalam prespektif teori perlindungan hukum di
Indonesia dengan segala bentuk tindak kekerasan terhadap anak perlu dicegah dan diatasi
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, bahwa anak harus mendapatkan perlindungan dan dipenuhi
hak-haknya untuk tumbuh dan berkembang secara normal, dan anak diberikan kesempatan
berpartisipasi secara optimal serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

B. Tinjauan Yuridis
1. Ulasan Terkait Teori Perlindungan Hukum Kekerasan Pada Anak

5
https://lampung.idntimes.com/news/lampung/tama-wiguna/paman-setubuhi-ponakan-berulang-kali-di-
lamtim-terancam-bui-15-tahun?page=all, Diakses Pada Tanggal 19-11-2023, Pukul 18:20 WIB
3
Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak: Pada UU
Perlindungan Anak ini, definisi anak tercantum di di dalam Bab 1 Pasal I sebagai berikut:
“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan.” Kekerasan terhadap anak adalah suatu tindakan
penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik, emosional,
seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial yang secara
nyata atau pun tidak, dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup, martabat atau
perkembangannya. Kekerasan pada anak disebut juga dengan Child Abuse, yaitu semua
bentuk kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh mereka yang seharusnya
bertanggung jawab atas anak tersebut atau mereka yang memiliki kuasa atas anak
tersebut, yang seharusnya dapat di percaya, misalnya orang tua, keluarga dekat, dan guru.
Kekerasan terhadap anak tidak hanya terjadi di keluarga yang miskin atau lingkungan
yang buruk. Fenomena ini dapat terjadi pada semua kelompok ras, ekonomi, dan budaya.
Bahkan pada keluarga yang terlihat harmonis pun bisa saja terjadi KDRT pada anak.
Sebagian besar pelaku kekerasan pada anak merupakan anggota keluarga atau orang lain
yang dekat dengan keluarga.6 Indonesia telah membentuk Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang sebagai bentuk perhatian serius dari
pemerintah dalam melindungi hak-hak anak.7

Terkait dengan teori perlindungan hukum, ada beberapa ahli yang menjelaskan bahasan
ini, antara lain yaitu Fitzgerald, Satjipto Raharjo, Phillipus M Hanjon dan Lily Rasyidi.
Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond bahwa hukum
bertujuan mengintegrasikan dam mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam
masyrakat karena dalam suatu lalulintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan
tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.
Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum
memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan
6
Said, M. F. (2018). Perlindungan hukum terhadap anak dalam perspektif hak asasi manusia. JCH
(Jurnal Cendekia Hukum), 4(1), hlm. 141
7
H.R Abdussalam dan Adri Deasasfuryanto. 2014. Hukum Perlndungan Anak. PTIK, Jakarta, hlm. 1.
4
dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir
dari
suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang
pada dasarnya merupkan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan
perilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan
pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.8

Perlindungan anak yang bersifat yuridis, meyangkut semua aturan hukum yang
mempunyai dampak langsung bagi kehidupan seorang anak dalam arti semua aturan
hukum yang mengatur kehidupan anak. Aspek hukum perlindungan anak, lebih
dipusatkan kepada hak-hak anak yang diatur hukum dan bukan kewajiban, mengingat
secara hukum (yuridis) anak belum dibebani kewajiban Menurut Undang-Undang Nomor
23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud perlindungan anak adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,
tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 1 butir
3 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak).

Bahwa perlindungan anak merupakan upaya-upaya yang mendukung terlaksananya hak-


hak dan kewajiban. Seorang anak yang memperoleh dan mempertahankan hak untuk
tumbuh dan berkembang dalam hidup secara berimbang dan positif, berarti mendapat
perlakuan secara adil dan terhindar dari ancaman yang merugikan. Usaha-usaha
perlindungan anak dapat merupakan suatu tindakan hukum yang mempunyai akibat
hukum, sehingga menghindarkan anak dari tindakan orang tua yang sewenang-wenang.
Perlindungan hukum bagi anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum
terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak serta berbagai kepentingan yang
berhubungan dengan kesejahteraan anak. Jadi masalah perlindungan hukum bagi anak
mencakup lingkup yang sangat luas.9

8
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis). (Jakarta: Penerbit
Toko
Gunung Agung, 2000) hlm. 82-83.
5
Teori Perlindungan Hukum Menurut Satjipto Raharjo Perlindungan Hukum adalah
memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua
hak-hak yang diberikan oleh hukum10. Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa
Perlindungan Hukum itu sendiri sebagai pengayom dan menjadi Hak Asasi Manusia
untuk dilindungi agar dapat menikmati hak-haknya yang telah diberikan oleh hukum. teori
perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam atau aliran hukum alam. Aliran
ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles (murid Plato), dan Zeno (pendiri aliran Stoic).
Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang
bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para
penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan
secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum
dan moral.11

Perlindungan hukum terhadap anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum
terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of
children) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak.
Perlindungan anak dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan
pertama atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-hak anak
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Mendapatkan perlindungan merupakan hak dari setiap anak, dan
diwujudkannya perlindungan bagi anak berarti terwujudnya keadilan dalam suatu
masyarakat.

9
Prasetyo, A. (2020). Perlindungan hukum bagi anak pelaku tindak pidana. Mizan: Jurnal Ilmu
Hukum, 9(1),hlm.51
10
Sinaga, S. M., & Lubis, E. Z. (2010). Perlindungan Hukum terhadap Anak Yang Melakukan
Kejahatan dalam Persidangan Anak. Jurnal Mercatoria, 3(1), hlm.52
11
Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologis Perkembangan) (Bandung: Mandar Maju,1995),
hlm.78-101
6
C. Analisis Landasan Teori Perlindungan Hukum Kekerasan Pada Anak
Perlindungan anak secara nasional telah memperoleh dasar pijakan yuridis diantaranya
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional serta Pasal 21 sampai 24
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang. Adapun
pengertian anak menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Menjadi Undang-Undang adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan. Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak Menjadi Undang-Undang juga mengatur bahwa “setiap anak yang
menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak
dirahasiakan. Selain itu, Pasal 64 ayat (2) huruf g juga mengatur “Perlindungan dari
pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari labelisasi”.12

Tindak kekerasan terhadap anak adalah perilaku dengan sengaja (verbal dan non verbal)
yang ditujukan untuk mencederai atau merusak anak, baik berupa serangan fisik atau
merusak anak, mental sosial, ekonomi maupun seksual yang melanggar hak asasi
manusia, bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat, berdampak
trauma psikologis bagi korban. Dampak dari tindak kekerasan terhadap anak yang paling
dirasakan yaitu pengalaman traumatis yang susah dihilangkan pada diri anak, yang
berlanjut pada permasalahan-permasalahan lain, baik fisik, psikologis maupun sosial.
Penegakan upaya perlindungan hukum ini tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah dan
negara saja akan tetapi seluruh warga negara. Tidak sedikit masyarakat pada umumnya
tidak menyadari bahkan keberadaan perempuan. Permasalahan kekerasan terhadap anak
merupakan suatu masalah yang harus diselesaikan, dengan adanya Undang-Undang

12
Marpaung, V. A. 2019. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Cabul
Studi Putusan Pengadilan Negeri Sungguminasa NO. 8/Pid. Sus-Anak/2017/PN. Sgm, hlm. 3
7
Nomor 35 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak seharusnya menjadi acuan Pemerintah untuk segera menyelesaikan
permasalahan yang berkaitan dengan Perlindungan Anak yang mengalami tindak
kekerasan.

Dalam menjamin pemenuhan hak-hak anak dan melaksanakan kebijakan, pemerintah


daerah yang wajib dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan
nasional dalam pelaksanaan perlindungan anak di wilayah tersebut dengan melalui upaya
untuk membangun kabupaten atau kota layak Untuk anak-anak yang telah diatur
dalam Peraturan Presiden. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab
memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak.
Negara dan pemerintah berkewajiban menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan
kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali,
atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak. Negara dan
pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak. Negara dan
pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan
pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak. Kewajiban dan
tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui
kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak. Orang tua
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik,
dan melindungi anak, menumbuh kembangkan anak sesuai dengan kemampuan
dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak.

Dengan tindakan kekerasan ini harus menjadi perhatian bagi siapa pun, baik peran
masyarakat, lembaga masyarakat, organisasi masyarakat dan pemerintah agar lebih
memperhatikan perawatan perlindungan sehingga tidak ada lagi orang melakukan
kekerasan ini karena Masalah kekerasan pada anak yang dapat mengancam kehidupan
anak-anak di masa depan juga dimasa yang akan datang juga, sehingga berbahaya jika
semua orang tidak memiliki rasa kekhawatiran pada anak-anak akan membahayakan
kehidupan di negara bagian.

8
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin yaitu sejak
dari janin dalam kandungan sampai anak berusia 18 (delapan belas) tahun.
Bertitik tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan
komprehensif, Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, meletakkan
kewajiban untuk memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas
sebagai berikut:
a. Non diskriminatif,
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak,
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan,
d. Penghargaan terhadap pendapat anak.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang


Perlindungan Anak, mengatakan bahwa Perlindungan anak bertujuan untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya
anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera.

Cakupan pengertian perlindungan dan tujuan perlindungan anak kiranya sejalan dengan
Konvensi Hak-Hak Anak (Convention On The Rights Of The Child) dan perlindungan
Hak Asasi Manusia (HAM) yang terpatri dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 22 B
ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara 1945 menegaskan: “Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.” Perlindungan anak dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang perubahan pertama atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
anak dan hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara
optimal
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari

9
kekerasan dan diskriminasi. Mendapatkan perlindungan merupakan hak dari setiap anak,
dan diwujudkannya perlindungan bagi anak berarti terwujudnya keadilan dalam suatu
masyarakat. Hak yang paling mendasar dalam masalah hak asasi manusia adalah hak
hidup. Hak asasi anak ini merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang hak anak.
Dari segi
berbangsa dan bernegara anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus cita-cita.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar, pemberian Tuhan dan dimiliki manusia selama
hidup serta tidak dapat dicabut.

Pemerintah memikul seluruh tanggung jawab untuk mengimplementasikan kewajiban-


kewajiban internasional ini, serta mandat kepemimpinan dalam melaksanakan peraturan
dan mekanisme yang diperlukan untuk mewujudkan kewajiban tersebut. Diratifikasi
dengan Keputusan Presiden Nomor 39 tahun 1990 (selanjutnya disebut Keppres Nomor
39 Tahun 1990). Diratifikasinya Konvensi Hak Anak tersebut, terdapat kewajiban-
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia yakni salah satunya adalah
memberikan jaminan perlindungan kepada anak terhadap segala jenis kekerasan fisik,
mental, penyalahgunaan kekuasaan, penelantaran atau perlakuan salah (eksploitasi) serta
penyalahgunaan/pelecehan seksual. Hak anak adalah hak dasar yang wajib diberikan dan
didapatkan oleh anak meliputi anak usia dini dan juga remaja usia 12 (dua belas) sampai
18 (delapan belas) tahun. Hak anak ini berlaku baik anak yang mempunyai orang tua
ataupun sudah tidak mempunyai orang tua, dan juga anak-anak terlantar. Permasalahan
lainnya yang dialami oleh anak yang merupakan dampak dari tidak terpenuhi kebutuhan
dasar mereka adalah anak terlantar. Hak asasi merupakan hak natural/alam dan merupakan
pemberian langsung dari Tuhan. Seseorang manusia ingin memperoleh kehidupannya
yang bermartabat, harus memposisikan hak asasi dengan melibatnya dari sudut alamiah
manusia secara hakiki.

Pemerintah sebenarnya telah menetapkan peraturan untuk mengurangi keberadaan


kekerasan pada anak-anak, tetapi untuk memaksimalkan upaya perlindungan ini, juga
diperlukan untuk partisipasi masyarakat atau LSM (organisasi non-pemerintah),

10
Organisasi Masyarakat, Komisi Perlindungan Anak, organisasi lain yang memiliki
kepedulian terhadap perlindungan anak yang membantu menjaga dan menjamin anak-
anak.
Oleh karena itu, masyarakat juga memiliki peran yang dapat dilakukan dalam
perlindungan hak-hak anak ini, yaitu, setidaknya melindungi hak-hak anak-anak ketika
mereka berada di luar lingkungan rumah tangga sehingga mereka masih merasa nyaman
di luar rumah.

Upaya Non Penal (Preventif) yakni upaya lebih menitik beratkan mencegah sebelum terjadi
kejahatan dan secara tidak langsung dilakukan tanpa menggunakan sarana pidana atau
hukum pidana, misalnya:
a. Menangani terkait objek tindak kekerasan dengan menggunakan sarana konkrit sebagai
pencegahan hubungan antara pelaku kekerasan dengan objek tsb dengan sarana
pengamanan, pemberian pengawasan pada objek kriminal.
b. Menghilangkan adanya celah untuk melakukan perbuatan tindak kekerasan dengan
menjadikan lingkungan itu menjadi lingkungan yang baik bagi anak.
c. Melakukan penyuluhan kesadaran mengenai tanggung jawab bersama dalam terjadinya
suatu kekerasan yang berpengaruh baik dalam penanggulangan ini.
Upaya Penal (Represif) Upaya penal yakni upaya penegakan hukum dilakukan oleh aparatur
penegak hukum yang lebih menitikberatkan pada pemberantasan setelah terjadinya
kejahatan yang dilakukan dengan hukum pidana yaitu sanksi pidana yang merupakan
ancaman bagi pelakunya untuk memenuhi rasa keadilan dan daya guna.

Analisa berdasarkan penjelasan serta data-data kekerasan pada anak di Indonesia Tahun
2023 dan Provinsi Lampung Tahun 2023. Banyaknya kekerasan pada anak di Indonesia
khususnya di Provinsi Lampung membuat kita merasa miris dan khawatir atas tindakan para
pelaku yang tidak kunjung reda. Hukuman yang rendah dan berkurangnya program
sosialisasi dari pemerintah kepada masyrakat membuat para orangtua kurang memahami dan
memberikan perhatian lebih kepada Anak, para orangtua yang melakukan kekerasan pada
anak sendiri dianggap perbuatan keji dan harus dihukum sepantasnya sehingga benar
merasakan efek jera. Dampak dari kekerasan itu sendiri dirasakan anak hingga seumur
11
hidupnya bahkan membuat mental anak terganggu. Pemerintah berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan di bidang
perlindungan anak melalui penerbitan peraturan sehubungan dengan penyediaan
perlindungan sehingga ada jaminan hukum untuk kegiatan perlindungan anak yang
berdampak pada Kesinambungan perlindungan anak dan mencegah penipuan dalam
pelaksanaan perlindungan anak. Dengan adanya UU tentang Perlindungan Anak, maka
menegaskan upaya serius pemerintah untuk menindak secara tegas segala bentuk kekerasan
terhadap anak dengan pemberian sanksi pidana yang berat, memberikan efek jera dan
mengembalikan kondisi anak baik secara, fisik, psikis dan sosial. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui urgensi pembentukan UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak sekaligus melihat kesesuainnya terhadap teori pembentukan undang-undang yang
baik, teori keadilan, dan asas-asas pembentukan undang-undang. Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2014 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak juga berarti bahwa semua anak mempunyai hak atas perlindungan, tanpa memandang
ras, suku, agama, jenis kelamin, status sosial, atau kondisi fisik atau mental. Prinsip
kepentingan terbaik bagi anak berarti bahwa setiap tindakan yang dilakukan terhadap anak
harus di dasarkan pada apa yang terbaik bagi anak. Prinsip partisipasi anak mempunyai arti
bahwa anak mempunyai hak untuk ikut serta dalam segala pengambilan keputusan yang
mempengaruhi kehidupannya. Hal ini tentunya juga mengatur mengenai bentuk
perlindungan anak, baik perlindungan fisik, psikis, dan sosial. Perlindungan fisik mencakup
perlindungan dari kekerasan, eksploitasi dan bentuk bentuk pelecahan lainnya.
Perlindungan psikologis mencakup juga perlindungan terhadap kekerasan verbal, ancaman,
dan bentuk pelecehan lainnya.

12
D. Kesimpulan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menjadi Undang-Undang telah
ditentukan adanya perlindungan terhadap pemberitaan anak sebagai korban kejahatan.
Penyimpangan atau pelanggaran terhadap hak anak banyak terjadi. Terbukti dengan
banyaknya kasus-kasus kriminalitas di televisi ataupun koran yang tidak melakukan
perlindungan terhadap identitas anak sebagai korban kejahatan. Tujuan perlindungan anak
menurut undang-undang adalah untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat
hidup, tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskrimisasi, demi
terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Di dalam pasal
59 Undang-Undang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa perlindungan khusus wajib
diberikan kepada anak yang berhadapan dengan hukum. Dalam pasal 64 ayat I dan 2
menyebutkan bahwa anak-anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak-anak yang
berkonflik dengan hukum dan anak korban kejahatan.

13
Referensi

Buku
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis). (Jakarta:
Penerbit Toko Gunung Agung, 2000)

H.R Abdussalam dan Adri Deasasfuryanto, Hukum Perlndungan Anak. (Jakarta: PTIK,
2000)

Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologis Perkembangan) (Bandung: Mandar


Maju,1995)

Marpaung, V. A, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana


Cabul Studi Putusan Pengadilan Negeri Sungguminasa NO. 8/Pid.
Sus-Anak/2017/PN. Sgm, 2019.

Terhaar dalam Syafiyudin Sastrawujaya, Beberapa Masalah Tentang Kenakalan Remaja,


(Bandung: Karya Nusantara, 1977)

Zakariya Ahmad Al Barry, Hukum Anak Dalam Islam. (Jakarta:Bulan Bintang, 2008)

Jurnal
Prasetyo, A. (2020). Perlindungan hukum bagi anak pelaku tindak pidana. Mizan: Jurnal
Ilmu Hukum, 9(1)

Said, M. F. (2018). Perlindungan hukum terhadap anak dalam perspektif hak asasi manusia.
JCH (Jurnal Cendekia Hukum), 4(1)

Sinaga, S. M., & Lubis, E. Z. (2010). Perlindungan Hukum terhadap Anak Yang Melakukan
Kejahatan dalam Persidangan Anak. Jurnal Mercatoria, 3(1)

Internet

14
https://www.kemenkopmk.go.id/penguatan-koordinasi-lintas-kementerianlembaga-dalam-
pencegahan-kekerasan-terhadap-perempuan-dan-anak

https://lampung.idntimes.com/news/lampung/tama-wiguna/paman-setubuhi-ponakan-
berulang-kali-di-lamtim-terancam-bui-15-tahun?page=all

https://www.google.com/search?client=firefox-b
d&q=kekerasan+anak+di+lampung+tahun+2023

15

Anda mungkin juga menyukai