Anda di halaman 1dari 11

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK

YANG MENGALAMI TINDAK PIDANA


PENELANTARAN ANAK
(Studi Putusan Nomor 141/Pid.Sus/2015/ Pn. Skt)

Oleh:
Dedek Srik Mulia Hati Ndruru
Mahasiswa Prodi Ilmu Hukum, FH Universitas Nias Raya
(dedeksrikmuliahati06@gmail.com)

Abstrak

Melepaskan tanggung jawab atas kelahiran anak merupakan tindak pidana penelantaran anak.
Anak-anak muda yang terlantar mempunyai kebebasan dan dilindungi oleh negara. Pilihan nomor
141/Pid. Sus/2015/PN. Skt adalah salah satu pilihan dimana terjadi kasus pengabaian terhadap anak.
Oleh karena itu, pemeriksaan ini bertujuan untuk memutuskan dan membedah jaminan hukum bagi
anak-anak yang mengalami demonstrasi kriminal penelantaran anak. Pemeriksaan ini menggunakan
semacam penelusuran hukum yang teratur dengan metodologi administratif hukum, pendekatan
kasus, pendekatan dekat, dan metodologi ilmiah dengan mengumpulkan informasi pilihan yang
terdiri dari bahan hukum esensial, bahan hukum pembantu, dan bahan hukum tersier. Investigasi
informasi yang digunakan adalah melakukan pemeriksaan informasi subjektif dengan membuat
kesimpulan secara mendalam. Dapat diambil kesimpulan, berdasarkan pembahasan dan temuan
penelitian, bahwa Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak memberikan
perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban tindak pidana penelantaran anak. Dalam
hal ini, pemerintah, masyarakat, dan keluarga juga wajib memantau terjadinya penelantaran anak.
Hal ini tercermin dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak, khususnya pemerintah yang sebagaimana tercantum dalam Pasal 23 Ayat 2 Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak sangat berperan dalam melakukan pengawasan.
dan merawat anak-anak terlantar. Pencipta mengusulkan agar Bantuan Sosial, Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Yayasan Administrasi Wanita dan Anak meningkatkan upaya untuk mencegah
penelantaran anak dengan menambahkan latihan upaya ke daerah sehubungan dengan masalah yang
berhubungan dengan anak-anak yang ditinggalkan.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum; Anak; Tindak Pidana Penelantaran Anak.

Abstract

Abdicating responsibility for the birth of a child is the crime of child neglect. Deserted youngsters
have freedoms and are safeguarded by the state. Choice number 141/Pid. Sus/2015/PN. Skt is one
of the choices where instances of kid disregard happen. Accordingly, this examination plans to
decide and dissect lawful assurance for kids who experience criminal demonstrations of kid
disregard. This examination utilizes a sort of regularizing lawful exploration with the legal
administrative methodology, case approach, near approach, and scientific methodology by
gathering optional information comprising essential legitimate material, auxiliary legitimate
material, and tertiary legitimate material. The information investigation utilized is engaging
subjective information examination by making inferences insightfully. It is possible to draw the
conclusion, based on the discussions and findings of the research, that Law Number 35 of 2014
Concerning Child Protection provides legal protection for children who are the victims of criminal
acts of child neglect. In this case, the government, the community, and the family are also required
to monitor the occurrence of child neglect. This is reflected in Article 26 of Law No. 35 of 2014
pertaining to Child Protection, specifically the government, which, as stated in Paragraph 2 of
Article 23 of Law No. 35 of 2014 pertaining to Child Protection, plays a significant role in
1
supervising and taking care of neglected children. The creator proposes that the Social Assistance,
Focal Government, Local Government, Ladies' and Youngsters' Administration Foundations
increment endeavors to forestall kid disregard by adding effort exercises to the local area with
respect to issues connecting with deserted youngsters.

Keywords: Legal protection; Child; Child Neglect Crime.

A. Pendahuluan Akibat yang dapat diberikan kepada


Negara Kesatuan Republik Indonesia pelanggar peraturan adalah persetujuan
merupakan negara provinsi yang diatur pidana, gaji, atau kemungkinan persetujuan
sebagaimana tertuang dalam pengaturan manajerial. Salah satu demonstrasi yang
Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Dasar sering diabaikan adalah pengabaian terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun anak. Penelantaran anak merupakan tindak
1945 (UUD NKRI). Penghormatan terhadap pidana menurut peraturan Indonesia,
prinsip-prinsip pemisahan dan pembatasan sebagaimana diatur dalam Peraturan Nomor
kekuasaan, perlindungan hak asasi manusia, 35 Tahun 2014, Koreksi Peraturan Nomor 23
dan prinsip hukum perdata yang independen Tahun 2002 tentang Keamanan Anak.
dan tidak memihak, semuanya merupakan Perbuatan salah penelantaran anak
bagian dari gagasan negara hukum. merupakan suatu demonstrasi yang
Pemahaman hukum dan ketertiban melanggar hukum dan dilakukan oleh wali
dengan cara ini pada dasarnya menjadikan terhadap anak-anaknya. Hal ini terjadi ketika
regulasi sebagai penentu, segala sesuatunya orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
dianggap setara. Berkaitan dengan 'hukum fisik, mental, spiritual, atau sosial anak
dan ketertiban', dapat diterima bahwa hukum secara memadai. Pengabaian terhadap anak
mempunyai kedudukan yang paling penting oleh orang tua merupakan salah satu bentuk
(kualitas peraturan yang tiada taranya), kebiadaban yang dialami oleh anak-anak.
adanya keseimbangan dalam peraturan dan Meninggalkan seorang anak merupakan
pemerintahan (keseragaman di bawah demonstrasi yang melanggar hukum atas
pengawasan hukum), dan supremasi penyerahan tanggung jawab dan kasus
legitimasi. berlaku di seluruh strukturnya kepada anak cucu. Oleh karena itu, negara
dalam praktik yang sebenarnya (perlakuan Indonesia berperan dalam mengendalikan
adil terhadap regulasi). keamanan dan memberikan jaminan terhadap
Setiap demonstrasi atau perbuatan yang kepentingan setiap penduduknya, termasuk
tidak mengindahkan hukum atau aturan, akan anak-anak yang mendapat pengabaian dari
membuahkan hasil sesuai keseimbangan orang tuanya. Anak-anak muda ini
kedudukan. Pihak yang mengabaikan hukum merupakan generasi muda bangsa dan
seharusnya mengakui hasil yang diberikan. mempunyai hak yang sama dengan penduduk

2
setempat untuk mencapai kepuasan yang merupakan hak istimewa yang melekat pada
setara dengan anak-anak Indonesia lainnya diri setiap orang dan dirasakan oleh Negara
yang tidak mengalami pengabaian oleh orang Republik Indonesia. Kebebasan-kebebasan
tuanya (Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, ini harus diamankan, dihormati, dan
2004: 14). dipelihara untuk mengimbangi kebanggaan,
Agar kebebasan anak-anak dapat kemajuan, kebahagiaan, wawasan, dan
terjamin, diperlukan pedoman yang kesetaraan manusia.
melindungi anak-anak yang terlantar, dimana Keputusan 141/Pid.sus/2015/PN. Skt
keamanan yang sah ini diharapkan dapat merupakan salah satu kasus pidana
menjamin hukuman yang sah bagi mereka. penelantaran anak yang menjadi subjek
Kepastian yang sah ini sangat penting untuk penelitian. Dalam rangkaian kejadian
mencegah penindasan di kalangan generasi tersebut, pelaku melahirkan seorang anak dan
muda, yang dapat berdampak buruk pada kemudian memasukkannya ke dalam kotak
kehidupan mereka (Arif Gosita, 2004: 19). pembersih bekas. kemudian anak tersebut
Kewajiban memberikan perlindungan dikeluarkan dari ruang tersebut menuju
hukum kepada anak diatur dan dijelaskan halaman belakang, kemudian pelaku
dalam sistem hukum Indonesia, khususnya mendudukkannya di kursi panjang. Setelah
pada Bab XA yang mengatur tentang hak itu pelaku mengambil bangku kecil di tempat
asasi manusia, Undang-Undang Dasar pemberhentian sepeda motor, kemudian
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. pelaku meletakkan bangku kecil tersebut
Kebebasan anak juga diatur dalam Pasal 28B dekat dengan tembok, kemudian pelaku
ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap anak berpindah ke atas bangku kecil tersebut, tetap
mempunyai pilihan untuk hidup, di atasnya, dan pelaku mengangkat kardus
berkembang, berkreasi, dan dilindungi dari yang berisi anak tersebut. dan kemudian
kebrutalan dan segregasi. dijatuhkan di persemaian/di belakang tembok
Selain itu, jaminan hukum terhadap setinggi kira-kira 4 meter yang termasuk
demonstrasi pengabaian anak juga diatur tanah bertempat dengan saksi Nur Indriyati,
dalam Peraturan Nomor 39 tentang beralamat Kepulauan Pucangsawit, RT.04
kebebasan bersama. Dalam peraturan ini RW.01, KEL. Pucangsawit, Lokal. Jebres,
yang dimaksud dengan anak adalah orang Kota Surakarta.
yang belum berumur 18 tahun dan belum Setelah itu, pelaku melompat ke taman,
menikah, termasuk anak yang masih dalam dan saat bayi tersebut menangis, pelaku
kandungan jika hal tersebut untuk berusaha mencekik leher bayi tersebut namun
kepentingannya. Pasal 1 angka 5 UU ini tidak tega. Setelah itu, pelaku mengambil
memberi makna bahwa kebebasan dasar ujung kain yang membalut bayi tersebut dan

3
melingkarkannya di lehernya. Namun pelaku Mengingat urutan kasusnya, cenderung
juga tidak tega sehingga hanya menutupi dianggap bahwa demonstrasi pengabaian
wajah bayi tersebut dengan kain tersebut. anak muda oleh pelanggar hukum adalah
Sayang. Kemudian pelakunya dibiarkan tindakan melepaskan tanggung jawab
begitu saja dengan tujuan agar ada yang mengenai keturunan dengan cara yang
menemukan anak pelakunya dan melanggar hukum. Oleh karena itu, setiap
membebaskan pelakunya dari anak yang anak berhak mendapatkan perlakuan adil dari
muncul karena adanya hubungan melawan orang tua atau walinya.
hukum antara pelaku dan pengamat. Uraian tersebut menjadi dasar rumusan
Penelantaran anak merupakan salah satu jenis masalah penelitian ini: “Bagaimana
tindak pidana demonstrasi yang diatur dalam perlindungan hukum terhadap anak yang
Pasal 193 ayat (2), Pasal 197 ayat (1) huruf k mengalami tindak pidana penelantaran
KUHAP, dan Pasal 77 B Peraturan Republik anak?” (Keputusan Kajian
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang 141/pid.sus/2015/pn.skt). Eksplorasi ini
Perubahan Atas Peraturan Nomor 23 Tahun bertujuan untuk mengetahui dan menyelidiki
2002 tentang terhadap Keamanan Anak bagaimana hukumnya asuransi bagi anak-
Muda, khususnya bahwa setiap individu anak yang mengalami demonstrasi kriminal
dilarang menempatkan, mengizinkan, pengabaian anak.
memasukkan, atau meminta untuk B. Metodologi
menyertakan anak-anak dalam keadaan Pemeriksaan ini menggunakan cara
penyalahgunaan dan pengabaian. mengatur eksplorasi yang sah. Pengatur
Karena perbuatan pihak yang pemeriksaan hukum disebut juga penelusuran
berperkara tersebut, Majelis Hakim hukum melalui kajian tertulis, yaitu dengan
memutuskan bahwa tergugat, Siti Juwariah, memanfaatkan keterangan-keterangan
telah terbukti secara sah dan meyakinkan tambahan yang terdiri dari bahan-bahan
bersalah karena melakukan perbuatan salah hukum esensial, bahan-bahan hukum pilihan,
berupa “pengabaian anak”. Pejabat yang dan bahan-bahan hukum tersier. Yang
ditunjuk menghukum Siti Juwariah dengan menjadi pokok bahasan pembakuan
pidana kurungan selama 1 (satu) tahun 10 pemeriksaan yang sah adalah peraturan, yang
(sepuluh) bulan dan denda sebesar Rp. dikonsepkan sebagai standar dan keputusan
60.000.000,- (enam puluh juta rupiah), yang berlaku di mata masyarakat dan
dengan pengaturan apabila denda tidak menjadi acuan dalam berperilaku setiap
dibayar cenderung diganti dengan penahanan orang.
selama 2 (dua) bulan. Tujuan penelitian hukum normatif
adalah untuk menjelaskan apakah fakta

4
putusan dan penerapan penelitian terhadap 2. Pendekatan Kasus (Metodologi Regulasi
ketentuan peraturan perundang-undangan Kasus)
sudah sejalan. Eksplorasi hukum standarisasi Metodologi pengaturan perkara
yang dimaksud adalah membedah jaminan diselesaikan dengan memeriksa perkara-
hukum bagi anak-anak yang mengalami perkara yang berkaitan dengan
demonstrasi kriminal pengabaian anak. permasalahan hukum yang sedang
Berikut contoh penelitian normatif atau dihadapi. Perkara yang diperiksa adalah
literatur: 22): perkara yang telah mendapat putusan
1. Penyelidikan terhadap standar yang sah; pengadilan yang mempunyai kekuatan
2. Penelitian tentang sistematika hukum; hukum yang sangat tahan lama. Hal utama
3. Penelitian tentang sinkronisasi pedoman yang menjadi fokus dalam setiap pilihan
hukum; adalah pertimbangan-pertimbangan juri
4. Peraturan serupa juga dalam hadir pada suatu pilihan sehingga
5. Penelitian sejarah yang sah. cenderung dijadikan sebagai perdebatan
Teknik pemeriksaan yang digunakan dalam mengambil hal pokok yang sah
dalam eksplorasi ini adalah pendekatan yang perlu diperhatikan.
pedoman hukum, pendekatan kasus, dan 3. Pendekatan Komparatif (Comparative
metodologi logis. Approach)
1. Pendekatan Pedoman Resmi (Pendekatan Perbandingan adalah proses
Resolusi) memperbandingkan sistem hukum suatu
Pendekatan Aturan adalah sebuah bangsa dengan sistem hukum bangsa lain
karya dalam sistem latihan ujian untuk atau sistem hukum suatu zaman dengan
menjabarkan hubungan antara individu- sistem hukum zaman lain. Selain itu juga
individu yang dipertimbangkan, sebuah membedakan antara pilihan satu
strategi untuk mencapai pemahaman pengadilan dengan pilihan pengadilan lain
tentang masalah tersebut. Peraturan dalam suatu permasalahan yang sama.
tertulis yang memuat norma hukum yang Pemeriksaan pilihan pengadilan yang
mengikat secara umum disebut peraturan dimaksud adalah pilihan nomor 141/Pid.
perundang-undangan. Peraturan Sus/2015/PN.Skt.
perundang-undangan dibuat atau 4. Metodologi Berwawasan (Metodologi
ditetapkan oleh pejabat atau lembaga Ilmiah)
negara yang berwenang melalui tata cara Metodologi yang logis (metodologi
yang dituangkan dalam peraturan ilmiah) adalah metodologi yang
perundang-undangan. membedah bahan-bahan yang sah untuk
mengetahui secara mendalam makna yang

5
terkandung dalam istilah-istilah yang Besar (KBBI) Rilis V, referensi kata sah,
digunakan dalam pedoman hukum. dan web.
Ujian ini menggunakan informasi Penulis menggunakan analisis data
opsional, khususnya informasi yang kualitatif, atau data yang telah diinventarisasi
diperoleh dari konsentrasi perpustakaan dan dianalisis secara sistematis, logis, dan
dengan mengumpulkan bahan-bahan yang deskriptif. Jelas artinya memberikan garis
sah. Bahan halal tersebut dikumpulkan besar seluruh informasi pokok bahasan sesuai
melalui sistem stok dan ID untuk bahan sah kenyataan sebenarnya dengan cara yang
esensial, bahan sah pilihan, dan bahan sah masuk akal dan teratur. Logis artinya analisis
tersier (Zainudin Ali, 2014: 182). harus masuk akal atau dapat dimengerti.
1. Bahan-bahan penting yang sah adalah Sementara itu, metodis mengandung makna
bahan-bahan sah yang membatasi bahwa setiap bagian hasil pemeriksaan harus
permasalahan yang akan diteliti. Undang- saling berhubungan dan berdampak satu
Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang sama lain untuk mendapatkan hasil
KUHAP; Undang-undang Nomor 1 Tahun eksplorasi yang asli. Kemudian, pada titik
1946 tentang KUHP; Undang-Undang tersebut, tujuan-tujuan ditarik secara logis,
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan khususnya dengan mengambil keputusan dari
Kehakiman; dan putusan Pengadilan hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang
Negeri Surakarta nomor 141/Pid eksplisit.
merupakan dokumen hukum utama yang C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
penulis gunakan. Sus/2015/PN.Skt. Pada dasarnya, setiap orang tua
2. Bahan penunjang yang sah adalah bahan mempunyai kerinduan dan harapan yang luar
informasi yang memberikan penjelasan biasa terhadap kesejahteraan anaknya saat
terhadap bahan-bahan penting yang sah dewasa. Untuk mencapai harapan tersebut,
yang berupa karya-karya tentang para orang tua akan berusaha sekuat tenaga
peraturan seperti buku, catatan harian, dan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-
makalah, serta kesimpulan-kesimpulan anaknya, termasuk memberikan perhatian,
yang memenuhi syarat sehubungan nutrisi, dan bimbingan yang baik.
dengan permasalahan yang akan diteliti. Anak terlantar adalah anak yang tidak
3. Bahan sah tersier adalah bahan informasi mendapat perhatian dan dukungan yang
yang memberikan data, petunjuk, atau cukup dari orang tuanya, sehingga kebutuhan
penjelasan mengenai bahan penting fisik, lingkungan sekitar, dan sosial anak
hukum dan bahan pembantu sah yang tersebut tidak terpenuhi. Anak-anak yang
berupa Referensi Kata Bahasa Indonesia dipecat mengacu pada anak-anak yang
kebutuhan dasarnya tidak terpenuhi, seperti

6
pakaian, makanan, dan rumah psikotropika, dan zat adiktif lainnya
persembunyian. (narkoba), anak yang menjadi korban
Peraturan asuransi anak menjamin penculikan, penjualan, dan perdagangan
untuk melindungi harapan anak-anak dan orang, anak yang menjadi korban kekerasan
menjaga keamanan mereka. Peraturan ini fisik dan/atau mental, anak penyandang
mencakup peraturan perundang-undangan, disabilitas, dan anak korban kekerasan dan
peraturan umum, peraturan pidana, peraturan penelantaran berhak mendapatkan
acara umum, peraturan acara pidana, serta perlindungan khusus dari pemerintah dan
berbagai pedoman yang berhubungan dengan lembaga negara lainnya.
anak dan asuransinya. menetapkan Upaya perlindungan anak yang terjerat
pedomannya. sesuai dengan hak asasi mereka kekerasan dan penelantaran yang menjadikan
untuk memastikan bahwa anak-anak dapat mereka rentan merupakan salah satu bentuk
berkembang dalam semua aspek kehidupan perlindungan khusus yang diberikan oleh
dan penghidupan mereka. pemerintah dan instansi pemerintah. Strategi
Memang benar, anak-anak memang pengamanan tersebut dituangkan secara
harus mendapatkan asuransi yang halal agar mendalam dalam Pasal 71 Peraturan Nomor
mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan 35 Tahun 2014 sebagai berikut:
baik. Jika seorang anak ditinggalkan oleh “Pengamanan luar biasa terhadap anak yang
orang tuanya, maka ia juga akan mendapat menjadi korban penyalahgunaan dan
perlindungan hukum. Hal ini karena hak-hak penelantaran sebagaimana dimaksud dalam
dan kewajiban anak-anak yang tidak Pasal 59 ayat (2) dilakukan melalui
dipenuhi oleh orang tua, keluarga, pengelolaan, penghindaran. , perawatan, dan
masyarakat, dan kelompok lain harus upaya pemulihan yang dilakukan oleh
dilindungi oleh pedoman hukum. pemerintah dan masyarakat." Setiap individu
Pasal ini memberi makna pada jaminan dilarang menempatkan, memperbolehkan,
sah yang luar biasa yang diatur dalam Pasal memasukkan, atau meminta untuk
59 Peraturan Nomor 35 Tahun 2014 tentang memasukkan anak-anak dalam keadaan
Revisi Peraturan Nomor 23 Tahun 2002 penyalahgunaan dan pengabaian
tentang Keamanan Anak, khususnya: “Anak sebagaimana yang diharapkan pada ayat (1).
dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak Tentu saja pemerintah memberikan
yang berhadapan dengan hukum, anak jaminan hukum yang luar biasa terhadap
dieksploitasi secara ekonomi dan/atau anak-anak terlantar, sebagaimana tertuang
seksual, anak yang diperdagangkan, anak dalam Pasal 71 Undang-Undang Nomor 35
yang menjadi korban penyalahgunaan Tahun 2014 tentang Asuransi Anak Tanpa
narkotika, minuman beralkohol, Pengasuhan. Selain itu dijelaskan bahwa

7
kegagalan pemerintah dalam memberikan jawab untuk mendukung pengaturan
pengawasan yang memadai terhadap anak publik demi efektivitas asuransi bagi
terlantar sehingga mereka dapat memenuhi anak-anak muda ini.
hak dan tanggung jawabnya merupakan 2. Badan legislatif negara bagian,
bentuk perlindungan yang salah. pemerintah, dan teritorial mempunyai
Pemerintah juga harus merancang kewajiban untuk menyediakan kantor dan
strategi baru untuk menghentikan anak-anak kerangka kerja untuk melaksanakan
terlantar hidup dalam penelantaran guna jaminan pemuda.
memberikan mereka perlindungan hukum. 3. Negara bagian, badan legislatif, dan
Untuk memastikan bahwa anak-anak negara bagian terdekat mempunyai
menerima perlindungan negara yang kewajiban untuk menjamin asuransi,
memadai, tindakan pencegahan ini harus dukungan, dan bantuan pemerintah bagi
menjadi prioritas utama pemerintah. generasi muda dan memantau bagaimana
Substansi hakiki peraturan, khususnya keamanan ini dilaksanakan.
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 4. Merupakan tanggung jawab negara
Tentang Perlindungan Anak, yang mengatur bagian, pemerintah federal, dan
segala aspek mulai dari Pasal 21 sampai pemerintah daerah untuk memastikan
dengan Pasal 24, yang jika dirangkum, bahwa hak anak untuk berekspresi
mengandung makna sebagai berikut: sebanding dengan kemampuan mental dan
tanggung jawab dan tugas yang melekat pada usia mereka.
bangsa dan pemerintahan dalam suatu Otoritas publik, sebagai substansi yang
negara. melindungi anak-anak. bertanggung jawab atas organisasi negara,
1. Dinyatakan dalam undang-undang mempunyai komitmen untuk menyelesaikan
mengenai persyaratan sekolah bahwa kewajiban sebagaimana tergambar dalam
pemerintah baik pemerintah negara bagian pasal tersebut. Untuk menjamin kelancaran
maupun local memiliki tugas penting pelaksanaan tugas-tugas ini, otoritas publik
untuk menjamin keselamatan dan harus menangani setiap masalah dengan
kebahagiaan anak-anak. Mereka harus teknik dan pengaturan yang tepat. Yang jelas,
sepenuhnya menghormati hak-hak kami ingin bersiap menghadapinya.
istimewa kaum muda, tanpa memedulikan Kewajiban otoritas publik adalah
ras, agama, identitas, perkumpulan, mengamankan dan benar-benar fokus pada
orientasi, kebangsaan, budaya, bahasa, anak-anak yang tidak mempunyai wali,
status sah, permintaan kelahiran, atau karena itu adalah tanggung jawab otoritas
kondisi fisik atau mental anak-anak. Lebih publik.
dari itu, otoritas publik juga bertanggung

8
Setelah mendapatkan pengobatan dan "di luar kantor" mengacu pada pikiran di
tindakan pencegahan, pemerintah harus rumah dan oleh orang-orang.
memberikan pengobatan dan pemulihan Oleh karena itu, setiap orang harus
terhadap anak-anak yang ditinggalkan. berusaha melindungi anak-anak dan
Sesuai Pasal 55 Peraturan Nomor 35 Tahun masyarakat dengan melakukan upaya sesuai
2014 tentang Jaminan Anak, kewajiban kapasitas mereka dalam situasi yang jelas.
mengenai pengasuhan dan pembinaan anak Seluruh penduduk negara berkomitmen
yang tidak mempunyai wali dimaknai, antara untuk melakukan asuransi anak agar dapat
lain: memberikan manfaat bagi anak-anak.
1. Otoritas publik dan badan legislatif Kegembiraan seorang anak adalah kepuasan
provinsi harus bertanggung jawab atas bersama, dan kebahagiaan yang dilindungi
pemeliharaan, perawatan, dan pemulihan adalah kebahagiaan yang terjamin. Anak-
sosial terhadap anak-anak muda yang anak muda tidak merasa khawatir karena
terlantar, baik di organisasi maupun di memiliki rasa aman yang baik dan
luar lembaga. mempunyai banyak peluang untuk berkreasi.
2. Organisasi-organisasi lokal mempunyai Orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah,
pilihan untuk memberikan dukungan dan bangsa semuanya mendapat manfaat dari
sebagaimana digambarkan dalam Bagian kesejahteraan anak. Asuransi anak
1. memberikan keuntungan penting bagi
3. Untuk menunjukkan kepedulian dan rasa generasi muda serta wali, keluarga, jaringan,
hormat terhadap anak-anak yang tidak badan legislatif, dan negara secara
mempunyai tempat tinggal, instansi keseluruhan. Upaya perlindungan anak
pemerintah dan dinas sosial dapat bekerja secara keseluruhan harus dilakukan secara
sama dengan berbagai pihak terkait. terorganisir untuk mencegah terjadinya
4. Dalam hal pemeliharaan dan pemeliharaan perilaku menyimpang dalam melindungi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), anak secara keseluruhan.
pengelolaannya dilakukan oleh bagian Dengan tujuan akhir menjamin bantuan
yang bertanggung jawab di bidang pemerintah publik, wali, keluarga, dan
pendekatan sosial. jaringan secara sah bertanggung jawab untuk
Negara mempunyai kewajiban untuk melindungi anak-anak yang ditinggalkan
memberikan data mengenai pertimbangan dengan memberi mereka makanan, pakaian,
anak yang tidak memiliki wali di bagian perlindungan, pengajaran, kesejahteraan, dan
utama. Kata "di kantor" mengacu pada kesempatan berharga untuk belajar dan
inklusi yang diberikan oleh organisasi memiliki komitmen untuk melakukannya.
manajerial dan yayasan rahasia, sedangkan

9
Pastikan keamanan dan perlakuan setara bagi anak-anak yang dipecat, penting untuk
anak-anak yang tidak memiliki wali. melibatkan para ahli di bidang hukum, dan
Sanksi pidana yang diberikan kepada hal ini akan lebih didasarkan pada
wali yang memecat anak menurut pandangan kemungkinan adanya keputusan dari
yang sah akan diberlakukan dengan pengadilan.
memperhatikan Pasal 77B Peraturan Nomor terkait kasus penelantaran anak yang
35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas disidangkan dalam putusan 141/Pid.
Peraturan Nomor 23 Tahun 2002 tentang Sus/2015/PN. Dalam keseluruhan undang-
Keamanan Anak. Pasal ini menyatakan undang, ketika hakim memberikan hukuman
bahwa siapa pun yang tidak mematuhi penjara kepada anak dari orang tua, hal ini
ketentuan Pasal 76B (yang membatasi menunjukkan bahwa keamanan yang sah
penempatan, pengizinan, termasuk, dan diberikan kepada anak yang tidak diinginkan.
permintaan untuk memasukkan anak dalam Dalam putusan 141/Pid, anak tanpa orang
keadaan penyalahgunaan dan penelantaran) tua. Sus/2015/PN. Dinas Sosial, Tenaga
diancam dengan pidana penjara paling lama Kerja, dan Transmigrasi Kota Surakarta
lima tahun dan denda paling banyak membawahi Skt. Namun, menurut penulis
100.000.000 rupiah. . yang lebih cerdas, yang terbaik adalah jika
Dari penjelasan tersebut cenderung ada keluarga anak tersebut berurusan dengannya,
anggapan bahwa masing-masing pihak, namun pemerintah setempat juga harus tetap
misalnya pemerintah, daerah, wali, dan menjaga anak tersebut agar dia tidak
keluarga, mempunyai andil besar dalam diabaikan oleh keluarga yang merawatnya.
mengurangi terjadinya penelantaran anak. Dengan mewujudkan hal tersebut, harapan
Pentingnya otoritas publik dalam dapat terwujud dan perlindungan anak dapat
memberikan perhatian terhadap anak-anak terlaksana sesuai dengan undang-undang.
yang diabaikan mendapat perhatian lebih.
Dalam keadaan seperti ini, dalam D. Daftar Pustaka
beberapa kasus terdapat perbedaan yang A, Kamil, dan H.M. Fauzan. 2008. Hukum
tidak bersambung antara apa yang ditentukan Adopsi dan Perlindungan Anak di
dalam undang-undang dan asumsi dalam Indonesia. Jakarta. Versi 1 Persada
kenyataan. Kadang-kadang, pemerintah dan Raja Grafindo.
berbagai pihak kurang memperhatikan Ali, Zainudin. (2014). Teknik Eksplorasi
kehadiran anak-anak muda yang tidak yang Sah. Jakarta. Balok Realistis.
mempunyai tempat tinggal dan cenderung E.O.S. Hiariej, 2009. Standar Keabsahan dan
tidak memperhatikan mereka. Untuk Keterbukaan dalam Peraturan Pidana.
mengakui upaya-upaya untuk melindungi Distributor Yogyakarta dan Erlangga.

10
Gorda, Rusmini Tini. 2017. Peraturan Siregar, B. 1986. Keadilan yang Sah dalam
tentang Asuransi Anak Penyintas Berbagai Bagian Peraturan Publik.
Pedofilia. Malang: Sebanding dengan Cetak 1. Rajawali. Jakarta.
Pres. UUD Negara Republik Indonesia Tahun
Arif Gosita 2004. Permasalahan 1945
Perlindungan Anak di Jakarta: Yayasan Kode kriminal.
Pressindo. KUHAP
Gultom, Maidin. 2010. Jaminan Halal Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Remaja, Bandung. Refika Aditama. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Hamzah, Andi,. 1994. Standar Peraturan Hukum.
Pidana. Cet. Cipta Rineka Jakarta Pedoman Rektor Perguruan Tinggi Nias
Kedua Raya Nomor 6 Tahun 2021 tentang
Hatta, Mohammad. 2008. Mengajak Tata Tertib Penyusunan Usulan
Pemolisian Responsif Kerangka Kepegawaian Peraturan.
Penegakan Hukum yang Terkoordinasi
(Dalam Ide dan Eksekusi), Kapita
Selekta. Yogyakarta, Distributor
Galang Press.
Halim, A. R. 2007. Prolog Regulasi
Indonesia dalam Tanya Jawab. Jilid
1/A. bogor. Ghalia Indonesia.
Hore, Abu. 2006. Kebiadaban Terhadap
Anak Muda, Cet. Bandung pertama.
Nuansa.
Irfan, Nurul Muhammad. 2009. Kenajisan di
Indonesia Menurut Pandangan Fiqih
Jinayah. Jakarta: Organisasi kerja dan
persiapan inovatif, Dinas Agama
Republik Indonesia.
R. A. Koesnoen, 2005. Konstruksi Pidana di
Negara Komunis Indonesia. Bandung.
Nuansa.
Marpaung, Leden. 2015. Pokok-pokok Teori
dan Penerapan Hukum Pidana. Jakarta.
Ilustrasi Sinar.

11

Anda mungkin juga menyukai