Anda di halaman 1dari 11

ZABINA MAULINA FATIMAH

NIM B011221385

KELOMPOK 6

PERSPEKTIF MENGENAI KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DALAM HAK


ASASI MANUSIA

• Pendahuluan
- Latar Belakang

Anak ialah amanah sekalian karunia Tuhan Yang Maha Esa. Anak dikira selaku harta
kekayaan yang sangat berharga dibanding dengan harta barang yang lain. Tiap anak memiliki hak
asasi yang diatur dalam UndangUndang Bawah Negeri Republik Indonesia Tahun 1945 serta
kesepakatan Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hak- Hak Anak (Haling dkk., 2018).1 Anak
selaku generasi penerus cita- cita bangsa memiliki hak atas kelangsungan hidup, berkembang serta
tumbuh, berpartisipasi, proteksi dari tindak kekerasan serta diskriminasi, dan hak sipil serta
kebebasan (Rizqian, 2021). 2

“Proteksi Anak Kamu dari Predator Intim!”. Kalimat peringatan ini banyak timbul di media
massa ataupun di media sosial menyusul meningkatnya permasalahan kekerasan intim pada anak.
Kekerasan terhadap anak nyaris terjalin tiap hari. Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dapat
dikatakan jadi tahun yang memprihatinkan untuk anak Indonesia. Indonesia ialah negara hukum.
Ini berarti jika Indonesia ialah negara yang bersumber pada atas hukum. Dengan sendirinya
perlindungan hukum jadi aspek esensial serta jadi konsekuensi dalam negara hukum dan Negara
wajib menjamin hak- hak hukum warga negaranya.

Komisi Proteksi Anak Indonesia (KPAI) menciptakan ratusan permasalahan kekerasan


intim terhadap anak yang diprediksi dicoba orang terdekat selaku pelakon. Keadaan tersebut sangat
ironis dengan lumayan memadainya peraturan perundangundangan yang mengendalikan tentang

1 Haling, S., Halim, P., Badruddin, S., & Djanggih, H. (2018). Perlindungan Hak Asasi Anak
Jalanan dalam Bidang Pendidikan menurut Hukum Nasional dan Konvensi Internasional. Jurnal
Hukum dan Pembangunan, 48(2), 361-378.
2 Rizqian, I. (2021). Upaya Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Korban Tindak Pidana

Kekerasan Seksual Dikaji menurut Hukum Pidana Indonesia. Journal Justiciabellen, 1(1), 51-61.
proteksi, kepentingan serta hak asasi anak. Disamping itu, kekerasan terhadap anak lebih banyak
dipicu oleh permasalahan sepele yang sebetulnya diakibatkan sebab tidak bertanggung jawabnya
orang tua terhadap pembelajaran, pertumbuhan serta kebutuhan anak.

Di satu sisi, anak memerlukan bermacam keperluan baik buat kepentingan sekolah ataupun
buat pengembangan dirinya serta di sisi lain orang tua dalam kondisi kurang sanggup dari segi
ekonomi. Pasal 1 butir a Undang- Undang No 23 Tahun 2002 tentang Proteksi Anak, mengatakan
anak merupakan seorang yang belum berumur 18 (belas) tahun, tercantum anak yang masih dalam
isi. 3Sebaliknya Pasal 1 butir 5 Undang- Undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
mendefenisikan anak merupakan tiap manusia yang berumur di dasar 18 (belas) tahun serta belum
menikah, tercantum anak yang masih dalam isi apabila hak tersebut merupakan demi
kepentingannya.

Pada hakekatnya anak ialah amanah Allah Subhanahu Wataala, yang tetap wajib kita jaga
sebab dalam dirinya menempel harkat, martabat, serta hak- hak selaku manusia yang wajib
dijunjung besar. Anak yakni generasi penerus bangsa karena di pundaknya terletak terletak tugas
tugas bangsa yang belum terselesaikan oleh generasi- generasi lebih dulu. Sebagai generasi
penerus cita- cita bangsa dan negara, kanak- kanak harus tumbuh dan berkembang jadi manusia
berumur yang sehat jasmani dan rohani, pintar, berpendidikan dan bermoral yang baik.
Perlindungan anak yakni Mengenai yang mutlak yang diperhatikan.

- Rumusan Masalah

Bersumber pada latar balik di atas terpaut dengan perlindungan hukum terhadap kekerasan
seksual dalam dunia pendidikan, mengingat maraknya kekerasan seksual yang terjalin di Indonesia
dan sedikitnya atensi pemerintah serta publik dalam penindakan kasus ini. Sampai rumusan kasus
dalam essai ini ialah berikut:

1. Bagaimanakah proteksi hukum terhadap anak selaku pelakon serta korban tindak pidana
kekerasan seksual?
2. Bagaimana penegakan hukum yang dicoba terhadap korban pelecehan intim?

3 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
3. Bagaimana perspektif proteksi hukum terhadap korban pelecehan intim?
4. Bagaimana pandangan HAM dalam kekerasan seksual?
• Pembahasan

Banyak kekerasan yang terjalin pada anak. Misalnya kekerasan intim, kekerasan raga,
psikis, penelantaran, serta diperdagangkan. Ada pula kekerasan yang Periset angkat pada riset ini
merupakan kekerasan intim yang terjalin pada anak. Kekerasan bagi Kamus Bahasa Indonesia
merupakan Mengenai keras ataupun paksaan (KBI, 2011). 4Kekerasan ialah wujud pelanggaran
yang sangat kerap dirasakan anak. Salah satu definisi kekerasan yang relevan serta terpaut dengan
eksistensi anak merupakan yang diformulasikan dalam Undang- Undang Negeri Republik
Indonesia No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (berikutnya
disingkat UUPKDRT).5

Dalam Pasal 1 butir 1 UUKDRT dinyatakan," kekerasan dalam rumah tangga merupakan
tiap perbuatan terhadap seorang paling utama wanita yang berdampak munculnya kesengsaraan
ataupun penderitaan secara raga, intim, psikologis serta ataupun penelantaran rumah tangga
tercantum ancaman buat melaksanakan perbuatan, pemaksaan ataupun perampasan kemerdekaan
secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga” (Pasal 2 ayat (1) UUPKDRT). 6Kekerasan
terhadap anak pada biasanya belum memperoleh penindakan sungguh- sungguh oleh negeri dalam
perihal ini aparatur penegak hukum. Sementara itu hak asasi anak sudah diakui serta dilindungi
semenjak masih dalam isi. Dalam Kesepakatan Hak yang diartikan dengan anak merupakan tiap
orang yang belum menggapai usia 18 tahun.

Secara sekilas, paling utama untuk orang yang hidup berkecukupan, anak- anak merupakan
mereka yang jauh dari permasalahan. Dunia mereka merupakan dunia bermain serta bersuka cita
serta belum butuh memikirkan tanggung jawab semacam manusia berusia. Tetapi, bila ingin
memandang sedikit lebih dalam saja, hingga dalam dunia kecil mereka itu, segudang kasus
terkumpul. Kanak- kanak terancam oleh eksploitasi, peperangan, kelaparan serta kekerasan, baik

4 Kamus Bahasa Indonesia. 2011. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
5 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

6 Pasal 1 dan Pasal 2 UUKDRT


kekerasan raga, psikologis ataupun struktural. Indonesia sudah meratifikasi kesepakatan hak anak
pada tahun 1990.

Konsekuensinya, Indonesia wajib memajukan dan melindungi kepentingan serta hak anak
selaku manusia, semacam tertera dalam kesepakatan tersebut. Diawali dengan mendiseminasikan
definisi anak kepada warga luas, semacam tercakup dalam pasal 1 kesepakatan hak anak, yang
mendefinisikan anak selaku” tiap manusia yang berumur di dasar usia 18 tahun kecuali bersumber
pada undang- undang yang berlaku untuk anak didetetapkan kalau umur berusia dicapai lebih dini.
Media serta area dekat sangat pengaruhi terhadap aspek- aspek pertumbuhan anak ini, misalnya
area rumah, area sekosssslah serta sebagainya.

Apabila sang anak hadapi trauma sebab korban kekerasan hingga sangat pengaruhi emosi
anak sebab anak lagi belajar tentang emosi dari lingkungannya. Kecerdasan emosi anak hendak
pengaruhi kesuksesannya di masa depan, masa anak ini merupakan masa yang sangat baik buat
mengarahkan emosi yang benar dalam menyikapi perkara. Tidak boleh melaksanakan aksi yang
salah pada anak dengan menelantarkannya serta menganiayanya, (child abuse, serta neglect).
Apabila terjalin permasalahan psikologis pada anak hingga anak hendak hadapi kendala pada
waktu berikutnya, serta susah buat dipulihkan, susah dibeberkan sebab anak masih terbatas bahasa
serta belum sanggup mengatakan emosi dengan baik.

Di dalam Peraturan Perundang- Undangan yang terpaut dengan anak tidak mengunakan
sebutan" hak asasi anak", namun memakai hak anak. Tetapi, pemakaian sebutan" hak anak" yang
secara tersurat menggambarkan hak asasi anak. Semacam yang ada dalam Pasal 1 butir 2 UUPA
dinyatakan" Proteksi anak merupakan seluruh aktivitas buat menjamin serta melindungi anak serta
hak- haknya supaya bisa hidup, berkembang, tumbuh, serta berpartisipasi, secara maksimal cocok
dengan harkat serta martabat kemanusiaan, dan menemukan proteksi dari kekerasan serta
diskriminasi".7

Dari definisi tersebut sebetulnya sarat dengan tuntutan hak asasi manusia spesialnya hak
anak. Secara lebih tegas lagi diatur di dalam Pasal 1 butir I UUPA disebutkan" hak anak merupakan
bagian dari hak asasi manusia yang harus dipastikan, dilindungi, serta dipadati oleh orang tua,

7 Pasal 1 butir 2 UUPA


keluarga, warga, pemerintah, serta negeri". 8Dengan demikian, pemakaian sebutan hak anak wajib
dimaknai selaku hak asasi anak yang secara tegas diatur di dalam Undang- Undang No 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia (berikutnya disingkat UU HAM). Hak asasi anak ialah bagian
dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang- Undang Bawah Negeri Republik Indonesia
Tahun 1945 serta Kesepakatan Perserikatan Bangsa- Bangsa tentang Hak- Hak Anak.9

Dari sisi kehidupan berbangsa serta bemegara, anak merupakan masa depan bangsa serta
generasi penerus cita- cita bangsa, sehingga tiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
berkembang, serta tumbuh, berpartisipasi dan berhak atas proteksi dari tindak kekerasan serta
diskriminasi dan hak sipil serta kebebasan. Seluruh perbuatan yang kontradiktif dengan hak- hak
tersebut dikategorikan selaku pelanggaran terhadap hak asasi anak. Perihal tersebut pula tercantum
pada butir b bagian menimbang. UUPKDRT yang melaporkan kalau" seluruh wujud kekerasan,
paling utama kekerasan dalam rumah tangga, ialah pelanggaran hak asasi manusia serta kejahatan
terhadap martabat kemanusiaan dan wujud diskriminasi yang wajib dihapus.

Apabila ditemukan anak yang terlanjur jadi korban kekerasan hingga butuh diupayakan
langkah- langkah selaku berikut:

(1) korban kekerasan bisa melapor ke Komnas HAM, KPAI, kantor polisi setempat, rumah sakit,
LSM serta tokoh. Buat lebih kilat upaya penanganannya, anak korban kekerasan dengan
didampingi keluarganya bisa langsung melapor ke pusat pelayanan terpadu (PPT) setempat,
dimana PPT tersebut ialah sesuatu wujud penyelenggaraan layanan terpadu yang berbasis pada
rumah sakit dalam menanggulangi korban kekerasan terhadap wanita serta anak yang meliputi,
pelayanan kedokteran, medikolegal, psikososial, serta dorongan hukum yang dicoba secara lintas
fugsi serta lintas sektoral.

(2) Apabila dibutuhkan penindakan lebih lanjut cocok dengan kebutuhannya korban bisa dirujuk
pada lembaga yang ditunjuk serta memiliki kapasitas cocok dengan yang dibutuhkan korban.

Pusat pelayanan terpadu( PPT) menghormati terhadap hak asasi manusia spesialnya hak
wanita serta anak, terdapatnya keberpihakan serta penghormatan terhadap hakhak korban,

8 Pasal 1 butir 1 UUPA


9 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
membagikan dorongan keadilan serta kepastian hukum yang bertumpu pada kebutuhan,
kepentingan korban, dan menolong membagikan kemudahan, kenyamanan serta keselamatan
untuk korban, yang meliputi pelayanan rawat jalur, rawat inap, formula obat, visum, anestesi,
bayaran persalinan, laboratorium, ronsen, pendampingan hukum, pengobatan psikiatri, uji DNA,
serta lain- lain cocok kebutuhan (Siswono, 2007).10

Disamping itu PPT tidak memungut bayaran untuk korban, rahasia korban terjamin, serta
terpenuhinya seluruh kebutuhan korban dalam satu atap layanan. Kemudahan yang lain PPT pula
berperan selaku pusat layanan terpadu untuk pusat- pusat krisis di wilayah kabupaten/ kota, pula
memfasilitasi pengembangan layanan terpadu hingga pada tingkatan kabupaten. PPT pula
berperan selaku pusat informasi serta sistem data yang terikat dengan permasalahan kekerasan
terhadap wanita serta anak. Dalam layanan pengecekan kedokteran PPT mengecek anak korban
kekerasan di ruang yang aman spesial buat anak.

Pengecekan dicoba dengan disaksikan keluarga serta perawat/ pasangan. Spesial


permasalahan kekerasan intim apabila tidak membolehkan buat ditilik hingga Miss V dicoba
pembiusan terlebih dulu, setelah itu dirujuk ke psikiater apabila terdapat gejala kelainan
psikologis, dan dicoba rekam kedokteran, visum et repertum, penjelasan pakar buat penyembuhan.
PPT pula membagikan layanan psikologis antara lain merupakan: identifikasi kebutuhan anak,
tutorial konseling yang terjadwal guna meminimalisir trauma anak, pula guna mempersiapkan
mental buat kembali bersekolah, bila terdapat permasalahan dengan sekolah hingga menghadiri
serta menarangkan kepada pihak sekolah. Layanan psikologis pula menolong mempersiapkan
mental anak serta mendampingi anak pada proses hukum majelis hukum anak. Jadi PPT menolong
dalam layanan hukum bersama dengan layanan psikologis.

Anak yakni cikal bakal lahirnya suatu generasi baru yang yakni penerus cita- cita
perjuangan bangsa dan sumber tenaga manusia buat pembangunan Nasional. Anak ialah asset
bangsa, masa depan bangsa dan negara di masa yang hendak datang terletak di tangan anak dikala
ini. Terus jadi baik keperibadian anak dikala ini sampai terus jadi baik pula kehidupan masa depan
bangsa.

Hargianto, Dewi, Siswono, 2007, Aspek Aspek Perkembangan Anak. Surabaya: Biro Mental
10

Spiritual PPT.
Begitu pula sebaliknya, Apabila kepribadian anak tersebut kurang baik sampai hendak
bobrok pula kehidupan bangsa yang hendak datang. Pedofilia yakni orang yang abnorrmal, orang
yang abnormal umumnya dihinggapi hambatan mental maupun ada kelainan- kelainan. Orang-
orang yang abnormal ini tetap diliputi banyak konflik- konflik batin, miskin jiwanya dan tidak
wajar, tanpa atensi pada lingkungannya, terpisah hidupnya dari masyarakat, tetap gelisah dan
takut, jasmani dan rokhaninya sering sakit- sakitan.

Orang tua wajib disadarkan apa kewajiban- kewajibannya terhadap anak. Posisi orang tua
dalam menghindari anak dari korban kekerasan sangat strategis. Oleh sebab itu, sangat berarti
pemerintah in case (dalam perihal ini) lembaga yang terpaut, melaksanakan sosialisasi seluruh
syarat peraturan perundang- undangan yang bertujuan membagikan proteksi terhadap anak serta
hak- haknya, sebagaimana disebutkan Pasal 1 butir 2 tentang proteksi anak yang sudah uraikan di
atas. Berikutnya di dalam Pasal 1 butir I UUPA dinyatakan hak anak merupakan bagian dari hak
asasi manusia sebagaimana sudah disebutkan.

Setelah itu, dari orang tua diharapkan membagikan penyadaran kepada anak bila terjalin
gejala dirinya jadi korban kekerasan, ataupun membagikan cara- cara gimana si anak dapat
menjauhi diri dari korban kekerasan yang dicoba oleh orang lain di luar rumah tangga. Penyadaran
orang tua hendak berartinya proteksi terhadap anak dilatarbelakangi oleh kecenderungan kalau
kekerasan terhadap anak mayoritas malah dicoba orang tua dengan jatah terbanyak dicoba si ayah
serta disusul si bunda dan anggota keluarga yang lain.

Pelecehan intim dapat terjalin di mana saja serta kapan saja. Walaupun pada biasanya para
korban pelecehan intim merupakan kalangan perempuan, tetapi perihal ini tidak berarti kalau
kalangan laki- laki kebal( tidak sempat hadapi) terhadap pelecehan intim. Sebagaimana komentar
Wirdjono lebih menekankan menimpa pemaksaan ikatan intim( berhubungan) pada seorang
wanita yang bukan isterinya. Pemaksaan yang dicoba pria membuat ataupun menyebabkan wanita
terpaksa melayani persetubuhan. 11

Kenyataan menimpa banyaknya permasalahan kekerasan intim yang mengenai anak sudah
mengindikasikan kalau anak belum menemukan atensi, proteksi, dan terabaikan keberadaanya.

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan. 2011. Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual,
11

Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan. Bandung: Refika Aditama, halaman 42.
Peran anak dikira kurang menguntungkan serta dikualifikasikan selaku kelompok rentan ataupun
lemah. Upaya menghentikan kekerasan intim ialah perihal berarti, sebab korban kekerasan intim
bisa hadapi trauma yang berkelanjutan, perasaan malu, serta ketakutan. Peraturan perundang-
undangan serta atensi pemerintah sangat diperlukan dalam mengakomodasi hak asasi anak
(Gultom, 2013).12

• Kesimpulan

Kekerasan terhadap anak dapat terjalin dimanapun serta kapanpun, dan ialah pelanggaran
hak asasi manusia terhadap anak, yang tidak bisa dibenarkan baik dalam pespektif hukum Ham
ataupun hukum Islam, ataupun dari sisi kemanusiaan. Walaupun kenyataanya masih kerap
diabaikan. Oleh karenanya anak perlu proteksi dari seluruh kekerasan. Orang tua sangat
memegang peranan dalam menghindari kekerasan yang terjalin pada anak. Laiknya penopang
dalam rumah, orang tua merupakan tonggak buat upaya penangkalan kekerasan yang hendak
mengenai anak. Upaya penangkalan tersebut berawal dari rumah tangga.

Misalnya gimana orang tua memperlakukan anaknya dengan sebaik- baiknya dengan
menempatkan anak selaku generasi masa depan. Disamping itu, orang tua wajib hati- hati dalam
mendidik anak, melindungi anak serta kepentingannya dan penuhi hak- hak asasi anak.
Melaksanakan kekerasan terhadap serta membiarkan kekerasan terjalin pada anak merupakan
wujud pelanggaran hak asasi manusia. Kebijakan buat menjawab fenomena kekerasan intim
terhadap anak wajib dipikirkan secara komprehensif bersumber pada pendekatan aplikasi berbasis
fakta, serta tidak ditatap selaku respon sah terhadap sesuatu pelanggaran hukum ataupun kejahatan
semata.

• Saran

Tidak hanya itu butuh diupayakan langkah strategis guna menanggulangi anak korban
kekerasan. Perihal ini disebabkan penindakan permasalahan anak korban kekerasan hendaknya
dicoba bersama- sama sebab korban kekerasan ialah permasalahan besar, tidak cuma dapat
dituntaskan oleh satu pihak pemegang otoritas, butuh dicoba pembagian kedudukan dan membuat

12Gultom, M. (2013). Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, Cetakan IV. Bandung: Refika Aditama.
mekanisme serta tanggung jawab yang jelas dari zona terpaut, dari bermacam elemen, dalam
perihal ini semacam, Pemerintah, Komnas HAM, KPAI, PPT, LSM, Ormas, akademi besar, media
massa, lembaga profesi, jajaran penegak hukum, politisi, tokoh warga, area keluarga, warga serta
anak. Serta yang terutama merupakan kometmen bersama buat memperjuangkan serta
menyelamatkannya. sebab anak bukan cuma pewaris serta penerus namun sekalian selaku owner
serta pengelola masa depan.
REFERENSI

- Peraturan perundang undangan

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan


Kekerasan Dalam RumahTangga.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Pasal 1 dan Pasal 2 UUKDRT

Pasal 1 butir 2 UUPA

Pasal 1 butir 1 UUPA

- Website / artikel jurnal

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan. 2011. Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual,
Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan. Bandung: Refika Aditama, halaman 42.

Gultom, M. (2013). Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di
Indonesia, Cetakan IV. Bandung: Refika Aditama.
Hargianto, Dewi, Siswono, 2007, Aspek Aspek Perkembangan Anak. Surabaya: Biro Mental
Spiritual PPT.

Kamus Bahasa Indonesia. 2011. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaaan Bahasa
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

1
Rizqian, I. (2021). Upaya Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Korban Tindak Pidana
Kekerasan Seksual Dikaji menurut Hukum Pidana Indonesia. Journal Justiciabellen, 1(1),
51-61.

Haling, S., Halim, P., Badruddin, S., & Djanggih, H. (2018). Perlindungan Hak Asasi Anak
Jalanan dalam Bidang Pendidikan menurut Hukum Nasional dan Konvensi Internasional.
Jurnal Hukum dan Pembangunan, 48(2), 361-378.

Abdul Wahid dan Muhammad Irfan. 2011. Perlindungan Terhadap Korban Kekerasan Seksual,
Advokasi Atas Hak Asasi Perempuan. Bandung: Refika Aditama, halaman 42.

Anda mungkin juga menyukai